2 Lamanya minimum khusus, pada mulanya dikembangkan pola yang berkisar
antara 3-7 tahun. Hal ini didasarkan pada perbandingan pola yang ada di berbagai negara, antara lain Norwegia berkisar antara 2 bulan-8 tahun,
Yugoslavia berkisar antara 3 bulan-10 tahun, Polandia berkisar antara 6 bulan- 10 tahun, Korea berkisar antara 1 tahun-10 tahun, dan Jepang berkisar antara 3
bulan-7 tahun.
D. Pola Lamanya Berat-Ringannya Pidana Penjara
1. Pidana Penjara
Seperti halnya dengan KUHP WvS, Konsep juga menganut pola pidana penjara seumur hidup dan penjara untuk waktu tertentu. Untuk pidana penjara
dalam waktu tertentu, pola sebagai berikut :
Tabel 2. Perbandingan KUHP Dan Konsep KUHP 20062007 Mengenai Waktu Pidana Penjara
Pola Minimum Pola Maksimum
Umum Khusus
Umum Khusus
KUHP 1 Hari
- 1520 Thn
Bervariasi Sesuai Dengan
Deliknya
KONSEP 1 Hari
Bervariasi Antara 1-5
Thn 1520 Thn
Bervariasi Sesuai Dengan
Deliknya
Pola minimum khusus menurut Konsep pada mulanya berkisar antara 3
bulan sampai 7 tahun, namun dalam perkembangannya mengalami perubahan antara 1-5 tahun dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 3. Ancaman Maksimum Dan Minimum Terhadap Tindak Pidana
Katagori Delik
Ancaman Maksimum Ancaman Minimum
1. “Berat” 4 s.d. 7 Tahun
1 Tahun 2. “Sangat Serius”
7 s.d. 10 Tahun 2 Tahun
12 s.d. 15 Tahun 3 Tahun
MatiSeumur Hidup 5 Tahun
Universitas Sumatera Utara
Dari pola di atas terlihat, bahwa penentuan ”minimum khusus” didasarkan atau diberdakan menurut ancaman maksimum khusus untuk delik yang
bersangkutan. Ini hanya sekedar patokan objektif atau patokan formal. Tidak setiap delik yang termasuk dalam kategori seperti di atas, harus diberi ”minimum
khusus”. Dalam menetapkan minimum khusus perlu dipertimbangkan akibat dari delik yang bersangkutan terhadap masyarakat luas antara lain ; menimbulkan
bahaya keresahan umum, bahaya bagi kesehatanlingkungan atau menimbulkan akibat mati atau faktor pengulangan tindak pidana recidive. Pola umumnya
delik-delik yang ”sangat serius” sajalah yang diberi ancaman minimum khusus. Catatan lain yang perlu disampaikan adalah, bahwa menurut Konsep ancaman
minimum khusus ini pun dalam hal-hal tertentu tetap dapat dikurangi atau diperingan apabila ada hal-hal yang memperingan pemidanaan.
Pola minimum khusus pidana penjara di dalam KUHP dan Konsep adalah sebagai berikut :
a. Menurut KUHP : berkisar antara 3 minggu paling rendah dan 15 tahun yang
dapat mencapai 20 tahun apabila ada pemberatan ; b.
Menurut Konsep : berkisar antara 1 tahun maksimum paling rendah dan 15 tahun yang dapat mencapai 20 tahun apabila ada pemberatan.
Untuk minimum khusus dibawah 1 tahun menurut pola KUHP digunakan bulan dan minggu. Pola demikian tidak ada dalam Konsep karena maksimum
paling rendah adalah 1 tahun. Untuk delik yang dipandang tidak perlu diancam dengan pidana penjara atau bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara,
digolongkan sebagai tindak pidana ”sangat ringan” dan hanya diancam denda. Pola maksimum khusus paling rendah 1 tahun menurut Konsep dikecualikan
Universitas Sumatera Utara
untuk delik-delik yang selama ini dikenal sebagai ”kejahatan ringan”. Menurut pola KUHP, maksimum penjara untuk delik-delik ”kejahatan ringan” ini adalah 3
bulan, sedangkan menurut Konsep 6 bulan yang dialternatifkan dengan pidana denda Kategori II.
Pola pemberatan dan peringanan pidana menurut Konsep tidak berbeda dengan KUHP, yaitu ditambah atau dikurangi sepertiga. Hanya menurut Konsep,
pemberatanperinganan sepertiga itu tidak hanya terhadap ancaman maksimum tetapi juga terhadap ancaman minimumnya. Dalam hal tertentu, pola peringanan
menurut Konsep dapat juga dikurangi setengahnya
36
a. Anak di bawah 18 tahun ; dan
jadi diancam dengan pidana separuh dari maksimum delik yang bersangkutan, yaitu untuk :
b. Percobaan tidak mampu
37
Pola ancaman pidana untuk delik dolus dan delik culpa, menurut KUHP adalah sebelum perubahan berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1960, di
dalam KUHP tidak ada keseragaman atau kesebandingan maksimum pidana untuk delik culpa dibandingkan dengan delik dolusnya. Misalnya untuk delik-delik
dolus dengan maksimum 4 tahun penjara lihat Pasal-Pasal 231, 408, 426, 427, 477, delik culpanya ada yang diancam 1 bulan kurungan Pasal 426 ayat 4 dan
409 dan ada yang 2 bulan kurungan Pasal 426 ayat 2 dan 477 ayat 2. Ancaman maksimum 3 bulan kurungan ini pun ternyata diancam juga untuk delik
culpa di dalam Pasal 334 yang delik dolusnya Pasal 333 diancam dengan pidana
36
Dalam perkembangan berikutnya mulai Konsep 2004, ada yang dikurangi 23 dari maksimum, yaitu untuk delik “persiapan” dan “permufakatan jahat”.
37
Dalam penjelasan Konsep KUHP, ketentuan dalam pasal percobaan ini tidak memberikan definisi tentang percobaan, tetapi hanya menentukan unsur-unsur kapan seseorang
disebut melakukan percobaan tindak pidana, pembuat tindak pidana telah mulai melakukan permulaan pelaksanaan tindak pidana dan pelaksanaan itu tidak selesai atau tidak mencapai hasil
atau akibat yang dilarang.
Universitas Sumatera Utara
penjara 8 tahun. Dilihat dari sudut akibatnya misalnya timbul bahaya bagi umum, memang terlihat ada keseragaman maksimum pidana untuk delik
culpanya, yaitu 4 bulan 2 minggu penjara atau 3 bulan kurungan, tetapi tidak sebanding dengan delik dolusnya yang diancam dengan pidana penjara yang
berbeda-beda, yaitu ada yang maksimumnya 9 bulan Pasal 191 bis, ada yang 9 tahun Pasal 192 dan ada yang 12 tahun Pasal 196 dan Pasal 200. Namun di
samping itu, terlihat pola umum menurut KUHP sebagai berikut : a.
Untuk perbuatan dengan culpa, diancam dengan pidana kurungan maksimum 1 sampai 3 bulan atau denda ;
b. Untuk yang menimbulkan akibat, terlihat pola sebagai berikut :
Tabel 4. Ancaman Maksimum Pidana Dalam KUHP Akibat
Ancaman Maksimum Pidana Delik Dolus
Penjara Delik Culpa
Penjara Kurungan
Denda
Bahaya Umum 7-12 Thn.
4 Bln. 2 Mggu. 3 Bln.
Ada Bahaya Bagi
NyawaKesehatan 15 Thn.
9 Bln. 6 Bln.
Ada Mati
SH20 Thn. 1 Thn. 4 Bln.
1 Thn. Tidak Ada
2. Pidana Denda
Pola pidana denda dalam KUHP tidak mengenal ”minimum khusus” dan ”maksimum umum”. Yang ada hanya ”minimum umum” dan ”maksimum
khusus”. Minimum umum pidana denda sebesar ”25 sen” Pasal 30 ayat 1 yang berdasarkan perubahan menurut Undang-Undang No. 18 Prp. 1960
dilipatgandakan menjadi 15 kali, sehingga menjadi Rp. 3, 75 tiga rupiah tujuh puluh lima sen. Maksimum khususnya bervariasi sebagai berikut :
a. Untuk ”kejahatan” ; maksimumnya berkisar antara Rp.900,- dahulu 60
Gulden dan Rp.150.000,- 10.000 Gulden, namun ancaman pidana denda yang sering diancamkan ialah sebesar Rp.4.500,- 500 Gulden ;
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk ”pelanggaran” ; denda maksimum berkisar antara Rp.225,- dua ratus
dua puluh lima rupiah Gulden dan Rp.75.000,- tujuh puluh lima ribu rupiah 5.000 Gulden, namun yang terbanyak hanya diancam dengan denda
sebesar Rp.375,- tiga ratus tujuh puluh lima rupiah 25 Gulden dan Rp.4.500,- empat ribu lima ratus rupiah 300 Gulden.
Dari pola di atas terlihat, bahwa menurut pola KUHP WvS maksimum khusus denda yang paling tinggi untuk ”kejahatan” ialah Rp.150.000,- seratus
lima puluh ribu rupiah 10.000 Gulden, dan untuk ”pelanggaran” paling banyak Rp.75.000,- tujuh puluh lima ribu rupiah 5000 Gulden. Jadi maksimum khusus
”kejahatan” adalah ”2 dua kali lipat” yang diancamkan untuk ”pelanggaran”. Konsep mengenal ”minimum umum”, ”minimum khusus” dan
”maksimum khusus” pidana denda. Minimum umum sebesar Rp.1.500,- seribu lima ratus rupiah. Ancaman maksimum khusus dibagi enam kategori. Minimum
khusus pidana denda dapat ditentukan berdasarkan keenam kategori
38
No.
itu. Adapun pengancaman maksimum khusus denda sebagai berikut :
Tabel 5. Ancaman Maksimum Khusus Pidana Penjara Dan Denda Dalam Konsep KUHP 20062007
Bobot Delik Penjara
Denda
1. Sangat Ringan
– Katagori III
2. Ringan
1-2 Tahun Katagori III
3. Sedang
2-4 Tahun Katagori IV
4. Berat
4-7 Tahun Katagori IV
5. Sangat Serius
Di atas 7 Tahun Untuk “orang” tanpa denda ;
Untuk “korporasi” terkena Katagori V.
38
Dalam perkembangan berikutnya sudah mengalami perubahan. Denda minimal Rp.15.000,- dan Kategorinya berkisar dari Rp.1.5 juta Kategori I sampai dengan Rp. 3 milyar
Katefori VI.
Universitas Sumatera Utara
Dari pola di atas terlihat, bahwa baik menurut KUHP maupun menurut Konsep tidak ada ”maksimum umum” untuk pidana denda. Inilah yang
menyebabkan sangat bervariasinya maksimum denda di luar KUHP. Dari pembahasan pengaturan pidana penjara menurut Konsep KUHP,
masalah maksimum dan minimum pidana, dan pola lamanya berat-ringannya pidana terlihat bahwa, jenis pidana yang diancamkan dalam perumusan delik
hanya pidana mati, penjara dan denda. Pidana pokok berupa pidana tutupan, pidana pengawasan dan pidana kerja sosial tidak dicantumkan. Bentuk
perumusannya tidak berbeda dengan pola KUHP di atas, hanya dengan catatan bahwa di dalam Konsep :
39
a.
Pidana penjara dan denda ada yang dirumuskan ancaman minimumnya ;
b.
Pidana denda dirumuskan dengan sistem kategori ;
c. Ada pedoman untuk menerapkan pidana yang dirumuskan secara tunggal dan
secara alternatif yang memberi kemungkinan perumusan tunggal diterapkan
secara alternatif dan perumusan alternatif diterapkan secara kumulatif.
39
Ibid, hlm. 161.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERKEMBANGAN PIDANA PENJARA DARI KUHP
KE KONSEP KUHP BARU
A. Jenis Dan Modifikasi Pidana Penjara
Konsep KUHP 20062007 Buku I hanya dikenal 1 satu jenis pidana perampasan kemerdekaan, yaitu “pidana penjara”. Namun dalam konsep
disebutkan juga bentuk modifikasinya berupa “pidana tutupan” dan “pidana pengawasan”. Pidana tutupan dan pidana pengawasan sebenarnya merupakan cara
menjalankan pidana yang dikaitkan dengan ancaman pidana penjara jadi hanya merupakan “strafmodaliteit” atau “strafmodus”.
Bertolak dari Konsep KUHP 20062007 Buku I itu, maka dalam menghadapi perumusan delik yang mengandung ancaman pidana penjara, hakim
hanya dihadapkan kepada dua pilihan. Pertama, hakim dapat menjatuhkan pidana yang bersifat “custodial” berupa pidana penjara atau pidana tutupan, atau kedua,
menjatuhkan pidana yang bersifat “non-custodial” berupa pidana pengawasan. Pidana pengawasan yang dimaksudkan sebagai alternatif pidana penjara ini,
menurut Konsep KUHP 20062007 Buku I, dapat dikenakan kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun atau kurang Pasal 66 Konsep.
40
Konsep KUHP 2006-2007 mengintrodusirkan jenis pidana pengawasan sebagai alternatif pidana penjara, jelas terlihat bahwa pembuat Konsep ingin
menarik garis batas yang sangat sederhana dalam menghadapi pelaku tindak pidana. Pelaku tindak pidana yang melakukan tindak pidana yang diancam pidana
penjara maksimum lebih dari tujuh tahun, secara objektif dianggap telah
40
Konsep 19821983 yang diedit sd Maret 1984. Pasal ini menjadi Pasal 70 Konsep edisi Maret 1993 ; Pasal 72 Konsep 2000 ; Pasal 74 Konsep 2004 ; Pasal 77 Konsep 20062007.
Universitas Sumatera Utara
melakukan tindak pidana berat dan oleh karenanya disediakan ancaman pidana penjara yang bersifat custodial. Sebaliknya bagi pelaku yang melakukan tindak
pidana yang diancam pidana dengan maksimum pidana penjara tujuh tahun atau dibawah tujuh tahun, secara objektif dianggap melakukan tindak pidana yang
lebih ringan, sehingga untuk pelaku disediakan pidana pengawasan yang non- custodial. Jadi hakim dalam menghadapi pelaku tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara diatas 7 tujuh tahun, dianggap melakukan tindak pidana yang sangat serius.
Garis batas yang sangat sederhana itu mengandung nilai yang sangat positif, karena bertujuan untuk mengurangi atau membatasi penerapan pidana
penjara hanya pada orang-orang yang melakukan tindak pidana berat. Namun dirasakan ada sesuatu yang menggangu atau kurang layak, apabila “ukuran
objektif” yaitu batasan tujuh tahun itu benar-benar diterapkan tanpa memperhatikan faktor-faktor subjektif atau kondisi suatu kasus. Misalnya dalam
hal hakim mengahadapi perkara pencurian atau penganiyaan yang berakibat luka- luka berat. Menurut Pasal 362 dan 351 2 KUHP yang sekarang berlaku, kedua
tindak pidana itu hanya diancam dengan pidana penjara maksimum lima tahun. Jadi dilihat dari ukuran objektif, termasuk jenis tindak pidana yang dapat dijatuhi
pidana pengawasan. Hakim akan ingin mempertimbangkan untuk tidak menjatuhkan pidana pengawasan, maka alternatif lain hanya pidana penjara.
Menurut Konsep Pasal 70, dimungkinkan bagi hakim untuk menjatuhkan pidana denda walaupun tindak pidana yang bersangkutan tidak diancam dengan denda.
Kemungkinan tersebut hanya dapat dijatuhkan apabila hakim mempertimbangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk menjatuhkan pidana penjara pendek yang tidak lebih dari tiga bulan.
41
Resiko negatif dari diterapkannya pidana penjara dan pidana denda secara terpisah, perlu disediakan kemungkinan atau alternatif ketiga bagi hakim untuk
menggabungkan kedua jenis pidana itu. Jenis pidana gabungan antara pidana penjara dan pidana pengawasan ini dalam kepustakaan dikenal dengan istilah
“combined incarceration and probation” atau juga disebut istilah “mixed or split sentence”.
Jadi dalam hal hakim mempertimbangkan untuk tidak menjatuhkan pidana penjara
pendek tiga bulan kebawah atau tidak menjatuhkan pidana denda, yaitu memasukkan terdakwa dalam lembaga pemasyarakatan dengan menjatuhkan
pidana penjara atau hanya mengenakan pidana pengawasan. Kedua-duanya sudah barang tentu mengandung resiko negatif.
42
41
Dalam Konsep 20062007, penjara pengganti ini diatur dalam Pasal 83-84 tidak bayar denda, Pasal 97 tidak bayar harga lawan untuk perampasan barang yang tidak diserahkan, Pasal
98 tidak bayar biaya pengumuman putusan hakim, Pasal 99 tidak bayar pidana ganti rugi.
42
Maksudnya adalah hukuman yang digabungkan penjara dan denda atau hukuman tersebut dipecahterpisah.
Pidana penjara, dimaksudkan, terpidana hanya menjalani sebagian dari pidana perampasan kemerdekaannya di dalam lembaga dan sebagian lainnya
atau sisanya dijalani di luar lembaga non-custodial tetapi tetap dalam pengawasan. Jadi sebagian menjalani pidana penjara dan sebagian lagi menjalani
pidana pengawasan. Jenis pidana ini dapat misalnya disebut dengan istilah “pidana penjara terbatas”. Jenis pidana ini merupakan “pidana-antara”, karena
kualitasnya berada di antara pidana penjara dan pidana pengawasan. Artinya, lebih ringan dari pidana penjara biasa tetapi lebih berat dari pidana pengawasan.
Sifat lebih berat dari pidana pengawasan, ditandai dengan adanya sifat custodial. Walaupun bersifat custodial, namun untuk memberikan sifar lebih ringan daripada
pidana penjara biasa, dapat misalnya ditetapkan maksimum umum yang lebih
Universitas Sumatera Utara
ringan untuk pidana gabungan ini. Pidana penjara biasa maksimum umumnya ditetapkan 15 tahun, maka untuk pidana gabungan dapat misalnya ditetapkan
maksimum umum tiga tahun, yaitu sama dengan pidana pengawasan menurut Konsep Pasal 62 ayat 2. Sifat lebih berat dari pidana penjara dengan pidana
pengawasan, maka disamping mengandung unsur custodial, juga kepada terpidana dapat dikenakan kewajiban-kewajiban tertentu yang bersifat kemanusiaan atau
sosial selama terpidana berada dalam pengawasan di luar lembaga. Gagasan pidana gabungan itu, secara teoritis didasarkan pada perlunya
pengembangan jenis pidana yang diperkirakan dapat mewujudkan keseimbangan antara kepentingan perlindungan atau pengamanan masyarakat dan kepentingan
individu. Atau dengan perkataan lain, diperlukan jenis pidana yang dapat mengkompromikan atau memanfaatkan segi-segi positif sebaliknya juga berarti,
mengindari segi-segi negatif dari pidana penjara di satu pihak dan pidana pengawasan dilain pihak. Jadi mengkompromikan “pidana” dengan “tindakan”.
Sedang dilihat dari sudut praktis, sekurang-kurangnya diharapkan ada dua keuntungan yang dapat dicapai, yaitu :
a. Memberikan dasar motivasi yang lebih mantap bagi para penegak hukum
jaksa dan hakim untuk lebih mau mengefektifkan jenis pidana yang sifat non-custodial. Dengan tidak tersedianya kemungkinan untuk menjatuhkan
pidana gabungan, maka dalam praktik selama ini sangat sedikit perkara yang dituntut atau dijatuhi pidana bersyarat hanya sekitar 1-5. Alasan praktis
yang dikemukan para jaksa dan hakim ialah, bahwa kemampuan untuk mengawasi terpidana yang dijatuhi pidana bersyarat itu masih sangat terbatas.
Dengan tersedianya kemungkinan untuk menjatuhkan pidana pengawasan
Universitas Sumatera Utara
yang dapat disamakan dengan pidana bersyarat bersama-sama dengan pidana penjara, maka di samping memberikan jalan ke luar bagi “keengganan” para
penegak hukum, juga semacam jembatan dalam masa transisi untuk benar- benar dapat mengefektifkan jenis pidana yang bersifat non-custodial ini ;
b. Memberikan kemantapan dan kelegaan bagi masyarakat pada umumnya dan
korban tindak pidana pada khususnya, bahkan juga terpidana, yang memandang penjatuhan pidana bersyarat atau pidana pengawasan ini sama
dengan tidak dipidananya sama sekali. Latar belakang lainnya dari gagasan pidana gabungan atau pidana penjara
terbatas yang diuraikan di atas, ialah sehubungan dengan adanya “pidana penjara pengganti” menurut Konsep 20062007 Buku I. Dengan tidak adanya pidana
kurungan, maka Konsep tidak mengenal pidana kurungan pengganti, tetapi pidana penjara pengganti ini menurut Konsep 20062007 Buku I telah banyak
dibandingkan dengan pidana penjara penggangti menurut KUHP yang sekarang berlaku. Menurut KUHP, pidana penjara pengganti hanya untuk denda yang tidak
dibayar dan perampasan barang yang tidak diserahkan Pasal 30, sedangkan menurut Konsep, pidana penjara pengganti dapat dikenakan sebagai pengganti
pidana denda Pasal 77, pengganti pidana untuk biaya pengumuman putusan hakim Pasal 78, dan pengganti pembayaran ganti rugi Pasal 79.
Adanya peluang demikian banyak untuk menjatuhkan pidana penjara pengganti ini kurang sesuai dengan kebijaksanaan untuk membatasi penggunaan
pidana penjara. Di samping itu, dirasakan kurang konsisten dengan pendirian Konsep, bahwa pada dasarnya pidana penjara ditujukan untuk pelaku tindak
pidana berat atau yang jelas-jelas mempunyai watak jahat. Kejanggalan ini antara
Universitas Sumatera Utara
lain terlihat dengan membandingkan ketentuan pidana pengawasan dalam Pasal 66 Konsep.
43
Apabila terhadap orang yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimum tujuh tahun atau kurang saja dapat
dikenakan pidana pengawasan, jadi seolah-olah dapat dikenakan pidana pengganti yang lebih ringan dari pidana penjara, maka dirasakan janggal apabila orang
dikenakan pidana penjara hanya karena misalnya tidak mampu membayar denda atau ganti rugi. Pidana penjara pengganti ini sangat dikritik oleh Manuel Lopez
Rey, seorang Guru Besar Hukum Pidana dan Kriminologi Bolivia dalam ceramah yang berjudul “Crime And The Penal System” pada Kongres PBB keempat tahun
1970 mengenai Prevention Of Crime And The Treatment Of Offenders. Dinyatakan olehnya, bahwa sepanjang sejarah, praktik pidana penjara pengganti
denda ini merupakan sumber utama ketidakadilan.
44
Oleh karena itu, wajar diperlukan jenis pidana pengganti yang kualitasnya lebih ringan dari pidana
penjara biasa. Dan pilihan untuk ini dapat diarahkan pada pidana penjara terbatas. Akhirnya perlu ditegaskan, bahwa gagasan pidana penjara pengganti ini
berhubungan erat pula dengan perlunya menyediakan jenis pidana perampasan kemerdekaan yang lebih ringan dari pidana penjara biasa untuk orang-orang yang
secara objektif dipandang telah melakukan tindak pidana ringan atau untuk pelaku yang pandang tidak begitu mempunyai watak jahat. Jadi, berkaitan erat pula
dengan masalah individualisasi pidana.
43
Lihat Pasal 77 Konsep 20062007.
44
United Nations, Report : Fourth Uniterd Nations Congress On The Prevention Of Crime And Treatment Of Offenders, 1970, hlm. 40.
Universitas Sumatera Utara
B. Lamanya Ancaman Pidana Penjara