Analisis Kausalitas Antara Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Proposal Skripsi

Diajukan oleh:

Cut Dian Afita 060501064

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis Between Investment and Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way relation, or even no relation at all between investment and economic growth in Medan City.

This research using method with granger Causality test. The data is proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way relation between investment and economic growth. Which is investment is the function of economic growth. In other word, investment causes the increase or decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang telah dijadwalkan.

Untuk mendapat gelar sarjana Ekonomi, Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas Antara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat batuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat, material maupun sumbangan pikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Afdhal dan Masjuita Siregar yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan semangat, materi dan doa yang tak pernah putus selama membimbing penulis dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan, bantuan serta doa yang tiada hentinya bagi penulis yang tidak ternilai khususnya adek-adek (yola, tria dan yoga), nenek, uwak, ibu, sepupu dan keluarga besar lainnya. Dan juga ucapan terima kasih buat sahabat tersayang Gawi Miguna Pradana yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis, serta kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Ph.D sebagai sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Ilyda Sudradjat, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan membimbing penulis dalam penulisan penelitian ini.

5. Ibu Inggrita Gusti Sari, M.Si dan Drs. HB. Tarmizi, SU selaku dosen penguji penulis.

6. Seluruh staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara Khusunya Departemen Ekonomi Pembanguan.

7. Teman-teman seperjuangan yaitu Himpunan Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk 2006, khususnya kepada Liza, monik, kiki, tya, nita, devi, serli, adji, wiman, arif, saed, delvin, zia, ibel, doli dll yang tidak dapat penulis sebutkann satu per satu.

8. Teman-teman seperjuangan dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang telah memberikan dukungan dan doa terkhusus buat rekan saya Mitha yang telah membantu dalam melaksanakan kewajiban dalam kepengurusan KOHATI sehingga penulis sangat terbantu.

9. Teman-teman Kost Nomaden terkhusus buat uul dan iis yang telah memberikan dukungan dan doa yang sangat berharga buat penulis.

Tak ada gading yang tak retak dan penulis tahu bahwa skripsi ini telah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang


(6)

membangun dari berbagai pihak untuk lebih baik lagi pada waktu yang akan datang.

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, bantuan kalian semua sangat berarti bagi penulis. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...5

1.3 Hipotesis...5

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...6

1.4.1 Tujuan Penelitian...6

1.4.2 Manfaat Penelitian...6

BAB II URAIAN TEORITIS...7

2.1 Pertumbuhan Ekonomi...7

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...7

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...10

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB.... 16

2.2 Investasi... 19

2.2.1 Faktor-Faktor yang Menepengaruhi Investasi...22


(8)

2.2.2 Teori Investasi...24

2.2.3 Pembagian Investasi...25

2.2.4 Pengaruh Investasi Terhadap Perekonomian.28 2.3 Telaah Riset Terdahulu...30

2.4 Konseptual Penelitian...30

BAB III METODE PENELITIAN...32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...32

3.2 Jenis dan Sumber Data...32

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data...32

3.4 Definisi Operasional Variabel...38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...39

4.1 Kondisi Geografis...39

4.2 Kondisi Alam dan Topografis...40

4.2.1 Iklim...40

4.2.2 Sungai...41

4.3 Kondisi Demografis...41

4.4 Sejarah Kota Medan...43

4.5 Potensi Wilayah...44

4.5.1 Lingkungan Bisnis...44

4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta Dan Masyarakat...46

4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)...47


(9)

4.5.5 Dukungan Lembaga Keuangan...50

4.6 Struktur Ekonomi dan Perkembangan PDRB...52

4.7 Pertumbuhan Ekonomi...54

4.8 Peluang Investasi...55

4.9 Kawasan Industri...57

4.10 Analisis Data...60

4.10.1 Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test)...60

4.10.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)...61

4.10.3 Uji Granger Causality (Granger Causality Test)...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63

5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...63 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008... 41 4.2 Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930,

1980,2000... 43 4.3 Penggolongan Jenis dan Tarif Paling Tinggi dari Pajak

Daerah... 50 4.5 PDRB Kota Medan Atas Harga Berlaku Gross Regional

Domestic Product of Medan City at Current Price 2005-2007

(Jutaan Rupiah Million Rps)... 53 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga

Berlaku Growth of Gross Regional Domestic Product

of Medan City at Current Price 2005-2006 (%)... 54 4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005-2007... 55 4.8 Jenis dan Jumlah Perusahaan... 58 4.9 Hasil Estimasi dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar-Akar Unit.. 61 4.10 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen... 61 4.11 Hasil Uji Granger Causality... 62


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Teori Penduduk Optimum... 11

2.2 Hubungan Antara Tingkat Bunga dan Investasi... 23

2.3 Investasi Otonom... 25

2.4 Investasi Terpengaruh... 26


(12)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis Between Investment and Economic Growth in Medan City during 1988-2007. The purpose of this research is to know wether there are two ways relation (influence each other), one way relation, or even no relation at all between investment and economic growth in Medan City.

This research using method with granger Causality test. The data is proceded by Eviews 5 programme. The result of estimation there is one way relation between investment and economic growth. Which is investment is the function of economic growth. In other word, investment causes the increase or decrease of economic growth in Medan city from 1988-2007.


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Kausalitas antara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan selama 1988-2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hubungannya dua arah (saling mempengaruhi masing-masing variabel), hubungan searah atau tidak ada hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Penelitian ini memakai metode Uji Granger Kausality, data di proses dengan menggunakan program Eviews 5. Hasil estimasi pada variabel tersebut adalah hubungan searah antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang mana investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, investasi investasi menyebabkan peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan pada tahun 1988-2007.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini terarah pada pola atau arah hubungan kausalitas antara investasi dan pertumbuhan ekonomi, mendapat perhatian penuh karena mengingat investasi merupakan faktor pendukung terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, memiliki hubungan kausalitas (timbal balik) yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang diciptakan akan semakin besar pula. Dalam kasus ini investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi (Sumanjaya, 2005).

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekonomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah, dalam hal ini adalah Kota Medan.

Untuk melihat fluktusasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar dari kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah (regional). Yaitu apabila pertumbuhan ekonomi positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan.


(15)

Motor penggerak dari pertumbuhan adalah investasi. Pada perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana dari luar wilayah. Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (inve stasi).

Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh faktor-faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung juga oleh faktor-faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Perkembangan positif penanaman modal selama tahun 2005-2007 dapat dilihat dari perkiraan nilai investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), di samping sektor Pemerintah dan rumah tangga.

Penanaman modal asing berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, sehingga penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain hutang luar negeri.

Ciri khusus suatu kegiatan penanaman modal tidak saja menyangkut jangka menengah namun jangka panjang. Secara historis di negara kita, kegiatan


(16)

penanaman modal sejak semula memang kurang dihayati sebagai kegiatan yang kurang berarti. Sebenarnya sejak zaman penjajahan kegiatan perdagangan sudah cukup menunjukan kemajuan yang berarti, namun kegiatan penanaman modal asing pada masa itu tidak seberapa maju.

Laju pertumbuhan kota Medan pada tahun 2006 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini pertumbuhan Kota Medan hanya mencapai 7,7 persen. Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata yakni sektror penggalian 18,99 persen, sektor bangunan 11,01 persen, sektor pertanian 6,88 persen dan jasa-jasa 10,65 persen.

Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional tahun 2006 masih sangat dominan berasal dari sektor transportasi telekomunikasi sebesar 25,92 persen. Sedangkan sektor lainnya juga cukup dominan antara lain sektor industri sebesar 16,27 persen, sektor angkutan sebesar 18,45 persen, sektor keuangan sebesar 13,64 persen dan sektor jasa sebesar 10,72 persen. Berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 pendapatan perkapita telah mencapai Rp. 18.364.868,23 sedangkan tahun 2006 menjadi sebesar sebesar Rp. 20.780.909,31 (Badan Pusat Statistik, 2008).

Penelitian ini dilakukan di Pulau Sumatera karena pulau ini mempunyai posisi yang strategis untuk dikembangkan, khususnya Sumatera Utara yaitu Kota Medan. Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki Kota Medan mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk beraktifitas penanaman modal yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), karena banyaknya tersedia berbagai bahan mentah dari berbagai sektor seperti hasil peanian, perkebunan, perikanan dan yang lainnya dapat dipergunakan


(17)

sebagai sektor industri dan juga Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional serta nasional.

Kota medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas industri dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah kota medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis di berbagai bidang seperti bidang industri, pariwisata, perbankan dan lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal dan asing (http:/www.medankita.com).


(18)

Umumnya daerah dengan intensitias kegiatan ekonomi dengan peningkatan nilai investasi yang tinggi setiap tahun akan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pajak atau PDRB.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Kausalitas Antara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pola atau arah hubungan kausalitas antara Investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

1.3. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kausalitas antara Investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

2. Terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.


(19)

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam penerapan disiplin ilmu yang penulis tekuni.

3. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada.

4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi yang terkait untuk membentuk kebijakan yang lebih baik lagi.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:423), dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembanga fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahn produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jas rill terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.1.1 Faktor- Faktor yang Menentukkan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:425), ada beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam suatu negara meliputi kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, dan jumlah serta jenis hasil hutan, laut dan juga barang tambang yang dapat diperoleh. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada awal pengembangan perekonomiannya.


(21)

Apabila suatu daerah mempunyai kekayaan alam yang melimpah, maka akan menarik perhatian para usahawan untuk mengembangkan usahanya, maka dengan itu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dan juga kekayaan alam harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja

Produk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat dari perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksinya. Disamping itu akibat pendidikan, latihan keterampilan, pengalaman kerja akan mempermudah dalam pencapaian produktivitas yang maksimal.

Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

Akibat dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Sebagai akibat adri ketidakseimbangan ini produtivitas marjinal penduduk adalah rendah. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun


(22)

kalau bertambah pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak mengimbangi pertambahan penduduk.

3. Barang Modal dan Tingkat Tekhnologi

Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat tekhnologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang dicapai adalah jauh lebih rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya akan mengalami perkembangan yanga sangat kecil.

4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modren dan produktivitas yang tinggi.

Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah menghapus hambatan-hambatan tersebut. Salah asatu tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

5. Investasi

Investasi merupakan suatu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang (bagi kelangsungan pembangunan ekonomi). Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) disemua sektor-sektor ekonomi. Untuk kegiatan tersebut perlu dibangun pabrik-pabrik, infrastuktur dan sebagainya. Untuk pengadaan


(23)

semua ini diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi.

Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkatkan yang akan menciptakan atau meningkatkan permintaan dipasar. Pasar berkembang menyebabkan volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri meningkat, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Pertumbuhan Klasik

Dalam sejarah pemikiran ekonomi para penulis ekonomi pada bagian kedua abad ke-18 dan permulaan abad ke-20 lazim digolongkan sebagai kaum Klasik. Ahli-ahli ekonomi yang temasuk dalam golongan tersebut adalah Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus dan Jhon Stuart Mill.

menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat tekhnologi yang digunakan (Sukirno 2003:430).

Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis pendapatan, yaitu: upah para pekerja, keuntungan para pengusaha dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah. Dimana kenaikan upah ini akan menyebabkan pertambahan penduduk dan juga tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan besarnya pembentukan modal,


(24)

apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state. Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi sehingga mengakibatkan, tanpa adanya kemajuan tekhnologi, pertambahan pemduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah (Sukirno 2007: 247).

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan katerkaitan antara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinakan Teori Penduduk Optimun.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk tertentu produksi marjinal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

Pendapatan perkapita (Y)

Y1

Y2

Ypk Ypk

Jumlah Penduduk (N)

N1 N2


(25)

Keterangan:

Kurva Ypk menunjukkan tingkat pendapatan perkapita pada berbagai jumlah penduduk, dan M adalah jumlah penduduk sebanyak N0 dan pendapatn perkapita yang paling maksimum adalah Y0.

b. Teori Schumpeter

Dalam beberapa dasawarsa pertama abad ke-20, hanya segolongan kecil ahli ekonomi yang memfokuskan perhatian mereka terhadap masalah pembangunan. dari mereka adalah Joseph Schumpeter yang terkenal dengan teori schumpeter.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Shcumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa pertumbuhan ekonomi sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk melakukan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat ekonomi negara. maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. kenaikan tersebut mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan atas dua golongan, penanaman modal ekonomi dan penanaman modal terpengaruh.


(26)

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu perekonomian makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka petumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan schumpeter tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi.

c. Teori Harood-Domar

Teori harrod-domar merupakan perluasan dari anlisis keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Karena teori Harrid-Domar menganggap rasio modal produksi tetap, teori tersebut mengatakan pertambahan kapasitas barang modal tergantung kepada dua faktor, yaitu rasio modal produksi itu sendiri misalnya bernilai COR (capital output ratio) dan investasi yang dilakukan pada tahun tersebut.

Teori Harrod- Domar adalah perluasan dari analisis keynes. Dengan demikina teori ini berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan:


(27)

Besarnya pertambahan pendapatan nasional tergantung kepada besarnya multiplier, dan pertambahan pendapatan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Sekarang telah diperoleh tiga persamaan, dengan demikian : atau

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah (sendiri-sendiri) dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar ( 1947-1948) dan R.F Harrod (1939-1948). Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

a) Investasi

Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan yang proporsional (konstan) dengan jumlah stok barang modal. Seandainya tingkat output dinotasikan Y dan stok barang modal dinotasikan K, maka:

Y=α K

Dimana α adalah ratio output barang modal ( capital-output ratio, disingkat ICOR), yaitu angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dihasilkan dari stok barang modal yang tersedia.


(28)

b) Tabungan

Telah dikatakan bahwa untuk mampu melakukan investasi, perekonomian harus menyisihkan outputnya sebagai tabungan. Bila tabungan merupakan bagian proporsional (konstan) dari pendapatan, hubungan tabungan (S) dengan output (Y) adalah:

S = σ Y

Nilainya adalah positif namun lebih kecil daripada 1 (0<σ<1) c) pertumbuhan ekonomi

Tingkat pertumbuhan output keseimbangan tercapai pada saat I=S. d. Teori Pertumbuahn Neo-kalsik

teori pertumbuhan neo kalsik melihat sudut pandang yang berbeda yaitu dari sudut penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, ekonomi tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam pandangan persamaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

ΔY = f (ΔK,ΔL,ΔT)

Dimana:

ΔY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.

ΔK adalah tingkat pertumbuahan modal. ΔL adalah tingkat pertumbuhan penduduk. ΔT adalah tingkat pertumbuhan tekhnologi.

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik atau persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian


(29)

empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: “ faktor terpenting mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan tekhnologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja”. Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu dasar untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi pendapatan, PDRB merupakan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk diwilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi didalam jangka waktu tertentu.

PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (sesuai dengan harga pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan atas dasar harga konstan (harga dasar tahun tertentu).

Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam priode tertentu,


(30)

biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Pada perhitungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi, yang artinga masih memuat akibat terjadinya inflasi/deflasi sehingga tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill.

Perhitungan atas harga konstan menggambarkan perubahan volume produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besranya PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi dan deflasi.

Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu:

1. Sektor pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan. 2. Sektor pertambangan dan penggalian

3. Sektor industri pengelolaan. 4. Sektor listrik, gas dan air bersih 5. Sektor bangunan/konstruksi

6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor transportasi dan komunikasi

8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. 9. Sektor jasa

Untuk megukur pendapatan masyarakat dari hasil kegiatan ekonomi di suatu wilayah, konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun konsep-konsep dasar dari PDRB di jelaskan sebagai berikut:


(31)

PDRB atas harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau produksi netto terdiri dari upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan, dan pajak tak langsung netto.

Dapat disimpulkan bahwa PDRB atas dasar harga pasar merupakan penjualan nilai tambah bruto dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

b. Ptoduk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Harga Pasar

PDRN atas harga pasar adalah PDRB dikurangi penyusutan. Sehingga perbedaan konsep netto dan bruto terletak pada konsep netto dan bruto terletak pada PDRN komponen ini tidak ada lagi.

Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susutnya barang-barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jumlah susut barabg-barang modal dari seluruh sektor ekonomi merupakan penyusutan yang diukur berdasarkan nilai barang modal tersebut.

c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor PDRN atas dasar biaya faktor diperoleh dari PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung netto merupakan pajak tak langsung dikurangi dengan biaya subsidi. Pajak tak langsung meliputi: pajak penjualan, pajak tontotnan, biaya eksprot dan impor, dan lain-lain kecuali pajak pendapatan dan pajak perorangan.


(32)

Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual ataupun harga produksi masing-masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan yang berakibat pada kenaikan harga barang.

Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit-unit produksi, sehingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang dan jasa yang menyangkut kepentingan umum. Jadi pajak tak langsung berpengaruh positif terhadap kenaikan harga.

d. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa PDRN atas dasar biaya faktor, sebenarnya secara agregat mencerminkan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan atas balas jasa dari faktor-faktor yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.

2.2 Investasi

Berdasarkan teori produksi) dari digunakan untuk produksi yang akan datan membangu sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu


(33)

pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suat investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga (http:/www.wikipedia.com).

Investasi merupakan unsur GDP yang palinge sring berubah. Ketika pengeluarana atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Menurut Mankiw (2003: 453) ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu:

1. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment)

Mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Berarti bahwa pengeluaran ini adalah untuk modal yang akan menetap untuk sementara. Model investasi tetap bisnis mencakup model investasi neoklasik (neoclassical mode of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan bagi perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model tersebut menunjukkan bagaimana tingkat investasi dan tambahan persediaan modal dikaitkan dengan produk marjinal modal, tingkat bunga, dan aturan perpajakan yang mempengaruhi perusahaan tersebut.

2. Investasi Residensial (Residential Investment)

Mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi resindensial bergantung pada


(34)

harga relatif rumah. Harga rumah pada akhirnya akan bergantung pada permintaan dan penawaran rumah saat ini. Kenaikan dalam permintaan rumah mungkin karena turunya tingkat bunga dapat meningkatkan harga rumah dan investasi residensial.

3. Investasi Persediaan (Inventory Investment)

Mencakup barang-barang yang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses dan barang jadi. Barang-barang yang diimpan perusahaan di gudang pada saat yang sama bisa tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikansi yang besar. Investasi persediaan merupakan salah satu komponen pengeluaran terkecil. Pada masa resesi perusahaan berhenti mengganti persediaan mereka begitu barang dijual dan investasi persediaan menjadi negatif.

Beberapa kegunaan persediaan adalah untuk meratakn tingkat produksi sepanjang waktu, untuk menyimpan parsediaan yaitu persediaan yang membuat perusahaan beroperasi secara lebih effisien, menghindari kehabisan barangketika penjualan tiba-tiba melonjak dan persediaan untuk barang yang sedang dalam proses produksi.

Para pelaku investasi dalah pemerintah, swasta, dan kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapat keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit dan sebagainya. Bagi swasta lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh laba yang biasanya di dorong karena adanya pertambahan pendapatan.


(35)

Ciri-ciri dari barang-barang investasi antara lain:

1) Memiliki manfaat yang umurnya lebih dari satu tahun 2) Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai outputr

yang dihasilkan

3) Manfaat dari penggunaan barang tersebut dirasakan untuk jangka waktu yang panjang.

2.2.1 Faktor- Faktor yang Menentukan Investasi

Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diramalkan Akan Diperoleh.

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunag menentukan investasi yang akan memnerikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya dapat melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu, yaitu persentase keuntungan neto ( tetapi belum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga. Oleh karena itu, dalam analisis makroekonomi mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan tingkat bunga dalam


(36)

menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan tingkat suku bunga ke ats investasi dan pendapatan nasional.

Terdapat hubungan negatif antar jumlah investasi dengan tingkat suku bunga.

Tingkat Suku Bunga (i)

i

1

i

2

i

3

Investasi (I)

I

1

I

2

I

3

Gambar 2.2 Hubungan antara tingkat bunga dan investasi Keterangan:

Pada tingkat suku bunga tertinggi, yaitu i1, investasi berada pada titik

terendah, yaitu titik I1. Ketika tingkat bunga turun menjadi i2, invesatsi meningkat

pada titik I2. Kemudian tingkat bunga turun lagi pada titik i3 dan investasi

meningkat menjadi di titik I3.

3. Inovasi dan Tekhnologi

Adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisien. untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkaninvestasi untuk membeli mesin-mesin dan peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.


(37)

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung, yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan.

5. Tingkat Keuntungan Perusahaan

Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, makin banyak bagian laba yang dapat ditahan untuk tujuan investasi.

6. Situasi Politik.

Jika situasi politi aman, dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha, tingkat investasi akan tinggi. dab begitu juga sebaliknya.

2.2.2 Teori Investasi

Di dalam bukunya the general theory of employment, interest, and money (1936), Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep efisiensi marginal kapital ( Marginal Efficiency Capital atau MEC). Sebagai defenisi kerja, MEC adalan tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapka dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.

Teori neo klasik tentang investasi (Neoclassical theory of investment) ini merupan teori akumulasi kalital optimal. Menurut teori ini, stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan jasa dari harga kapital relatif terhadap harga output.


(38)

Harga jasa kapita pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi menururt teori ini, perubahan di dalam output akan mngubah dan mempengaruhi stok kapital yang diingin kan dan juga investasi. Teori neo klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu investasi yang diinginkan.

2.2.3 Pembagian Investasi

Secara sederhana investasi dibedakan atas:

1. Investasi otonom, yaitu investasi yang jumlahnya dari dalam perekonomian itu sendiri

Investasi (I)

I

0

Y

1

Y

2 Pendapatan Nasional (Y)

Gambar 2.3 Investasi Otonom Keterangan:

Pada tingkat pendapatan nasional berapapun, yaitu Y1 maupun Y2, investasi tetap (I0).

2. investasi terpengaruh, yaitu investasi yang jumlahnya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional.


(39)

Investasi (I)

I

2

I

1

Y

1

Y

2 Pendapatan Nasional (Y)

Gambar 2.4 Investasi terpengaruh Keterangan:

Pendapatan nasional Y1 ke Y2 mengakibatkan investasi naik juga dari I1

ke I2.

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatan, investasi di bagi lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a) Investasi Baru

Yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru ataupun perluasan produksi, tetapi harus menggunkan sistem industri baru.

b) Investasi Peremajaan

Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan


(40)

kapasitas produksi dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikan.


(41)

Pada kelompok ini peralatan lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.

d) Investasi Perluasan

Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapsitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.

e) Investasi Modrenisasi

Investasi jenis ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses barunya, atau memproduksi lama dengan proses baru.

f) Investasi Divesifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan progran diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

Di Indonesia, investasi atau penanaman modal dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional maupun swasta asing yang berdomosisli di Indonesia.


(42)

Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara perorangan dan tau merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Penanaman Modal dalan Negeri atau PMDN adalah penggunaan kekayaan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-Undang penanaman modal (widjaya, 2005:23).

2. Penanaman Modal Asing (PMA)

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan undang-undang No. 1 tahun 2967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Alat- alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak di biayai dri kekayaan devisa Indonesia (Widjaya, 2005:26).

Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa mesin, tetapi juga keterampilan tekhnik.

2.2.4 Pengaruh Investasi terhadap perekonomian

Investasi dalam berbagai bentuknya banyak memberikan pengaruh kepada perekonomian suatu negara ataupun dalan cakupan yang lebih kecil yakni daerah.


(43)

Karena dengan terciptanya investasi akan memberikan pengaruh bagi perekonomian suatu negara. investasi akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapangan kerja, barang-barang dan jasa-jasa untuk dipasarkan kepada konsumen. Dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang dan jasa pada gilirannya akan menciptakan kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah.

Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dapat pula dilihat melalui “multiplier effect” yang ditimbulkan. Multiplier effect atau angka pengganda dari investasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

KI = 1/1-MPC

Dimana MPC merupakan besranya hasrat untuk mengkonsumsi. Sehingga suatu investasi ditanamkan dalam suatu perekonomian, dampaknya terhadap pertambahan pendapatan nasional atau daerah tidak hanya sebesar nilai investasi yang ditanamkannya, tetapi sebesar nilai yang ditanamkan dilkalikan dengan angka penggandanya (Kelana, 1996: 131).

Namun investasi yang ditanamkan da dalam perekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya demand dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas barang-barang konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga merangsang tumbuhnya investasi baru. Karena seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi ataupun untuk ditabung.


(44)

Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan dengan S dan pendapatan yang diterima dilambangkan dengan Y, maka perumusannya menjadi Y=C+S.

Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsi keseluruhannya (MPC=1) maka besarnya K menjadi tak hingga dan besar pendapatan nasional juga tak terhingga.

2.3 Telaah Riset Terdahulu

Berdasarkan riset yang dilakukan Gani (1999) memperlihatkan bahwa variabel penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Fiji memiliki hubungan yang eratt setelah dilakukan Uji Granger Causality.

Hasil skripsi Renata (2003) “Analisis kausalitas investasi dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara”adanya hubungan searah (kausal) antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

2.4 Konseptual Penelitian

Dengan adanya investasi yang terdiri dari PMDN dan PMA dapat mengakibatkan produksi barang dan jasa (output) di suatu daerah meningkat. Output suatu daerah diukur dengan Produk Domestik Regionla Bruto (PDRB). Dengan meningkatnya output maka secara otomatis PDRB daerah tersebut meningkat.

PDRB merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dengan meningkatnya output yang mengahsilakn maka pertumbuhan ekonomi suatu daerah tersebut dikatakan mengalami kenaikan.


(45)

Gbr. 2.5 Konseptual Penelitian

PMDN dan PMA

Peningkatan Produksi

PDRB


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1988-2007 dengan pertimbangan ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat dan data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Di dalam penelitian ini dikaji hubungan kausalitas dan kointegrasi antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series (kurun waktu) selama kurun waktu 1988-2007 yaitu 20 tahun.

Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Di samping itu, penulis juga melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian yang diperoleh dari jurnal dan sebagainya.

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration Test dan Granger Causality Test. Analisis Cointegration Test (Johansen Test) bertujuan


(47)

untuk melihat hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality Test adalah untuk melihat hubungan timbal balik (kausal) antara investasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration Test dan Granger Causality Test.

Sebelum dilakukannya estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Stasioneritas / Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Validitas hipotesis kausalitas investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test) yang merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model dinamis dari semua variable dimana terlebih dahulu di uji stasionaritasnya melalui prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) .Uji Akar Unit dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritas data time series yang diteliti dengan program Eviews versi 5.

Adapun formula dari Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :

P

DYt = a0 + γYt-1 + ∑ βi DYt-1+1 + εt …………. (1) i = 1


(48)

Sedangkan untuk Uji Phillip Perron (PP) adalah : DYt = a0 + λYt-1 + εt ……… (2) Di mana:

D = Perbedaan atau differensi

Y = Variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu

Β = Operasi kelambanan waktu (backward lag operator)

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ = 1 untuk

PP. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t

hitung koefisien γ dan λ dengan nilai kritis distribusi MacKinnon.

Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bisa ditentukan berdasarkan criteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC digunakan untuk menentukan panjangnya kelambanan yang optimal.

2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Setelah diketahui bahwa baik data investasi dan pertumbuhan ekonomi keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji kointegrasi. Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut. Hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antar investasi dan pertumbuhan ekonomi dengan dapat diuji menggunakan Johansen test. Hipotesis yang akan diuji adalah untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut maka Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji


(49)

statistik yaitu untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut adalah trace test dan maximum eigenvalue statistic.

Uji statistic pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut:

p

λtrace (r) = -T ∑ in (1-λi) …………(3) i = r + i

di mana λr+1,……λn adalah nilai eigenvektors terkecil (p-r). Null hypotesis yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan (≤) r. Di mana r = 0,12 dan seterusnya. Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test statistik LR (Likelihood Ratio) untuk menguji hipotesis Ho: r < 1 terhadap Ha: r = 0, yang dirumuskan dalam persamaan :

Trace test (Qr) = -nεln(1-λi)

Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λmax) yang dilakukan dengan formula sebagi berikut :

λmax ( r, r+1) = -T in (1-λr-1) ………..(4)

Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vektor kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vektor kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai trace statistic


(50)

dan maximum eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5%.

Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan maximum eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu:

Qmax = -nln(1 – λi) = Qr – Qr+1

3. Uji Granger Causality

Uji Granger Causality Test pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Pratomo, 2007:124).

Pengujiaan ini digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (hubungan timbal balik) antara variable-variabel yang diteliti yakni pajak dan investasi. Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :

m n

It = ∑ ai It-i + ∑ bj Yt-j + µt ……….. (5) i=1 j=1

r s

Yt = ∑ ci Yt-i + ∑ dj It-j + Vt ……… (6) i=1 j=1

Di mana :

I = Total investasi di Kota Medan

Y = Total pertumbuhan ekonomi di Kota Medan µt, Vt = Error Terms


(51)

µt dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (1,2) dan (1,3) adalah sebagai berikut :

1. Kausalitas searah antara I dan Y n s

Jika ∑ bj≠ 0 dan ∑ dj = 0 j=1 j=1

maka terdapat kausalitas satu arah dari I ke Y 2. Kausalitas searah antara Y dan I

n s Jika ∑ bj = 0 dan ∑ dj ≠ 0

j=1 j=1

maka terdapat kausalitas satu arah dari Y ke I 3. Kausalitas bilateral (dua arah) antara I dan Y n s

Jika ∑ bj = 0 dan ∑ dj = 0 j=1 j=1

maka I dan Y bebas ntara satu dengan yang lainnya. 4. Tidak saling berhubungan (independent) n s

Jika ∑ bj≠ 0 dan ∑ dj ≠0 j=1 j=1

maka I dan Y terdapat kausalitas dua arah antara

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan diatas maka dapat juga dilakukan F-Test untuk masing-masing


(52)

regresi. Apabila nilai F-hitung > F-tabel maka investasi mempengaruhi ekonomi . Dan sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka investasi tidak mempengaruhi ekonomi.

Dalam penulisan skripsi ini, data diolah dengan menggunakan program Eviews 5.

3.4Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Investasi adalah jumlah penanaman modal, baik yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA), untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa perekonomian Medan dalam milyaran rupiah.

2. Pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Medan.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan berbatasan denga terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan


(54)

perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Pembagian Kota Medan berdasarkan kecamatan adalah terdiri dari Medan Tuntungan, Sunggal,

4.2 Kondisi Alam dan Topografi

4.2.1 Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0º C - 24,1º C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6º C - 33,1º C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,6º C - 24,4º C dan suhu maksimum berkisar antara 30,2ºC - 32,5º C. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78 - 82 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 211,67 mm.


(55)

4.2.2 Sungai

Sedikitnya ada sembila sungai sikambing, sungai putih, sungai badura, sungai deli, sungai sulang-suling, sungai kera, sungai tuntungan.

Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal dengan nama Medan Kanal Timur.

4.3 Kondisi Demografi

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2008

Tahun Penduduk

1.926.052

1.963.086

1.993.060

2.006.014

2.036.018

2.083.156

2.102.105

Sumber:

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.


(56)

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumla berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah dar orang Tionghoa cukup banyak.


(57)

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah Arifin dikenal sebaga orang keturunan India.

Secara historis, pada tahun jumlah tersebut, 409 orang berketurunan 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Tabel 4.2

Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000 Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

24,9% 29,41% 33,03%

10,7% 14,11% -- (lihat Catatan)

35,63% 12,8% 10,65%

6,43% 11,91% 9,36%

7,3% 10,93% 8,6%

7,06% 8,57% 6,59%

0,19% 3,99% 4,10%

-- 2,19% 2,78%

1,58% 1,90% --

Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95%

Sumber: 1930 dan 1980:

tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

4.4 Sejarah Kota Medan

Medan didirikan oleh John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk


(58)

200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan oran perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi

Sejak tahu dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

4.5 Potensi Wilayah

4.5.1 Lingkungan Bisnis

Sebagai aktivitas yang diorientasikan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis, kegiatan bisnis merupakan bidang yang sangat luas dan terkait


(59)

dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau kebijakan dalam bidang lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang ada. Kegiatan bisnis, terlebih yang berskala besaar, akan sangat dipengaruhi lingkungan nasional, budaya, hukum, politik, teknologi, hankam, dan lain-lain khususnya lingkungan makro ekonomi.

Kondisi saling ketergantungan tersebut merupakan alasan kuat bagi Pemerintah Kota Medan bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat, untuk selalu berusaha menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi kegiatan bisnis di kota ini, baik bagi bisnis lokal, domestik, maupun asing. Kenyataan menunjukkan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif sangat kompleks, saling ketergantungan, pengaruh mempengaruhi antar berbagai faktor sehingga sangat multi dimensi. Untuk itulah Pemko Medan secara intens dan terus menerus selalu melakukan dialog, berinteraksi dengan seluruh kalangan dan lapisan masyarakat untuk membangun dan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi semua pelaku bisnis tanpa diskriminatif.

4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakat

Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada lima pelaku yang paling menonjol; Pemerintah, Swasta (dunia usaha), Masyarakat, Profesional, dan Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor Swasta dan Masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total investasi yang ada. Dengan demikian sektor Pemerintah hanya memberikan


(60)

sumbangan 20%. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh Pemko Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktivitas-aktivitas yang diorientasikan mencari laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara keseluruhan.

Untuk mendorong partisipasi luas Swasta dan Mmasyarakat dalam pembangunan kota maka salah satu cara (taktik) yang ditempuh adalah membangun kemitraan antara Pemko, Swasta dan Masyarakat dengan dukungan kaum profesional dan Intelektual.

Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain. Adalah komitmen Pemko Medan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota (sektor publik), dengan berbagai bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan lain-lain. Dengan demikian tanggung jawab pembangunan kota, dipandang merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat.

4.5.3 Peran Institusional Bisnis (Kadin)

Sebagai wilayah ekonomi yang sangat mengandalkan sektor kegiatan ekonomi sekunder dan tertier maka peran Kamar dagang dan Industri (Kadin) Cabang Medan dirasakan demikian penting dan strategis. Karenanya adalah wajar jika hampir seluruh pelaku bisnis yang ada di Medan, khususnya yang bergerak di


(61)

bidang perdagangan (lokal/luar negeri) dan produksi (barang/jasa) merupakan anggota aktif asosiasi bisnis tersebut.

Sebagai wadah bagi para pelaku bisnis, Kadin telah memberikan berbagai sumbangan besar untuk menumbuh kembangkan kegiatan bisnis yang ada. Berbagai peran yang dijalankan Kadin Cabang Medan, antara lain memberikan informasi yang dibutuhkan oleh kaum industrian dan usahawan seperti: peluang pasar,komodditif unggulan, kondisi persaingan pasar, calon mitra usaha, lokasi bisnis, dan lain-lain.

Di samping itu asosiasi ini juga sangat berperan dalam pengembangan jiwa wirausaha baik bagi calon pengusaha maupun yang sudah meniti karir sebagai pengusaha melalui berbagai diklat pengembangan SDM yang dilakukan. Bahkan pegembangan SDM merupakan salah satu aspek penting yang terus menerus dijalankan dengan berbagai metode yang mempergunakan alat bantu satelit sebagai sarana diklat. Sebagai wadah yang menghimpun seluruh kepentingan industriawan dan usahawan, Kadin Cabang Medan juga aktif memberikan rekomendasi kepadda Pemerintah Kota sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan oleh Pemko Medan, khususnya yang terkait dengan berbagai insentif berusaha untuk dapat menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya dan memilih lokasi berivestasi di Kota Medan.

4.5.4 Kebijakan Terhadap Investasi Asing

Berbagai terobosan dilakukan Pemerintah Kota untuk dapat menarik minat investor asing, mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupaun tidak langsung.


(62)

Berbagai langkah debirokasi daan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dasn berivestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi investasi asing.

Dalam operasionalisasinya, berbagai langkah yang sedang, telah dan akan dilakukan Pemko Medan adalah:

• Membentuk institusi Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan sebagai institusi yang menyelenggarakan kewenangan perizinan investasi baik yang bersifat PMDN, maupun sebahagian PMA, yang sebelumnya ada pada pemerintah pusat/propinsi, dalam layanan sistem satu atap, (one stop service).

• Membentuk Medan Bisnis Forum (MBF) sebagai wadah kemitraan antara Pemko, Masyarakat dan Dunia Usaha (swasta) yang berfungsi sebagai forum komunikasi, fasilitator, mediator, kegiatan bisnis dan investasi usaha swasta dan asing.

• Mempersiapkan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Satu Atap, sebagai bentuk pengintegrasian pelayanan perizinan bagi insvestor dalam negeri dan asing sehingga diharapkan dapat lebih sederhana, cepat, mudah, murah, terbuka, baku, efisien dan ekonomis (terjangkau).

• Mengusahakan insentif dan kemudahan melalui Pemerintah Pusat dengan pemberian:

o Keringanan bea masuk, impor barang-barang modal (mesin, bahan baku, dan lain-lain) sesuai dengann SK Mentri Keuangan No. 135/KM 05/2000.


(63)

o Pembebasan Ppn atas impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis, sesuai dengan SK menteri keuangan RI No.155/KMK 03/2001.

o Memberikan visa izin tinggal sementara dan atau izin tinggal terbatas bagi perusahaan yang ingin memperkerjakan tenaga kerja asing, melalui Ditjen Imigrasi/ kantor Imigrasi setempat.

o Menggalang kerjasama perdagangan dan investasi dalam waadah-wadah regional seperti IMT-GT, Sisterr City dan lain-lain.

o Peningkatan pelayanan padaa pintu-pintu masuk khususnya bandara dan pelabuhan, sehingga menciptakan budaya yang maju.

o Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan kepolisian dan TNI untuk memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh pelaku bisnis baik domestik maupun asing yang ada di Kota Medan.

Berbagai langkah yang telah, sedang dan akan dilanjutkan tersebut diharapkan juga menghapus perbedaaan perlakuan antara invetor asing dan lokal, sehingga investor asing dapat memiliki akses yang sama termasuk dari lembaga perbankan domestik/lokal (menyamakan perlakuan terhadap investor). Di samping itu diharapkan regulasi lebih berpihak kepada pasar serta transparan dengan mengusahakan mengurangi jumlah larangan yang terdapat pada negative investment list


(64)

Tabel 4.3 Penggolongan Jenis dan Tarif Paling Tinggi dari Pajak Daerah

Jenis Pajak Daerah Kota/Kab Tarif Paling Tinggi

Pajak hotel dan restauran 10 %

Pajak hiburan 35 %

Pajak reklame 25 %

Pajak penerangan jalan 10 %

Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

20 % Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian

golongan C

20 % Sumber: Pemko Medan

4.5.5 Dukungan Lembaga Keuangan

Sebagai salah satu kegiatan ekonomi, keberadaan lembaga keuangan, khususnya perbankan di Kota Medan dirasakan sangat strategis khususnya untuk mendukung ketersediaan modal, baik yang bersifat modal investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Rusaknya sistem perbankan sebagai akibat krisis ekonomi ternyata tidak sampai menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Salah satu indikasinya adalah terus meningkatnya simpanan dana masyarakat pada perbankan, baik yang berbentuk giro, tabungan, deposito, maupun dana pihak ketiga.

Saat ini paling tidak ada 40 bank yang beroperasi di Kota Medan, baik jenis bank umum devisa, bukan devisa, termasuk bank perkreditan rakyat (BPR). Walaupun fungsi intermidiasi perbankan sejak krisis ekonomi belum pulih sepenuhnya, namun data hingga posisi bulan Maret 2001 menunjukkan meningkatnya penggunaan fasilitas kredit perbankan secara nominal maupun pertumbuhan kreditnya oleh para pengusaha (debitur). Total kredit yang tersalur di Kota Medan per 31 Maret 2001 telah mencapai Rp 8,1 trilyun (Sumatera Utara


(65)

Rp 9,5 trilyun). Kredit yang paling banyak digunakan adalah kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan konsumsi. Dengan adanya investasi dan dorongan kredit perbankan tersebut kontribusi PDRB Medan terhadap Propinsi Sumatera utara mencapai rata-rata 21%.

Sedangkan dilihat dari segi pertumbuhan ekonominya menunjukkan tingkat elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan propinsinya, artinya jika pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara positif, maka pertumbuhan ekonomi Kota Medan menunjukkan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi propinsinya. Ini menunjukkan Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah kota dan kabupaten lainnya di Sumatera Utara. Namun demikian untuk memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat minimal sama dengan masa sebelum krisis (6 s/d 7%), Kota Medan masih membutuhkan dana investasi paling tidak mencapai 12 trilyun rupiah, untuk 5 (lima) tahun ke depan.

Disamping kesiapan perbankan di Kota Medan untuk berpatisipasi dalam pembiayaan investasi, dan modal kerja, Lembaga keuangan (BI Cabang Medan) juga concern terhadap informasi bisnis. Oleh karenanya BI juga menyediakan Sistem Informasi Baseline (SIB) dan Sistem Informasi Agrobisnis berorientasi ekspor (SIABE). Adanya SIB tersebut atelah memberikan informasi bagi wirausahawan dalam berbagai bentuk identifikasi peluang usaha yang ada, sedang adanya SIABE juga telah memberikan informasi lengkap tentang produk-produk agro industri yang telah diekspor ke berbagai negara tujuan, termasuk asal komoditi, teknologi pengolahan, daftar eksportir, pasar ekspor dan standar mutu produk.


(66)

Bantuan teknis BI juga meliputi bantuan teknis pengembangan Usaha Kecil dan Mikro (PUKM) dengan sasaran sektor perbankan dalam bentuk penelitian dan pelatihan. Untuk pemberian informasi yang mencakup perkembangan asset, dana, kredit, kliring, jumlah perbankan, inflasi, kurs perdagangan internasional, investasi dan lain-lain, BI juga menerbitkan secara rutin (bulanan, triwulan, semesteran) Buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah, sehingga memberikan gambaran perkembangan ekonomi regional. Dengan demikian lembaga keuangan yang ada, kenyataannya telah memberikan peranan penting bagi mendorong iklim investasi di Kota Medan.

Sumber Informasi: Buku Kota Medan Pintu Gerbang (Bappeda)

4.6 Struktur Ekonomi dan Perkembangan PDRB

Struktur ekonomi kota Medan adalah semi industri lokal. Secara keseluruhan, pada tahun 2006 sektor tersier memberikan kontribusi terbesar yaitu 68,70 % terhadap PDRB dan sektor skunder memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 28,31% dan sektor primer hanya memberikan kontribusi sebesar 2,97%.

Lapangan usaha yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kota Medan selama periode tahun 2004-2006 adalah sektor perdagangan/hotel/restoran, disusul oleh sektor transportasi/telekomunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan/jasa. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan sektor-sektor tersier dan sekunder secara dominan.


(67)

Tabel 4.5 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Gross Regional Domestic Product of Medan City at Current Price

2005-2007 (Jutaan Rupiah Million Rps)

Lapangan usaha Industrial origin

2005 2006 2007*)

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian Agriculture

1 306 921.44 1 427 430.11 1 580 644.71 2. Penggalian

Quarrying

2 596.57 3 283.61 3 089.43

3. Industri Pengolahan Manufacturing Industry

7 094 919.38 7 960 595.91 9 029 327.78 4. listrik,Gas dan Air Minum

Electricity,Gas and Water

917 530.98 1 102 658.52 1 040 734.67 5. Bangunan

Construction

3 502 798.64 4 795 785.16 5 420 082.16 6. Perdagangan,Hotel dan Restoran

Trade,Hotel and Restaurant

11 271 818.27 12 692 841.73 14 106 440.58 7. Pengangkutan dan Transportasi

Transportation and communication

7 979 778.29 9 164 618.54 10 548

090.28 8. Keuangan, Ansuransi,Usaha Persewaan

Bangunan,Tanah dan jasa perusahaan Finance Intermediaries,Insurance

,Building

Rental and Corporate Service

6 063 875.99 6 550 498.59 7 833 875.96

9. Jasa-jasa Service

4 652 210.64 5 152 234.71 5 893 299.08

PDRB

Gross Regional Domestic Product

42 792 450.19 48 849 946.89 54 455 584.62

Sumber/soursce: BPS Kota Medan/ Statistic of Indonesia of Medan City Keterangan/note *) Angka perbaikan Revised Figures


(68)

Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Growth of Gross Regional Domestic Product of Medan City at Current Price

2005-2007 (%)

Lapangan usaha Industrial origin

2005 2006*) 2007**)

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian Agriculture

29.11 9.22 10.73

2. Penggalian Quarrying

18.14 26.46 -5.91

3. Industri Pengolahan Manufacturing Industry

26.64 12.20 13.43

4. listrik,Gas dan Air Minum Electricity,Gas and Water

1.95 20.18 -5.62

5. Bangunan Construction

20.42 36.91 13.02

6. Perdagangan,Hotel dan Restoran Trade,Hotel and Restaurant

26.01 12.61 11.14

7. Pengangkutan dan Transportasi Transportation and communication

40.25 14.85 15.10

8. Keuangan, Ansuransi,Usaha Persewaan Bangunan,Tanah dan jasa perusahaan Finance Intermediaries,Insurance

,Building

Rental and Corporate Service

30.28 8.02 19.59

9. Jasa-jasa Service

36.83 10.75 14.38

PDRB

Gross Regional Domestic Product

29.22 14.16 13.52

Sumber/soursce: BPS Kota Medan/ Statistic of Indonesia of Medan City Keterangan/note *) Angka perbaikan Revised Figures

4.7 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah. Hal ini hanya bisa diperoleh melalui peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan


(69)

setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan.

Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH Konstan tahun 2000 Kota Medan selama periode 2005-2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 7,77 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.

Tabel 4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005 – 2007 Sektor / Lapangan Usaha 2005-2006 2006-2007

1. Pertanian 0,37 5,14

2. Pertambangan & Penggalian -6,05 -10,14

3. Industri Pengolahan 6,59 6,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,39 -2,81

5. Kontruksi 11,01 6,43

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,15 5,94 7. Transportasi & Telekomunikasi 13,34 10,61 8. Keuangan & jasa Perusahaan 5,08 12,81

9. Jasa-jasa 6,34 6,83

PDRB 7,76 7,78

4.8 Peluang Investasi

Kota medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas industri dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah kota medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis di berbagai bidang seperti bidang industri, pariwisata, perbankan dan lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal maupun asing.


(1)

Tandelilin, Dr. Enduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Resiko.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Teguh, Muhammad. 1999. Metodelogi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(2)

Lampiran 1

Data Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Kota Medan

Tahun

PDRB

Investasi

1988

1836239.97

186218.00

1989

2241712.99

166144.00

1990

2588269.00

148223.00

1991

2944341.00

163563.00

1992

3447340.00

142200.00

1993

4382251.46

153971.00

1994

5094032.94

158624.00

1995

5806572.80

172310.00

1996

6400860.10

190087.00

1997

7031630.90

151814.00

1998

9737645.50

150070.00

1999

10922094.10

115366.00

2000

13958606.54

101304.00

2001

17145663.88

96402.00

2002

19660542.30

85118.00

2003

22542021.05

113019.00

2004

26329403.23

112507.00

2005

42652210.19

113018.00

2006

48849946.89

113533.00

2007

55455384.62

114049.00

Lampiran 2

1. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root test)

Pertumbuhan Ekonomi

Null Hypothesis: D(Y,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.271262 0.0051

Test critical values: 1% level -3.920350

5% level -3.065585


(3)

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 16

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(Y,3)

Method: Least Squares Date: 01/27/10 Time: 10:37 Sample (adjusted): 1992 2007

Included observations: 16 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(Y(-1),2) -2.492393 0.583526 -4.271262 0.0009

D(Y(-1),3) 0.691856 0.368159 1.879230 0.0828

C 1371622. 989797.1 1.385761 0.1891

R-squared 0.793309 Mean dependent var 24886.56

Adjusted R-squared 0.761510 S.D. dependent var 7274189.

S.E. of regression 3552381. Akaike info criterion 33.17149

Sum squared resid 1.64E+14 Schwarz criterion 33.31636

Log likelihood -262.3720 F-statistic 24.94788

Durbin-Watson stat 2.117473 Prob(F-statistic) 0.000035

Investasi

Null Hypothesis: D(I) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.791298 0.0002

Test critical values: 1% level -3.857386

5% level -3.040391

10% level -2.660551

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


(4)

observations and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(I,2)

Method: Least Squares Date: 01/28/10 Time: 11:15 Sample (adjusted): 1990 2007

Included observations: 18 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(I(-1)) -1.350627 0.233217 -5.791298 0.0000

C -4310.017 10772.36 -0.400099 0.6944

R-squared 0.677023 Mean dependent var 1143.889

Adjusted R-squared 0.656837 S.D. dependent var 77719.69

S.E. of regression 45528.29 Akaike info criterion 24.39449

Sum squared resid 3.32E+10 Schwarz criterion 24.49342

Log likelihood -217.5505 F-statistic 33.53913

Durbin-Watson stat 2.224209 Prob(F-statistic) 0.000028

2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Date: 01/28/10 Time: 11:18 Sample (adjusted): 1991 2007

Included observations: 17 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: I Y

Lags interval (in first differences): 1 to 2 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)


(5)

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.543088 17.04231 15.49471 0.0290

At most 1 0.196858 3.726805 3.841466 0.0535

Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None 0.543088 13.31550 14.26460 0.0702

At most 1 0.196858 3.726805 3.841466 0.0535

Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):

I Y

7.18E-06 3.40E-07

4.24E-05 1.63E-07

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha):

D(I) -1083.748 -18296.23

D(Y) 2359777. -20103.64

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -476.9036 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

I Y

1.000000 0.047426

(0.01188)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(I) -0.007777

(0.08925)

D(Y) 16.93396


(6)

3. Uji Granger Causality (Granger Causality Test)

Pairwise Granger Causality Tests Date: 01/28/10 Time: 11:23 Sample: 1988 2007

Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

Y does not Granger Cause I 16 0.11637 0.97246