Sejarah Desa Ambarketawang Penduduk Lokasi Mata Pencaharian

BAB II GAMBARAN UMUM DESA AMBARKETAWANG

2.1 Sejarah Desa Ambarketawang

Sejarah Ambarketawang adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terbentuknya Desa Ambarketawang berdasarkan maklumat pemerintah provinsi Yogyakarta pada tahun 1946 yang menggabungkan 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Gamping, Mejing, Bodeh dan Kalimanjung. Kelurahan desa ini di sebut Ambarketawang. Nama Ambarketawang berarti bau harum yang memenuhi angkasa. Desa Ambarketawang mempunyai hubungan erat dengan pendirian kraton atau pesanggrahan raja Yogyakarta yang pertama kali adalah Sultan Hamengkubuwna I. Pada tahun 1755 di wilayah Ambarketawang didirikanlah sebuah istana yang dinamai Ambarketawang.

2.2 Penduduk

Desa Ambarketawang meliputi 13 padukuhan yang terdiri dari 38 RW dan 110 RT, luas wilayahnya ±635.8975 Ha. Jumlah penduduk di desa ini 17.672 jiwa. Terdiri dari 8844 laki-laki dan 8828 perempuan. Wilayah desa Ambarketawang membujur dari arah utara ke selatan. Di bagian selatan merupakan daerah perbukitan pegunungan kapur, dan bagian utara merupakan dataran. Di Desa Ambarketawang mayoritas adalah pemeluk Agama Islam, kemudian di susul pemeluk Agama Katolik, Protestan, Buddha lalu Hindu. Universitas Sumatera Utara

2.3 Lokasi

Tempat pelaksanaan Upacara Tradisional Saparan di Daerah Ambarketawang adalah provinsi daerah istimewa Yogyakarta Kabupaten Sleman. Secara geografis terletak dibagian Utara Daerah Istimewa Yogyakarta berbentuk mirip segitiga tumpeng dengan puncak Gunung Merapi setinggi 2.911 m di atas permukaan air laut. Secara astronomis terletak pada posisi 7 34’51”–7 47’03”, Lintang Selatan, dan 107 15’03”-110 28’30” Bujur Timur. Daerah ini termasuk daerah potensial karena adanya peninggalan bangunan masa lampau. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan kabupaten Sleman ke Desa Ambarketawang ± 11 km. tetapi dari pusat kota Yogyakarta hanya ± 5 km.

2.4 Mata Pencaharian

Masyarakat Jawa Tengah umumnya mempunyai Mata Pencaharian hidup sebagai petani. Di samping mereka yang menjadi petani, bagi penduduk yang tidak dapat mengerjakan sawah, mencari nafkah di bidang lain yaitu menjadi buruh industri bangunan, buruh penjual jasa, pengangkutan, pedagang, ABRI dan sebagainya. Ada juga pekerjaan sampingan yang dapat membuahkan hasil jerih payah, antara lain membuat anyaman bambu atau kepang. Universitas Sumatera Utara

BAB III UPACARA TRADISIONAL SAPARAN