Latar Belakang Perkembangan Pidana Penjara Dari KUHP Ke Konsep KUHP Baru

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencuri 3 buah kakao dihukum 1,5 bulan penjara, mencuri semangka dihukum 5 lima tahun penjara. Pembandingnya adalah para koruptor di republik ini, berdasarkan putusan hakim yang sudah tetap, hanya dihukum satu tahun atau bahkan kurang, dan kalaupun di atas satu tahun, itu hanya tinggal tunggu remisi, maka koruptor tersebut dapat bebas dalam waktu yang singkat. Sungguh ironi memang apa yang sesungguhya terjadi pada penegakan hukum di Indonesia ini. Dari kasus hukum di atas, sudah jelas sekali melukai hati rakyat kecil Indonesia sekaligus menggelitik hati dan akal setiap orang yang mendengar dan melihat kasus hukum tersebut. Mencuri digunakan KUHP warisan kolonial, sedangkan korupsi menggunakan undang-undang khusus korupsi. Kalau dipikir- pikir, mencuri dan korupsi hampir tidak ada bedanya. Korupsi itu juga mencuri, yaitu mencuri uang negara rakyatpajak dari milyaran sampai triliyunan rupiah. Dengan begitu, korupsi wajib hukumnya dihukum lebih berat daripada mencuri yang kecil-kecil. Apalagi yang mencuri adalah pejabat negara publik. Dari paparan singkat di atas, dapat diketahui bahwa ada yang salah pada hukumnya atau perundang-undanganya, yaitu hukum materilnya KUHP yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman maupun keadilan masyarakat hukum Indonesia itu sendiri. KUHP sekarang yang masih berlaku efektif di Indonesia adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda Wetboek van Strafrecht yang pada prakteknya sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang. KUHP yang merupakan warisan KUHP Kerajaan Belanda tersebut diberlakukan di Indonesia dengan beberapa penyesuaian. Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu, diperlukan suatu perubahan, pembaharuan atau apapun itu namanya terhadap KUHP warisan kolonial itu, khususnya mengenai sanksi pidana penjaranya. KUHP versi lama WvS, pidana penjara diatur dalam Pasal 12 ayat 1, 2, 3, dan 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 15a, dan Pasal 29. Pada RUU KUHP yang baru sekarang RUU Konsep 2006-2007 ada 11 pasal yang secara khusus mengatur pidana penjara yaitu dari Pasal 69 dan diakhiri pada Pasal 79. KUHP WvS sekarang berlaku, pidana pokok dirumuskan secara tunggal, yaitu pidana penjara, kurungan atau denda. Tidak ada pidana mati atau penjara seumur hidup yang diancam secara tunggal. Sedangkan berdasarkan Konsep, bentuk perumusannya tidak berbeda dengan pola KUHP di atas, hanya dengan catatan bahwa di dalam Konsep KUHP pidana penjara dan denda ada yang dirumuskan ancaman minimumnya. Sebagai pendahuluan, berbicara mengenai sanksi atau ancaman pidana penjara yang akan dibahas dalam skripsi ini, pola minimum khusus pidana penjara di dalam KUHP dan Konsep adalah sebagai berikut : a. Menurut KUHP : berkisar antara 3 minggu paling rendah dan 15 tahun yang dapat mencapai 20 tahun apabila ada pemberatan ; b. Menurut Konsep : berkisar antara 1 tahun maksimum paling rendah dan 15 tahun yang dapat mencapai 20 tahun apabila ada pemberatan. Untuk minimum khusus dibawah 1 tahun menurut pola KUHP digunakan bulan dan minggu. Pola demikian tidak ada dalam Konsep karena maksimum paling rendah adalah 1 tahun. Untuk delik yang dipandang tidak perlu diancam dengan pidana penjara atau bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara, Universitas Sumatera Utara digolongkan sebagai tindak pidana ”sangat ringan” dan hanya diancam denda. Pola maksimum khusus paling rendah 1 tahun menurut Konsep dikecualikan untuk delik-delik yang selama ini dikenal sebagai ”kejahatan ringan”. Menurut pola KUHP, maksimum penjara untuk delik-delik ”kejahatan ringan” ini adalah 3 bulan, sedangkan menurut Konsep 6 bulan yang dialternatifkan dengan pidana denda Kategori II. Dan hal-hal ini, detailnya akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dalam skripsi ini. Kembali kepada Konsep KUHP, Rancangan Undang-Undang RUU KUHP yang saat ini draftnya masih dibahas di Departemen Hukum Dan HAM menuai banyak kritikan. Kritik yang utama adalah RUU ini dianggap “over criminalization”. 1 Selain sangat luas, RUU KUHP memasukkan kejahatan- kejahatan dengan karakteristik khusus bagi dari segi materi hukum pidananya maupun hukum acaranya. 2 Memperhatikan perkembangan Konsep KUHP yang sangat maju dibandingkan dengan KUHP WvS yang umurnya cukup tua itu, jelaslah bahwa masyarakat hukum Indonesia semakin menantikan hadirnya Konsep dalam penegakan hukum pidana Indonesia. Paling tidak dari segi substansimateri hukum, Indonesia telah memiliki sebuah kodifikasi hukum pidana yang dibangun dengan pondasi kuat, idealis dan mengedepankan keadilan masyarakat. Dengan demikian diharapkan aspek penegakan hukum pidana lain seperti struktur dan kultur masyarakat akan tergerak untuk menegakkan keadilan sebagaimana telah 1 Ifdhal Kasim, “Ke Arah Mana Pembaruan KUHP ? Tinjauan Kritis Atas RUU KUHP”, Position Paper, ELSAM, September 2005. Diakses dalam situs http:elsam.or.id.pdf. Akses terakhir pada tanggal 18 Desember 2009. 2 Ifdhal Kasim, “Kodifikasi Hukum Pidana Dalam Kerangka Perlindungan Hak Asasi Manusia”, Makalah dalam Focus Group Discussion yang diselenggarakan ELSAM, Jakarta, 28 Oktober 2006. Diakses dalam situs http:elsam.or.id.pdf. Akses terakhir pada tanggal 18 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara dijunjung dalam Konsep. Atas dasar hal-hal tersebut, Penulis mengangkat skripsi ini dengan judul “Perkembangan Pidana Penjara Dari KUHP Ke Konsep KUHP Baru”.

B. Permasalahan