B. Pengaturan Pidana Penjara Dalam KUHP Dan Konsep KUHP Baru
1. Dalam KUHP
Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu Pasal 12 ayat 1 KUHP. Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu
hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut Pasal 12 ayat 2 KUHP. Pasal 12 ayat 3 KUHP menyatakan bahwa : pidana penjara selama waktu
tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana
seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu, atau antara pidana penjara seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu; begitu juga
dalam hal batas lima belas tahun dilampaui sebab tambahanan pidana karena perbarengan, pengulangan atau karena ditentukan Pasal 52.
Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih dari dua puluh tahun Pasal 12 ayat 4 KUHP.
28
Batas dua puluh tahun harus dipandang sebagai batas absolut, argumen ini muncul dari MvT yang merupakan penjelasan
dari Pasal 10 ayat 4 WvS Belanda bahwa orang-orang berapun umurnya yang menjalani pidana penjara dua puluh 20 tahun tanpa terputus-putus kemungkinan
besar akan kehilangan kemampuan dan kesiapan untuk kembali menjalani kehidupan bebas. Sebab itu ditetapkan bahwa dengan alasan apapun juga tidak
diperkenankan menjatuhkan pidana penjara lebih dari apa yang ditetapkan ketentuan Pasal 10 ayat 4.
29
28
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, Bina Aksara, Cet. 20, Jakarta, 1999, hlm. 6.
29
Jan Remmelink, ibid, hlm. 466. Pasal 10 ayat 4 ini diatur dalam Pasal 12 ayat 4 KUHP Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Penjatuhan pidana seumur hidup diterima namun dengan sejumlah kritik. Alasan menurut mantan Menteri Kehakiman Belanda, Modderman, adalah
karena pada prinsipnya pidana demikian tidak akan berdaya guna efektif. Akan tetapi karena takut masuknya kembali pidana mati ke dalam sistem hukum
Belanda, ia kemudian mencakupkan sanksi pidana ini, yakni tindakan membuat terpidana tidak berdaya secara permanen poena proxima morti pidana yang
berada paling dekat dengan pidana mati. Dalam arti juridical murni, seumur hidup akan berarti sepanjang hayat dikandung badan. Hanya melalui upaya
hukum luar biasa, grasi, pidana penjara seumur hidup dapat diubah menjadi pidana penjara sementara, misal untuk selama 20 tahun.
30
Hal menunjuk tempat untuk menjalani pidana penjara, pidana kurungan, atau kedua-duanya, begitu juga hal mengatur dan mengurus tempat-tempat itu, hal
membedakan orang terpidana dalam golongan-golongan, hal mengatur pemberian Apabila dilihat lebih lanjut dalam Pasal 12 ayat 1 KUHP dikenal pidana
penjara dengan sistem minimum umum paling pendek satu hari dan maksimum umum paling lama lima belas tahun berturut-turut. Sedangkan ketentuan pada
ayat 3 jo. ayat 4, Pasal 12 KUHP mengenal pidana penjara dengan sistem maksimum khusus boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turut.
Pasal 13 KUHP menyatakan bahwa : para terpidana dijatuhi pidana penjara dibagi-bagi atas beberapa golongan. Pasal 14 KUHP, terpidana yang
dijatuhkan pidana penjara wajib menjalankan segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya berdasarkan ketentuan pelaksanaan Pasal 29.
Pasal 29 KUHP menyatakan :
30
Ibid, hlm. 466.
Universitas Sumatera Utara
pengajaran, penyelenggaraan ibadat, hal tata tertib, hal tempat untuk tidur, hal makanan, dan pakaian, semuanya itu diatur dengan undangundang sesuai dengan
kitab undang-undang sesuai dengan kitab undang-undang ini. Jika perlu, Menteri Kehakiman menetapkan aturan rumah tangga untuk
tempat-tempat orang terpidana. Ketentuan yang dimaksud yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan termasuk peraturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Peraturan
Menteri Kehakiman Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas.
Ketentuan yang masih berhubungan dengan pidana penjara adalah tentang pidana bersyarat yang diatur dalam Pasal 14a sampai dengan 14f KUHP, dan
ketentuan tentang lepas bersyarat yang diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 17 KUHP.
Khusus tentang lepas bersyarat yang berkaitan erat dengan pelaksanaan pidana penjara diatur dalam Pasal 15 KUHP, yang menyatakan :
Jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, sekurang-kurangnya harus sembilan bulan, maka ia
dapat dikenakan pelepasan bersyarat. Jika terpidana harus menjalani beberapa pidana berturut-turut, pidana itu dianggap sebagai satu pidana.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memberikan pelepasan bersyarat, ditentukan pula suatu masa percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa
percobaan. Masa percobaan itu lamanya sama dengan sisa waktu pidana penjara yang
belum dijalani, ditambah satu tahun. Jika terpidana ada dalam tahanan yang sah, maka waktu itu tidak termasuk masa percobaan.
Pasal 15a KUHP juga menentukan adanya syarat umum yaitu terpidana tidak akan melakukan perbuatan pidana dan perbuatan lain yang tidak baik ayat
1. Di samping itu juga terdapat syarat khusus tentang kelakuan terpidana, asal tidak mengurangi kemerdekaan agama, dan kemerdekaan politik baginya ayat
2. Jenis sanksi yang pada umumnya dicantumkan dalam perumusan delik
menurut pola KUHP, menggunakan sembilan bentuk perumusan ancaman pidana, yaitu :
a. Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara tertentu ;
b. Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara tertentu ;
c. Diancam dengan pidana penjara tertentu ;
d. Diancam dengan pidana penjara atau kurungan ;
e. Diancam dengan pidana penjara atau kurungan atau denda ;
f. Diancam dengan pidana penjara atau denda ;
g. Diancam dengan pidana kurungan ;
h. Diancam dengan pidana kurungan atau denda ;
i. Diancam dengan pidana denda.
Universitas Sumatera Utara
Dari kesembilan perumusan di atas terlihat, khususnya untuk perumusan pidana penjara, KUHP menempuh dua sistem perumusan, yaitu :
31
a. Sistem perumusan tunggal, yaitu pidana penjara dirumuskan sebagai satu-
satunya jenis sanksi pidana untuk delik yang bersangkutan ; dan b.
Sistem perumusan alternatif, yaitu pidana penjara dirumuskan secara alternatif dengan jenis sanksi pidana lainnya sampai yang paling ringan.
Pidana pokok yang diancamdirumuskan secara tunggal, hanya pidana penjara, kurungan atau denda. Tidak ada pidana mati atau penjara seumur hidup
yang diancam secara tunggal. Perumusan alternatif dimulai dari pidana pokok terberat sampai yang paling ringan. Pidana tambahan bersifat fakultatif, namun
pada dasarnya untuk dapat dijatuhkan harus tercantum dalam perumusan delik. 2.
Konsep KUHP Baru Pengaturan pidana penjara dalam Rancangan Undang-Undang KUHP
yang baru, dimulai pada Pasal 69 dan diakhiri pada Pasal 79. Jadi ada 11 pasal yang secara khusus mengatur pidana penjara. Di bawah ini akan di berikan rincian
pasal demi pasal dari pidana penjara itu sendiri. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
Pasal 69 1
Pidana penjara dijatuhkan untuk seumur hidup atau untuk waktu tertentu. 2
Pidana penjara untuk waktu tertentu dijatuhkan paling lama 15 lima belas tahun berturut-turut atau paling singkat 1 satu hari, kecuali ditentukan
minimum khusus.
31
Barda Nawawi Arief, ibid, hlm. 152.
Universitas Sumatera Utara
3 Jika dapat dipilih antara pidana mati dan pidana penjara seumur hidup atau
jika ada pemberatan pidana atas tindak pidana yang dijatuhi pidana penjara 15 lima belas tahun, maka pidana penjara untuk waktu tertentu dapat dijatuhkan
untuk waktu 20 dua puluh tahun berturut-turut. 4
Dalam hal bagaimanapun pidana penjara untuk waktu tertentu tidak boleh dijatuhkan lebih dari 20 dua puluh tahun.
Pasal 70 1
Jika terpidana seumur hidup telah menjalani pidana paling kurang 10 sepuluh tahun pertama dengan berkelakuan baik, maka sisa pidana tersebut
dapat diubah menjadi pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun. 2
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan perubahan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 71 Dengan tetap mempertimbangkan Pasal 54 dan Pasal 55, pidana penjara sejauh
mungkin tidak dijatuhkan jika dijumpai keadaan-keadaan sebagai berikut : a.
Terdakwa berusia di bawah 18 delapan belas tahun atau di atas 70 tujuh puluh tahun ;
b. Terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana ;
c. Kerugian dan penderitaan korban tidak terlalu besar ;
d. Terdakwa telah membayar ganti kerugian kepada korban ;
e. Terdakwa tidak mengetahui bahwa tindak pidana yang dilakukan akan
menimbulkan kerugian yang besar ; f.
Tindak pidana terjadi karena hasutan yang sangat kuat dari orang lain ; g.
Korban tindak pidana mendorong terjadinya tindak pidana tersebut ;
Universitas Sumatera Utara
h. Tindak pidana tersebut merupakan akibat dari suatu keadaan yang tidak
mungkin terulang lagi ; i.
Kepribadian dan perilaku terdakwa meyakinkan bahwa ia tidak akan melakukan tindak pidana yang lain ;
j. Pidana penjara akan menimbulkan penderitaan yang besar bagi terdakwa atau
keluarganya ; k.
Pembinaan yang bersifat noninstitusional diperkirakan akan cukup berhasil untuk diri terdakwa ;
l. Penjatuhan pidana yang lebih ringan tidak akan mengurangi sifat beratnya
tindak pidana yang dilakukan terdakwa ; m.
Tindak pidana terjadi di kalangan keluarga ; atau n.
Terjadi karena kealpaan. Pasal 72
1 Narapidana yang telah menjalani sekurang-kurangnya 23 dua per tiga dari
pidana penjara yang dijatuhkan, dengan ketentuan 23 dua per tiga tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan dan berkelakuan baik dapat diberikan
pembebasan bersyarat sebagai Klien Pemasyarakatan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang hukum.
2 Terpidana yang menjalani beberapa pidana penjara berturut-turut, jumlah
pidananya dianggap sebagai 1 satu pidana. 3
Dalam memberikan pembebasan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan masa percobaan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama
masa percobaan.
Universitas Sumatera Utara
4 Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 sama dengan sisa waktu
pidana penjara yang belum dijalani ditambah dengan 1 satu tahun. 5
Narapidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang ditahan sebagai tersangka atau terdakwa dalam perkara lain, waktu tahanannya tidak
diperhitungkan sebagai masa percobaan. 6
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pembebasan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah. Pasal 73
1 Syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa percobaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 ayat 3 adalah :
a. Klien Pemasyarakatan tidak akan melakukan tindak pidana ; dan
b. Klien Pemasyarakatan harus melakukan atau tidak melakukan perbuatan
tertentu, tanpa mengurangi kemerdekaan beragama dan berpolitik.
2
Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir b dapat diubah, dihapus, atau diadakan syarat baru, yang semata-mata bertujuan membina terpidana.
3
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 74 1
Pembebasan bersyarat tidak dapat ditarik kembali setelah melampaui 3 tiga bulan terhitung sejak saat habisnya masa percobaan.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku jika sebelum
waktu 3 tiga bulan, Klien Pemasyarakatan dituntut karena melakukan tindak pidana dalam masa percobaan dan tuntutan berakhir karena putusan pidana
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
3 Jangka waktu antara saat mulai menjalani pembebasan bersyarat dan
menjalani kembali pidana tidak dihitung sebagai menjalani pidana. Pasal 75
1 Keputusan pembebasan bersyarat ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggungjawab di bidang hukum setelah mendapat pertimbangan dari Tim Pengamat Pemasyarakatan dan hakim pengawas.
2 Jika terjadi pelanggaran terhadap salah satu syarat, maka Balai
Pemasyarakatan memberitahukan hal tersebut kepada hakim pengawas.
3 Pencabutan pembebasan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang hukum atas usul hakim pengawas.
4 Jika Klien Pemasyarakatan melanggar syarat-syarat yang diberikan, maka
hakim pengawas dapat mengusulkan kepada Menteri yang bertanggungjawab
di bidang hukum agar pembebasan bersyarat dicabut.
5 Jika hakim pengawas mengusulkan pencabutan sebagaimana dimaksud pada
ayat 4, maka hakim pengawas dapat memberi perintah kepada polisi agar
Klien Pemasyarakatan ditahan dan hal tersebut diberitahukan kepada Menteri
yang bertanggungjawab di bidang hukum. 6
Penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 paling lama 60 enam puluh
hari. 7
Jika penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 6 disusul dengan penghentian sementara waktu atau pencabutan pembebasan bersyarat, maka
Klien Pemasyarakatan dianggap meneruskan menjalani pidana sejak saat
ditahan.
Universitas Sumatera Utara
8 Selama masa percobaan, pengawasan, dan pembinaan Klien Pemasyarakatan
dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Pidana Tutupan
Pasal 76 1
Orang yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara, mengingat keadaan pribadi dan perbuatannya dapat dijatuhi pidana tutupan.
2 Pidana tutupan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dijatuhkan kepada
terdakwa yang melakukan tindak pidana karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati.
3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku, jika cara
melakukan atau akibat dari perbuatan tersebut sedemikian rupa sehingga terdakwa lebih tepat untuk dijatuhi pidana penjara.
Pidana Pengawasan Pasal 77
Terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun, dapat dijatuhi pidana pengawasan.
Pasal 78 1
Pidana pengawasan dapat dijatuhkan kepada terdakwa mengingat keadaan pribadi dan perbuatannya.
2 Pidana pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijatuhkan untuk
waktu paling lama 3 tiga tahun. 3
Dalam penjatuhan pidana pengawasan dapat ditetapkan syarat-syarat :
a. Terpidana tidak akan melakukan tindak pidana ;
Universitas Sumatera Utara
b. Terpidana dalam waktu tertentu yang lebih pendek dari masa pidana pengawasan,
harus mengganti seluruh atau sebagian kerugian yang timbul oleh tindak pidana yang dilakukan ; danatau
c. Terpidana harus melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan tertentu,
tanpa mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan berpolitik.
4 Pengawasan dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. 5
Jika selama dalam pengawasan terpidana melanggar hukum, maka Balai Pemasyarakatan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum Dan
Hak Asasi Manusia dapat mengusulkan kepada hakim pengawas untuk memperpanjang masa pengawasan yang lamanya tidak melampaui maksimum
2 dua kali masa pengawasan yang belum dijalani. 6
Jika selama dalam pengawasan terpidana menunjukkan kelakuan yang baik, maka Balai Pemasyarakatan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Hukum Dan Hak Asasi Manusia dapat mengusulkan kepada hakim pengawas untuk memperpendek masa pengawasannya.
7 Hakim pengawas dapat mengubah penetapan jangka waktu pengawasan
setelah mendengar para pihak. Pasal 79
1 Jika terpidana selama menjalani pidana pengawasan melakukan tindak pidan
dan dijatuhi pidana yang bukan pidana mati atau bukan pidana penjara, maka pidana pengawasan tetap dilaksanakan.
2 Jika terpidana dijatuhi pidana penjara, maka pidana pengawasan ditunda dan
dilaksanakan kembali setelah terpidana selesai menjalani pidana penjara.
Universitas Sumatera Utara
C. Masalah Maksimum Dan Minimum Pidana