Tinjauan Kepustakaan Perkembangan Pidana Penjara Dari KUHP Ke Konsep KUHP Baru

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Defenisi Hukum Pidana Pengertian hukum pidana secara tradisional adalah “hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggarnya yang diancam dengan hukuman berupa siksa badan”. 3 Sedangkan menurut Moeljatno, menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana bahwa hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : Pengertian lain adalah, ”hukum pidana adalah peraturan hukum tentang pidana”. Kata ”pidana” berarti hal yang ”dipidanakan”, yaitu hal yang dilimpahkan oleh instansi yang berkuasa kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakan dan juga hal yang tidak dilimpahkan sehari-hari. 4 a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut ; b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan- larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan ; c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilakasanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut ”. 3 Samidjo, Ringkasan Dan Tanya Jawab Hukum Pidana, CV Armico, Bandung, 1985, hlm. 1. 4 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara Berkenaan dengan pengertian dari hukum pidana, C.S.T. Kansil juga memberikan definisi hukum pidana adalah hukum yang mengatur pelanggaran- pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan yang diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan, selanjutnya ia menyimpulkan bahwa hukum pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma baru, melainkan hanya mengatur pelanggaran- pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma hukum mengenai kepentingan umum. 5 a. Pidana Penjara ; Untuk lebih lanjut, di bawah ini akan diuraikan jenis-jenis pidana yang diatur dalam Konsep KUHP terdiri dari pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri atas sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 65 adalah : b. Pidana tutupan ; 6 c. Pidana Pengawasan ; d. Pidana Denda ; 7 e. Pidana Kerja Sosial. dan Sementara pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu diancamkan secara alternatif. 8 a. Pencabutan hak tertentu ; Jenis-jenis pidana tambahan dalam Konsep KUHP adalah : b. Perampasan barang tertentu danatau tagihan; 5 Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 14. 6 Pidana tutupan adalah pidana yang dimaksudkan untuk mengganti pidana penjara yang sebenarnya dapat dijatuhkan oleh hakim bagi pelaku tindak kejahatan atas dasar bahwa kejahatan tersebut oleh pelakunya telah dilakukan karena didorong oleh maksud yang patut dihormati. PAF. Lamintang, Hukum Penintensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984, hlm. 147. 7 Pidana denda merupakan pidana berupa sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terpidana berdasarkan putusan pengadilan. Lihat : Pasal 80 ayat 1 Konsep KUHP. 8 Pasal 66 Konsep KUHP. Universitas Sumatera Utara c. Pengumuman putusan hakim ; d. Pembayaran ganti kerugian ; dan e. Pemenuhan kewajiban adat setempat danatau kewajiban menurut hukum yang hidup. Jenis-jenis sanksi dan urutan jenis pidana pokok dalam Konsep KUHP sangat berbeda dengan KUHP sekarang dimana dalam KUHP mengenal 5 pidana pokok dan tambahan yang mempunyai tata urutan yang juga berbeda. Tata urutan pidana pokok yang berbeda antara KUHP dengan Konsep KUHP ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan dalam penentuan jenis-jenis sanksi pidana. Pidana mati bukan lagi menjadi pidana pokok yang pertama namun menjadi pidana yang sifatnya khusus. Demikian pula dengan pidana tutupan menjadi pidana pokok kedua setelah pidana penjara dimana dalam KUHP, pidana tutupan ini adalah pidana yang berada pada urutan kelima. Salah satu pidana pokok yang tidak lagi dicantumkan adalah pidana kurungan yang pada prinsipnya adalah sanksi pidana yang merupakan pembatasan kebebasan bergerak, sebagaimana pidana penjara, namun dijatuhkan bagi orang- orang yang telah melakukan pelanggaran. Konsep KUHP yang tidak lagi mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran sebagaimana pembedaan dalam KUHP sehingga konsekuensinya adalah tidak perlu lagi adanya pidana kurungan. 9 Pidana tambahan yang dicantumkan dalam Konsep KUHP juga merumuskan pidana tambahan baru yang dinyatakan secara tegas, misalnya tentang pembayaran ganti kerugian dan pemenuhan kewajiban adat setempat 9 Meskipun pidana kurungan ini dijatuhkan pada orang-orang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran, namun pidana kurungan ini juga diancamkan pada sejumlah kejahatan yang diancam dengan pidana kurungan yang diancam secara alternatif dengan pidana penjara bagi mereka yang telah melakukan tindak pidana yang dilakukan secara tidak sengaja. PAF. Lamintang, op.cit., hlm. 84. Universitas Sumatera Utara danatau kewajiban menurut hukum yang hidup. Jika dibandingkan dengan KUHP saat ini, dua jenis pidana tambahan tersebut di atas belum dinyatakan sebagai pidana tambahan karena dalam KUHP hanya mengenal 3 jenis pidana tambahan. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pidana menjadi ciri khusus dalam hukum pidana dan membedakan dari jenis yang lain. Pidana berarti nestapa, sengsara atau penderitaan yang dikenakan terhadap pelaku tindak pidana. Dalam usaha pembaharuan hukum pidana di Indonesia, pidana merupakan salah satu masalah urgen untuk diperbaharui. Oleh sebab itu, dalam Rancangan KUHP yang baru, jenis pidana dan aturan pemidanaan mengalami perombakan total yang signifikan serta mengedepankan aspek-aspek kemanusiaan dan hak asasi manusia. 2. Defenisi Pidana Penjara Dalam Kamus Bahasa Indonesia, penjara memiliki arti bangunan tempat mengurung orang hukuman bersalah menurut pengadilan ; bui. 10 Begitu juga dalam Kamus Hukum, penjara adalah rumah, gedung, bangunan tempat yang dipergunakan untuk mengurung orang hukuman. 11 Defenisi yang terdapat dalam Wikipedia, penjara adalah tempat di mana orang-orang dikurung dan dibatasi berbagai macam kebebasan. Penjara umumnya adalah institusi yang diatur pemerintah dan merupakan bagian dari sistem pengadilan kriminal suatu negara, atau sebagai fasilitas untuk menahan tahanan perang. 12 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm. 1151. 11 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 460. Lihat juga Regelement Kepenjaraan Stbl. No. 1917 jo. Stbl. 1918 No. 77. 12 Diakses pada http:id.wikipedia.orgwikiPenjara. Akses terakhir pada tanggal 27 September 2009. Universitas Sumatera Utara Menurut Andi Hamzah, pidana penjara adalah bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan. Pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk pidana penjara, tetapi juga berupa pengasingan. 13 Jan Remmelink, sehubungan dengan pidana penjara juga menyatakan bahwa pidana penjara adalah satu bentuk pidana perampasan kemerdekaan pidana badan terpenting. 14 Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa pidana penjara tidak hanya mengakibatkan perampasan kemerdekaan, tetapi juga menimbulkan akibat negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dirampasnya kemerdekaan itu sendiri. 15 PAF. Lamintang dalam bukunya memberikan defenisi pidana penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang tersebut di dalam sebuah lembaga pemasyarakatan dengan mewajibkan orang itu untuk menaati semua peraturan tata tertib yang berlaku di dalam lembaga pemasyarakatan. 16 3. Perkembangan Pidana Penjara Sejarah pembentukan RUU KUHP tidak dapat dilepaskan dari usaha pembaharuan KUHP secara total. Usaha ini baru dimulai dengan adanya rekomendasi hasil Seminar Hukum Nasional I, pada tanggal 11-16 Maret 1963 di Jakarta yang menyerukan agar rancangan kodifikasi hukum pidana nasional 13 Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hlm. 37. 14 Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda Dan Paparannya Dalam Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2003, hlm. 465. 15 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 1996, hlm. 44. 16 PAF. Lamintang, opcit, hlm. 69. Universitas Sumatera Utara secepat mungkin diselesaikan. 17 Kemudian pada tahun 1964 dikeluarkan Rancangan KUHP pertama kali dan diikuti dengan Konsep KUHP 1968, 19711972, Konsep Basaroedin Konsep BAS 1977, Konsep 1979, Konsep 19821983, Konsep 19841985, Konsep 19861987, Konsep 19871988, Konsep 19891990, Konsep 19911992 yang direvisi sampai 19971998. Konsep KUHP juga dikeluarkan oleh Departemen Hukum dan Perundang-Undangan pada tahun 19992000. Tahun 2006 Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI telah mengeluarkan Konsep KUHP tahun 2004 sebagai revisi Konsep KUHP 19992000. 18 Setelah Konsep KUHP tahun 2004 dikeluarkan, ada juga Konsep KUHP draft tahun 2005 dan terakhir adalah draft Konsep KUHP tahun 20062007. Menurut informasi, Konsep terakhir sudah diagendakan dalam program legislasi nasional PROGLEGNAS dan menjadi prioritas pembahasan DPR untuk tahun 2008. 19 Dari sekian draft RUU Konsep KUHP tersebut, sudah jelas bahwa pengaturan pidana penjaranya pun mengalami perubahan atau pembaharuan dari konsep ke konsep. Perubahan atau pembaharuan konsep pidana penjara tersebut tentu harus disesuaikan dengan keadilan masyarakat hukum Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pemidanaan dan penetapan sanksi dalam Konsep KUHP selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Adanya perubahan yang 17 K. Wantjik Saleh, Seminar Hukum Nasional 1963-1979, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1980, hlm. 22. 18 Ahmad Bahiej, Sejarah Pembentukan KUHP, Sistematika KUHP, Dan Usaha Pembaruan Hukum Pidana Indonesia. Diakses dalam situs http:72.14.345132search?q=cache:D63cKNaIO5cJ:syariah.uin- suka.ac.idfile_ilmiah1.2520sejarah2520Sistematika2520KUHP2520dan2520Pembahar uan2520Hukum2520Pidana.dEA80A6.pdf+Pemabaharuan+Hukum+Pidana+Nasional hl=idct=clnkcd=8gl=id akses terakhir pada tanggal 20 Desember 2009. 19 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008 Kata Pengantar Penerbit Cet. IV. Universitas Sumatera Utara cukup mendasar dari konsep awal sampai dengan konsep yang terakhir menunjukkan bahwa persoalan pemberian sanksi dalam Konsep KUHP selalu disesuaikan dengan perkembangan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jenis-jenis pidana pokok dalam Konsep KUHP menambahkan alternatif lain di luar pidana penjara dengan diaturnya jenis pidana baru di luar pencabutan kemerdekaan. Perkembangan dewasa ini, persoalan alternatif pencabutan pidana kemerdekaan selalu menjadi posisi sentral dalam stelsel sanksi pidana. Alasan menghindari pidana pencabutan kemerdekaan ini disebabkan karena banyaknya kerugian-kerugian yang kadang sulit diatasi dimana kerugian-kerugian tersebut dapat bersifat filosofis maupun praktis. Jenis pidana pokok baru dalam Konsep KUHP, yaitu pidana pengawasan dan pidana kerja sosial dimana pidana ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan atas pidana selain penjara. Pidana pengawasan adalah pidana yang dapat dikenakan dengan mengingat keadaan pribadi dan perbuatan terdakwa dengan syarat-syarat khusus. Pidana pengawasan ini dalam penjelasan Konsep KHUP dinyatakan sebagai pidana yang pada umumnya dijatuhkan pada orang yang pertama kali melakukan kejahatan first offender. Sanksi pidana lain yang merupakan alternatif dari pidana penjara atau perampasan kemerdekaan adalah pidana kerja sosial. Jenis pidana ini dapat diterapkan jika pidana penjara yang akan dijatuhkan tidak lebih dari 6 enam bulan atau pidana denda tidak lebih dari denda Kategori I, maka pidana penjara atau pidana denda tersebut dapat diganti dengan pidana kerja sosial. Penjatuhan pidana denda dengan mempertimbangakan hal-hal tertentu dan pidana kerja sosial ini tidak boleh dikomersialkan. Dalam penjelasan Pasal 86 ditegaskan bahwa salah Universitas Sumatera Utara satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penjatuhan pidana kerja sosial adalah harus ada persetujuan terdakwa. Kondisi perubahan hukum yang adil dan sesuai dengan kenyataan yang berakar dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat kemudian secara tegas juga dinyatakan dalam konsideran Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana RUU KUHP yang menyatakan bahwa materi hukum pidana nasional harus disesuaikan dengan politik hukum, keadaan, dan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Sementara tujuan penyusunan hukum pidana dinyatakan sebagai perwujudan upaya pembaharuan hukum nasional Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta untuk menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 20 Dalam perkembangannya, pidana perampasan kemerdekaan atau pidana penjara sudah dianggap tidak relevan lagi dengan tujuan dari pemidanaan itu sendiri dan jauh dari penghormatan atas hak asasi manusia. Sebelum berbicara mengenai tujuan pemidanaan, ada baiknya kalau diketahui terlebih dahulu hakekat Penjelasan Umum RUU KUHP juga menyatakan bahwa Penyusunan Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP Nasional untuk menggantikan KUHP peninggalan pemerintah kolonial Belanda dengan segala perubahannya merupakan salah satu usaha dalam rangka pembangunan hukum nasional. Usaha tersebut dilakukan secara terarah dan terpadu agar dapat mendukung pembangunan nasional di berbagai bidang, sesuai dengan tuntutan pembangunan serta tingkat kesadaran hukum dan dinamika yang berkembang dalam masyarakat. 20 Konsideran Konsep KUHP Universitas Sumatera Utara dari pidana itu sendiri. Menurut Sudarto, yang dimaksud dengan pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. 21 Kenyataan inilah yang menyebabkan kebutuhan untuk melakuka n pembaharuan hukum pidana penal reform di Indonesia. Kebutuhan untuk melakukan pembaharuan hukum pidana sejalan dengan hasil dari Kongres PBB tahun 1976 tentang pencegahan kejahatan dan perlakuan kepada pelaku kejahatan. Dalam kongres tersebut dinyatakan bahwa hukum pidana yang ada selama ini di berbagai negara yang sering berasal dari hukum asing dari zaman kolonial yang pada umumnya telah asing dan tidak adil obsolute and unjustice serta ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan kenyataan outmoded and unreal karena tidak berakar dan pada nilai-nilai budaya dan bahkan ada diskrepansi dengan aspirasi masyarakat serta tidak responsif terhadap kebutuhan sosial masa kini. 22

F. Metode Penelitian