Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

OLEH

HERLINA ADELIA MANULLANG 100501112

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN

The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.

Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.

Keywords : Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : Uji akar unit, Uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan Uji kausalitas Granger.


(4)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk orang tua tercinta (Hasoloan Simanullang, S.Pd dan Frida Sinaga, S.Pd) yang telah mengasuh,

mendidik, mendoakan dan mendukung berupa moril dan materil kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, baik berupa bimbingan, saran dan dorongan moril, yaitu: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan selama masa perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk, kritik dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Teman – teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 yang telah banyak memberikan dukungan, masukan dan motivasi kepada penulis selama masa pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk skripsi ini dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2014 Penulis

NIM. 100501112


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi . ... 7

2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.2.1. Teori Pertumbuhan Klasik ... 9

2.2.2. Teori Schumpeter ... 10

2.2.3. Teori Harrod-Domar ... 11

2.2.4. Model Pertumbuhan Solow ... 12

2.3. Foreign Direct Investment (FDI) ... 14

2.3.1. Motif Foreign Direct Investment ... 14

2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment ... 16

2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 17

2.5. Penelitian Terdahulu ... 19

2.6. Kerangka Pemikiran ... 22

2.7. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 23

3.2. Batasan Operasional ... 23

3.3. Pengolahan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 24


(7)

3.4.2. Penentuan Lag Lenght ... 25

3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ... 26

3.4.4. Granger Causality Test ... 27

3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR) ... 28

3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM) ... 29

3.5. Definisi Operasional... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 31

4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN... 33

4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 34

4.2. Uji Akar Unit ... 35

4.3. Penentuan Lag Lenght ... 36

4.4. Uji Kointegrasi ... 38

4.5. Uji Granger Causality ... 40

4.6. Model Vector Auto Regretion (VAR) ... 43

4.7. Vector Error Correction Model (VECM) ... 44

4.7.1. Indonesia... 44

4.7.2. Malaysia... 46

4.7.3. Filipina ... 47

4.7.4. Singapura ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI

Di Asean ... 32

4.2 Hasil Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 36

4.3 Penentuan Lag Lenght ... 37

4.4 Hasil Uji Kointegrasi Johansen ... 38

4.5 Hasil Estimasi VAR Thailand... 40

4.6 Hasil Estimasi VECM ... 47


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Lewat Beberapa Jalur……….. 17 2.2 Kerangka Pemikiran... 22


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(Level) ... 57

2 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1st different) ... 57

3 Uji Akar Unit FDI Indonesia (Level) ... 57

4 Uji Akar Unit FDI Indonesia (1st different) ... 58

5 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (Level) ... 58

6 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (1st different) ... 58

7 Uji Akar Unit FDI Malaysia (Level) ... 59

8 Uji Akar Unit FDI Malaysia (1st different) ... 59

9 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (Level) .. 59

10 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (1st different) ... 60

11 Uji Akar Unit FDI Filipina (Level) ... 60

12 Uji Akar Unit FDI Filipina (1st different) ... 60

13 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (Level) 61 14 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (1st different) ... 61

15 Uji Akar Unit FDI Singapura (Level) ... 61

16 Uji Akar Unit FDI Singapura (1st different) ... 62

17 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Thailand (Level) . 62 18 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Thailand (1st different) ... 62

19 Uji Akar Unit FDI Thailand (Level) ... 63

20 Uji Akar Unit FDI Thailand (1st different) ... 63

21 Lag Lenght Indonesia ... 63

22 Lag Lenght Malaysia ... 64

23 Lag Lenght Filipina ... 64

24 Lag Lenght Singapura ... 65

25 Lag Lenght Thailand ... 65

26 Kointegrasi Indonesia ... 66

27 Uji Koitegrasi Malaysia ... 66

28 Uji Kointegrasi Filipina ... 67

29 Uji Kointegrasi Singapura ... 67

30 Uji Kointegrasi Thailand ... 68

31 Uji VAR Thailand ... 68

32 Uji VECM Indonesia ... 69


(11)

34 Uji VECM Filipina ... 71

35 Uji VECM Singapura ... 72

36 Granger Causality Indonesia ... 73

37 Granger Causality Malaysia... 74

38 Granger Causality Filipina ... 74

39 Granger Causality Singapura ... 74


(12)

(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN

The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.

Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.

Keywords : Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.


(14)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : Uji akar unit, Uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan Uji kausalitas Granger.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara untuk dapat memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan internasional maupun investasi. Situasi ini pun dianggap sebagai suatu peluang bagi seluruh negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Perekonomian dunia yang mengglobal ini telah menciptakan kondisi saling ketergantungan ekonomi antar-negara, dan cenderung menimbulkan proses penyatuan aktivitas ekonomi baik di sektor riel maupun sektor keuangan, sehingga batas-batas antar-negara dalam berbagai praktik kegiatan ekonomi tersebut seakan-akan tidak berlaku lagi.

Timbulnya ketergantungan antarnegara umumnya disebabkan oleh sumber daya alam yang dimiliki oleh masing – masing negara sangat terbatas, sehingga setiap negara membutuhkan bantuan dari negara lain (Huala Adolf, 2003). Sebagai motor penggeraknya adalah sistem persaingan yang oleh sebagian pihak menganggap akan dapat menghasilkan perbaikan kualitas pemenuhan kebutuhan dan pelayanan bagi para pelaku ekonomi di negara-negara yang terlibat. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia telah meningkatkan aliran dana maupun investasi, meningkatkan peredaran uang dan modal, menciptakan alih – teknologi, melancarkan distribusi hasil – hasil produksi, serta menciptakan produk berstandar global.


(16)

Tetapi oleh sebagian pihak lainnya, mengatakan bahwa globalisasi justru dapat menciptakan malapetaka, akibat eksploitasi sumber daya ekonomi oleh negara-negara yang lemah sebagai akibat lemahnya sendi-sendi ekonomi dasar mereka, seperti lembaga ekonomi, SDM atau sistem ekonomi yang berlaku. Misalnya dapat memperburuk neraca pembayaran karena masyarakat cenderung menyukai barang impor sedangkan hasil ekspor dalam negeri kalah bersaing dengan perusahaan raksasa di dunia.

Di era globalisasi ini Foreign Direct Investmet (FDI) memegang peran penting dalam bisnis internasional. Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan liberalisasi perdagangan yang merupakan ciri dari kondisi perekonomian yag semakin mengglobal. Integrasi ekonomi terjadi di antara negara-negara di dunia yang mendorong munculnya kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional yang terbesar di dunia, yaitu European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan Eropa, North American Free Trade Area (NAFTA) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk kawasan Amerika Utara dan Associaton of South East Asian Nations (ASEAN) yang merupakan bentuk integrasi bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Asia Tenggara. Saat ini ASEAN juga melakukan kerjasama dengan negara Jepang, Korea Selatan, dan RRC yang disebut dengan kawasan ASEAN+3.

Situasi ini akan mempengaruhi iklim investasi dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI), yang saat ini banyak dipilih oleh investor. FDI mempunyai dampak jangka panjang untuk negara penerima, dimana dalam FDI


(17)

tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, maupun manajemen. Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di host country.

Pada awalnya FDI dapat memperbaiki posisi devisa di host country, namun dalam jangka panjang bisa berdampak mengurangi devisa itu sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh impor besar-besaran dari barang setengah jadi serta barang modal di host country dan diperburuk oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga serta royalti. FDI juga dapat menyebabkan turunnya investasi domestik, karena kalah bersaing dengan modal asing. (Haryadi, R.Oktaviani, M.Tambunan, dan N.A.Achsani, 2008)

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi yang anggotanya berasal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di kota Bangkok, Thailand melalui Deklarasi Bangkok yang diprakarsai oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Pada tanggal 7 Januari 1984 Brunei Darussalam bergabung dengan ASEAN disusul dengan Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara merupakan anggota ASEAN kecuali Timor Leste dan Papua Nugini dan hanya mendapat status pemerhati dalam ASEAN (Ridwan.A.Z dalam situs www.ridwanaz.com, 2013).

Tujuan didirikannya ASEAN yaitu untuk meningkatkan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan dan memajukan perdamaian di tingkat regional. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-23 ASEAN di Bandar


(18)

Seri Begawan, Brunei Darussalam disepakati untuk memperdalam, memperluas, dan mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan perekonomian global, khususnya melalui penerapan kawasan perdagangan bebas negara-negara ASEAN melalui Asean Economic Community (AEC) yang dimulai pada Desember 2015.

Implementasi AEC 2015 akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi, menjadikan ASEAN sebagai kawassan ekonomi yang kompetitif, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, serta mengakselerasi integrasi ekonomi regional menuju ekonomi global (Eddy Cahyono.S dalam situs www.setkab.go.id , 2013)

Untuk menghadapi hal diatas, harus disadari bahwa sebagian besar negara di kawasan ASEAN merupakan negara berkembang dan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara – negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

Menurut Jonker Sihombing (2008), pemerintah harus mengupayakan sumber pembiayaan pembangunan dari alternatif - alternatif yang tersedia, baik yang bersumber dari dalam maupun yang bersumber dari luar negeri. Apabila ternyata persediaan tabungan di dalam negeri tidak tercukupi, maka salah satu cara untuk mendapatkan suntikan modal adalah dengan menarik investasi asing langsung (FDI). Dalam hal tertentu, FDI hanyalah pelengkap investasi domestik. Namun, dalam perkembangannya FDI memiliki peranan penting dalam investasi


(19)

secara keseluruhan terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.

Berdasarkan kondisi diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian terkait dengan FDI dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN yang berjudul “Analisis Kausalitas Antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”. 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?

2. Apakah terdapat hubungan kausalitas atau timbal balik antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terkait masalah yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu:

1. Menganalisis hubungan jangka panjang antara foreign direct investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

2. Menganalisis hubungan kausalitas atau timbal balik antara foreign direct investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ,yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama berada di bangku perkuliahan serta merupakan syarat dalam menyelesaikan perkuliahan bagi peneliti.

2. Sebagai literatur dan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dimasa yang akan datang bagi para pembuat kebijakan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian terdahulu, yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menganalisis hubungan kedua variabel diatas, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan penelitian yang benar mengenai hubungan dan pengaruh antara kedua variabel tersebut.

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya terdapat pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:9)

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith, 2003). Ada tiga


(22)

komponen utama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu masyarakat (Todaro:2000), yaitu:

1. Akumulasi modal

Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Demikian pula investasi dalam sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap produksi, bahkan akan lebih besar lagi bertambahnya jumlah manusia.

2. Pertumbuhan penduduk

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Dengan demikian, perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.


(23)

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih penting. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka ditemukan pula cara berproduksi atau perbaikan produksi yang dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi.

2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori pertumbuhan klasik dipelopori oleh beberapa tokoh, yaitu Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, The Law of Diminishing Returns akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Apabila jumlah penduduk terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk akan menjadi negatif, maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi dapat


(24)

mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

2.2.2. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan atas dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan penanam modal terpengaruh.

Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah lama. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “ keadaan


(25)

tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

2.2.3. Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrord-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar dan Roy F.Harrod. Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP.

………... (2.1)

Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( ) ditentukan secara bersama-sama oleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k).


(26)

2.2.4. Model Pertumbuhan Solow

Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan investasi, pertumbuhan dan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2000:114). Dalam teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output, modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut.

………... (2.2) Dari persamaan 2 terlihat bahwa output per pekerja (Y) adalah fungsi dari capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “ the law of deminishing return “, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per labor akan menambah output per pekerja dan bahkan dapat mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai berikut.

………... (2.3) Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan menguranginya.

t ………... (2.4) ,dimana adalah porsi penyusutan terhadap capital stock.


(27)

Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital sock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal.

Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi lebih dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock.

Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. t, ...………... (2.5) dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori in diprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP perkapita yang rendah (Mankiw, 2000:101).

Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y = f (K,L,E), dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

t, ………... (2.6) dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja. Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan


(28)

ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus tumbuh.

Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan beerpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

2.3. Foreign Direct Investment (FDI)

FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.

2.3.1. Motif Foreign Direct Investment

Berikut merupakan motif suatu negara melakukan investasi dalam bentuk FDI, diantaranya:


(29)

a. Untuk mendapatkan return yang lebih tiggi, perpajakan yang lebih menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik.

b. Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada impor sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.

c. Untuk memiliki competitive advantage melalui direct control dengan melakukan hal-hal berikut ini:

Horizontal Integration

Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar yang biasanya berada dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan tujuan untuk melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan ilmu pengetahuan atau teknologi, dan managerial skill tertentu sehingga tetap memiliki competiive advantage di setiap pasar luar negeri yang dimasuki.

Vertical Integration

Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun forward integration”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin. Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik.


(30)

2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment

a. Dampak Positif

• Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.

• Terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan di bindang manajerial perusahaan.

• Mendorong pembangunan regional dan sektoral. • Membuka lapangan pekerjaan.

• Kenaikan produksi dan pendapataan nasional negara sasaran.

• Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri. b. Dampak negatif

•Munculnya dominasi industrial, yang berpotensi mematikan industri dalam negeri yang kalah dalam segi modal.

•Perubahan budaya.

•Ketergantungan teknologi.

•Return berpotensi lari ke luar negeri. Hal ini tergantung pada kebijakan pemerintah untuk mengatur perputaran uang di dalam negeri agar dapat terserap optimal.


(31)

2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi

Secara teori, FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya bagi negara tuan rumah lewat beberapa jalur seperti yang dikemukakan oleh Tulus Tambunan (2008) .

Gambar 2.1

Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lewat Beberapa Jalur

Pertama, melalui pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti terjadinya penambahan output atau PDB, total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Hal ini merupakan dampak langsung. Pertumbuhan X berarti adanya penambahan cadangan devisa (CD) yang selanjutnya terjadinya peningkatan kemampuan suatu


(32)

negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). Kedua, masih dari sisi suplai, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri (tidak adanya impor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan FDI terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek FDI maka semakin kecil efek penggandaan tersebut. Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Jika penambahan permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap. Sebaliknya jika permintaan konsumsi tersebut dalam bentuk peningkatan impor, maka efeknya tidak ada. Jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya FDI, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Dengan demikian kehadiran FDI memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah. Keempat, peran FDI sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama, yaitu lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan FDI, ketika pindah ke perusahaan domestik


(33)

mereka telah membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusaan FDI ke perusaan domestik dan lewat keterkaitan produksi antara FDI dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi satu topik yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa penelitian/studi empiris terdahulu mengenai hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi, yakni:

Luiz De Mello pada tahun 1999 meneliti hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai dampak FDI pada akumulasi modal, output dan pertumbuhan total faktor produktifitas (TFP). Penelitian ini menggunakan data time series dan panel dengan sampel negara-negara OECD dan non-OECD pada periode 1970-1990. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa meskipun FDI diekspektasikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui transfer teknologi dan pengetahuan, namun hubungan ini dipengaruhi oleh derajat saling melengkapi (complementary) dan derajat substitusi antara FDI dan investasi dalam negeri.

Dritsaki dan Adamopoulos pada tahun 2004 melakukan penelitian untuk mengkaji hubungan antara perdagangan, FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara Yunani pada periode waktu 1960 – 2002. Melalui analisa kointegrasi menunjukkan bahwa adanya hubungan keseimbangan jangka panjang. Sedangkan hasil dari pengujian kausalitas Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan


(34)

satu arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, hubungan saling mempengaruhi antara FDI dan pertumbuhan ekonomi serta hubungan saling mempengaruhi antara FDI dan ekspor.

Li dan Liu pada tahun 2005 melakukan penelitian untuk menguji hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan komplemen yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Modal manusia dan kemampuan menyerap teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Hal ini akan menaikkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing.

Khaliq dan Noy pada tahun 2007 meneliti mengenai dampak FDI pada pertumbuhan ekonomi selama periode 1997-2006. Dalam penelitian ini, FDI disimpulkan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada level agregat. Akan tetapi keuntungan ini tidak ditemukan kembali saat diteliti dampaknya secara sektoral karena berdasarkan hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa hanya ada beberapa sektor yang menunjukkan dampak positif dari FDI secara signifikan, bahkan ada satu sektor yang menunjukkan dampak negatif akibat aliran FDI yang masuk (sektor pertambangan).


(35)

Eni Setyowati, Wuryaningsih dan Rini Kuswari pada tahun 2008 meneliti kausalitass investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan error correction model. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki dampak siginifikan dalam jangka pendek adalah investasi asing langsung (FDI) terhadap PDB dan sebaliknya. Hasil penelitian ini telah membuktikan adanya kausalitas dua arah.

Andrian Tony Prakoso pada tahun 2009 menganalisis hubungan perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 1990-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan kausalitas dua arah, pertumbuhan ekonomi menyebabkan FDI, dan perdagangan internasional menyebabkan FDI.

Deviyantini pada tahun 2012 melakukan penelitian dampak FDI dan kinerja ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan studi komparatif negara maju dan negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat hubungan satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan mempengaruhi GDP. Hubungan satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Untuk kasus di negara maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI merupakan faktor yang mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi.


(36)

2.6. Kerangka Pemikiran

Globalisasi

Integrasi Ekonomi

Foreign Direct Investment (FDI)

Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dengan pertumbuhan

ekonomi di ASEAN.

2. Terdapat hubungan timbal balik (dua arah) antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data time series yang bersifat kuantitatif. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian adalah dari tahun 1981 sampai tahun 2012. Sumber data yang diperoleh berasal dari situs resmi World Bank . Penelitian juga menggunakan sumber – sumber lain seperti jurnal, artikel serta literatur – literatur lainnya untuk menambahkan informasi terkait penelitian.

3.2. Batasan Operasional

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan mengarahkan pembicaraan sesuai dengan penelitian maka peneliti membuat batasan operasional yaitu dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1981-2012 di negara-negara ASEAN. Adapun negara-negara ASEAN yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Dalam penelitian ini dikaji hubungan kausalitas antara foreign direct investment (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN selama kurun waktu 1981-2012.

3.3. Pengolahan Data

Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis menggunakan program Eviews 5 sebagai program pembantu dalam pengolahan data.


(38)

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Granger Causality Test yang bertujuan untuk melihat hubungan timbal balik antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Apabila semua variabel tidak mengandung akar unit pada derajat level, maka digunakan model VAR biasa, tetapi apabila variabel mengandung akar unit, maka variabel tersebut harus didiferensiasi dan dilakukan uji kointegrasi. Jika variabel hasil diferensi tidak menganduung akar unit dan terjadi kointegrasi, maka model yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Apabila variabel dalam keadaan tidak mengandung akar unit dan tidak berkointegrasi satu sama lain, maka model yang digunakan adalah Vector Auto Regression (VAR) bentuk differensiasi.

Data Time Series

Uji Stasioneritas Data

Stasioner dan Terkointegrasi Tidak Stasioner

VAR Bentuk Level Stasioner Dideferensi Data

VAR Bentuk Diferensi Terjadi Kointegrasi

VECM

Sumber: Agus Widarjono (2013)


(39)

Tahapan Pembentukan Model VAR

3.4.1. Uji Akar Unit (Testing for Unit Root)

Validitas hipotesis kausalitas FDI dan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test). Pengujian dilakukan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregresif yang ditaksir memiliki nilai satu atau tidak. Model autoregresif tidak memiliki distribusi yang baku, maka untuk mengujinya digunakan metode yang dikembangkan oleh Dickey dan Fuller (Gujarati,1998).

Pengujian Dickey-Fuller hanya terbatas pada first-order autoregressive process atau AR(1). Asumsi white noise error tidak berlaku jika data time series berkorelasi pada lag yang lebih tinggi. Untuk pengujian akar unit dengan tingkat yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF).

Adapun formula dari Augmented Dickey Fuller dapat dinyatakan sebagai berikut: t= β1 + β2t + Yt-1+αt t-1 + t ……...……….. (3.1) Nilai DF atau ADF yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan nilai kritisya. Jika hasil perhitungan DF atau ADF nilainya lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada akar unit dapat ditolak. Dengan kata lain bahwa variabel yang diamati telah stasioner.

3.4.2. Penentuan Lag Lenght

Salah satu masalah yang terdapat dalam model ekonomietrik adalah penentuan panjang kelambanan (lag lenght). Apabila lag yang digunakan terlalu


(40)

sedikit, maka residual dalam regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Sedangkan apabila lag yang digunakan terlalu banyak justru sapat mengurangi kemampuan menolah H0 karena penambahan parameteryang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas.

Panjang lag optimal dapat menggunakan beberapa kriteria seperti Akaike Information Criteria (AIC), Hannan Quinn Criteria (HQC) dan Schward Bayesian Criteria (SBC) yang dirumuskan sebagai berikut:

... (3.2) ... (3.3)

... (3.4)

Keterangan:

T = Ukuran sampel k = Jumlah variabel

p = Nilai p yang meminimumkan kriteria informasi dalam interval 1,..,pmax yang diamati

Panjang kelambanan optimal dapat terjadi jika nilai-nilai kriteria tersebut mempunyai nilai absolut yang paling kecil.

3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Setelah mengetahui bahwa data FDI dan pertumbuhan ekonomi stasioner, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut. Hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi dapat diuji dengan menggunakan Johansen Test. Johansen menyarankan


(41)

melakukan dua uji statistik untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut. Pertama, uji trace (trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null

hypothesis) dengan syarat bahwa jumlah arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p. Uji ini dapat dilakukan dengan persamaan:

... (3.5) Dimana λr+1, … , λn adalah nilai eigen vector terkecil (p – r). Null hypothesis yang telah disepakati merupakan jumlah dari kointegrasi sama banyaknya dengan r. Dengan kata lain, jumlah vektor kointegrasi lebih kecil atau sama dengan r, dimana r = 0, 1, 2 dan seterusnya.

Kedua, uji maksimum eigen value (λmax) dengan menggunakan persamaan: ... (3.6) Uji ini berkaitan dengan uji null hypothesis bahwa dimana terdapat r dari vektor kointegrasi. Hubungan kointegrasi dilihat dari besarnya nilai trace statistik dan maximum Eigen statistik yang dibandingkan dengan critical value pada tingkat kesalahan 1%, 5%, ataupun 10%.

3.4.4. Granger Causality Test

Pengujian dengan menggunakan metode Granger Causality Test

digunakan untuk melihat hubungan timbal balik antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Dengan demikian, dapat diketahui apakah kedua variabel tersebut mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini model Granger Causality Test :

FDIt = i FDIt-i + j GDPt-j + μt ………... (3.3) GDPt = i GDPt-i + j FDIt-j + μ2t ………... (3.4)


(42)

Dimana:

GDP = Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN FDI = Foreign Direct Investment μ = Error Terms

Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear diatas akan dihasilkan empat kemungkinan keadaan hubungan, yaitu:

• Jika i

0 dan

j

= 0,

maka terdapat kausalitas searah antara GDP ke FDI.

Jika

j

0 dan

i

= 0 ,

maka terdapat kausalitas searah antara FDI ke GDP.

Jika

i

0 dan

j

≠ 0 ,

maka terdapat kausalitas bilateral (dua arah) antara FDI dan GDP

.

Jika

i

=

0 dan

j

= 0,

maka FDI maupun GDP tidak saling berhubungan (independen).

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas diatas maka dapat dilakukan F-Test untuk masing-masing regresi.

3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR)

VAR digunakan sebagai sistem untuk meramal variabel time series yang saling berhubungan dan menganalisis dampak dinamis dari gangguan yang bersifat random. VAR tidak perlu membedakan variabel eksogen dan variabel endogen, namun diperlukan kelambanan variabel untuk melihat hubungan antara variabel. Model VAR yang digunakan dalam model VAR adalah:


(43)

... (3.8) Dengan menggunakan model VAR, maka dapat diamati pergerakan atau tren data – data yang diamati sehingga dapat dilakukan peramalan. Peramalan ini merupakan sebuah eksrapolasi nilai saat ini dan dimasa depan dengan menggunakan informasi dimasa lalu.

3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM)

Engel dan Granger menunjukkan bahwa meskipun data time series sering tidak stasioner pada tingkat level, tetapi kombinasi linier antara dua atau lebih data yang tidak stasioner dapat diubah menjadi stasioner. Model VECM digunakan dalam model VAR non structural apabila data time series tidak stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi, sehingga menunjukkan hubungan teoritis antar variabel.

Spesifikasi VECM meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel agar kovergen dalam hubugan kointegrasi, namun tetap membiarkan perubahan dinamis dalam jangka pendek. Model VECM terdiri atas dua persamaan, yaitu:

... (3.9)

... (3.10) Dalam model VECM terdapat et-1 yang merupakan koreksi kesalahan dalam


(44)

3.5. Definisi Operasional

Forreign Direct Investment (% of GDP)

Foreign direct Investment (FDI) net inflows adalah nilai investasi langsung yang ditanamkan oleh investor asing yang dibagi dengan GDP.

• Pertumbuhan Ekonomi (annual %)

Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan mata uang lokal yang konstan.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan pada masyarakat dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang semakin dinamis dan cepat berubah yang diakibatkan semakin berkembangnya informasi dan teknologi membuat suatu negara berusaha secara perlahan-lahan untuk membangun perekonomian di tengah persaingan yang ketat, khususnya bagi negara berkembang yang berada di kawasan ASEAN.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan FDI terdapat tren yang berbeda di masing-masing negara ASEAN. Pada umumnya hal ini terjadi akibat penerapan kebijakan ekonomi dan kondisi internal yang berbeda di masing-masing negara. Pada tahun 1998 kelima negara di ASEAN tersebut mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari krisis moneter yang terjadi. Begitu juga pada tahun 2008 kelima negara tersebut mengalami penurunan tingkat FDI yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara. Namun, beberapa diantaranya mampu mempertahankan dan bahkan secara perlahan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah krisis yang terjadi.


(46)

Tabel 4.1

Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI di ASEAN (dalam persen)

Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand

FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP

1981 0,14 8,15 4,97 6,94 0,48 3,42 11,59 10,73 0,83 5,91

1982 0,24 1,10 5,12 5,94 0,04 3,62 10,13 7,19 0,52 5,35

1983 0,34 8,45 4,11 6,25 0,32 1,87 6,32 8,57 0,87 5,58

1984 0,25 7,17 2,31 7,76 0,03 -7,32 6,69 8,83 0,96 5,75

1985 0,35 3,48 2,19 -1,12 0,04 -7,31 5,67 -0,65 0,42 4,65

1986 0,32 5,96 1,73 1,15 0,43 3,42 9,13 1,29 0,61 5,53

1987 0,51 5,30 1,31 5,39 0,92 4,31 13,16 10,77 0,70 9,52

1988 0,65 6,36 2,04 9,94 2,47 6,75 13,80 11,07 1,79 13,29

1989 0,67 9,08 4,29 9,06 1,32 6,21 9,19 10,23 2,46 12,19

1990 0,96 9,00 5,30 9,01 1,20 3,04 14,35 10,11 2,86 11,17

1991 1,16 8,93 8,14 9,55 1,20 -0,58 10,82 6,49 2,05 8,56

1992 1,28 7,22 8,76 8,89 0,43 0,34 4,24 7,03 1,90 8,08

1993 1,27 7,25 7,48 9,89 2,28 2,12 7,75 11,48 1,44 8,25

1994 1,19 7,54 5,83 9,21 2,48 4,39 11,67 10,58 0,95 8,99

1995 2,15 8,40 4,70 9,83 1,99 4,68 13,25 7,28 1,23 9,24

1996 2,72 7,64 5,04 10,00 1,83 5,85 10,17 7,63 1,28 5,90

1997 2,17 4,70 5,13 7,32 1,48 5,19 13,85 8,51 2,58 -1,37

1998 -0,25 -13,13 3,00 -7,36 3,17 -0,58 8,60 -2,17 6,54 -10,51

1999 -1,33 0,79 4,92 6,14 1,50 3,08 19,53 6,20 4,98 4,45

2000 -2,76 4,92 4,04 8,86 2,76 4,41 17,48 9,04 2,74 4,75

2001 -1,86 3,64 0,60 0,52 0,26 2,89 17,20 -1,15 4,39 2,17

2002 0,07 4,50 3,18 5,39 1,90 3,65 7,06 4,20 2,63 5,32

2003 -0,25 4,78 2,24 5,79 0,59 4,97 12,44 4,58 3,67 7,14

2004 0,74 5,03 3,71 6,78 0,75 6,70 18,66 9,16 3,63 6,34

2005 2,92 5,69 2,73 5,33 1,61 4,78 14,42 7,37 4,57 4,60

2006 1,35 5,50 4,73 5,59 2,22 5,24 25,20 8,62 4,57 5,09

2007 1,60 6,35 4,69 6,30 2,17 6,62 26,41 9,02 4,59 5,04

2008 1,83 6,01 3,28 4,83 0,83 4,15 6,40 1,75 3,13 2,48

2009 0,90 4,63 0,06 -1,51 1,61 1,15 13,21 -0,79 1,84 -2,33

2010 1,94 6,22 4,40 7,43 0,82 7,63 23,14 14,78 2,85 7,81

2011 2,27 6,49 5,23 5,13 0,81 3,64 21,05 5,16 2,61 0,08

2012 2,23 6,23 3,19 5,64 1,12 6,81 20,49 1,32 2,92 6,49


(47)

4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN

Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan FDI yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat pertumbuhan FDI sebesar 13,22% sehingga Singapura dapat dikategorikan sebagai negara maju dan paling diminati investor asing untuk berinvestasi.

Tingkat pertumbuhan FDI di Malaysia merupakan yang terbesar kedua setelah Singapura dengan rata-rata sebesar 4,01%. Pertumbuhan FDI di Malaysia berfluktuasi sepanjang tahun 1981 – 2012, namun cenderung stabil mengikuti pergerakan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan FDI tertinggi terjadi pada tahun 1992 sebesar 8,76%, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2001 dan 2009 sebesar 0,06%.

Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan FDI terendah dari kelima negara ASEAN yang diteliti dengan rata-rata 0,81%. Hal ini disebabkan karena buruknya infrastruktur dan birokrasi pemerintahan yang tidak efisien. Infrastruktur yang buruk dapat meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya menurunkan daya saing harga dan konsekuensinya adalah menurunnya minat investor asing pada Indonesia.

Tingkat pertumbuhan FDI di Thailand juga memiliki tren yang baik, bahkan pada saat terjadi krisis tahun 1998 tingkat FDI Thailand justru meningkat drastis dari 2,58% menjadi 6,54%. Hal yang sama juga terjadi di Filipina dimana tingkat pertumbuhan FDI cukup stabil dengan rata-rata sebesar 1,28%. Hal ini mengindikasikan bahwa dimasa-masa krisis yang terjadi di Asia Tenggara tidak


(48)

mempengaruhi minat investor asing untuk berinvestasi di kedua negara tersebut. Thailand dan Filipina dianggap memiliki potensi FDI yang lebih baik dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa seluruh negara ASEAN terkena dampak dari krisis di Asia Tenggara tahun 1998 dan krisis yang terjadi di Eropa tahun 2009, namun tidak terlalu mempengaruhi tingkat pertumbuhan FDI kecuali pada negara Singapura.

4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi Singapura yaitu 6,69% sehingga Singapura dapat dikategorikan sebagai negara maju. Sedangkan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi terendah adalah Filipina dengan rata-rata berkisar 3,29%. Hal ini disebabkan seringnya terjadi konflik internal seperti pergantian pemerintahan yang terjadi pada tahun 1984-1985 yang berdampak pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Malaysia mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di kawasan ASEAN bahkan terbaik kedua setelah Singapura dengan kisaran rata-rata 5,93%. Pertumbuhan ekonomi Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 10%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -7,36%. Kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang dialami Malaysia tahun 1998 juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi regional yang melanda Asia Tenggara. Namun, Malaysia cepat bangkit dari krisis tersebut dan berhasil mencapai pertumbuhan


(49)

ekonomi sebesar 6,14% pada tahun 1999 dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Thailand merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata 5,48%. Pertumbuhan ekonomi Thailand beberapa kali menurun yaitu pada tahun 1997, 1998, 2009, dan 2011. Penurunan ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan bencana alam berupa banjir yang terjadi tahun 2011 yang melumpuhkan kegiatan ekonomi Thailand, namun dapat segera meningkat dan kembali stabil.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata 5,42%, walaupun terdapat pengecualian untuk tahun-tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar 9,08%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi menurun sampai angka -13,13%. Indonesia merupakan negara dengan tingkat penurunan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada masa krisis tahun 1998 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi dibarengi dengan krisis politik.

4.2. Uji Akar Unit

Dasar teoritis yang digunakan untuk menguji perilaku data time series antara variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) dan FDI di kelima negara kawasan ASEAN pada kurun waktu 1981-2012 dengan uji akar unit (unit root test) yang diperkenalkan oleh Dickey-Fuller. Pengujian ini dilakukan untuk menghindari terjadinya regresi lancung (tidak efisien) dimana koefisien hasil regresi signifikan secara statistik, namun variabel didalam model tidak saling berhubungan.


(50)

Tabel 4.2

Hasil Uji Akar Unit FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Negara Level First Different Stasioner

GDP FDI GDP FDI

Indonesia

ADF -4.062024 -1.988113 -7.571646 -4.763840

1st different Critical

Value

1% -3.661661 -3.661661 -3.670170 -3.670170

5% -2.960411 -2.960411 -2.963972 -2.963972

10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007

Malaysia

ADF -4.476055 -2.688404 -6.776137 -5.983209

1st different Critical

Value

1% -3.661661 -3.661661 -3.679322 -3.670170

5% -2.960411 -2.960411 -2.967767 -2.963972

10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.621007

Flipina

ADF -3.133739 -3.959805 -4.884310 -10.30817

1st different Critical

Value

1% -3.661661 -3.661661 -3.737853 -3.670170

5% -2.960411 -2.960411 -2.991878 -2.963972

10% -2.619160 -2.619160 -2.635542 -2.621007

Singapura

ADF -4.973952 -3.309667 -7.673648 -5.562109

1st different Critical

Value

1% -3.661661 -3.661661 -3.679322 -3.711457

5% -2.960411 -2.960411 -2.967767 -2.981038

10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.629906

Thailand

ADF -3.236656 -2.330494 -7.002510 -5.992423

1st different Critical

Value

1% -3.661661 -3.661661 -3.670170 -3.670170

5% -2.960411 -2.960411 -2.963972 -2.963972

10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007

Hasil uji akar unit yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari kelima negara yang diteliti tidak stasioner pada derajat level, sehingga harus dilakukan differensiasi terhadap data yang digunakan. Hasil uji akar unit pada differensiasi pertama menunjukkan bahwa kelima negara tersebut telah stasioner. 4.3. Penentuan Lag Lenght

Penentuan lag optimal perlu dilakukan agar model dapat mengestimasi actual error secara tepat . Apabila lag yang digunakan telalu sedikit, maka error term tidak dapat terestimasi dengan baik. Sebaliknya, apabila lag yang digunakan terlalu banyak, maka dapat megurangi kemampuan menolak H0 karena penambahan parameter yang terlalu banyak dapat mengurangi derajat bebas.


(51)

Penentuan lag optimal dilakukan dengan memilih jumlah terkecil dari Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Panjang lag maksimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah lag ke-3.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Malaysia, Filipina dan Thaiand mempunyai nilai AIC, SC, dan HQ terkecil yang berada pada lag pertama, sehingga lag optimal untuk ketiga negara tersebut adalah lag pertama. Nilai SC dan HQ untuk Indonesia dan Singapura berada pada lag pertama, sedangkan AIC berada pada lag kedua. Karena dua kriteria berada pada lag pertama, maka lag optimal yang akan digunakan berada pada lag pertama.

Tabel 4.3

Penentuan Lag Lenght

Negara Lag Kriteria

AIC SC HQ

Indonesia

1 7.974357 8.257245* 8.062954*

2 7.953571* 8.425053 8.101233

3 8.170712 8.830786 8.377439

Malaysia

1 9.356934* 9.639823* 9.445532*

2 9.373230 9.844712 9.520892

3 9.387514 10.04759 9.594241

Filipina

1 7.752026* 8.034915* 7.840623*

2 7.841625 8.313106 7.989287

3 8.054649 8.714723 8.261376

Singapura

1 12.16068 12.44357* 12.24928*

2 12.13334* 12.60482 12.28100

3 12.21020 12.87028 12.41693

Thailand

1 8.853871* 9.136760* 8.942469*

2 9.037943 9.509424 9.185605


(52)

4.4. Uji Kointegrasi

Hasil dari uji akar unit mengindikasikan bahwa kelima negara kawassan ASEAN yang diteliti tidak stasioner pada derajat level. Variabel yang tidak stasioner pada derajat level akan menyebabkan terjadinya regresi semu/lancung. Untuk menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan uji kointegrasi.

Uji kointegrasi yang didasarkan pada metode Johansen dilakukan untuk melihat hubungan jangka panjang antar variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di ASEAN. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian ini didasarkan pada trace-statistic. Apabila nilai trace-statistic lebih besar daripada nilai kritis 5%, maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI dapat diterima.

Tabel 4.4

Hasil Uji Kointegrasi Johansen

Negara Hypothesized No. of CE (s)

JOHANSEN TEST

Hubungan Jangka Panjang

TRACE STATISTIC

CRITICAL VALUE

Indonesia None * 31.76631 15.49471 Ada

At most 1 * 8.122671 3.841466

Malaysia None * 28.32663 15.49471 Ada

At most 1 * 6.881876 3.841466

Filipina None * 19.79562 15.49471 Ada

At most 1 * 6.242533 3.841466

Singapura None * 26.53581 15.49471 Ada pada rank 0

At most 1 2.513647 3.841466

Thailand None 11.85663 15.49471 Tidak ada

At most 1 5.154516 3.841466

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kointegrasi Indonesia memiliki nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI


(53)

di Indonesia pada rank 0 (31,76631 > 15,49471) dan rank 1 (8,122671 > 3.841466) pada tingkat toleransi 5%.

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Malaysia yaitu dimana nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (28,32663 > 15,49471) dan rank 1 (6,881876 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Filipina yaitu dimana nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (19,79562 > 15,49471) dan rank 1 (6,242533 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.

Nilai trace statistic yang lebih tinggi dibandingkan critical value pada negara Singapura hanya terjadi pada rank 0 yaitu 26,53581 > 15,49471, sehingga hubungan jangka panjng antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Singapura hanya terjadi pada rank = 0 pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada negara Thailand tidak terjadi hubungan jangka panjang yang ditunjukkan oleh nilai critical value yang lebih besar dibandingkan nilai trace statistic pada rank = 0 maupun rank = 1.

Secara umum, melalui uji kointegrasi antara FDI dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang yang terjadi pada negara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dritsaki dan Adamopoulus (2004).


(54)

4.5. Uji Granger Causality

Pengujian ini dilakukan untuk melihat arah hubungan variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Uji Granger Causality digunakan untuk melihat secara statistikk apakah terdapat hubungan searah, timbal-balik ataupun tidak memiliki hubungan sama sekali antara variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI.

Kriteria penilaian yang digunakan yaitu dengan melihat hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi, dimana apabila nilai probability lebih

kecil dari α toleransi sebesar 1%, 5%, dan 10%, maka hipotesis H0 ditolak sehingga terdapat hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Kausalitas Granger

Null Hypothesis Obs F-Statistic Probability Indonesia GDP does not Granger Cause IndonesiaFDI 30 4.68939 0.01865 IndonesiaFDI does not Granger Cause IndonesiaGDP 0.61209 0.55014 MalaysiaGDP does not Granger Cause MalaysiaFDI 31 0.11736 0.73447 MalaysiaFDI does not Granger Cause MalaysiaGDP 0.52972 0.47277 FilipinaGDP does not Granger Cause FilipinaFDI 31 1.47645 0.23448 FilipinaFDI does not Granger Cause FilipinaGDP 1.98296 0.17009 SingapuraGDP does not Granger Cause SingapuraFDI 30 1.47146 0.24880 SingapuraFDI does not Granger Cause SingapuraGDP 2.84004 0.07736 ThailandGDP does not Granger Cause ThailandFDI 31 0.93172 0.34268 ThailandFDI does not Granger Cause ThailandGDP 0.05929 0.80940


(55)

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kausalitas Granger dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Melalui tabel dapat dilihat bahwa arah hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan adanya arah yang sama.

Hasil uji kausalitas Granger Indonesia memiliki nilai probabilitas dari pertumbuhan ekonomi terhadap FDI menunjukkan angka sebesar 0,01865 dimana

angka ini lebih kecil dari α toleransi sebesar 5% sehingga H0 ditolak. Nilai probabilitasdari FDI terhadap GDP menunjukkan angka sebesar 0,55014 dimana angka ini lebih besar dari α toleransi sebesar 10% sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa hubungan yang terdapat antara variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di Indonesia adalah satu arah dimana pertumbuhan ekonomi yang mendorong FDI.

Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di Malaysia menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,73447, sedangkan hubungan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,47277. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di Filipina menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,23448, sedangkan hubungan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,17009. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan ekonomi di Filipina tidak saling mempengaruhi satu sama lain.


(56)

Nilai probabilitas yang ditunjukkan oleh hasil uji kausalitas Granger negara Singapura antara pertumbuhan ekonomi terhadap FDI yaitu sebesar 0,24880 dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0 diterima. Nilai tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi FDI. Sedangkan nilai probabilitas FDI terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07736 dimana nilai tersebut lebih kecil dari α toleransi 10% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura, sehingga terjadi hubungan satu arah.

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di Thailand sebesar 0,34268, dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0 diterima. Nilai probabiltas yang ditunjukkan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,80940 lebih besar dari α toleransi 10%, sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan ekonomi di Thailand tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger, secara umum menunjukkan bahwa dari kelima negara anggota ASEAN yang diteliti terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyantini (2012).


(57)

4.6. Model Vector Auto Regretion (VAR)

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa pada lag optimalnya, variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di negara Thailand tidak memiliki hubungan jangka panjang, sehingga digunakan model VAR untuk mengestimasi hubungan antar variabel tersebut.

Tabel 4.6

Hasil Estimasi VAR Thailand

GDP FDI

GDP(-1) 0.447652 -0.047186

(0.18773) (0.04888)

[ 2.38458] [-0.96526]

FDI(-1) -0.134127 0.639757

(0.55085) (0.14344)

[-0.24349] [ 4.46008]

C 3.360180 1.209978

(2.17154) (0.56546)

[ 1.54737] [ 2.13979]

Berdasarkan hasil estimasi VAR, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

GDPthailand = 3,360180 + 0,447652GDPt-1 – 0,134127FDIt-1

FDIthailand = 1,209978 – 0,047186FDIt-1 + 0,639757GDPt-1

Hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, variabel pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,447652 yang artinya apabila pertumbuhan ekonomi pada lag pertama mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,447652. Sedangkan variabel FDI


(58)

memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada lag pertama sebesar 0,134127.

Variabel FDI pada lag pertama memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDI sebesar 0,047186 yang artinya apabila terjadi penambahan FDI sebesar 1%, maka akan menurunkan FDI sebesar 0,047186. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap FDI sebesar 0,639757 yang artinya apabila terjadi penambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%, maka akan meningkatkan FDI sebesar 0,639757.

4.7. Vector Error Correction Model (VECM)

Uji stasioner data dalam bentuk diferensiasi pertama menunjukkan bahwa data variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura adalah stasioner. Uji kointegrasi pada keempat negara tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara kedua variabel. Dengan demikian, untuk mengestimasi variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI yaitu dengan menggunakanVector Error Correction Model (VECM).

4.7.1. Indonesia

Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di Indonesia menunjukkan persamaan:

∆GDPt = 0,051491 + 0,3879690et – 0,442623 FDIt-1 – 1,135331FDIt-2 – 0,199575GDPt-1 – 0,156246GDPt-2

∆FDIt = 0,100128 – 0,322680et – 0,013665FDIt-1 – 0,226294FDIt-2 – 0,103213GDPt-1 + 0,010833GDPt-2


(59)

Hasil estimasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan bahwa semua variabel dalam model memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tidak ada yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisiennya menunjukkan angka sebesar 0,442623; 1,135331; 0,199575 dan 0,156246 yang artinya setiap terjadi perubahan 1% terhadap keempat variabel tersebut, maka akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar koefisiennya.

Hasil estimasi FDI juga menunjukkan bahwa semua variabel dalam model memiliki pengaruh negatif terhadap FDI, kecuali variabel pertumbuhan ekonomi pada lag kedua yang bernilai positif. Koefisiennya menunjukkan 0,013665; 0,226294; dan 0,103213 yang artinya setiap terjadi perubahan 1% terhadap keempat variabel tersebut akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar koefisiennya. Persamaan hubungan jangka panjang Indonesia adalah :

GDPt-1 = 2,532696 – 0,611778FDIt-1 [-3,80566]

FDI berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang sebesar 0,61% setiap perubahan FDI sebesar 1%. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaliq dan Noy (2007). Berdasarkan data statistik dapt dilihat bahwa pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang signifikan (-3,80566 < -1,684) dalam tingkat kepercayaan 95%. Penyesuaian dalam jangka pendek untuk mencapai keseimbangan jangka panjang harus dilakukan dengan persamaan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,387969 dan FDI sebesar -0,322680 dari error term.


(60)

4.7.2. Malaysia

Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di Malaysia menunjukkan persamaan:

∆GDPt = –0,074224 + 0,123952et – 0,153429FDIt-1 + 0,073120GDPt-1

∆FDIt = 0,003795 – 0,979911et + 0,149969FDIt-1 – 0,549107GDPt-1

Hasil estimasi dari persamaan pertumbuhan ekonomi Malaysia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada lag pertama berpengaruh positif sebesar 0,073120 yang artinya setiap pertumbuhan sebesar 1% akan menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,073120. Sementara koefisien FDI pada lag pertama berpengaruh negatif sebesar 0,153429 terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya setiap pertumbuhan FDI 1% akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,153429.

Berdasarkan persamaan tersebut juga dapat dilihat bahwa FDI berpengaruh positif tehadap FDI sebesar 0,149969, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap FDI sebesar 0,549107 yang artinya setiap penambahan 1% pertumbuhan ekonomi akan mengurangi FDI sebesar koefisien tersebut.

Koefisien pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap FDI (-0,93468 > - 1,684) dengan pengaruh sebesar -0,549107 setiap perubahan 1%. Koefisien FDI lag pertama memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap FDI (0,58456 < 1,684) dengan koefisien sebesar 0,149969.


(61)

Persamaan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan FDI Malaysia adalah: GDPt-1 = -0,950166 -1,236988FDIt-1

[-4.81115]

Dalam jangka panjang, FDI memiliki pengaruh negatif yang signifikan (-4,81115 < -1,684) dengan tingkat toleransi sebesar 5%. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilaukan oleh Deviyantini (2012). Peningkatan FDI sebesar 1% dalam jangka panjang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Malaysia sebesar 1,24%. Koreksi kesalahan jangka pendek untuk persamaan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.123952 dan koreksi FDI Malaysia sebesar -0.979911 dari error term.

4.7.3. Filipina

Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI Filipina menunjukkan persamaan:

∆GDPt = 0,108598 + 1,923438et – 0,388368FDIt-1 + 0,299863GDPt-1

∆FDIt = 0,041571 – 0,082570et – 0,533721FDIt-1 + 0,012857GDPt-1

Hasil estimasi dari persamaan pertiumbuhan ekonomi Filipina menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada lag pertama berpengaruh positif sebesar 0,299863 yang artinya setiap perubahan 1% akan menambah pertumbuhan ekonomi sebesar koefisiennya. Koefisien FDI pada lag pertama berpengaruh negatif sebesar 0,388368 terhadap pertumbuhan ekonomi yang artinya setiap perubahan 1% FDI akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,388368.


(62)

Koefisien pertumbuhan ekonomi pada lag pertama berpengaruh positif terhadap FDI sebesar 0,012857 yang artinya setiap perubahan 1% pertumbuhan ekonomi akan menambah FDI sebesar 0,012857. Sementara koefisien FDI berpengaruh negatif terhadap FDI sebesar 0,533721 yang artinya setiap perubahan 1% FDI akan menurunkan FDI sebesar koefisien tersebut.

Koefisien pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap FDI (0,23973 < 1,684) dengan pengaruh sebesar 0,012857 setiap perubahan 1%. Koefisien FDI lag pertama memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap FDI (2,99906 < 1,684) dengan koefisien sebesar -0,533721.

Persamaan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan FDI Filipina adalah: GDPt-1 = −0.023290 − 0.408433FDIt-1

[−4.44577]

Dalam jangka panjang FDI memiliki pengaruh negatif yang signifikan (−4.44577 < -1,684) terhadap pertumbuhan ekonomi Filipina sebesar 0.408433. penyesuaian kointegrasi jangka panjang tersebut untuk pertumbuhan ekonomi Filipina adalah sebesar 1,923438dan FDI sebesar -0.082570 terhadap error term. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyantini (2012).

4.7.4. Singapura

Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di Singapura menunjukkan persamaan:

∆GDPt = –0,290206 – 0,267407et + 0,281824FDIt-1 – 0,122410FDIt-2 –


(63)

∆FDIt = 0,714743 – 0,300096et – 0,267254FDIt-1 – 0,349561FDIt-2 – 0,710437GDPt-1 + 0,452336GDPt-2

Hasil estimasi pertumbuhan ekonomi di Singapura menunjukkan bahwa hanya variabel FDI pada lag pertama yang mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,281824 yang artinya setiap perubahan 1% FDI akan menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,281824. Sedangkan FDI pada lag pertama dan pertumbuahan ekonomi pada lag pertama dan kedua menunjukkan pengaruh negatif sebesar 0,122410; 0,028052 dan 0,136519 yang artinya setiap perubahan 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar koefisien masing-masing.

Hasil estimasi FDI di Singapura menunjukkan bahwa hanya pertumbuhan ekonomi pada lag kedua yang berpengaruh positif terhadap FDI sebesar 0,45233 yang artinya setiap perubahan 1% pertumbuhan ekonomi akan menambah FDI sebesar 0,45233. Sedangkan FDI pada lag pertama dan kedua serta pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh negatif terhadap FDI sebesar 0,267254; 0,349561 dan 0,710437 yang artinya setiap perubahan 1% akan menurunkan FDI sebesar koefisien masing-masing. Persamaan hubungan jangka panjang Singapura adalah:

GDPt-1 = -33,82770 + 3,078033FDIt-1 [2,79003]

FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Singapura dalam jangka panjang sebesar 3,08% setiap perubahan FDI sebesar 1%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyantini (2012).


(1)

(0.15785) (0.81166) [ 0.63433] [ 0.06344] R-squared 0.364152 0.255637 Adj. R-squared 0.225925 0.093819 Sum sq. Resids 16.33442 431.8932 S.E. equation 0.842729 4.333355 F-statistic 2.634436 1.579782 Log likelihood -32.82591 -80.31201 Akaike AIC 2.677649 5.952553 Schwarz SC 2.960538 6.235441 Mean dependent 0.065250 -0.076670 S.D. dependent 0.957847 4.552153 Determinant resid covariance (dof adj.) 8.862712 Determinant resid covariance 5.574762

Log likelihood -107.2131

Akaike information criterion 8.359521

Schwarz criterion 9.019595

33. Uji VECM Malaysia

Vector Error Correction Estimates Date: 06/11/14 Time: 12:18 Sample (adjusted): 1983 2012

Included observations: 30 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1 GDP(-1) 1.000000

FDI(-1) -1.236988 (0.25711) [-4.81115]

C -0.950166

Error Correction: D(GDP) D(FDI) CointEq1 -0.979911 0.123952

(0.33373) (0.13920) [-2.93624] [ 0.89047] D(GDP(-1)) 0.149969 -0.153429 (0.25655) (0.10701) [ 0.58456] [-1.43381] D(FDI(-1)) -0.549107 0.073120 (0.58748) (0.24504)


(2)

[-0.93468] [ 0.29840]

C 0.003795 -0.074224

(0.80543) (0.33594) [ 0.00471] [-0.22094] R-squared 0.339667 0.091616 Adj. R-squared 0.263475 -0.013197 Sum sq. resids 505.7155 87.98030 S.E. equation 4.410283 1.839526 F-statistic 4.458024 0.874086 Log likelihood -84.93981 -58.70689 Akaike AIC 5.929321 4.180459 Schwarz SC 6.116147 4.367286 Mean dependent -0.010037 -0.064311 S.D. dependent 5.138929 1.827507 Determinant resid covariance (dof adj.) 31.93132 Determinant resid covariance 23.98397

Log likelihood -132.7971

Akaike information criterion 9.519806

Schwarz criterion 9.986872

34. Uji VECM Filipina

Vector Error Correction Estimates Date: 06/11/14 Time: 12:23 Sample (adjusted): 1983 2012

Included observations: 30 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1 FDI(-1) 1.000000 GDP(-1) -0.408433 (0.09187) [-4.44577]

C -0.023290

Error Correction: D(FDI) D(GDP) CointEq1 -0.082570 1.923438

(0.15208) (0.53991) [-0.54293] [ 3.56255] D(FDI(-1)) -0.533721 -0.388368 (0.17796) (0.63178) [-2.99906] [-0.61472]


(3)

D(GDP(-1)) 0.012857 0.299863 (0.05363) (0.19040) [ 0.23973] [ 1.57491]

C 0.041571 0.108598

(0.15957) (0.56649) [ 0.26051] [ 0.19170] R-squared 0.356177 0.355679 Adj. R-squared 0.281889 0.281334 Sum sq. Resids 19.85858 250.2793 S.E. equation 0.873952 3.102600 F-statistic 4.794582 4.784179 Log likelihood -36.37974 -74.38886 Akaike AIC 2.691983 5.225924 Schwarz SC 2.878809 5.412750 Mean dependent 0.035830 0.106507 S.D. dependent 1.031316 3.659841 Determinant resid covariance (dof adj.) 6.903652 Determinant resid covariance 5.185410

Log likelihood -109.8240

Akaike information criterion 7.988270

Schwarz criterion 8.455335

35. Uji VECM Singapura

Vector Error Correction Estimates Date: 06/11/14 Time: 12:20 Sample (adjusted): 1984 2012

Included observations: 29 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1 FDI(-1) 1.000000 GDP(-1) 3.078033 (1.10322) [ 2.79003]

C -33.82770

Error Correction: D(FDI) D(GDP) CointEq1 -0.300096 -0.267407

(0.13749) (0.10187) [-2.18272] [-2.62489]


(4)

D(FDI(-1)) -0.267254 0.281824 (0.21605) (0.16008) [-1.23703] [ 1.76048] D(FDI(-2)) -0.349561 -0.122410 (0.21764) (0.16127) [-1.60611] [-0.75904] D(GDP(-1)) 0.710437 -0.028052 (0.34407) (0.25495) [ 2.06479] [-0.11003] D(GDP(-2)) 0.452336 -0.136519 (0.28621) (0.21207) [ 1.58045] [-0.64374]

C 0.714743 -0.290206

(1.03003) (0.76322) [ 0.69390] [-0.38024] R-squared 0.415255 0.614345 Adj. R-squared 0.288136 0.530507 Sum sq. Resids 694.0938 381.0832 S.E. equation 5.493450 4.070483 F-statistic 3.266673 7.327748 Log likelihood -87.19123 -78.49718 Akaike AIC 6.426981 5.827392 Schwarz SC 6.709870 6.110281 Mean dependent 0.488439 -0.249955 S.D. dependent 6.510985 5.940612 Determinant resid covariance (dof adj.) 446.0051 Determinant resid covariance 280.5430

Log likelihood -164.0310

Akaike information criterion 12.27800

Schwarz criterion 12.93807

36. Granger Causality Indonesia

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/13/14 Time: 03:52

Sample: 1981 2012

Lags: 2

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

GDP does not Granger Cause FDI

30

4.68939

0.01865


(5)

37. Granger Causality Malaysia

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/13/14 Time: 03:53

Sample: 1981 2012

Lags: 1

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

GDP does not Granger Cause FDI

31

0.11736

0.73447

FDI does not Granger Cause GDP

0.52972

0.47277

38. Granger Causality Filipina

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/13/14 Time: 03:54

Sample: 1981 2012

Lags: 1

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

GDP does not Granger Cause FDI

31

1.47645

0.23448

FDI does not Granger Cause GDP

1.98296

0.17009

39. Granger Causality Singapura

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/13/14 Time: 03:54

Sample: 1981 2012

Lags: 2

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

GDP does not Granger Cause FDI

30

1.47146

0.24880

FDI does not Granger Cause GDP

2.84004

0.07736

40. Granger Causality Thailand

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/13/14 Time: 03:55

Sample: 1981 2012

Lags: 1

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

GDP does not Granger Cause FDI

31

0.93172

0.34268


(6)