41
bagi Anissa. Tapi kemudian Anissa sadar bahwa untuk menciptakan lingkungan nyaman, seseorang harus mengubah dirinya menjadi nyaman. Dan
itu yang dilakukan oleh Ibu, yang iasa dipanggil Nyai. Rasa diam itu, yang dianggap Anissa sikap lemah dan tak berdaya, sebenarnya adalah sikap toleran
dan pengertian demi lingkungan stabil yang dia perjuangan. Akhirnya Anissa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Kata maaf dari
Anissa bukan ditujukan untuk suatu kesalahan. Tapi sebuah sujud rasa bakti kepada orang tua. Dalam kata maaf itu, Anissa berjanji untuk terus berjuang
menjadi yang terbaik. Menjadi muslimah sebagaimana yang Ayah dan Ibunya inginkan.
4
D. Kontroversi dalam film Perempuan Berkalung Sorban
Di dalam film Perempuan Berkalung Sorban menceritakan perlawanan Anissa, seorang santriwati terhadap pengekangan perempuan di pesantren.
Dalam film itu, Anissa berkata Islam tidak adil terhadap perempuan. Film menampilkan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan ulama dengan
dalih agama, seperti perempuan tidak boleh jadi pemimpin, perempuan tidak boleh naik kuda, perempuan tidak perlu berpendapat dan perempuan tidak
boleh keluar rumah tanpa disertai muhrimnya. Setting film ini rentang tahun 1980-an hingga 1998.
Hal inilah yang memicu adanya kontroversi ditengah masyarakat pada saat itu. Salah satunya adalah Imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub
4
Dokumen Resmi PT Kharisma Starvision Plus Jakarta
42
menyerukan agar film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini diboikot. Bagi Ali Mustafa Yaqub yang juga menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia MUI, ada dua hal yang menyakitkan umat Islam mengajarkan yang tidak sesuai perkembangan zaman, misalnya, seorang
perempuan tidak boleh keluar rumah untuk belajar dan sebagainya sesuai dengan mahromnya dan sebagainya itu. Kedua, penggambaran salah tentang
pesantren. “Pencitraan tentang pesantren sangat disayangkan sekali, bahkan saya berani mengatakan itu bukan hanya merusak citra saja tapi memfitnah
itu,” kata pemimpin Pondok Pesantren Daarus Sunna tersebut.
5
Tetapi disamping itu ada pula yang setuju dengan penayangan film ini, salah satunya adalah Siti Musdah Mulia Dosen UIN Syarif Hidayatullah
sekaligus Staf ahli Departemen Agama, beliau tidak setuju dengan seruan boikot film Perempuan Berkalung Sorban. Ia menilai film itu justru
mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan dengan mengatasnamakan agama.
6
Saya membenarkan film ini mengangkat realitas. Dalam prakteknya seperti itu, sebagai umat Islam kita tidak suka agama kita membelenggu
perempuan, ketinggalan zaman. Tapi pada kenyataannya masih banyak yang seperti itu. Musdah menghimbau umat Islam sebaiknya tidak gampang marah
bila mendapat kritik atas praktek diskriminasi perempuan yang
5
Brawijaya Forum, Imam Besar Istiqlal Serukan Boikot Film Perempuan Berkalung Sorban, artikel diakses pada tanggal 02 Maret 2010 dari http: forum.brawijaya.ac.idindex.
Php?action=vthreadforum=67topic=2940, pada pukul 15.30 wib
6
Kontroversi film Perempuan Berkalung Sorban, artikel diakses pada tanggal 03 Maret 2010 dari
http:genenetto.blogspot.com200902kontroversi-film-perempuan-berkalung.html ,
pada pukul 16.30 wib
43
mengatasnamakan agama. Umat Islam harus jujur dan mengakui selama ini ada tokoh agama atau ulama yang sering mengajarkan pandangan yang salah
tentang hak dan kewajiban perempuan Islam. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa perempuan adalah manusia
yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia ia lahir dengan naluri untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang
ditempuhnya. Posisi perempuan yang selama ini menjadi manusia nomor dua akan mengebiri dan menindas perempuan. Kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas dan kecerdasan diri akan membentur sekat-sekat budaya yang telah dikontruksikan oleh masyarakat. Kebebasan untuk tumbuh
ini belum tampak diberikan oleh orang tua kepada perempuan. Kalaupun ada hanyalah bersifat semu dan sesaat. Perempuan diperbolehkan sekolah dan
kuliah namun masih dibatasi geraknya untuk keluar rumah mencari aktivitas. Sejarah perempuan sangat menyedihkan harus dibunuh jiwa kreatifitasnya
oleh orang-orang yang melindunginya secara berlebihan. Akibatnya, perempuan serasa lumpuh dan tidak bisa mengakses kemajuan. Mengubah
cara pandang atau pikiran adalah membohongi sekat-sekat ketidakadilan dalam struktur pemahaman masyarakat. Selama ini perempuan
dininabobokkan oleh pandangan bahwa perempuan ada di balik kesuksesan suami. Akibatnya, perempuan bergantung sepenuhnya dibawah ketiak laki-
laki tanpa mau mengambil peran penting dalam wilayah publik.
7
7
Najlah, Otonomi Perempuan, h. 56.
44
E. Tim Produksi dan Pemeran Film Perempuan Berkalung Sorban