Masalah Maksimum Dan Minimum Pidana

C. Masalah Maksimum Dan Minimum Pidana

Dalam menetapkan jumlah atau lamanya ancaman pidana, pembuat Konsep pertama dihadapkan pada dua alternatif sistem, yaitu : 32 1. Sistem atau pendekatan absolut. Yang dimaksud disini ialah, untuk setiap tindak pidana ditetapkan “bobotkualitasnya”nya sendiri-sendiri, yaitu dengan menetapkan ancaman pidana maksimum dapat juga ancaman minimumnya untuk setiap tindak pidana. Penetapan maksimum pidana untuk tiap tindak pidana ini kenal pula dengan sebutan “sistem indefinite” atau “sistem maksimum”. Dapat juga disebut dengan sistem atau pendekatan tradisional, karena selama ini memang biasa digunakan dalam praktik legislatif di Indonesia. 2. Sistem atau pendekatan relatif. Yang dimaksud ialah, bahwa untuk tiap tindak pidana tidak ditetapkan bobotkualitas maksimum pidananya sendiri-sendiri, tetapi bobotnya di-”relatif”-kan, yaitu dengan melakukan penggolongan tindak pidana dalam bebapa tingkatan dan sekaligus menetapkan maksimum pidana untuk tiap kelompok tindak pidana itu. Sistem ini dapat juga disebut pendektatan imaginatif. Kedua sistem di atas masing-masing mempunyai segi positif dan segi negatif. Menurut Colin Howard, segi positif dari sistem yang pertama yang olehnya disebut “sistem indefinite” atau “sistem maksimum” ialah adanya tiga keuntungan yang menyolok, yaitu : 33 1 Dapat menunjukkan tingkat keseriusan masing-masing tindak pidana ; 2 Memberikan fleksibilatas dan diskresi kepada kekuasaan pemidanaan ; 32 Barda Nawawi Arief, ibid, 116. 33 Colin Howard, dalam Barda Nawawi Arief, ibid, hlm. 117. Universitas Sumatera Utara 3 Melindungi kepentingan si pelanggar itu sendiri dengan menetapkan batas- batas kebebasan dari kekuasaan pemidanaan. Ketiga keuntungan di atas secara teoritis mengandung aspek perlindungan masyarakat dan aspek perlindungan individu. Aspek perlindungan masyarakat terlihat dengan ditetapkannya ukuran objektif berupa maksimum pidana sebagai simbol kualitas norma-norma sentral masyarakat yang ingin dilindungi dalam perumusan delik yang bersangkutan, dan aspek perlindungan individual terlihat dengan ditentukannya batas-batas kewenangan dari aparat kekuasaan dalam menjatuhkan pidana. 34 1. Untuk pidana penjara tetap dibedakan antara pidana penjara seumur hidup dan untuk waktu tertentu ; Dengan tetap akan dianutnya sistem absolut sistem maksimumindefinite, mau tidak mau Konsep mengahadapi masalah penentuan lamanya maksimum dan minimum pidana, khususnya untuk pidana penjara dan denda. Adapun pola maksimum dan minimum pidana yang digunakan adalah sebagai berikut : 2. Pidana penjara untuk waktu tertentu, minimal umum satu hari kecuali ditentukan lain maksimal berturut-turut 15 tahun yang dalam hal-hal tertentu dapat mencapai 20 tahun ; 3. Pidana minimal untuk denda adalah 1.500,- kecuali ditentukan lain dan maksimalnya ditetapkan dalam enam katagori, yaitu Pasal 77 Konsep 19871988 ; Pasal 73 Konsep 1993 : 35 34 Ibid. 35 Dalam perkembangan Konsep berikutnya, sejak Konsep 2000 sd 20062007 katagori denda ini telah mengalami perubahan : minimal umum denda adalah Rp. 15.000,- ; Katagori 1 maksimal Rp. 150.000,- ; Katagori I Rp. 500.000,- ; Katagori II Rp. 7.500.000,- ; Katagori III Rp. 30.000.000,- ; Katagori IV Rp. 75.000.000,- ; Katagori V Universitas Sumatera Utara a. Katagori 1 maksimal Rp. 150.000,- ; b. Katagori 2 maksimal Rp. 500.000,- ; c. Katagori 3 maksimal Rp. 3.000.000,- ; d. Katagori 4 maksimal Rp. 7.500.000,- ; e. Katagori 5 maksimal Rp. 30.000.000,- ; f. Katagori 6 maksimal Rp. 300.000.000,-. Pola maksimum dan minimum pidana di atas diatur dalam Aturan Umum Buku I. Adapun perumusannya dalam dalam Buku I yang memuat perumusan tindak pidana digunakan pola perumusan sebagai berikut : 1. Apabila suatu tindak pidana yang menurut penilaian dianggap tidak perlu diancam dengan pidana penjara atau bobot dinilai kurang dari 1 tahun penjara, digolongkan sebagai tindak pidana “sangat ringan”. Golongan ini hanya diancam dengan pidana denda menurut katagori ke-1 sampai katagori ke-2 ; 2. Apabila suatu tindak pidana yang semula atau selama itu diancam pidana penjara atau kurungan kurang dari 1 tahun tetap dinilai patut untuk diancam pidana penjara, maka akan diancam dengan maksimum pidana penjara paling rendah 1 tahun ; 3. Semua tindak pidana yang menurut penilaian patut diancam dengan pidana penjara maksimum 1 tahun sampai dengan 7 tahun, selalu akan dialternatifkan dengan pidana denda dengan penggolongan sebagai berikut : a. Untuk golongan “ringan” maksimum penjara 1 sampai 2 tahun, diancam dengan maksimum denda katagori ke-3 ; Rp. 300.000.000,- ; dan Katagori VI rp. 3.000.000.000,-. Dalam Konsep 20062007, tercantum dalam Pasal 80. Universitas Sumatera Utara b. Untuk golongan “sedang” maksimum penjara 2 sampai 4 tahun diancam dengan maksimum denda katagori ke-4 ; 4. Semua tindak pidana yang tergolong “sangat serius” di atas 7 tahun penjara tidak dialternatifkan dengan pidana denda, kecuali dilakukan oleh korporasi dapat dikenakan maksimum denda menurut katagori ke-5 untuk delik yang diancam pidana penjara 7 tahun ke atas samapi dengan 15 tahun, dan menurut katagori ke-6 untuk yang diancam pidana penjara 20 tahun atau seumur hidup. Untuk lebih jelasnya, pola di atas digambarkan dalam skema sebagai berikut : Tabel 1. Skema Pola Maksimum Khusus Dalam Konsep 20062007 No. Tindak Pidana Penjara Denda 1. Sangat Ringan - Katagori 1 dan Katagori 2 2. Ringan 1-2 tahun Katagori 3 3. Sedang 2-4 tahun Katagori 3 4. Berat 4-7 tahun Katagori 4 5. Sangat Serius Di atas 7 tahun Tanpa denda, kecuali korporasi dapat kena katagori 5 atau katagori 6 Dengan pola di atas, hanya akan ada tiga katagori pengelompokan tindak pidana, yaitu : 1. Yang hanya diancam pidana denda untuk delik yang bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara ; 2. Yang hanya diancam pidana penjara atau denda secara alternatif untuk delik yang diancam dengan penjara 1-7 tahun ; 3. Yang hanya diancam pidana penjara untuk delik yang diancam dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun. Universitas Sumatera Utara Dari pola maksimum dan minimum pidana yang dikemukakan di atas, terlihat beberapa perbedaan dengan pola menurut KUHP yang saat ini berlaku, yaitu : 1. Ancaman pidana maksimum khusus yang paling rendah untuk pidana penjara 1 satu tahun. Menurut pola KUHP, maksimum khusus pidana penjara yang paling rendah adalah 1 hari, dan yang di bawah 1 tahun sangat bervariasi dengan menggunakan bulan dan minggu ; 2. Konsep menganut sistem ancaman pidana minimum khusus yang selama ini tidak dikenal dalam KUHP. Dianutnya pidana minimum ini didasarkan pada pokok pemikiran : a. Guna menghindari adanya disparitas pidana yang sangat mencolok untuk delik-delik yang secara hakiki berbeda kualitasnya ; b. Untuk lebih mengefektifkan pengaruh prevensi general, khususnya bagi delik-delik yang dipandang membahayakan dan meresahkan masyarakat ; c. Dianalogkan dengan pemikiran, bahwa apabila dalam hal-hal tertentu maksimum pidana umum maupun khusus dapat diperberat, maka minimum pidana pun hendaknya dapat diperberat dalam hal-hal tertentu. 3. Konsep menggunakan ukuran 7 tahun sebagai “batas maksimum yang cukup tinggi” untuk pidana penjara. Alasan atau latar belakang pemikirannya adalah : a. Batasan maksimum yang tidak terlalu tinggi dilatarbelakangi pula oleh pemikiran untuk menghindari ekses negatif dari pidana penjara yang terlalu lama ; Universitas Sumatera Utara b. Juga dilandasi pemikiran introspektif, bahwa pembinaan atau melakukan rehabilitasi terpidana tidak dapat sepenuhnya diharapkan dari terlalu lamanya terpidana berada di dalam lembaga, pembinaan masih dapat dilakukan dan dicapai di dalam masyarakat itu sendiri, dengan melakukan program-program perbaikan dan pembinaan di luar lembaga. Jadi dilatarbelakangi pula oleh gagasan “deinstitusionalisasi” dan sistem peradilan pidana yang humanis a humane system of criminal justice. 4. Konsep menggunakan sistem katagori denda dalam merumuskan ancaman pidananya. Artinya, yang diancamkan dalam perumusan delik bukan suatu jumlah denda tertentu seperti dalam KUHP sekarang, tetapi hanya disebutkan katagori dendanya saja seperti tersebut dalam Aturan Umum Buku I ada enam katagori denda. Mengenai pola “minimum khusus” untuk pidana penjara dapat dikemukakan sebgai berikut : 1 Pada primsipnya pidana minimum khusus merupakan suatu perkecualian, yaitu untuk delik-delik tertentu yang dipandang sangat merugikan, membahayakan atau meresahkan masyarakat dan delik-delik yang dikualifikasi atau diperberat oleh akibatnya erfolgsqualifizierte delikte : sebagai ukuran kuantitatif adalah delik-delik yang diancam pidana di atas 7 tahun sampai pidana mati sajalah yang dapat dikenakan minimum khusus, karena delik-delik itulah yang golongkan “sangat serius”, namun dalam hal- hal tertentu patokan itu dapat diturunkan pada delik-delik yang tergolong “berat” yaitu yang diancam 4-7 tahun penjara. Universitas Sumatera Utara 2 Lamanya minimum khusus, pada mulanya dikembangkan pola yang berkisar antara 3-7 tahun. Hal ini didasarkan pada perbandingan pola yang ada di berbagai negara, antara lain Norwegia berkisar antara 2 bulan-8 tahun, Yugoslavia berkisar antara 3 bulan-10 tahun, Polandia berkisar antara 6 bulan- 10 tahun, Korea berkisar antara 1 tahun-10 tahun, dan Jepang berkisar antara 3 bulan-7 tahun.

D. Pola Lamanya Berat-Ringannya Pidana Penjara