Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan Waktu Kerja Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B Penetapan Kadar Rhodamin B pada Sampel

3.4.2 Penetapan Kadar Rhodamin B

Penetapan Kadar Rhodamin B pada sampel menggunakan prosedur dari BPOM, 2006. Prosedur ini dimulai dengan pembuatan larutan baku rhodamin B, penentuan panjang gelombang, penentuan waktu kerja, kurva kalibrasi larutan rhodamin B dan penetapan kadar Rhodamin B pada sampel. 3.4.2.1 Pembuatan Larutan Baku Rhodamin B 3.4.2.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I Ditimbang dengan seksama 50 mg BPFI Rhodamin B kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, larutkan dengan HCl hingga larut kemudian diencerkan dengan HCl sampai garis tanda. Konsentrasi larutan induk baku I = ml mg 50 50 x 1000mcgml = 1000mcgml

3.4.2.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II

Dipipet 2,5 ml larutan induk baku I dengan menggunakan pipet volum, dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan HCl sampai garis tanda. Konsentrasi larutan induk baku I = ml ml 50 5 , 2 x 1000mcgml = 50mcgml

3.4.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dipipet 2 ml dari larutan induk baku II Rhodamin B dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan HCl sampai garis tanda kadar 2mcgml, ukur serapan pada panjang gelombang 450-750nm, sebagai blanko digunakan HCl 0,1N. Universitas Sumatera Utara

3.4.2.3 Penentuan Waktu Kerja

Dipipet 2,5 ml larutan induk baku II dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml konsentrasi 2,5 ppm, kemudian diencerkan dengan HCl sampai garis tanda. Diukur pada panjang gelombang maksimum dan akan diperoleh absorban selama 30 menit, sebagai blanko digunakan HCl 0,1N.

3.4.2.4 Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B

Dari larutan induk baku II dipipet sebanyak 1ml, 1,5ml, 2ml, 2,5ml dan 3 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan HCl 0,1N sampai garis tanda. Sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1mcgml, 1,5mcgml, 2mcgml, 2,5mcgml dan 3mcgml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 557nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1N akan diperoleh kurva konsentrasi vs absorban.

3.4.2.5 Penetapan Kadar Rhodamin B pada Sampel

Diisolasi Rhodamin B dari sampel, prosedur kerjanya sama dengan pembuatan larutan sampel dilihat pada 2.4.1.2. Rhodamin B yang telah diisolasi dari sampel disaring dan 10-20 filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya ditampung dan diukur serapannya pada panjang gelombang 557nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Kadar Rhodamin B dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi y = ax + b. Rumus Perhitungan Kadar Rhodamin B. Bs Fp V X K . . = Keterangan K = Kadar total rhodamin B dalam sampel mcgg X = Kadar rhodamin B sesudah pengenceran V = Volume sampel ml Fp = Faktor pengenceran Bs = Berat sampel Universitas Sumatera Utara

3.5 Uji Validasi Metode Analisis

Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Uji validasi yang digunakan yaitu uji akurasi dengan parameter uji perolehan kembali, batas deteksi dan batas kuantitatif.

3.5.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku Rhodamin B dengan konsentrasi 50 ppm sebanyak 1 ml kedalam sampel kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel. Menurut WHO 1992, perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Uji perolehan kembali = A C CA CF − x 100 Keterangan : C F = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku. C A = Konsentrasi sampel sebelum penambahan larutan baku. C A = Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan.

3.5.2 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitatif

Batas Deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi. Batas Deteksi dapat diperoleh dari kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali Gandjar, 2007;Satiadarma, 2004. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Batas Deteksi = slope SD x 3 Universitas Sumatera Utara