Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

(1)

KUESIONER

JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN

( Studi Kasus Di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

Karakteristik Responden : 1. Nama :

2. Usia : a. < 20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun d. 41-50 tahun e. Lainnya

3. Pendidikan : a. SD-SMP b. SLTA c. DIPLOMA d. Sarjana e. Lainnya

4. Pekerjaan Suami : a. Petani b. PNS c. Buruh d. Wiraswasta e. Lainnya


(2)

A. Akuntabilitas Kinerja Publik Di Lihat Berdasarkan Proses 5. Apakah ada kejadian pasien yang terlantar karena terlambat dirujuk ?

a. Tidak pernah b. Beberapa c. Sering

6. Menurut saudara bagaimana kemampuan pegawai puskesmas dalam memeriksa pasien ?

a. Baik

b. Cukup Baik c. Kurang Baik

7. Menurut saudara bagaimana sikap pegawai puskesmas dalam melayani pasien ?

a. Ramah b. Biasa saja c. Kurang ramah

8. Apakah pegawai datang tepat pada waktunya ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

9. Apakah pegawai selalu berada ditempat selama jadwal pelayanan ? a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang


(3)

a. Cepat b. Biasa saja c. Lambat

11. Setahu saudara apakah ada pasien yang terlantar dan tidak mendapat perhatian dari pihak puskesmas ?

a. Tidak ada b. Beberapa c. Banyak

12. Menurut saudara bagaimana kelengkapan peralatan dipuskesmas ini ? a. Lengkap

b. Cukup lengkap c. Kurang lengkap

13. Menurut saudara apakah program BPJS persalinan berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

14. Bagaimana tingkat ketelitian pegawai puskesmas dalam memeriksa pasien BPJS persalinan ?

a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik

15. Menurut saudara bagaimana kedisiplinan kerja pegawai di Puskesmas Batangtoru ini ?


(4)

a. Bagus b. Cukup bagus c. Kurang bagus

B. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Di Pungut Sesuai Dengan Peraturan Perundangan-Undangan

16. Apakah saudara pernah di pungut biaya ketika mengurus surat-surat di puskesmas ini ?

a. Tidak

b. Kadang-kadang c. Ya

17. Apakah pelayanan persalinan pada puskesmas Batangtoru ini gratis ? a. Ya

b. Tidak

18. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan dalam sekali memeriksa kehamilan ?

a. < 100.000 b. 100.000-250.000 c. >250.000

19. Menurut saudara apakah biaya yang dipungut dipuskesmas ini cukup mahal ?

a. Ya

b. Biasa saja c. Tidak


(5)

C. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis Dan Administratif.

20. Menurut anda apakah puskesmas Batangtoru dapat menjangkau seluruh masyarakat disini?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

21. Menurut saudara apakah pegawai puskesmas dapat menguasai pelayanan persalinan di puskesmas ini ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

22. Menurut saudara apakah jadwal pelayanan puskesmas sudah sesuai dengan keingina anda?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

23. Setahu anda apakah puskesmas memiliki jenjang prosedur pemeriksaan yang tetap ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

24. Bagaimana tanggapan anda mengenai prosedur pemeriksaan dipuskesmas ?


(6)

a. Cepat b. Biasa saja c. Lambat

25. Apakah pihak puskesmas memberitahu saudara mengenai informasi prosedur pemeriksa?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

26. Apakah saudara diberikan kartu BPJS ketika pertama kali memeriksa kehamilan ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

27. Menurut saudara bagaimana prosedur pengurusan surat-surat untuk BPJS persalinan ?

a. Cepat b. Biasa saja c. Lambat

28. Bagaimana pelayanan BPJS persalinan yang dilakukan dipuskesmas ini ? a. Memuaskan

b. Cukup memuaskan c. Kurang memuaskan


(7)

INFORMAN KUNCI LAPORAN WAWANCARA

A. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik berdasarkan proses

1. Seberapa besar antusias masyarakat dengan dilaksanakannya program BPJS persalinan ?

2. Apa kendala pelaksanaan program BPJS persalinan pada Puskesmas Batangtoru ?

3. Apa sarana dan prasarana di Puskesmas Batangtoru sudah memadai ?

4. Apakah pelayanan program BPJS persalinan di Puskesmas ini dilaksanakan 24 jam ? apabila tidak 24 jam bagaimana dengan pasien yang datang pada malam hari dalam keadaaan darurat ?

5. Apakah jenis obat-obatan yang ada dipuskesmas ini sudah mencukupi ? 6. Bagaimana tindakan puskesmas apabila persediaan obat dan alat-alat

kurang ketika pasien membutuhkan ?

7. Bagaimana koordinasi antar tenaga kerja di puskesmas ini ?

8. Apakah tenaga medis dipuskesmas ini sudah mencukupi kebutuhan ? 9. Bagaimana tingkat disiplin pegawai puskesmas ini dalam melayani pasien

?

B. Akuntabilitas biaya pelayanan publik dipungut sesuai dengan peraturan perundang-undangan

10. Bagaimana dengan biaya kesehatan dipuskesmas ini ? Apakah gratis/murah untuk seluruh masyarakat atau sebagian masyarakat ?

11. Bagaimana transparansi pelayanan biaya dan pelayanan kesehatan di Puskesmas Batangtoru ?

C. Akuntabilitas produk pelayanan publik, persyaratan teknis dan administratif

12. Menurut Bapak/Ibu, apakah banyak ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di puskesmas Batangtoru ini ?

13. Bagaimana upaya puskesmas meningkatkan pelayanan BPJS persalinan ? 14. Apakah masyarakat yang tidak memiliki BPJS persalinan mendapat


(8)

LAPORAN WAWANCARA INFORMAN TAMBAHAN A. Berdasarkan Proses Pelayanan

1. Bagaimana sikap pegawai puskesmas Batangtoru dalam melayani pasien BPJS Persalinan ?

2. Bagaimana tingkat disipilin pegawai dalam melayani pasien BPJS persalinan di Puskesmas Batangtoru ini ?

3. Bagaimana tingkat ketelitian Pegawai puskesmas Batangtoru Kepada Pasien dalam melayani BPJS persalinan ?

B. Berdasarkan Biaya Pelayanan

1. Bagaimana dengan biaya kesehatan di puskesmas ini ? apakah gratis/murah ?

C. Berdasarkan Persyaratan Teknis Dan Administratif

1. Apakah pihak Puskesmas memberitahukan prosedur tentang pelayanan BPJS persalinan yang ada di Puskesmas Batangtoru ?


(9)

DOKUMENTASI


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Arul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djohan, Djohermansyah. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Edelman, C, L and Mandle C.L. 1994. Health Promotion. Mosby Year Book Inc, ST

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-format Penelitian Sosial. PT. Rajagrafindi Persada: Jakarta.

Gie, The Liang. 1997. Ensklopedia Administrasi. Jakarta: PT. Air Agung Putra. Ismawan, Bambang, 2000. Pemberdayaan Orang Miskin: Refleksi seorang pegiat LSM. Jakarta, Puspa Swara

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan manajemen keuangan daerah. Yogyakarta : Andi Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Napitupulu, Paiman. 2007. Pelayanan Publik dan Custumer Satisfaction. Bandung : PT : Aliumni

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(11)

Rediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafrudin, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Satrio, J. 1993. Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kesehatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Shedarmayanti. 2003. Good Governance (kepemerintahan yang baik) dalam Rangka Otonomi Daerah: Upaya Membangunan Organisasi Efektif dan Efisien. Bandung: CV. Mandar Maju.

Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sianipar, 2008. J.P.G.2001. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

Sumber Undang-Undang

UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Sumber Internet

di akses pada minggu, 27/11/2016

pukul 23:29 WIB


(12)


(13)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Selatan yang letak geografisnya berada pada 0o58’35’ sampai dengan 2o7’33’ Lintang Utara dan 98o42’50’ sampai dengan 99o34’16’ Bujur Timur dengan Luas Daerah 433.470 Ha terdiri dari 14 Kecamatan, 503 Desa/Kelurahan.

Puskesmas Batangtoru terletak di Kelurahan Aek Pining Kecamatan Batang Toru. Secara umum, Kabupaten Tapanuli Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Puskesmas Batangtoru merupakan salah satu dari 13 puskesmas yang ada di kabupaten tapanuli selatan. Puskesmas Batangtoru di dirikan tahun 2015 mempunyai luas bangunan 1. 100 M bertempat di kelurahan Aek Pining Kecamatan Batangtoru dengan luas wilayah 281 km terdiri dari 3 puskesmas pembantu yang meliputi 19 Desa dan 4 Kelurahan. Puskesmas batangtoru merupakan puskesmas rawat inap yang mempunyai beberapa sarana penunjang guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ambulance 226 G yang siap menirima panggilan 24 jam , laboratorium, ruang aula pertemuan dan RGD 24 jam.


(14)

Puskesmas Batangtoru memiliki wilayah kerja di 1 kecamatan yaitu kecamatan Batangtoru. Secara administrasi, puskesmas Batangtoru memiliki 23 desa dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Dimana ditempatkan masing-masing petugas pelayanan kesehatan. Dimana ditempatkan masing-masing-masing-masing petugas kesehatan didesa tersebut. Adapun luas wilayah desa

B. Demografis

Berdasarkan data dari kecamatan, jumlah penduduk sewilayah kerja Batangtoru pertahun 2015 tercatat sebesar 36075 jiwa, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan, jumlah laki-laki sebanyak 18279 dan perempuan berjumlah 17796 jiwa.

Tabel 3.1

Distribusi Penduduk Menurut Jumlah jiwa, luas wilayah, kepadatan penduduk dan rata – rata jiwa / KK

Kelurahan/Desa Luas Wilayah (Km) Jumla h Jiwa Jumlah KK Rata rata jiwa / KK Kepada tan Pendud uk 1 2 3 4 5 Padang Lancat Sisipa Sianggunan Hutabaru Sipenggeng 16,30 13,60 6,10 12,50 9,20 1.746 846 1.172 722 1.038 318 165 253 163 232 5,49 5,13 4,63 4,43 4,47 107,12 62,21 192,13 57,76 112,83


(15)

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Hapesong Baru Perk. Hapesong Sigala-gala Hapesong Lama Kel. Wek I Kel. Wek II Wek III Wek IV Telo Napa

Kel. Aek Pining Kel. Perk Bator Sumuran Batuhula Aek Ngadol Hutagodang Garoga Batu Horing 10,20 40,00 5,30 7,20 4,00 3,50 3,50 4,20 5,40 8,40 9,10 44,50 10,20 7,40 14,30 10,00 10,00 26,60 3.091 1.364 723 1.320 1.717 1.957 1.286 1.508 805 2.125 1.657 1.212 1.560 1.090 1.328 1.820 886 2.102 725 321 731 420 388 435 298 343 157 487 915 485 425 200 273 390 172 552 4,26 4,25 0,99 3,14 4,43 4,50 4,32 4,40 5,13 4,36 5,09 2,50 3,67 5,45 4,86 4,67 5,15 3,81 303,04 34,10 136,42 183,33 429,25 559,14 367,43 359,05 149,07 252,98 511,76 27,24 152,94 147,30 92,87 180,20 88,60 79,02 Jumlah 281,60 15068 4174 3,61 21,192 Sumber : Kantor Camat Batangtoru

C. Visi Puskesmas Batangtoru

Visi Puskesmas Batangtoru adalah “ Masyarakat Tapanuli Selatan yang sehat berbasis sumber daya manusia kesehatan yang unggul dan cerdas “.


(16)

D. Misi Puskesmas Batangtoru

Untuk mewujudkan visi sebagai langkah menuju masyarakat Tapanuli Selatan yang sehat berbasis sumber daya manusia kesehatan yang unggul dan cerdas”, maka Puskesmas Batangtoru menyusun dan menetapkan misinya sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua masyarakat dan meningkatkan kemandirian puskesmas dalam mengelola pelayanan kesehatan.

b. Mewujudkan sumber daya manusia kesehatan, yang propesional, paripurna dan berdaya saing.

c. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta penyehatan lingkungan.

d. Mewujudkan peran serta masyarat dan pemangkuh kepentingan dalam pengembangan kesehatan.

E. Program Pembangunan Kesehatan di Wilayah Kerja Batangtoru Kecamatan Batangtoru

Menyadari akan keterbatasan sumber daya yang tesedia serta disesuaikan dengan prioritas masalah yang ditemui dalam serta kecenderungan dimasa mendatang. Maka untuk memacu percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang di nilai paling penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan, maka dirumuskan program-program pembangunan di bidang kesehatan meliputi :


(17)

2. Perbaikan Gizi

3. Pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi

4. Meningkatkan kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan KB 5. Kesehatan lingkungan, Higienis sanitasi dan tempat-tempat umum 6. Pembinaan/penyuluhan kesehatan masyarakat

7. Peningkatan sumber daya kesehatan

8. Pengembangan jaminan pemeliharan kesehatan masyarakat (JPKM)

F. Situasi derajat kesehatan

a. Mortalitas ( Angka kematian )

Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat member gambaran perkembangan derajat kesehatan dan dapat juga digunakan sebagai indicator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

b.Angka Kematian Bayi

Infant mortality rate atau angka kematian bayi (AKB) merupakan indicator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB, angka kematian bayi dirujuk kepada jumlah bayi yang meninggalkan pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.


(18)

Angka kematian bayi pada tahun 2015 di wilayah Puskesmas Batangtoru sebanyak 15 masih dijumpai, jumlah kematian bayi tersebut orang dari 682 kelahiran hidup, 15 di antaranya lahir mati akibat kelainan congenital dan aspikisia.

c.Angka Kematian Balita

Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak 0-4 tahun per 682 kelahiran hidup. Kematian balita menggambarkan tingkat kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.

Pada tahun ini ada dijumpai kematian balita meskipun jumlahnya hanya 15 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batangtoru.

d.Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu maternal dan angka kematian bayi merupakan indicator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan menggunakan BPJS persalinan.

e. Morbiditas (Angka Kesakitan)

Tingkat kesakitan suatu Negara juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada didalamnya. Angka kesakitan ini di dapat dari data jumlah kunjungan puskesmas maupun puskesmas pembantu dan dari laporan bulanan melalui sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), indicator yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan disuatu wilayah.


(19)

G.Status Gizi

Dalam mengatasi masalah gizi puskesmas batangtoru telah menjalankan program usaha perbaikan gizi dalam hal ini bekerja sama dengan dinas kesehatan dalam melaksanakan keluarga sehat. Adapun usaha yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah gizi adalah melalui program perbaikan gizi keluarga (UPGK). Pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita, pemberian kapsul vitamin A untuk bayi dan balita, pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dan nifas.

Sebagai indicator terhadap status gizi bayi dipergunakan angka berat badan lahir (BBLR) dan terhadap balita dengan menggunakan indicator balita kurang energy protein (KEP).

H. Pelayanan Kesehatan Dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat menjadi dapat diatasi, berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Peran seorang ibu sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak, ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan bias berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran pada masa pertumbuhan bayi dan anaknya.


(20)

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis obyn, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antennal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada tri wulan ketiga umur kehamilan, angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, hasil % jumlah target pencapaian x100

b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi lahir sebagaian besar terjadi pada masa disekitar persalinan., hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.

c. Kunjungan neonates ( KNI dan KN2)

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan


(21)

untuk mengurangi resiko tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonates (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada usia 0-7 hari (KNI) dan satu lagi pada usia 8-28 hari (KN2).

Petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan kesehatan bayi, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajeman terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonates dirumah menggunakan buku KIA.

2. Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi imunisasi kepada bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB) imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukan masalah seperti Desa Non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.

Pencapaian UCI (Universal Child Immunization) merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.


(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS kesehatan dalam melayani persalinan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Data-data primer tersebut didapat dengan melalui penyebaran kuesioner maupun wawancara di Puskesmas Batangtoru.

A. Hasil Kuesioner Kepada Pasien BPJS persalinan a. Karakteristik Responden

Data adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka diperoleh adanya penyajian data dalam suatu penelitian agar terlihat sempurna. Penyajian data karakteristik responden bertujuan untuk mengindentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki responden, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian nantinya. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1, dapat menjelaskan bahwa dari 20 orang, 2 orang (10%) adalah wanita berusia < 20 tahun, 6 orang (30%) adalah wanita berusia 21-30 tahun, 8 orang (40%) wanita berusia 31-40 tahun, 4 orang (20%) adalah wanita berusia 41-50 tahun, dari tabel diatas dapat terlihat bahwa banyaknya pasien yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Batangtoru berusia 31-40.


(23)

Tabel 4.1 : Identitas Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 < 20 Tahun 2 10

2 21-30 Tahun 6 30

3 31-40 Tahun 8 40

4 41-50 Tahun 4 20

Total 20 100

Sumber : Kuesionar 2017

Tabel 4.2 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD-SMP 8 40

2 SMA 10 50

3 Diploma 0 0

4 Sarjana 2 10

5 Lainnya 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan dari 20 orang responden, 8 orang (40%) berpendidikan SD-SMP, pendidikan SMA sebanyak 10 orang (50%),


(24)

pendidikan Diploma tidak ada, pendidikan Sarjana sebanyak 2 orang (10%) dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan pasien adalah SMA.

Tabel 4.3 dapat dilihat dari 20 orang responden, 3 orang (15%) memiliki pekerjaan sebagai petani, 2 orang (10%) sebagai PNS, wiraswasta 15 orang (75%) dan buruh tidak ada, dapat diketahui bahwa rata-rata pekerjaan suami adalah wiraswasta.

Tabel 4.3 : Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

No Pekerjaan Suami Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Petani 3 15

2 PNS 2 10

3 Buruh 0 0

4 Wiraswasta 15 75

5 Lainnya 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

b. Penyajian Data Tentang Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Persalinan

Dalam penelitian ini peneliti membuat kuesioner terhadap pasien yang datang untuk melakukan BPJS persalinan ke Puskesmas Batangtoru, diikuti dengan wawancara terhadap 8 orang pegawai puskesmas Puskesmas Batangtoru. Peneliti mengambil 20 orang responden, dikarenakan dari 20 orang responden


(25)

tersebut akan ditemukan jawaban yang sama atau hampir sama maka dapat dikatakan penelitian tersebut telah mencapai titik jenuh, dimana pasien harus menjawab 28 pertanyaan mengenai pelayanan persalinan dengan indikator sebagai berikut :

1. Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat Berdasarkan Proses

Berikut ini tabel yang menunjukkan tanggapan pasien terhadap akuntabilitas kinerja publik berdasarkan proses :

Tabel 4.4 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kejadian Pasien Yang Terlantar Karena Terlambat Dirujuk

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Tidak Pernah 17 85

2 Beberapa 3 15

3 Sering 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.4 dapat dilihat di Puskesmas Batangtoru tidak pernah ada pasien yang terlantar karena terlambat di rujuk, dilihat dari jumlah pasien yang tidak pernah terlambat dirujuk 17 orang (85%), beberapa orang terlambat dirujuk


(26)

sebanyak 3 orang (15%), tidak ada responden yang menjawab sering terlantar Karena terlambat dirujuk.

Masalah rujukan menjadi masalah yang sangat mendasar bagi Puskesmas Batangtoru, karena dikala seorang ibu hamil yang tidak bias ditangani di Puskesmas Batangtoru ini di rujuk ke Rumah Sakit Umum Padangsidempuan dan Rumah Sakit TNI Padangsidempuan.

Tabel 4.5 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Pegawai Puskesmas Dalam Memeriksa Pasien

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Baik 5 25

2 Cukup Baik 15 75

3 Kurang Baik 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari data yang disajikan dalam tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kemampuan pegawai puskesmas dalam memeriksa pasien adalah cukup baik dilihat pada jumlah pasien 15 orang (75%), 5 orang (25%) pasien mengatakan baik, dan tidak ada pasien yang mengatakan kurang baik.


(27)

Sejauh mana kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan BPJS persalinan, kemampuan pegawai puskesmas yang dimaksud diukur dengan melihat keterampilan, ketelitian, penguasaan teknologi serta termasuk didalamnya sikap petugas terhadap pasien.

Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pegawai Puskesmas Dalam Melayani Pasien

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ramah 12 60

2 Biasa Saja 8 40

3 Kurang Ramah 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari data yang disajikan dalam tabel 4.6 sikap pegawai dalam melayani pasien ramah, sebanyak 12 orang (60%) menyatakan demikian. Sedangkan yang mengatakan biasa saja ada 8 orang (40%). Dan tidak ada pasien yang mengatakan kurang ramah. Menurut para responden yang menjawab ramah dikarenakan para pegawai melayani pasien dengan senyum dan terkadang diselingi dengan candaan.

Sikap pegawai juga menjadi faktor penting dalam melakukan pelayanan kesehatan. Keramahan pegawai puskesmas dapat memberi pengaruh dalam kondisi mental pasien yang datang berobat.


(28)

Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pegawai Datang Tepat Pada Waktunya

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 5 25

2 Tidak 8 40

3 Tidak Tahu 7 35

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari data yang pada tabel 4.7 terlihat bahwa banyak pasien yang mengatakan bahwa pegawai datang tidak tepat pada waktunya berjumlah 8 orang (40%), meskipun ada 7 orang (35%) yang mengatakan tidak tahu, dan 5 orang (25%) mengatakan pegawai datang tepat pada waktunya.

Ketetapan waktu pegawai datang ke puskesmas menentukan waktu pelayanan terhadap pelayanan terhadap pasien, waktu praktek yang telah dijadwalkan mestinya digunakan dengan baik oleh pegawai puskesmas, dengan memberikan pelayanan tepat pada waktunya.

Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai Yang Selalu Berada Ditempat Selama Jadwal Pelayanan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)


(29)

2 Tidak 0 0

3 Kadang-kadang 12 60

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pasien yang menjawab pegawai kadang-kadang berada ditempat selama jadwal pelayanan 12 orang (40%), yang menjawab pegawai selalu berada ditempat selama jadwal ada 8 orang (60%). Dan yang menjawab tidak berada ditempat selama jadwal pelayanan tidak ada, maka dapat dikatakan pegawai kadang-kadang berada ditempat selama jadwal pelayanan, dikarenakan terkadang pegawai ada keperluan lain diluar, misalnya membantu melahirkan di POSKEDES, PUSTU.

Selama jadwal yang seharusnya seperti yang telah ditetapkan seluruh pegawai puskesmas harus berada ditempat untuk melakukan tugasnya.

Tabel 4.9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Respon Pegawai Terhadap Pasien

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Cepat 3 15

2 Biasa Saja 15 75

3 Lambat 2 10


(30)

Sumber : Kuesioner 2017

Sebanyak 15 orang (75%) responden mengatakan respon pegawai terhadap pasien adalah biasa saja, sebanyak 3 orang (15%) mengatakan respon pegawai terhadap pasien cepat, dan 2 orang mengatakan respon pegawai terhadap pasien lambat, dari data 4.9 dapat terlihat bahwa respo pegawai terhadap pasien adalah biasa saja.

Respon pegawai terhadap pasien disini maksudnya adalah kecepatanggapan pegawai dalam memberikan pertolongan pertama pasien, disini akan terlihat tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugasnya, yaitu melayani pasien BPJS persalinan dengan cepat tanggap.

Tabel 4.10 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pasien Yang Terlantar Dan Tidak Mendapat Perhatian Dari Pihak Puskesmas

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Tidak Ada 17 85

2 Beberapa 3 15

3 Banyak 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.10 dapat dilihat 20 responden yang ada 17 orang (85%) responden menjawab tidak ada pasien yang terlambat mendapat perhatian pihak


(31)

puskesmas, ada 3 orang (15%) mengatakan bahwa beberapa pasien pernah terlambat mendapatkan pelayanan dari pasien.

Keterlambatan tersebut dikarenakan pasien yang datang pada saat tanggal merah, dengan keterbatasan tenaga medis di puskesmas maka pasien terkadang mendapatkan pelayanan kesehatan agak lama, hal tersebut tidak lain karena membludaknya pasien yang ditangani dengan tenaga medis yang sedikit atau tenaga medis yang piket pada hari itu saja.

Tabel 4.11 menunjukkan ada 10 orang (50%) responden yang menyatakan kelengkapan peralatan di Puskesmas Batangtoru adalah cukup lengkap, 8 orang (40%) responden mengatakan peralatan di Puskesmas Batangtoru tidak lengkap.

Peralatan pada puskesmas merupakan alat vital yang harus ada agar pelayanan BPJS persalinan terhadap pasien dapat terlaksana tanpa kendala

Tabel 4.11 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kelengkapan Peralatan Puskesmas Batangtoru

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Lengkap 8 40

2 Cukup Lengkap 10 50

3 Tidak Lengkap 2 10

Total 20 100


(32)

Tabel 4.12 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Program BPJS Persalinan Berperan Aktif Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Dan Bayi

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 12 60

2 Tidak 1 5

3 Kadang-kadang 7 35

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.12 menyatakan bahwa 12 orang mengatakan bahwa adanya program BPJS persalinan berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, selain itu 7 orang (35%) mengatakan BPJS persalinan kadang-kadang berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dan 1 orang (5%) mengatakan program BPJS persalinan tidak berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Dari data responden yang ada di tabel 4.12 memang benar tujuan dari adanya program BPJS persalinan adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, demi tercapainya hal tersebut, pihak puskesmas memberikan kontribusi yang baik untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil.

Tabel 4.13 menunjukkan tingkat ketelitian pegawai dalam memeriksa pasien BPJS persalinan adalah cukup baik dengan jumlah responden 14 orang


(33)

(70%), 4 orang (20%) mengatakan baik, dan 2 orang (10%) mengatakan kurang baik.

Ketelitian seorang ahli medis sangat berguna untuk kesehatan pasien yang diperiksanya, apa yang dibutuhkan pasien, diagnosis penyakit pasien dan ketika pasien mengalami gangguan selama kehamilan dan nifas.

Tabel 4.13 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Ketelitian Pegawai Puskesmas Dalam Memeriksa Pasien BPJS Persalinan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Baik 4 20

2 Cukup Baik 14 70

3 Kurang Baik 2 10

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Tabel 4.14 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Pegawai Puskesmas Batangtoru

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Bagus 4 20


(34)

3 Kurang Bagus 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa kedisiplinan pegawai di Puskesmas Batangtoru cukup bagus, dari 20 responden yang ada, 16 orang (80%) mengatakan cukup bagus, 4 orang (20%) mengatakan bagus, dan tidak ada yang mengatakan kurang bagus.

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan

Tabel 4.15 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pungutan Biaya Ketika Mengurus Surat-Surat Di Puskesmas Ini

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 0 0

2 Tidak 20 100

3 Kadang-kadang 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dalam pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan administrasi pelayanan program BPJS persalinan dijelaskan bahwa 20 orang (100%) responden mengatakan bahwa tidak pernah dipungut biaya ketika mengurus surat-surat di


(35)

puskesmas ini, tidak ada yang mengatakan kadang-kadang dipungut biaya ketika mengurus surat-surat, dan tidak ada mengatakan pernah dipungut biaya ketika mengurus surat-surat dipuskesmas.

Pengurusan surat-surat dalam hubungan dengan BPJS persalinan adalah bebas biaya, kecuali ibu hamil yang sakit di luar dari kandungannya, hal tersebut di pungut biaya administrasi.

Berdasarkan 4.16 menyatakan dari 20 responden (100%) mengatakan bahwa persalinan yang dilakukan pada puskesmas Batangtoru adalah gratis, terlepas dari pasien tersebut orang mampu atau tidak, tidak ada responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak ada yang menjawab tidak gratis

Hal tersebut karena BPJS persalinan adalah salah satu program dari pemerintah untuk membantu pasien ketika ingin melahirkan atau memeriksakan kehamilan, pemeriksaan nifas dan bayi 28 hari setelah dilahirkan.

Tabel 4.16 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Persalinan Pada Puskesmas Batangtoru Gratis

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 20 100

2 Tidak 0 0

3 Kadang-kadang 0 0

Total 20 100


(36)

Tabel 4.17 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Biaya Yang Di Keluarkan Dalam Sekali Memeriksakan Kehamilan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Gratis 20 100

2 50.000-150.000 0 0

3 >150.000 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam sekali memeriksakan kehamilan adalah gratis yaitu 20 orang (100%) responden menjelaskan hal tersebut. Pemeriksaan dilakukan selama empat kali dalam sekali kehamilan. Dengan memeriksa kehamilan dan bulan kelahirang si bayi.

Tabel 4.18 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Biaya Yang Dipungut Puskesmas Batangtoru Cukup Murah

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 20 100

2 Biasa Saja 0 0

3 Tidak 0 0

Total 20 100


(37)

Berdasarkan data 4.18 dapat dilihat bahwa biaya yang dipungut dipuskesmas cukup murah, dilihat dari 20 orang (100%) responden menjawab murah, dan tidak ada responden yang menjawab biasa saja, tidak ada responden yang menjawab tidak murah.

Hal tersebut karena puskesmas Batangtoru ini memberikan kemudahan dalam biaya terhadap pasien, misalnya pengurusan surat-surat sakit hanya Rp. 2.000,00 saja.

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis Dan Administratif

Tabel 4.19 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Puskesmas Batangtoru Yang Dapat Menjangkau Seluruh Masyarakat

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 4 20

2 Tidak 6 30

3 Kadang-kadang 10 50

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Berdasarkan tabel 4.19 dijelaskan bahwa 10 orang (50%) responden mengatakan bahwa puskesmas Batangtoru kadang-kadang dapat menjangkau masyarakat disini, dan 4 orang (20%) mengatakan puskesmas Batangtoru dapat


(38)

menjangkau seluruh masyarakat disini, dan 6 orang (30%) mengatakan puskesmas Batangtoru tidak bisa menjangkau seluruh masyarakat disini.

Tabel 4.20 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai Puskesmas Yang Menguasai Pelayanan Persalinan Di Puskesmas

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 14 70

2 Tidak 0 0

3 Kadang-kadang 6 30

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dari tabel 4.20 menyatakan bahwa 14 orang (70%) responden mengatakan bahwa pegawai puskesmas dapat menguasai pelayanan persalinan di puskesmas ini, 6 orang (30%) mengatakan bahwa terkadang pegawai puskesmas menguasai pelayanan persalinan di puskesmas dan tidak ada responden yang mengatakan pihak puskesmas tidak bisa menguasai pelayanan persalinan dipuskesmas.

Penguasaan pelayanan terhadap persalinan dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap ibu hamil dan ibu melahirkan.

Tabel 4.21 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jadwal Pelayanan Puskesmas Sudah Sesuai Dengan Keinginan Responden


(39)

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 12 60

2 Tidak 0 0

3 Tidak Tahu 8 40

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Berdasarkan tabel 4.21 dijelaskan bahwa 12 orang (60%) mengatakan bahwa jadwal pelayanan puskesmas sudah sesuai dengan keinginan mereka, tidak ada responden yang mengatakan bahwa jadwal pelayanan puskesmas tidak sesuai dengan keinginan mereka, dan 8 orang (40%) mengatakan tidak tahu.

Tabel 4.22 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Puskesmas Yang Memiliki Jenjang Prosedur Pemeriksaan Yang Tetap

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 17 85

2 Tidak 1 5

3 Tidak Tahu 2 10

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017


(40)

prosedur pemeriksaan di puskesmas ini tidak tetap, dan 2 orang (10%) mengatakan tidak tahu tentang jenjang prosedur pemeriksaan yang tetap.

Berdasarkan tabel 4.23 dijelaskan responden tentang tanggapan mengenai prosedur pemeriksaan dipuskesmas yaitu 16 orang (80%) mengatakan biasa saja, 4 orang (20%) mengatakan cepat dan tidak ada responden yang mengatakan respon pegawai terhadap pasien lambat.

Tabel 4.23 : Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tanggapan Anda Mengenai Prosedur Pemeriksaan Di Puskesmas

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Cepat 4 20

2 Biasa Saja 16 80

3 Lambat 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Tabel 4.24 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pihak Puskesmas Memberitahu Informasi Prosedur Pemeriksaan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Ya 15 75


(41)

3 Kadang-kadang 5 25

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Pada tabel 4.24 dijelaskan bahwa responden yang mengatakan bahwa pihak puskesmas memberitahu informasi prosedur pemeriksaan 15 orang (75%) mengatakan Ya, 5 orang (25%) mengatakan kadang-kadang memberitahu dan tidak ada pasien yang mengatakan pihak puskesmas tidak memberitahu prosedur pemeriksaan.

Berdasarkan tabel 4.25 dijelaskan bahwa pertama kali memeriksa kehamilan tidak di berikan kartu apapun jawaban tersebut diperoleh dari 20 responden (100%), dan tidak ada responden yang menjawab diberikan kartu BPJS persalinan ketika pertama kali memeriksa kehamilan.

Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pasien ketika ingin memeriksakan kehamilannya kemana saja, tidak bertumpu pada satu puskemas saja.

Tabel 4.25 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Puskesmas Memberikan Kartu BPJS Ketika Pertama Kali Memeriksa Kehamilan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)


(42)

2 Tidak 20 100

3 Kadang-kadang 0 0

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Tabel 4.26 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prosedur Pengurusan Surat-Surat Untuk BPJS Persalinan

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Cepat 0 0

2 Biasa Saja 12 60

3 Lambat 8 40

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Berdasarkan tabel 2.26 di jelaskan bahwa responden yang menjawab prosedur pengurusan surat-surat untuk BPJS persalinan berjalan biasa saja 12 orang (60%), 8 orang (40%) menjawab lambat dan tidak ada yang menjawab cepat.

Dirasakan biasa saja dikarenakan mekanisme pengurusan surat berjalan sesuai dengan keinginan responden, seperti tidak bertele-tele tidak bisa dikatakan cepat karena semua kepengurusan surat dilakukan secara manual.


(43)

Tabel 4.27 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan BPJS Persalinan Yang Dilakukan Di Puskesmas Batangtoru

No Kategori Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

1 Memuaskan 0 0

2 Cukup memuaskan 16 80

3 Kurang memuaskan 4 20

Total 20 100

Sumber : Kuesioner 2017

Berdasarkan data 4.27 disebutkan bahwa 16 orang (80%) mengatakan pelayanan BPJS persalinan dilakukan di Puskesmas Batangtoru cukup memuaskan dan 4 orang (20%) mengatakan pelayanan BPJS persalinan di Puskesmas Batangtoru kurang memuaskan. Dan tidak ada responden mengatakan memuaskan.

B. Penyajian Data Dari Hasil Wawancara a. Wawancara Informan Kunci

Peneliti telah melakukan observasi dan wawancara di wilayah kerja Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal 27 Februari 2017. Wawancara bersumber kepada Informan utama yaitu dr. Rudi yang merupakan Kepala Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(44)

a. Identitas Responden Kepala Puskesmas Batangtoru

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dr. Rudi selaku kepala puskesmas Batangtoru berusia 39 Tahun, berjenis kelamin laki-laki dan berpendidikan

1. Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Persalinan

Pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS persalinan sangat diperlukan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Pelayanan puskesmas Batangtoru ini sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan utama yaitu dr. Rudi selaku kepala Puskesmas Batangtoru :

“Pelayanan yang baik merupakan tujuan utama dari Puskesmas Batangtoru ini, dan selama program BPJS persalinan ini dilaksanakan pasien cukup mendapatkan pertolongan melahirkan, dan pemeriksaan dengan cukup baik, disetiap tahun kami selalu mengadakan perbaikan dalam melayani pasien, baik pasien BPJS persalinan ataupun pasien lainnya”. (Wawancara, 27 Februari 2017)

Pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas perlu diperbaiki, mungkin dengan memberikan pelatihan kepada pegawai agar pelayanan yang diberikan semakin baik untuk kedepannya.

2. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik Berdasarkan Proses

Dipandang dari sudut akuntabilitas kinerja publik berdasarkan proses adalah cukup baik kinerja yang dilakukan puskesmas Batangtoru berdasarkan proses. Namun akibat keterbatasan sumber daya manusia dan sarana di puskesmas


(45)

Batangtoru pelayanan tersebut menjadi terganggu. Seperti yang diungkapkan oleh dr. Rudi Selaku Kepala Puskesmas Batangtoru :

Mengenai prasarana dan sarana di Puskesmas Batangtoru belum cukup memadai, obat-obatan yang ada dipuskesmas ini juga belum mencukupi dilihat dari banyaknya pasien BPJS yang melakukan persalinan di Puskesmas ini. tindakan yang dilakukan puskesmas Batangtoru jika obat-obatan kurang ketika pasien membutuhkan, pihak puskesmas akan membeli sendiri ke kota/Padangsidempuan, masalah tentang pelayanan puskesmas yang dilaksanakan 24 jam, puskesmas Batangtoru membuka layanan 24 jam jadi masyarakat bisa datang kapan saja. Koordinasi antar puskesmas ini juga cukup baik, pegawai sudah dilatih bekerja sama antar sesama pegawai. Tingkat disiplin pegawai juga sudah mulai cukup baik, karena kami memberikan sanksi kepada pegawai yang terlambat tanpa ada alasan penting, tenaga medis di puskesmas ini sudah sangat memadai dilihat dari banyaknya anggota pegawai di Puskesmas Batangtoru.”( Wawancara, 27 Februari 2017)

3. Akuntabilitas Biaya pelayanan publik

BPJS persalinan adalah program pemerintah yang memberikan kebebasan biayaan pemeriksaan, melahirkan dan nifas kepada setiap ibu hamil, baik ibu hamil tersebut tergolong orang kaya atau orang miskin. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada informan utama dr. Rudi :

“ Semua orang yang ingin menggunakan program BPJS persalinan, tinggal memberikan kartu BPJS kesehatan, KTP si Ibu dan Kartu Keluarga, nanti


(46)

langsung gratis, dengan ketentuan, pemeriksaan kehamilan 4 kali, melahirkan nipas 4 kali kunjungan, dan bayi selama 28 hari.”(Wawancara, 27 februari 2017)

“Puskesmas Batangtoru sangat terbuka dan transparan kepada masyarakat tentang biaya-biaya yang harus dikeluarkan BPJS persalinan atau pun diluar BPJS persalinan, jika tidak mempunyai kartu BPJS persalinan terpaksa masyarakat membayar persalinan seperti umumnya membayar melakukan persalinan biasanya masyarakat yang tak punya kartu BPJS membayar sekitar Rp. 800.000,00”. (Wawancara, 27 Februari 2017)

4. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis Dan Administratif

Pemeriksaan Ibu hamil di Puskesmas Batangtoru dikatakan cukup banyak, dilihat dari laporan persalinan yang telah dilakukan di Puskesmas Batangtoru. Hal ini yang katakan dr. Rudi Selaku kepala puskesmas :

“ Persalinan di Puskesmas ini cukup banyak juga, kita bisa lihat dari laporan perbulannya, puskesmas Batangtoru berupaya juga meningkatkan pelayanan BPJS persalinan Batangtoru dengan memberitahu tentang masalah prosedur, administratif dan sebagainya. Masyarakat yang tidak memiliki BPJS tidak akan sulit mendapatkan pelayanan hanya saja mereka harus membayar seperti persalinan umum lainnya. Proses rujukan pasien dilakukan jika mengalami resiko tinggi kepada ibu hamil, puskesmas akan merujuk pasien ke Rumah Sakit yang berada di Kota Padangsidempuan”. (Wawancara, 27 Februari 2017)


(47)

b. Wawancara Informan tambahan

Wawancara dilakukan kepada informan tambahan pada tanggal 27-01 Maret 2017. Wawancara dilakukan di posyandu di wilayah Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Peneliti mewawancara ibu yang datang ke puskesmas Batangtoru dengan Responden berjumlah 6 orang yang sekalian mengisi kuesioner dan wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung pendapat dari Pasien BPJS

1. Berdasarkan Proses Pelayanan

Bagaimana sikap pegawai puskesmas Batangtoru dalam melayani pasien BPJS Persalinan ?

Ibu Rizki Laila (23 tahun) : “Menurut saya dokter memeriksa saya dengan baik dan ramah, tidak kasar dan asal-asalan, hanya biasa saja, tidak ada yang istimewa atau diperlakukan secara istimewa.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

Ibu Nursiah (44 tahun):

“ Pegawai disini ramah hanya pada orang yang dikenal saja, kalau tidak kenal tidak terlalu ramah, bidannya juga ramah agar ada pasien diluar puskesmas yang berobat, sehingga bidan mendapatkan pendapatan diluar gaji mereka. “(Wawancara, 27 Februari 2017)

Bagaimana tingkat disipilin pegawai dalam melayani pasien BPJS persalinan di Puskesmas Batangtoru ini ?


(48)

“ Saya tidak terlalu tau , apakah pegawai disini datang tepat pada waktunya atau tidak, karena saya juga berobat datangnya siang, jadi tidak terlalu paham tentang hal seperti itu.”(Wawancara, 28 Februari 2017)

Ibu Miswati (33 Tahun) :

“ Pegawai disini memiliki banyak keperluan diluar puskesmas ini, seperti membantu pasien lain diklinik, atau dirumah bersalin lain, maka mereka terkadang tidak ada disini ketika banyak pasien, jadi diganti dengan pegawai atau bidan yang lain.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

Bagaimana tingkat ketelitian Pegawai puskesmas Batangtoru Kepada Pasien dalam melayani BPJS persalinan ?

Ibu Maimunah (36 Tahun) :

“ Tingkat ketelitian cukup baik Kalau pasien itu memeriksa kehamilan atau ingin melahirkan, diperiksa dulu apakah ada penyakit malaria atau hipertensi atau penyakit-penyakit komplikasi yang akan menggangu bayi dalam perutnya, jika ada akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Padangsidempuan atau Rumah Sakit TNI Padangsidempuan.”(Wawancara, 01 Maret 2017)

2. Berdasarkan Biaya Pelayanan Publik

Bagaimana dengan biaya kesehatan di puskesmas ini ? apakah gratis/murah ?

Ibu Yuni (28 tahun) :

“ Biaya persalinan gratis, namun diluar dari persalinan dan segala sesuatu yang tidak masuk kedalam persalinan itu ditanggung sendiri, seperti saya yang mau


(49)

dirujuk kerumah sakit, biaya transportasinya harus saya tanggung sendiri.”(Wawancara,01 Maret 2017)

Ibu Mismawati (33 tahun) :

“Kalau menurut saya cukup murah, jika ingin mengurus surat sakit yang tidak berhubungan dengan kehamilan bayarnya Cuma Rp 2000,00, obatnya juga murah-murah, tidak sampai ratusan ribu.”(Wawancara, 27 Ferbruari 2017)

3. Berdasarkan Persyaratan teknis dan administratif

Apakah pihak Puskesmas memberitahukan prosedur tentang pelayanan BPJS persalinan yang ada di Puskesmas Batangtoru ?

Ibu Yuni (28 tahun) :

“ Saya diberitahu dalam prosedur pemeriksaan, apa yang dilakukan, dan selanjutnya dilakukan, jadi saya juga tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap saya dalam memeriksa, misalnya, saya akan disuntik, sebelumya diberitahu terlebih dahulu”.(Wawancara, 01 Maret 2017)

Bagaimana pelayanan surat menyurat di Puskesmas Batangtoru ? Ibu Rizki Laila (21 tahun) :

“Pelayanan biasa saja, sama seperti saya puskesmas lain, sama saja semuanya, pelayanan tidak cepat, tapi juga tidak lambat”.(Wawancara, 27 Februari 2017)

B. Pembahasan

Pada bagian ini sebuah data yang telah disajikan akan dianalisis sesuai dengan fokus kajian penelitian. Data tersebut diperoleh dengan melakukan studi pustaka, penyebaran kuesioner, dan wawancara terhadap fenomena yang berkaitan


(50)

dengan akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS persalinan, serta melakukan studi dokumentasi. Data tersebut dapat dianalisis dengan mengamati beberapa indikator sebagai berikut :

a. Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Persalinan

Pertanggungjawaban pegawai terhadap pelayanan BPJS di puskesmas Batangtoru dirasakan perlu diperbaiki lagi, dalam hal pelayanan dan ketetapan waktu kedatangan para pegawainya, ketepatan waktu pegawai untuk datang setiap hari akan memperlihatkan akuntabilitas yang baik dari pegawai dalam mengedepankan pelayanan terhadap masyarakat dalam program BPJS persalinan.

Agar tercapainya kinerja pelayanan publik yang baik diperlukan data dari para responden disini diambil dari pasien BPJS persalinan yang melakukan pemeriksaan dan melahirkan di Puskesmas Batangtoru dan Kepala Puskesmas Batangtoru, menurut dr. Rudi ( 39 Tahun) selaku bidang kepala puskesmas Batangtoru mengatakan :

“Pelayanan yang baik merupakan tujuan utama dari Puskesmas Batangtoru ini, dan selama program BPJS persalinan ini dilaksanakan pasien cukup mendapatkan pertolongan melahirkan, dan pemeriksaan dengan cukup baik, disetiap tahun kami selalu mengadakan perbaikan dalam melayani pasien, baik pasien BPJS persalinan ataupun pasien lainnya”. (Wawancara, 27 Februari 2017)

Dari penjelasan dr. Rudi diatas, jelas sudah kalau pelayanan BPJS persalinan sudah berjalan dengan baik, namun ada kekurangan dalam pelayanan,


(51)

namun mereka mencoba untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala bidang untuk memberikan pelayanan kepada pasien secara lebih baik lagi.

b. Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat Berdasarkan Proses

Dari hasil data yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa dipandang dari sudut akuntabilitas kinerja publik berdasarkan proses adalah cukup baik kinerja yang dilakukan berdasarkan proses.

Hal ini dapat dilihat cukup tercapainya kinerja publik berdasarkan proses, dalam hal tentang ada tidaknya kejadian pasien yang terlantar karena terlambat dirujuk dijawab tidak pernah ada oleh 85% responden atau 17 orang dari 20 orang pasien yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sedang yang menjawab beberapa 15 % atau 3 orang dan yang menjawab tidak pernah ada pasien yang terlantarkan karena terlambat di rujuk adalah dikarenakan tidak ada pasien yang diterlantarkan oleh Puskesmas Batangtoru ini, hanya saja proses rujukan terkadang berjalan dengan lambat, serta transportasi untuk menuju rumah sakit tidak gratis, seperti yang dikemukakan dr. Rudi ( 39 tahun) selaku Bidan Kepala Puskesmas Batangtoru:

“Puskesmas melayani rujukan sampai kerumah sakit di Padangsidempuan, namun dalam hal transportasi puskesmas tidak menanggung, jika ingin menggunakan puskesmas keliling, maka pasien harus membayar Rp. 100.000 atau diperbolehkan menggunakan transportasi umum yang lain, atau transportasi pribadi.” (Wawancara, 27 februari 2017)

Pasien yang ingin menggunakan puskesmas keliling harus membayar Rp. 100.000,00, dalam hal ini dirasa kurang memadai, dikarenakan pasien yang biasanya menggunakan program BPJS persalinan adalah tergolong orang yang


(52)

kurang mampu, namun transportasi memang dipungut oleh pihak puskesmas dikarenakan transportasi adalah biaya diluar tanggungan yang dirancangkan pemerintah dalam program BPJS persalinan.

Kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien dilihat dengan keterampilan tenaga medis dalam memeriksa pasien, ketelitian tenaga medis dalam memeriksa pasien, sikap pegawai terhadap pasien. Dalam hal kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien 25% responden atau 5 orang pasien menjawab baik, dan 75% responden menjawab cukup baik dan tidak ada yang menjawab kurang baik, seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Rizki Laila (23 tahun) :

“Menurut saya dokter memeriksa saya dengan baik dan ramah, tidak kasar dan asal-asalan, hanya biasa saja, tidak ada yang istimewa atau diperlakukan secara istimewa.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

Sikap pegawai merupakan hal yang menjadi faktor utama dalam pemeriksaan kepada pasien, ramah tidaknya pegawai dapat memberi pengaruh besar terhadap kondisi pasien yang datang berobat. Menurut responden yang diwawancarai 60% responden atau 12 orang mengatakan ramah dan 40% atau 8 orang mengatakan biasa saja, seperti yang diungkapkan Ibu Miswati (33 tahun): “ Pegawai disini ramah hanya pada orang yang dikenal saja, kalau tidak kenal tidak terlalu ramah, bidannya juga ramah agar ada pasien diluar puskesmas yang berobat, sehingga bidan mendapatkan pendapatan diluar gaji mereka. “(Wawancara, 27 Februari 2017)

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat jika pegawai hanya ingin beramah tamah saja dengan pasien yang mereka kenal, jika tidak kenal sikap mereka biasa saja, dilihat dari bidan yang ada, mereka seperti berlomba-lomba


(53)

agar banyak pasien yang datang kepada mereka, misalnya datang ke klinik bidan, atau memeriksa pasien dirumah. Hal ini sebenarnya kurang baik karena tugas bidan sebenarnya adalah memeriksa pasien tanpa mencari keuntungan untuk mereka sendiri.

Ketepatan waktu kedatangan pegawai menjadi faktor penting dalam kepuasan pasien, kedisiplinan pegawai dalam menjalankan tugasnya harus dilakukan, seperti misalnya puskesmas buka pukul 09.00 semestinya pegawai sudah datang sebelum pukul 09.00, responden yang menjawab tidak berjumlah 40% atau 8 orang, yang menjawab ya 25% atau 5 orang dan yang menjawab tidak tahu ada 35% atau 7 orang. Seperti yang di ungkapkan ibu Annum (30 tahun) : “ Saya tidak terlalu tau , apakah pegawai disini datang tepat pada waktunya atau tidak, karena saya juga berobat datangnya siang, jadi tidak terlalu paham tentang hal seperti itu.”(Wawancara, 28 Februari 2017)

BPJS persalinan adalah program pemerintah yang membantu ibu dalam melahirkan bayi, di Puskesmas Batangtoru ini, melayani pasien rawat inap, dan dalam pertanyaan tentang apakah puskesmas melayani proses melahirkan lewat dari jam kerja yang menjawab tidak. Seperti diungkapkan Ibu Rizki Laila (21 Tahun) :

“Setahu saya pegawai di Puskesmas ini melakukan jadwal piket dihari libur, maka dari itu, puskesmas ini melayani pasien melahirkan juga di luar kerja.”(Wawancara, 27 februari 2017)

Dari pertanyaan dengan ibu Rizki Laila tersebut, jelas kalau puskesmas melayani pasien melahirkan lewat dari jam kerja, hal ini dikatakan baik, dilihat


(54)

dari Puskesmas Batangtoru adalah puskesmas yang melayani pasien rawat inap, dengan jadwal piket bergantian antar pegawai puskesmas.

Kedisiplinan pegawai dalam bekerja dan tanggung jawab pegawai dalam melayani pasien akan terlihat dalam keinginannya berada pada puskesmas pada jam kerja yang telah ditentukan oleh pihak puskesmas, 40 % responden atau 8 orang mengatakan berada ditempat pada jadwal pelayanan, dan 60 % atau 12 orang mengatakan kadang-kadang berada ditempat selama jadwal pelayanan, seperti yang diungkapkan ibu Miswati (33 Tahun) :

“ Pegawai disini memiliki banyak keperluan diluar puskesmas ini, seperti membantu pasien lain diklinik, atau dirumah bersalin lain, maka mereka terkadang tidak ada disini ketika banyak pasien, jadi diganti dengan pegawai atau bidan yang lain.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

Dari pernyataan ibu Mismawati diatas terlihat kalau pegawai atau bidan puskesmas masih menerima pekerjaan diluar dari jadwal jam kerja puskesmas yang telah ditentukan, pegawai yang membantu pasien diluar puskesmas sebenarnya boleh-boleh saja tapi akan lebih baik jika dilakukan diluar jam kerjanya, sehingga tidak menganggu pelayanan terhadap pasien di Puskesmas Batangtoru ini.

Kecepattanggapan atau respon pegawai terhadap pasien dilihat dari keinginan mereka untuk menangani pasien disini 15% atau 3 orang menjawab cepat, 75% atau 15 oramg menjawab biasa saja, dan 10% atau 2 orang mengatakan lambat, seperti yang dikemukakan ibu Nur Alam (34 Tahun) :

“Mereka menangani pasien terlalu santai, seharusnya mereka harus cepat, karena ini masalah nyawa orang.”(Wawancara, 1 Maret 2017)


(55)

Hal seperti ini memang sudah biasa kita lihat di puskesmas, karena terkadang jiwa menolong pegawai puskesmas belum ada, dan mereka terkadang merasa hal tersebut bukan termasuk dalam masalah mereka. Maka dari itu mereka merespon pasien biasa saja, hanya sekedar menjalankan tugas saja.

Dalam pertanyaan setahu saudara apakah ada pasien yang terlantar dan tidak mendapat perhatian dari puskesmas, 85% atau 17 orang mengatakan tidak ada, dan 15% responden atau 3 orang mengatakan beberapa, seperti diungkapkan Ibu Yuni (28 tahun) “

“Mungkin kalau dibilang menelantarkan sih tidak, hanya kadang-kadang pegawai disini terlalu lama dalam menangani pasien, padahal pasien itu sudah menahan rasa sakit, tapi mereka mengerjakan semua dengan santai sekali.”(Wawancara, 1 Maret 2017)

Dari pernyataan Ibu Yuni tadi juga jelas kalau kedisplinan pegawai dipuskesmas ini masih belum bisa dikatakan baik, karena mereka menjalankan semua pekerjaan secara santai, lambat dalam menangani pasien.

Kelengkapan peralatan merupakan hal yang paling utama disetiap puskesmas, bahkan rumah sakit sekalipun, jika kelengkapan peralatan kurang maka pemeriksaan terhadap pasien bisa tertunda, dalam hal kelengkapan peralatan di Puskesmas 40% atau 8 orang responden mengatakan lengkap, 50% atau 10 responden mengatakan cukup lengkap dan 10% atau 2 orang mengatakan kurang lengkap.

BPJS persalinan dibuat pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dalam pernyataan diatas 60% atau 12 responden mengatakan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi, 35% atau 7 responden mengatakan


(56)

kadang-kadang dan 5% atau 1 orang mengatakan tidak berperan aktif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini seperti diungkapkan dr. Rudi, selaku kepala puskesmas Batangtoru :

“ Kalau masalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sudah cukup baik dengan adanya program BPJS persalinan ini, semua ibu bisa melahirkan bayinya secara gratis, pemeriksaan kandungan secara gratis , bayi yang lahir juga diberikan perawatan selama 28 hari setelah kelahiran.”(Wawancara, 1 Maret 2017)

Dari pernyataan dr. Rudi, maka program BPJS sudah berjalan dengan baik, karena memang benar menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi, dikarenakan Ibu-ibu sekarang lebih memilih melahirkan dipuskesmas atau rumah sakir daripada di dukun beranak, karena gratis.

Ketelitian pegawai dalam memeriksa pasien sangat penting dan harus dilakukan dengan cermat dan benar, karena kalau sampai salah akan membahayakan untuk pasien dan bayi yang dikandungannya, 20 % atau 4 responden menjawab baik, 70% atau 14 orang mengatakan cukup baik, dan 10% atau 2 orang mengatakan kurang baik, seperti yang diungkapkan Ibu maimunah (36 Tahun) :

“ Kalau pasien itu memeriksa kehamilan atau ingin melahirkan, diperiksa dulu apakah ada penyakit malaria atau hipertensi atau penyakit-penyakit komplikasi yang akan menggangu bayi dalam perutnya, jika ada akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Padangsidempuan atau Rumah Sakit TNI Padangsidempuan.”(Wawancara, 01 Maret 2017)


(57)

Ketelitian pegawai dalam memeriksa pasien sudah cukup baik dikarenakan pegawai sudah ingin memeriksa apakah ada penyakit komplikasi dari Ibu yang mengandung, karena jika pegawai tidak memeriksa keadaan ibunya dahulu maka akan sangat membahayakan untuk si bayi yang dikandungnya, mungkin bisa meninggal salah satuya atau mungkin bisa meninggal kedua-duanya.

Kedisiplinan pegawai di Puskesmas Batangtoru ini diungkapkan oleh 80% atau 16 responden adalah cukup bagus, dan 20% atau 4 orang mengatakan bagus dan tidak ada responden yang mengatakan tidak bagus.

c. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan

BPJS persalinan adalah program pemerintah yang memberikan kebebas biayaan pemeriksaan, melahirkan dan nifas kepada setiap ibu hamil, baik ibu hamil tersebut tergolong orang kaya atau orang miskin. Dalam pertanyaan apakah saudara pernah dipungut biaya ketika mengurus surat-surat di Puskesmas Batangtoru 100% atau 20 orang responden menyatakan kalau kepengurusan surat-surat BPJS adalah gratis, hanya membutuhkan kartu BPJS, KTP dan Kartu Keluarga saja, seperti diungkapkan oleh dr. Rudi selaku Kepala Puskesmas Batangtoru ( 39 Tahun):

“ Semua orang yang ingin menggunakan program BPJS persalinan, tinggal memberikan kartu BPJS kesehatan, KTP si Ibu dan Kartu Keluarga, nanti langsung gratis, dengan ketentuan, pemeriksaan kehamilan 4 kali, melahirkan nipas 4 kali kunjungan, dan bayi selama 28 hari.”(Wawancara, 27 februari 2017)


(58)

Pelayanan BPJS persalinan yang gratis disebutkan oleh 100% atau 20 orang responden dengan jawaban gratis, tidak ada pasien yang menjawab bayar atau dipungut biaya, seperti diungkapkan Ibu Yuni (28 tahun) :

“ Biaya persalinan gratis, namun diluar dari persalinan dan segala sesuatu yang tidak masuk kedalam persalinan itu ditanggung sendiri, seperti saya yang mau dirujuk kerumah sakit, biaya transportasinya harus saya tanggung sendiri.”(Wawancara,01 Maret 2017)

Dalam pernyataan ibu Yuni diatas, disebutkan bahwa pemerintah hanya menanggung segala permasalahan yang berhubungan dengan si Ibu dan kandungannya, selain itu, puskesmas dan pemerintah tidak menanggung dan otomatis harus ditanggung sendiri oleh pasien yang bersangkutan.

Dalam pertanyaan apakah biaya yang dipungut di puskesmas ini cukup murah, 100% atau 20 orang responden menjawab ya dan tidak ada yang menjawab tidak, hal ini di ungkapkan oleh Ibu Mismawati (33 tahun) :

“Kalau menurut saya cukup murah, jika ingin mengurus surat sakit yang tidak berhubungan dengan kehamilan bayarnya Cuma Rp 2000,00, obatnya juga murah-murah, tidak sampai ratusan ribu.”(Wawancara, 27 Ferbruari 2017)

Ungkapan dari Ibu Mismawati tersebut dapat dikatakan memang benar, pemeriksaan penyakit diluar kehamilan memang bayar, namun masih bisa dijangkau oleh masyarakat disekitar puskesmas Batangtoru, karena tergolong murah.

Masalah biaya dan transparansi di puskesmas Batangtoru juga bisa dikatakan sangan tranparan dan terbuka seperti yang dikatakan oleh dr. Rudi selaku kepala Puskesmas Batangtoru :


(59)

“Puskesmas Batangtoru sangat terbuka dan transparan kepada masyarakat tentang biaya-biaya yang harus dikeluarkan BPJS persalinan atau pun diluar BPJS persalinan, jika tidak mempunyai kartu BPJS persalinan terpaksa masyarakat membayar persalinan seperti umumnya membayar melakukan persalinan biasanya masyarakat yang tak punya kartu BPJS membayar sekitar Rp. 800.000,00”. (Wawancara, 27 Februari 2017)

d. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan, Teknis Dan Administratif

Dalam pertanyaan apakah puskesmas Batangtoru dapat menjangkau seluruh masyarakat disini, 20% atau 4 orang mengatakan ya, 50% atau 10 orang mengatakan kadang-kadang dan 30% atau 6 orang mengatakan tidak dapat menjangkau. Hal ini seperti diungkapkan Ibu Nur Alam (34 tahun):

“Puskesmas Batangtoru ini kan diperuntukkan untuk kecamatan Batangtoru, jadi orang-orang yang berobat disini orang-orang disekitar sini saja, kalau yang jauh berobatnya di PUSTU, POSKESDES, kalau tutup baru mereka datang kesini.”(Wawancara, 01 Maret 2017)

Keberadaan Puskesmas Batangtoru yang diperuntukkan kecamatan Batangtoru memang kurang efektif karena kebanyakan dari daerah tersebut tinggal jauh dari daerah puskesmas, maka dari itu, harus ada fasilitas kesehatan lain seperti Rumah Bidan, POSKESDES, PUSTU.

Penguasaan pelayanan persalinan dan pemeriksaa pasien BPJS Persalinan sangat dibutuhkan dan diharuskan untuk pegawai puskesmas disini, dikarenakan hal ini menyangkut pelayanan terhadap pasien, diungkapkan oleh 70% atau 14 responden yang mengatakan ya dapat menguasai, 30% atau 6 responden


(60)

mengatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menjawab tidak menguasai, seperti diungkapkan Ibu Rizki Laila (21 tahun) :

“Kalau persalinan dilakukan secara normal, bidan dipuskesmas ini sudah sangat ahli dalam melakukan persalinan normal, tapi kalau persalinan secara Caesar puskesmas langsung merujuk ke Rumah Sakit, dikarenakan ketidakmampuan peralatan yang ada di puskemas, untuk membantu persalinan cesar”.(Wawancara, 27 Februari 2017)

Di puskesmas Batangtoru hanya membantu persalinan secara normal saja, tanpa ada masalah pada ibu dan masalah pada bayi, jika ada masalah pada bayi dan ibu maka puskesmas langsung merujuk ke Rumah Sakit, karena puskesmas tidak ingin mengambil resiko tinggi untuk menolong persalinan dengan resiko yang tinggi.

Pelayanan Puskesmas yang dilakukan sesuai dengan keinginan pasien dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dari Puskesmas, pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas sudah sesuai dengan keinginan pasien hal itu disebutkan dalam pernyataan dari 60% atau 12 responden menjawab sesuai dan tidak ada yang menjawab tidak sesuai dan 40% atau 8 orang menjawab tidak tahu.

Dalam prosedur pelayanan menjadi dasar dalam pelayanan terhadap pasien, dalam hal itu 75% atau 15 orang mengatakan ya, pihak puskesmas memberitahu prosedur pemeriksaan, dan 25% atau 5 orang mengatakan kadang-kadang saja diberitahu, seperti yang dikatakan Ibu Yuni (28 tahun) :

“ Saya diberitahu dalam prosedur pemeriksaan, apa yang dilakukan, dan selanjutnya dilakukan, jadi saya juga tahu apa yang akan mereka lakukan


(61)

terhadap saya dalam memeriksa, misalnya, saya akan disuntik, sebelumya diberitahu terlebih dahulu”.(Wawancara, 01 Maret 2017)

Dalam pernyataan diatas dapat dilihat kalau puskesmas telah memberitahukan prosedur pemeriksaan kepada pasien, diberitahu apa yang dilakukan, dan apa yang akan dilakukan bidan terhadap pasien.

Kepengurusan BPJS persalinan membutuhkan Kartu BPJS, KTP si Ibu dan Kartu Keluarga, tidak memerlukan surat-surat yang lain, seperti diungkapkan 100% atau 20 orang responden.

Hal ini dinyatakan lebih baik, jadi si ibu yang ingin melakukan pemeriksaan atau ingin melahirkan perlu menunjukkan kartu BPJS, dan perlu menunjukkan KTP dan Kartu keluarga, kemudian bisa melakukan pemeriksaan, melahirkan, perawatan nifas dan perawatan bayi sampai 28 hari kelahiran.

Dalam hal pengurusan prosedur surat-surat jampersal 60% atau 12 responden mengatakan biasa saja, 40% atau 8 orang mengatakan lambat dan tidak ada yang mengatakan cepat. Hal itu tidak lain dikarenakan kompetensi dari bidan dan pegawai kurang baik, kedisiplinan yang belum tertanam didalam diri pegawai menyebabkan semua prosedur yang ada tidak berjalan dengan cepat.

Dalam BPJS persalinan yang dilakukan puskesmas 80% atau 16 orang mengatakan cukup memuaskan dan 20% atau 4 orang mengatakan kurang memuaskan, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rizki Laila (21 tahun) :

“Pelayanan biasa saja, sama seperti saya berobat puskesmas lain, sama saja semuanya, pelayanan tidak cepat, tapi juga tidak lambat”.(Wawancara, 27 Februari 2017)


(62)

Dari pernyataan dari Ibu Elisa tadi jelas terlihat kalau pegawai melakukan pelayanan biasa saja, tidak dikatakan cepat, namun juga tidak lambat, akan lebih baik lagi jika puskesmas melakukan pelayanan dengan cepat, tangas dan memuaskan semua pasien, tidak hanya pasien BPJS persalinan saja, namun semua pasien Puskesmas Batangtoru.

Tabel 4.29 : Penjelasan Mengenai Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Pada Program BPJS Persalinan Di Puskesmas

No Indikator Akuntabilitas Hasil

1 Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan

Masyarakat Pada Program BPJS Persalinan

Cukup Baik

2 Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat

Berdasarkan Proses

Cukup Baik

3 Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut

Sesuai Dengan Peraturan

Perundang-Undangan

Baik

4 Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik,

Persyaratan Teknis Dan Administratif

Cukup Baik

C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru Dalam Melakukan Akuntabilitas Pelayanan Program BPJS Persalinan

Puskesmas Batangtoru adalah sebagai salah satu penyedia pelayanan publik bagi masyarakat yang sudah pasti mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Batangtoru, diantaranya adalah :


(63)

Obat-obatan yang dibiayai oleh pemerintah terkadang dirasakan masih kurang oleh pihak puskesmas, dikarenakan membludaknya pasien yang melahirkan membuat pihak puskesmas harus mengeluarkan biayanya sendiri untuk menutupi kekurangan obat yang ada, seperti yang dikemukaan oleh dr. Rudi selaku kepala Puskesmas Batangtoru :

“ kalau obat-obatannya kurang kami biaya sendiri, kami beli sendiri ke kota karena pasien yang memeriksa kehamilannya banyak sekali disini” (wawancara, 27 Februari 2017)

2. Kompeten Bidan Yang Masih Kurang

Kompeten adalah kemampuan, keterampilan, penguasaan bidan terhadap pasien, sikap yang dilakukan bidan dalam melayani pasien. Dalam kenyataan dilapangan kompeten bidan di Puskesmas Batangtoru masih dikatakan kurang berhasil, kurang cekatan dalam mengambil keputusan menangani pasien, hal ini di ungkapan sendiri oleh dr. Rudi ( 39 tahun) selaku Kepala Puskesmas Batangtoru : “ kalau kendala dari pasien sih tidak ada malah mereka sangat antusias dalam mengikuti program BPJS ini, tapi kalau dari puskesmas ini pegawai sini kurang kompeten dalam melaksanakan tugas ”.(Wawancara, 27 Februari 2017)

3. Dana yang dicairkan oleh pemerintah dilakukan dalam tempo waktu yang tidak ditentukan, misalnya 3 bulan sekali, sampai 5 bulan sekali, seperti diterapkan oleh dr. Rudi ( 39 tahun) selaku kepala puskesmas :

“ Pembayaran yang kami dapat tidak langsung diberikan pemerintah kepada kami, namun berdasarkan ketentuan yang ada, pertama kami harus menyerahkan laporan bahwa kami telah membantu persalinan si ibu dan kemudian kami harus


(64)

menunggu untuk 3-5 bulan ke depan, untuk menerima pencairan dana BPJS persalinan.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

4. Terkadang ada pasien yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, ketika dibantu oleh bidan atau puskesmas dengan infus, dan kemudian puskesmas meminta bayaran kepada pasien, karena infus tidak termasuk dalam program BPJS persalinan pemerintah, pasien sering tidak terima, mereka mengatakan kalau BPJS persalinan gratis, tapi kenapa bayar, sehingga ada bidan yang dilaporkan ke LSM, dikarenakan hal tersebut, maka jika ada masalah dalam persalinan, Puskesmas Batangtoru langsung merujuk ke Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan atau Rumah Sakit TNI Padangsidimpuan.

5. Membludaknya angka kelahiran karena adanya program BPJS persalinan, seperti diungkapkan dr. Rudi sebagai Kepala Puskesmas Batangtoru :

“ Karena biaya melahirkan yang gratis, masyarakat disini berlomba-lomba memperbanyak anak, apalagi mereka tahu kalau program ini program baru, sampai-sampai orang yang merantau dari daerah pulang kesini hanya untuk melahirkan.”(Wawancara, 27 Februari 2017)

6. Keramahan pegawai yang kurang, jika mereka tidak kenal dengan pasien, sikap mereka biasa saja, tidak ingin terlalu ramah tamah dengan orang yang tidak mereka kenal


(65)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang akuntabilitas pelayanan kesehatan masyarakat pada program BPJS persalinan di Puskesmas Batangtoru, maka dapat ditarik kesimpulan

Secara garis besar pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pegawai puskesmas dikatakan biasa saja dan cukup baik, dalam penelitian ini diambil tiga indikator, diantaranya :

a. Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat Berdasarkan Proses

Jika dilihat pada indikator diatas kinerja yang dilakukan pegawai puskesmas dikatakan :

1. Cukup baik, dalam pelayanan yang dilakukan oleh pegawai tergolong cukup baik, sebagai upaya pegawai puskesmas dalam meningkatkan kesehatan pada ibu dan bayi, serta mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi dengan turunnya program BPJS persalinan dari pemerintah ini. 2. Dalam prosesnya, antusias warga dalam program BPJS persalinan ini

sangat baik, sehingga masyarakat banyak yang mengikuti program BPJS di Puskesmas Batangtoru ini.

3. Kedisiplinan pegawai dilihat segi keterampilan, kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien. Dalam kedisiplinan pegawai dalam program BPJS persalinan dikatakan cukup baik, seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa responden yang telah diwawancarai beberapa waktu yang lalu.


(66)

b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan

Dalam indikator berikut ini biaya pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Batangtoru dikatakan :

1. Sangat murah karena biaya pemeriksaan dan kelahiran digratiskan oleh pemerintah, tanpa adanya pungutan-pungutan liar apapun oleh pihak puskesmas, semua biaya yang ada ditanggung oleh pemerintah.

2. Biaya transportasi untuk pasien rujukan tidak digratiskan oleh pemerintah.

c. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis Dan Administratif

Dalam indikator ini, pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pelayanan administrasi, diantaranya :

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Batangtoru dapat dikatakan cukup memuaskan pasien, pegawai Puskesmas memberikan prosedur penjelasan pengurusan surat-surat BPJS persalinan, memberitahukan apa-apa saja yang harus dibawa ketika ingin melakukan pemeriksaan dan kelahiran, yaitu dengan membawa KTP si ibu dan Kartu Keluarga.

Berdasarkan hal diatas maka penulis menyimpulkan akuntabilitas pelayanan kesehatan pada program BPJS persalinan dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dalam kemampuan pegawai dalam memeriksa pasien, kemudian dilihat lagi dalam hal pengurusan surat-surat dan biaya pemeriksaan serta kelahiran yang dilakukan secara gratis oleh pemerintah, benar-benar


(67)

diterapkan oleh pihak Puskesmas Batangtoru, pengurusan surat-surat dilakukan secara tepat dengan memberitahu pasien tentang tata cara pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan terhadap pasien.

d. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru Dalam Memberikan Pelayanan BPJS Persalinan Kepada Masyarakat

Hambatan-hambatan yang dihadapi puskesmas Batangtoru dalam memberikan pelayanan BPJS persalinan kepada masyarakat adalah :

1. Obat-obatan yang masih kurang dibiayai sendiri oleh puskesmas tanpa adanya bantuan tambahan dari pemerintah.

2. Kompeten dari bidan yang masih kurang, kemampuan bidan dalam memeriksa pasien masih dikatakan biasa saja, kecepattanggapan bidan dalam mengambil keputusan tentang pasien masih lambat.

3. Dana untuk bidan yang membantu melahirkan dan memeriksa pasien BPJS persalinan dicairkan selama 3-5 bulan sekali.

4. Kurangnya pengetahuan pasien terhadap program BPJS persalinan yang dikeluarkan pemerintah.

5. Membludaknya angka kelahiran bayi, karena gratisnya biaya persalinan, masyarakat sepertinya berlomba-lomba melahirkan di Puskesmas

6. Keramahan pegawai yang tidak kenal dengan pasien biasa saja, hanya ingin beramah tamah dengan pasien yang mereka kenal saja.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka dapat pula dikemukakan saran-saran :


(68)

a. Dalam indikator akuntabilitas kinerja publik berdasarkan proses

1. Akan lebih baik jika pegawai meningkatkan kedisiplinan dalam melayani pasien

2. Datang kepuskesmas sebelum jam buka puskesmas

3. Piket yang dilakukan lebih efektif lagi, sehingga pasien yang ingin melakukan persalinan lebih merasa nyaman.

4. Meningkatkan respon terhadap pasien, lebih menganggap pasien lebih penting dari masalah pribadi.

5. Meningkatkan kelengkapan peralatan di Puskesmas, agar pemeriksaan terhadap pasien tidak terhambat

b. Dalam produk pelayanan publik, persyaratan teknis dan adminisratif 1. Lebih meningkatkan pelayanan administrasi secara lebih cepat dan

akan lebih baik jika dilakukan tidak dengan cara manual namun dengan cara komputerisasi sehingga lebih efektif, misalnya penulisan nama pasien dengan cara komputerisasi

2. Menyusun nama pasien sesuai abjad sehingga memudahkan dalam mengambil data pasien.

3. Hendaknya menambah kompeten bidan dengan memberikan pelatihan kepada bidan dan pegawai agar lebih menguasai bidangnya.

4. Langsung merujuk pasien yang tidak bias ditangani di puskesmas. 5. Membatasi jumlah anak pada tiap keluarga, sehingga tidak ada


(69)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah ( 2006: 47 ) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenal sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batangtoru, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan.

C. Informan Penelitian

Menurut Sugiyono ( 2008 : 15 ) dalam sebuah penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi atau sampel. Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang saling bersinergis.

1. Informan kunci penelitian ini adalah dr. Rudi Iskandar sebagai kepala Puskemas Batangtoru

2. Informan tambahan penelitian ini adalah pasien BPJS persalinan pada Puskesmas Batangtoru


(70)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat dikelompokan menjadi dua macam dilihat dari klasifikasi sumbernya yakni :

1. Metode Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang langsung dari objek penelitian, terdiri dari :

a. Metode wawancara secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebanyaknya-banyaknya hingga diperoleh informasi yang rinci,

b. Metode kuesioner dengan menyebarkan daftar pertanyaan menyangkut penelitian pada responden penelitian, dan

c. Metode observasi dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi dilapangan sesuai dengan focus penelitian.

2. Metode pengumpulan data sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung dari objek penelitian terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan, Pengumpulan data melalui buku-buku, makalah, literature yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi, dengan cara mengkaji informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen yang menyangkut dengan masalah penelitian.


(1)

a. Konsep Tentang Masyarakat ... 25

b. Pengertian Masyarakat ... 26

c. Kesehatan Masyarakat ... 27

e. BPJS Kesehatan Persalinan ... 29

F. Definisi Konsep ... 32

G. Sistematika Penulisan ... 35

BAB II METODE PENELITIAN ... A. Bentuk Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Informan Penelitian ... 36

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

E. Metode Analisa Data ... 38

BAB II DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... A.Letak Geografis ... 40

B.Demografis ... 41

C.Visi Puskesmas Batangtoru ... 42

D.Misi Puskesmas Batangtoru ... 43

E. Program Pembangunan Kesehatan Di Wilayah Batangtoru ... 43

F. Situasi Derajat Kesehatan ... 44

G.Status Gizi ... 46


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A.Hasil Penelitian ... 49

A. Hasil Kuesioner Pasien BPJS Kesehatan ... 49

a. Karakteristik Responden ... 49

b. Penyajian Data Tentang Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Persalinan ... 51

`1. Akuntabilitas Kinerja Publik Berdasarkan Proses ... 52

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan di Pungut Sesuai dengan Perundang- undangan ... 60

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan Teknis dan Administratif ... 63

B. Hasil Wawancara ... 69

a. Wawancara Informan Kunci ... 69

b. Wawancara Informan Tambahan ... 72

B.Pembahasan ... 75

a. Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Persalinan ... 75

b. Akuntabilitas Kinerja Publik Dilihat Berdasarkan Proses ... 76

c. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Dipungut Sesuai Peraturan Perundang-Undangan ... 82

d. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik, Persyaratan, Teknis Dan Administratif ... 84


(3)

C.Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Puskesmas Batangtoru ... 88

BAB V PENUTUP ... 91

a. Kesimpulan ... 91

b. Saran ... 93


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk Menurut Jumlah jiwa, luas wilayah, kepadatan penduduk dan rata – rata jiwa / KK

Tabel 4.1 : Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 : Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

Tabel 4.4 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kejadian Pasien Yang Terlantar Karena Terlambat Dirujuk

Tabel 4.5 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Pegawai Puskesmas Dalam Memeriksa Pasien

Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pegawai Puskesmas Dalam Melayani Pasien

Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pegawai Datang Tepat Pada Waktunya

Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai Yang Selalu Berada Ditempat Selama Jadwal Pelayanan

Tabel 4.9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Respon Pegawai Terhadap Pasien

Tabel 4.10 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pasien Yang Terlantar Dan Tidak Mendapat Perhatian Dari Pihak Puskesmas

Tabel 4.11 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kelengkapan Peralatan Puskesmas Batangtoru

Tabel 4.12 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Program BPJS Persalinan Berperan Aktif Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu Dan Bayi

Tabel 4.13 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Ketelitian Pegawai Puskesmas Dalam Memeriksa Pasien BPJS Persalinan

Tabel 4.14 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Pegawai Puskesmas Batangtoru

Tabel 4.15 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pungutan Biaya Ketika Mengurus Surat-Surat Di Puskesmas Ini

Tabel 4.16 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Persalinan Pada Puskesmas Batangtoru Gratis

Tabel 4.17 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Biaya Yang Di Keluarkan Dalam Sekali Memeriksakan Kehamilan


(5)

Tabel 4.18 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Biaya Yang Dipungut Puskesmas Batangtoru Cukup Murah

Tabel 4.19 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Puskesmas Batangtoru Yang Dapat Menjangkau Seluruh Masyarakat

Tabel 4.20 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai Puskesmas Yang Menguasai Pelayanan Persalinan Di Puskesmas

Tabel 4.21 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Jadwal Pelayanan Puskesmas Sudah Sesuai Dengan Keinginan Responden

Tabel 4.22 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Puskesmas Yang Memiliki Jenjang Prosedur Pemeriksaan Yang Tetap

Tabel 4.23 : Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tanggapan Anda Mengenai Prosedur Pemeriksaan Di Puskesmas

Tabel 4.24 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pihak Puskesmas Memberitahu Informasi Prosedur Pemeriksaan

Tabel 4.25 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Puskesmas Memberikan Kartu BPJS Ketika Pertama Kali Memeriksa Kehamilan

Tabel 4.26 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prosedur Pengurusan Surat-Surat Untuk BPJS Persalinan

Tabel 4.27 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan BPJS Persalinan Yang Dilakukan Di Puskesmas Batangtoru

Tabel 4.28 : Penjelasan Mengenai Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Pada Program BPJS Persalinan Di Puskesmas


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Kuesioner Kepada Pasien BPJS Persalinan Lampiran 2 : Daftar Laporan Wawancara Pihak Puskesmas Lampiran 3 : Laporan Wawancara Pasien Puskesmas Lampiran 4 : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran 5 : Penunjukkan Dosen Pembimbing

Lampiran 6 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 8 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru


Dokumen yang terkait

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 0 13

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 1 1

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 0 35

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 0 4

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan ) Chapter III V

0 0 56

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 0 3

Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Program BPJS Kesehatan Dalam Melayani Persalinan ( Studi Kasus di Puskesmas Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan )

0 0 9

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 25