Default sukuk Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT. Berlian Laju Tanker

21 M2 = M1 +TD Keterangan : M1 = Jumlah uang yang beredar dalam arti sempit C = Uang kartal uang kertas + uang logam D = Uang giral atau cek Sedangkan dalam pengertian yang luas, uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening tabungan valuta asing milik swasta domestik Sukirno, 2001:236. Pengertian yang luas ini uang beredar dinamakan juga sebagai M2 . Menurut Ocktaviana 2007:27, M2 dirumuskan sebagai berikut : Keterangan: M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas TD = deposito berjangka time deposit

6. Default sukuk

Almilia dan Kristijadi 2003 dalam Rodoni 2010:134 mendefinisikan financial distress terjadi pada perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari setahun tidak melakukan pembayaran dividen. Kemudian Almilia 2004 mendefinisikan financial distress sebagai perusahaan yang mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut. 22 Menurut Puspita 2001 dalam Almilia 2003:7 , Kondisi makro ekonomi adalah salah satu indikator untuk melihat krisis keuangan perusahaan selain dilihat dari rasio keuangan. Faktor makro seperti Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, inflasi, money supply, dan BI rate merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress. Ross 2005 dalam Rodoni 2010:182, mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua sekuritas berbagai tingkat. Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti dari resiko sistematis. Berikut adalah beberapa faktor makro ekonomi terkait dengan financial distress ,yaitu Inflasi, Kurs , Indeks Harga Saham Gabungan , Tingkat Suku Bunga BI rate, GDP, dan Money Supply Jumlah Uang Beredar. Dalam hal ini default sukuk termasuk bagian dalam financial distress karena default adalah kegagalanwanprestasi dalam pembayaran hutang. Gagal bayar default dapat dideskripsikan sebagai suatu keadaan dimana emiten selaku debitur yang telah melakukan ingkar janji wanprestasi terhadap kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo maturity date kepada pemegang obligasi selaku kreditur. Gagal bayar sukuk tentu dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah struktur sukuk itu sendiri serta variabel-variabel makro dan mikro ekonomi. Bapepam, 2003:16. Samsul 2006:200 menyatakan faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan 23 kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan antara lain: 1. Tingkat bunga umum domestik. 2. Tingkat Inflasi. 3. Peraturan perpajakan. 4. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. 5. Kurs valuta asing. 6. Peredaran uang atau jumlah uang beredar. 7. Tingkat bunga pinjaman luar negeri. 8. Kondisi perekonomian Internasional. Sriyana 2009:5 menjelaskan bahwa resiko sukuk dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu risiko pasar market risk, risiko operasional operational risk dan risiko ketentuan syariah shariah compliance risk. Market risk terdiri dari risiko suku bunga interest rate risk atau rate of return risk dan resiko nilai tukar foreign exchange rate risk dapat di jelaskan berikut : a. Resiko tingkat bunga interest rate risk atau rate of return risk dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor. b. Resiko nilai tukar foreign exchange rate dapat dijelaskan bahwa sertifikat sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika US sehingga naik turunnya 24 nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada investor. c. Resiko operasional sukuk operational risk terdiri dari resiko pembayaran kupon coupon payment risk, resiko pelunasan asset asset redemption risk, resiko SPV SPV specific risk, resiko investor investor specific risks, resiko berhubungan dengan aset risk related to the asset. d. Keterbatasan barang milik negara atau perusahaan yang dapat dijadikan underlying asset. Sukuk merupakan sertifikat pembiayaan yang didasarkan atas jaminan aset riil yang besarnya didasarkan atas aset yang marketable di pasar keuangan global. Semakin banyak aset yang sesuai dengan standar yang ditentukan semakin besar bagi negara untuk mendapatkan pembiayaan dari investor internasional. Ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang diperoleh di dasarkan besar aset yang kita miliki sehingga perlu juga kita memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung bagi persediaan aset yang layak jual. 25

B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 1.

Inflasi dengan Sukuk Menurut Raharjo 2004:53 kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada obligasi. Akan tetapi inflasi tidak mempengaruhi obligasi syariah, hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa inflasi berbanding terbalik dengan obligasi syariah, ketika inflasi naik maka obligasi syariah turun, begitu juga sebaliknya, ketika inflasi turun harga obligasi syariah justru naik.

2. Jumlah Uang Beredar dengan Sukuk