Pengertian Upacara Saparan Tujuan Upacara Saparan

BAB III UPACARA TRADISIONAL SAPARAN

di DESA AMBARKETAWANG YOGYAKARTA

3.1 Pengertian Upacara Saparan

Kata Saparan berasal dari kata sapar dan berakhiran an. Kata Sapar identik dengan ucapan arab Syafar yang berarti bulan ke 2. Jadi Saparan adalah Upacara keselamatan yang diadakan setiap bulan syafar. Upacara ini diadakan atas perintah Pangeran Mangkubumi. Untuk kesalamatan masyarakat Ambarketawang agar jauh dari malapetaka seperti yang dialami oleh Kyai Wirasuta dan keluarga. Saparan disebut juga Saparan Bekakak. Bekakak adalah korban penyembelihan hewan atau manusia. Bekakak pada Saparan ini hanya tiruan manusia saja. Berwujud boneka pengantin dengan posisi duduk bersila yang di buat dari tepung ketan.

3.2 Tujuan Upacara Saparan

Penyelenggaraan Upacara Saparan di Desa Ambarketawang semula bertujuan untuk menghormati arwah roh halus, Kyai dan Nyai Wirasuta sekeluarga. Tapi kemudian berubah dan dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi penduduk yang mengambil batu gamping. Kyai Wirasuta adalah abdi penongsong hamba yang memayungi Sri Sultan Hamengku Buwana I di mana pun berada. Setelah Sri Sultan Hamengku Universitas Sumatera Utara Buwana I pindah dari kraton ke kraton yang baru. Abdi kinasih Kyai Wirasuta tidak ikut pindah. Ia tetap tinggal di Gamping. Dia mempunyai binatang yang disayangi berupa landhak, gemak dan merpati. Burung merpati ini mempunyai keistimewaan lain dari pada yang lain yaitu pada bunyi sawangannya. Jika mendengar bunyi sawangannya itu orang akan tau bahwa burung itu adalah merpati milik Kyai Wirasuta. Pada suatu hari Jum’at kliwon sekitar tanggal 10-15 bulan syafar menjelang purnama, terjadilah suatu musibah yang menimpah Kyai Wirasuta dan keluarga. Gunung tempat tinggal mereka runtuh. Mereka semua terkubur dalam reruntuhan beserta semua binatang kesayangannya. Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk mencari jenazah mereka. Tetapi semua jenazah itu hilang tak dapat di temukan. Dengan adanya kejadian tersebut maka Hamengku Buwana I memerintahkan para abdi, supaya setahun sekali setiap bulan Syafar hari jum’at diantara tanggal 10-20, membuat selamatan dan ziarah ke Gunung Gamping untuk mengenang jasa dan kesetiaan Kyai Wirasuta sebagai abdi dalam penongsong. Dan keselamatan masyarakat Ambarketawang agar tidak tertimpa musibah serta desa tersebut menjadi aman dan jauh dari malapetaka.

3.3 Waktu dan Tempat Upacara Saparan