Waktu dan Tempat Upacara Saparan

Buwana I pindah dari kraton ke kraton yang baru. Abdi kinasih Kyai Wirasuta tidak ikut pindah. Ia tetap tinggal di Gamping. Dia mempunyai binatang yang disayangi berupa landhak, gemak dan merpati. Burung merpati ini mempunyai keistimewaan lain dari pada yang lain yaitu pada bunyi sawangannya. Jika mendengar bunyi sawangannya itu orang akan tau bahwa burung itu adalah merpati milik Kyai Wirasuta. Pada suatu hari Jum’at kliwon sekitar tanggal 10-15 bulan syafar menjelang purnama, terjadilah suatu musibah yang menimpah Kyai Wirasuta dan keluarga. Gunung tempat tinggal mereka runtuh. Mereka semua terkubur dalam reruntuhan beserta semua binatang kesayangannya. Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk mencari jenazah mereka. Tetapi semua jenazah itu hilang tak dapat di temukan. Dengan adanya kejadian tersebut maka Hamengku Buwana I memerintahkan para abdi, supaya setahun sekali setiap bulan Syafar hari jum’at diantara tanggal 10-20, membuat selamatan dan ziarah ke Gunung Gamping untuk mengenang jasa dan kesetiaan Kyai Wirasuta sebagai abdi dalam penongsong. Dan keselamatan masyarakat Ambarketawang agar tidak tertimpa musibah serta desa tersebut menjadi aman dan jauh dari malapetaka.

3.3 Waktu dan Tempat Upacara Saparan

Waktu atau saat penyelenggaraan Upacara Saparan di desa Ambarketawang telah di tetapkan. Yaitu hari Jum’at pada bulan Syafar antara tanggal 10-20 dilaksanakannya Upacara, biasanya di mulai pada pukul 14.00. Penyembelihan bekakak dilakukan pada pukul 16.00. Universitas Sumatera Utara Tempat penyelenggaraan Upacara Saparan disesuaikan dengan pelaksanaan Upacara, yaitu: Midadareni, Kirab, nyembelih Bekakak dan Upacara Sugengan Ageng. Upacara Midadareni pada Upacara Saparan di langsungkan di Balai Desa Ambarketawang. Upacara Midadareni pada Sugengan Ageng di dusun Patran desa Ambarketawang. Upacara Kirab atau arak-arakan bekakak di laksanakan berawal di desa Ambarketawang melalui jalan-jalan yang sudah ditentukan bersama dengan ini diarak pula rangkaian sesaji Sugengan Ageng yang dibawa dari Patran ke pesenggrahan hingga berakhir di tempat penyembelihan. Berikutnya Upacara Nyembelih Bekakak. Apabila arak-arakan telah tiba di Gunung Ambarketawang, sepasang pengantin bekakak di bawa ke mulut gua. Kemudian ulama kaum memberi isyarat agar berhenti dan memanjatkan doa. Selesai pembacaan doa, boneka ketan sepasang pengantin itu disembelih dan dipotong-potong dibagikan kepada para pengunjung. Demikian pula sesaji yang lain. Arak-arakan kemudian dilanjutkan menuju Gunung Kliling untuk mengadakan Upacara penyembelihan pengantin bekakak yang kedua dan potongannya diberikan kepada pengunjung. Adapun jodhang yang berisi sajen selamatan dibagi kepada petugas di tempat penyembelihan terakhir. Upacara Sugengan Ageng dilaksanakan sehabis Upacara nyembelih bekakak dan tempat penyelenggaraannya pesanggrahan kraton Ambarketawang dipimpin oleh Ki Juru Permana pada hari Sabtu. Pesanggrahan telah dihiasi janur dan sekelilingnya diberi hiasan kain berwarna hijau dan kuning. Sesaji Sugengan Ageng yang dibawa dari patran berwujud jodhang, jali kembang mayang, kelapa Universitas Sumatera Utara gadhing cengkir, air amerta, pusaka-pusaka, dan payung agung telah diatur dengan rapi di tempat masing-masing.

3.4 Persiapan dan Perlengkapan Upacara Saparan