Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT. Berlian Laju Tanker

(1)

i

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG

MEMPENGARUHI FEE IJARAH DEFAULT SUKUK PT BERLIAN LAJU TANKER”

Oleh :

Dicky Ageng Prasetio NIM: 109081000192

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI FEE IJARAH DEFAULT SUKUK PT BERLIAN LAJU

TANKER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh:

Dicky Ageng P NIM: 109081000192 Di Bawah Bimbingan

NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19741127 200112 1 002

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 20 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Dicky Ageng Prasetio

2. NIM : 109081000192

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Maret 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

NIP: 19570617 198503 1002

2. Leis Suzanawati, SE, M.Si

NIP: 19720809 200501 2 004

3. Herni Ali HT, SE, MM


(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 18 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Dicky Ageng P

2. NIM : 109081000192

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dicky Ageng Prasetio

No. Induk Mahasiswa : 109081000192

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 7 Mei 2013 Yang Menyatakan,


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Dicky Ageng P

2. Tempat tanggal lahir : Depok , 21 Maret 1991

3. Alamat : Perumnas Klender Blok 63 / 3 no.14 RT 007 / 001 Durensawit , Jakarta Timur

4. Telepon : 089604416321

5. E-mail : dickyageng@rocketmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 06 Jakarta Tahun 1997-2003

2. SMP Negeri 188 Jakarta Tahun 2003-2006

3. SMA Negeri 48 Jakarta Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013 III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rudy Asbun

2. Ibu : Sri Lestari

3. Alamat : Perumnas Klender Blok 63 / 3 no.14 RT 007/001 Durensawit, Jakarta Timur IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2009 :

 Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Koordinator divisi Pubdekdok.


(7)

vii 2010:

 BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff Departemen Seni dan Budaya.

 Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Mentor

 Kepanitiaan Management Expo.

2011:

 BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah jakarta sebagai Koordinator divisi Acara.

 BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah jakarta sebagai Mentor

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 2009 : Seminar Training Motivasi "Gak Sekedar Ngampus" 2. 2009 : Visit Company "PT Indofood Sukses Makmur"

3. 2010 : Public Discussion "Membangun Brand Image Melalui Public Relation dan Event

4. 2010 : Seminar Nasional “Insurance Goes to Campus” 5. 2010 : Seminar Investasi Emas

6. 2010 : Seminar Shell LiveWIRE Bright Ideas Workshop

7. 2012 : Seminar Islamic Economy Revivalism : Between Theory and Practice

8. 2012 : Seminar Sosialisasi Hemat Energi 9. 2013 : Seminar Sekolah Pasar Modal Syariah


(8)

viii

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the effect of inflation rate, money supply, exchange rate, and BI rate on Default Sukuk in PT Berlian Laju Tanker during the period of 2007-2011. The analysis method used in this research is the analysis of multiple regression with Ordinary Least Square. The result of this research showed that simultaneously the variables inflation rate, money supply, exchange rate and BI rate have significant impact on fee ijarah default sukuk. While partially only the variable inflation rate and money supply have significant impact on fee ijarah default sukuk. The result also showed that the value of adjusted R square is 66,4 %.

Keywords: inflation rate, money supply, exchange rate, BI rate, fee ijarah default sukuk


(9)

ix ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, jumlah uang beredar, kurs rupiah, dan BI rate terhadap terjadinya Default Sukuk yang diterbitkan oleh PT Berlian Laju Tanker selama periode 2007-2011. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda . Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel inflasi, jumlah uang beredar, kurs rupiah, dan BI rate memiliki pengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Sedangkan secara parsial hanya variabel inflasi dan jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Hasil penelitian juga menunjukkan memiliki nilai adjusted R square sebesar 66, 4 %.

Kata kunci : inflasi, jumlah uang beredar, kurs rupiah, BI rate, fee ijarah default sukuk


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker” dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan.

Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Kepada Mama Papa tercinta yang sangat berperan dalam mendidik penulis, dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada henti memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberkahi dengan nikmat rohani dan kesehatan jasmani.

3. Segenap keluarga, terutama Kak Bobby, Kak Dimas dan Mbak Dewi. Serta Melina Ernomo, SE yang selalu menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, Dr,. MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

xi

6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

7. Bapak Indo Yama Nasrudin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu, waktu, serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Teman-teman Camar dan Pesona Kayangan (Irvan, Ismail, Rifki, Bianca, Rizky, Arif) yang selalu kompak berkumpul.

10.Seluruh teman-teman Manajemen E terutama Sucayono, Fajar, Rian , Gita, Ageng, Ami dan teman-teman Man E yang lain yang selalu kompak di dalam kelas maupun luar kelas.

11.Seluruh teman-teman seperjuangan konsentrasi Manajemen Keuangan Angkatan 2009.

12.Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Angkatan 2009 serta atas doa, dukungan, kebersamaan, dan bantuan informasi selama ini. 13.Seluruh teman-teman di luar kampus UIN yang memberikan semangat

untuk penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 7 Mei 2013 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT . ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Peneltian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... ... 10

1. Obligasi Syariah ... 10

a. Pengertian Obligasi Syariah ... 10

b. Jenis - Jenis Obligasi Syariah ...14

2. Inflasi ... 17

3. Kurs Valuta Asing ... 18


(13)

xiii

5. Jumlah Uang Beredar ... 20

6. Default Sukuk ... 21

B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 25

1.Inflasi dengan Sukuk ... 25

2.Jumlah Uang Beredar dengan Sukuk ... 25

3.Kurs Rupiah dengan Sukuk ... 25

4.BI rate dengan Sukuk ... 26

C. Penelitian Terdahulu ... .27

D. Kerangka Pemikiran ... 30

E. Hipotesis ... ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

B. Metode Penentuan Sampel ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 35

1. Analisis Regresi Berganda ... 36

2. Uji t ... 37

3. Uji F ... 38

4. Koefisien Determinasi ... 39

5. Uji Asumsi Klasik ... 40

a. Uji Normalitas ... 40

b. Uji Multikolinearitas ... 41

c. Uji Autokorelasi ... 41

d. Uji Heteroskedastisitas ... 42

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

1. Operasional Variabel Independen ... 43

2. Operasional Variabel Dependen ... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum Objek Penelitan ... 46


(14)

xiv

2. Skema Sukuk Ijarah PT BLTA ... 49

3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 50

a. Fee ijarah default Sukuk ... 50

b. Inflasi . ... 51

c. Jumlah Uang Beredar ... 53

d. BI rate ... 54

e. Kurs Rupiah ... 56

B. Pengujian dan Pembahasan ... 58

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Heteroskedastisitas ... 61

c. Uji Multikolinieritas ... 62

d. Uji Autokorelasi ... 63

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 64

3. Koefisien Determinasi ... 66

4. Pengujian Hipotesis ... 67

a. Uji F ... 67

b. Uji t ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Jumlah Total Nilai dan Emisi Sukuk di Indonesia ... 4

2.1 Karakteristik Umum Sukuk ... 13

2.2 Perbandingan Obligasi dan Sukuk ... 14

2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian terdahulu... 27

4.1 Pembayaran Discount Rate (Ijroh) PT BLTA ... 50

4.2 Data Inflasi ... 52

4.3 Data Jumlah Uang Beredar ... 53

4.4 Data BI rate ... 55

4.5 Data Kurs ... 57

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 60

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 61

4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 62

4.9 Hasil Uji Autokorelasi... 63

5.0 Tabel Durbin Watson ... 64

5.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 65

5.2 Hasil Adjusted R square ... 66

5.3 Hasil Uji F ... 68

5.4 Hasil uji t ... 69


(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Penerbitan Sukuk ... 5

4.1 Perkembangan Inflasi ... 52

4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar ... 54

4.3 Perkembangan BI rate ... 55

4.4 Perkembangan Kurs Rupiah ... ... 57


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ... 31 4.1 Skema Sukuk Ijarah PT BLTA ... 49


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lamp. Keterangan Halaman

1. Output Regresi Linier Berganda ... 80

2. Output Uji Normalitas ... 80

3. Output Uji Multikolinieritas ... 81

4. Output Uji Autokorelasi ... 82

5. Output Uji Glejser ... 83

6. Data Variabel Dependen dan Variabel Independen ... 84

7. Lampiran Sukuk Ijarah BLTA 2007 ... 85


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi industri lembaga keuangan syariah yang pada akhirnya kalangan pengembang pasar modal pun menyadari potensi penghimpun dana umat Islam yang cukup besar dan perlu diinvestasikan ditempat yang benar. Hal ini dikarenakan keuangan yang bersifat syariah menerapkan prinsip-prinsip yang adil dan melarang terhadap praktik yang mengandung riba, gharar dan maysir sehingga lebih jelas kehalalannya bagi penduduk muslim. Dalam rangka itu, Bapepam meluncurkan Pasar Modal Syariah pada tanggal 14-15 Maret 2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DSN-MUI juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan PT Danareksa Investment Management yang selanjutnya membentuk Jakarta Islamic Index (JII) untuk kepentingan investasi syariah (Bapepam, 2003:3) .

Di era globalisasi ini, pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga. Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya agar memperoleh keuntungan serta


(20)

2 menjadi sarana bagi pihak yang memiliki kelebihan dana untuk melakukan investasi dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Menurut Rodoni (2009:62) Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat islam.

Menurut Sutedi (2009:126) sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan produk investasi yang memberikan kepastian hukum, kehadiran investasi syariah sangat ditunggu oleh banyak investor di Indonesia. Selama ini investasi pada pasar modal (konvensional) adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan tingkat bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada waktu tertentu, serta melunasi utang pokok pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi obligasi berdasarkan konsep syariah.

Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat digunakan siapa pun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberi keuntungan kompetitif, sesuai


(21)

3 profil resikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor base-nya justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di dalamnya sehingga menyebabkan obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga (interest bearing instrumen-instrument) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan sukuk (Soemitra, 2009:141). Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:135) fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam tahun-tahun belakangan ini ditunjukkan dengan munculnya dan tumbuhnya bentuk sekuritisasi Islam (sukuk), yang memiliki kemampuan besar untuk menawarkan solusi keuangan yang inovatif, sehingga penggunaan sukuk atau sekuritas Islam menjadi terkenal dalam beberapa tahun terakhir ini, baik government sukuk maupun corporate sukuk. Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan global. Perkembangan sukuk di dunia dimulai dengan penerbitan sovereign sukuk, namun pada tahun-tahun berikutnya sukuk korporasi (corporate sukuk) lebih

mendominasi. Data Standard & Poor’sReports (2008) menunjukkan bahwa pada

tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar

42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%. Namun pada

tahun 2007, justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%. Umumnya,


(22)

4

perusahaan-perusahaan besar dari negara-negara Timur Tengah dan Asia Tenggara

seperti Malaysia dan Indonesia. (Bapepam, 2003:7)

Di Indonesia, PT. Indosat Tbk adalah perusahaan yang menerbitkan sukuk

korporasi yang pertama di pasar modal Indonesia dengan tingkat imbal hasil 16,75%, imbal hasil ini cukup tinggi dibanding rata-rata return obligasi konvensional. Pada akhir tahun 2008, sedikitnya telah ada 23 perusahaan yang telah menerbitkan obligasi syariah di Indonesia. Emiten penerbit obligasi syariahtersebut berasal dari beragam jenis usaha, mulai dari perusahaan telekomunikasi, perkebunan, transportasi, lembaga

keuangan, properti, sampai industri wisata. (Bapepam, 2003:8)

Adapun jumlah total nilai emisi sukuk dan sukuk yang beredar di Indonesia tahun 2002-2013 :

Tabel 1.1

Jumlah Total Nilai dan Emisi Sukuk di Indonesia 2002-2013

Tahun Emisi Sukuk Sukuk Outstanding

Total Nilai Total Jumlah (Rp miliar)

Total Nilai Total Jumlah (Rp miliar)

2002 175.0 1 175.0 1

2003 740.0 6 740.0 6

2004 1,424.0 13 1,394.0 13

2005 2,009.0 16 1,979.4 16

2006 2,282.0 17 2,179.4 17

2007 3,174.0 21 3,029.4 20

2008 5,498.0 29 4,958.4 24

2009 7,015.0 43 5,621.4 30

2010 7,815.0 47 6,121.0 32

2011 7,915.4 48 5,876.0 31

2012 9,790.4 54 6,883.0 32

2013 Jan 9,790.4 54 6,883.0 32


(23)

5 Fakta pesatnya pertumbuhan ekonomi syariah ini tentu membawa dampak positif bagi para pelaku ekonomi di Indonesia, tidak terkecuali pelaku ekonomi di pasar keuangan. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) global, obligasi syariah (sukuk) negara dan obligasi syariah (sukuk) korporasi menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku pasar keuangan tersebut. Khusus untuk obligasi syariah (sukuk) perusahaan, ini menjadi peluang dan alternatif yang bagus bagi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) perusahaan dari tahun ke tahun juga memberikan sinyal bahwa instrument keuangan syariah ini bisa menjadi penyokong kebutuhan pendanaan perusahaan untuk saat ini dan masa mendatang, dimana perusahaan bisa menerbitkan obligasi syariah (sukuk) sebagai alternatif pendanaannya selain menerbitkan saham yang selama ini sudah biasa dilakukan.

Adapun perkembangan sukuk sampai dengan kuartal pertama 2013 dapat dilihat dari grafik berikut :

Grafik 1.1

Perkembangan Penerbitan Sukuk di Indonesia


(24)

6 Di sisi lain, meski sukuk masih terus diminati pasar keuangan syariah yang selama ini dipercaya kokoh dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap krisis ekonomi, tapi dewasa ini mulai dipertanyakan keabsahannya. Paling tidak karena tiga indikasi yang sekarang ini mulai tampak di luar negeri. Pertama, munculnya penerbit sukuk yang gagal bayar. Kedua, menurunnya nilai aset perusahaan keuangan syariah karena turunnya nilai pasar surat berharga yang dimilikinya. Ketiga, mulai meningkatnya pembiayaan bermasalah.

Pengumuman default oleh Dubai World, semacam BUMN milik keemiratan Dubai sempat mengguncang pasar dunia dan dikhawatirkan akan memperlambat proses recovery ekonomi dunia pasca krisis keuangan di Amerika Serikat. Akibat pengumuman gagal bayar itu memberikan gelombang shock di pasar global. Masalah Dubai memicu naiknya risiko harga surat berharga dan menurunnya harga komoditas termasuk melemahnya harga minyak. Sebagian skema pembiayaan Nakheel , salah satu anak perusahaan Dubai World adalah berbentuk sukuk. Dimana nilai sukuk yang ditunda pembayaran pokoknya sebesar USD 3,52 miliar dengan jatuh tempo pada 14 desember 2009, diusulkan ditunda hingga 30 mei 2010. Penundaan ini memberikan dampak negatif bagi pemegang sukuk yang membutuhkan likuiditas. Kejadian ini juga berdampak pada penurunan harga sukuk Nakheel hingga -31,11 persen. (Rama , 2009:1)

Gagal bayar sukuk tentunya memberikan dampak negatif terhadap citra sistem keuangan Islam yang tahan krisis dan tidak berbasiskan pada transaksi ribawi. Dan gagal bayar sukuk Nakheel bukanlah yang pertama kali terjadi dalam sistem


(25)

7 pembiayaan keuangan Islam global. Invesment Dar, perusahaan investasi yang berbasis di Kuwait, adalah perusahaan yang pertama kali gagal memenuhi kewajibannya atas sukuk yang diterbitkannya sebesar 100 juta dolar AS. Serta ada beberapa perusahaan di Malaysia yang juga mengalami default sukuk seperti Johor Corporation, Ingress Sukuk Berhad, Tracoma Holdings Berhad dan Nam Fatt Corporation Berhad. (Rama , 2009:2)

Untuk Indonesia, default sukuk pertama kali terjadi pada sukuk ijarah yang diterbitkan pada tahun 2007 dan 2009 oleh PT Berlian Laju Tanker yang jatuh tempo pada tahun 2012. PT Berlian Laju Tanker merupakan salah satu pelopor penerbit sukuk ijarah bersama dengan PT Indosat sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengapa sukuk yang diterbitkan PT Berlian Laju Tanker mengalami default sedangkan sukuk merupakan salah satu instrument keuangan islam yang stabil. Akan tetapi, default sukuk dapat terjadi karena kesalahan dari struktur sukuk itu sendiri dan default juga dapat terjadi karena dipengaruhi oleh variabel-variabel makro ekonomi yang pada akhirnya peneliti memutuskan memilih variabel-variabel makro ekonomi tersebut yaitu BI rate, Kurs , Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar. Dengan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi default sukuk tersebut maka dapat dilihat seberapa besar faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan sukuk mengalami default. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik dengan melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Fee Ijarah DefaultSukuk PT Berlian Laju Tanker"


(26)

8 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas ,maka permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?

2. Berapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA;

b. Untuk menganalisa besarnya pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari penulis untuk memperoleh derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang didapat


(27)

9 c. Menambah wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa perkuliahan dan mengetahui gambaran umum mengenai pasar modal syariah khususnya tentang sukuk dan aktivitas didalamnya serta keadaan ekonomi makro yang terjadi di Indonesia.

d. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk sumber referensi dan bahan masukan yang bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis tentang obligasi syariah (sukuk).

e. Bagi Pemerintah, Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan khususnya dalam bidang moneter yang berkaitan dengan kebijakan yang mempengaruhi perdagangan di pasar modal syariah khususnya sukuk-sukuk yang diduga akan mengalami kondisi default.

f. Bagi Investor, Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam pengambilan keputusan terkait memprediksi apakah sukuk yang diterbitkan oleh Emiten akan mengalami default atau tidak.

g. Bagi Perusahaan, Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk peningkatan kinerja sehingga dapat mengurangi resiko default dari sukuk yang diterbitkan.


(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Obligasi Syariah

a. Pengertian Obligasi Syariah

Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:87) Secara umum dapat diartikan bahwa obligasi (konvensional) adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan waktu jatuh tempo tertentu serta dengan tingkat bunga tetap (fixed). Akan tetapi, Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrument-instrument yang punya komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah (sukuk). Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga tidak memungkinkan untuk disyariahkan.

Menurut Rodoni (2009:107) Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan Islamic maka sangat kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari


(29)

11 mekanisme hutang (loan) adalah interest (bunga), sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007 istilah bond ditukar dengan istilah sukuk sebagaimana disebutkan dalam peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan.

Merujuk kepada Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-MUI/IX/2002, "Obligasi syariah dapat didefinisikan sebagai suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo."

Menurut Rodoni (2009:109) , Obligasi Syariah pada prinsipnya adalah pendanaan jangka panjang yang berarti modal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Praktek sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang terlibat. Pada prinsipnya terdapat tiga pelaku pokok dalam sistem sukuk, yaitu perusahaan yang memerlukan dana, investor yang kelebihan dana menginginkan agar dananya produktif dan pihak yang mengatur pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu mediator (Special Purpose Vehicle/SPV) dan Lembaga Pasar Modal Syariah.

Menurut Nafik (2009:246) kata sukuk berasal dari bahasa Arab shukuk, bentuk jamak dari kata shakk, yang dalam peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed, atau check. Secara istilah didefinisikan sebagai surat


(30)

12 berharga yang berisi kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Sukuk secara umum dapat dipahami sebagai obligasi yang sesuai dengan syariah. Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Sedangkan menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:136) kata sukuk, sakk dan sakaik berasal dari bahasa Arab yang jika ditelusuri dalam literatur Islam sering digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah (menggambarkan transfer/pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan bisnis persekutuan). Akan tetapi sejumlah penulis barat mengenai perdagangan Islam abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata sakk merupakan kata dari suara latin cheque atau check yang biasanya digunakan pada perbankan kontemporer .

Sukuk sebagai produk keuangan Islam sering disejajarkan dengan obligasi (bond) walaupun memiliki karakteristik yang agak berbeda. Menurut Adam (2006:63), sukuk memiliki sifat-sifat umum yang membuatnya memiliki


(31)

13 kualitas yang sama dengan produk keuangan konvensional lainnya, seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.

Karakteristik umum sukuk

Dapat diperdagangkan (Tradable) Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari asset yang jelas, manfaat asset, atau kegiatan bisnis, dan dapat diperdagangkan menurut harga pasar (market price)

Dapat diperingkat (Rateable) Sukuk dapat diperingkat oleh Agen Pemberi Peringkat, baik regional maupun Internasional.

Dapat ditambah (Enhanceable) Sebagai tambahan terhadap asset yang mewadahinya (underlying asset) atau aktivitas bisnis, sukuk dapat dijamin dengan jaminan (collateral) lain berdasarkan prinsip syariah.

Fleksibilitas Hukum (Legal Flexibility) Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara nasional dan global dengan perlakuan pajak yang berbeda.

Dapat ditebus (Reedemable) Struktur pada sukuk memungkinkan untuk dapat ditebus.

Sukuk sebagai alternatif obligasi konvesional, hendaknya dapat memenuhi fungsi utama obligasi konvensional tersebut dalam rangka menyuntikan dana likuid pada sektor swasta dan pemerintah, dan menyediakan pemasukan yang stabil bagi investor. Disamping itu, sukuk juga diharapkan mempunyai daya kompetitif terhadap obligasi konvensional, namun bagaimanapun obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional dan berikut adalah perbandingan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional.


(32)

14 Tabel 2.2.

Perbandingan Obligasi dan Sukuk Obligasi Konvensional Obligasi Syariah Mudharabah Obligasi Syariah Ijarah

Akad Tidak Ada Mudharabah (Bagi

Hasil)

Ijarah (Sewa) Jenis Transaksi - Uncertainly Contract Certainly Contract

Sifat Surat Hutang Investasi Investasi

Harga Penawaran

100% 100% 100%

Pokok Obligasi saat jatuh tempo

100% 100% 100%

Kupon Bunga Pendapatan/Bagi Hasil Imbalan/fee

Return Float tetap Indikatif Berdasarkan Pendapatan

Ditentukan sebelumnya

Fatwa DSN Tidak Ada

No.33/DSN-MUI/IX/2002

No.41/DSN-MUI/III/2004 Sumber : Pramono dan Aziz Setiawan (2008:8)

b. Jenis-jenis Obligasi Syariah

Menurut Rodoni (2009:116), Terdapat berbagai macam sukuk yang diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya ;

1) Sukuk Ijarah

Sukuk Ijarah adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemiliknya dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat, dan atau kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli dengan harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang berhasil direalisasikan berdasarkan transaksi ijarah. Sedangkan akad ijarah sendiri bermakna akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan


(33)

15 pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang atau objek ijarah itu sendiri. Di Indonesia , dasar yang digunakan dalam menerapkan sukuk adalah Manafi Wa Hiya Anwa’ sedangkan yang umum di negara-negara lain adalah Ijarah Mumtahiya Bit Tamlik.

Terkait dengan dasar yang digunakan tersebut, tujuan dari transaksi Ijarah di Indonesia adalah melakukan transaksi lease atau sublease. Sedangkan dasar yang digunakan di negara-negara lain bertujuan untuk menjual aset (kepada SPV) kemudian melakukan lease atas asset tersebut dengan memberikan opsi apakah pada akhir masa sukuk , asset underlying ijarah beralih kepemilikannya.

2) Sukuk al-Musyarakah

Sukuk Musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk mudharabah, namun berbeda dari segi hubungan antara investor dengan pengelola. Obligasi syariah Musyarakah adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedangkan kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai proporsi modal masing-masing pihak.


(34)

16 3) Sukuk Murabahah

Sukuk Murabahah adalah sukuk yang menggunakan akad murabahah yaitu suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap hutang yang berakibat dari pembiayaan murabahah. Sukuk murabahah termasuk non-tradable sukuk yang artinya sukuk ini tidak dapat diperjual belikan karena melambangkan hutang.

4) Sukuk Istisna'

Sukuk Istisna' adalah suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap hutang yang diakibatkan dari pembiayaan istisna'. Sukuk Istisna' melambangkan suatu jual beli dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

5) Sukuk Salam

Sukuk Salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama yang diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan barang yang akan diserahkan berdasarkan akad salam adalah milik dari pemegang sukuk salam. Dalam sukuk salam, investor berharap bahwa komoditi salam akan mengalami kenaikan harga pada saat tanggal jatuh tempo, yang akan menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak dapat diperdagangkan selama aset yang mendasarinya merupakan hutang. Hutang tersebut


(35)

17 hanya dapat diubah menjadi aset nyata pada saat jatuh tempo ketika subjek salam diserahkan.

2. Inflasi

Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212)

Menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen adalah indeks harga dan barang–barang yang selalu digunakan para konsumen. Terdapat berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :

a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya. b. Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi

walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.


(36)

18 c. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan

mendorong kenaikan tingkat harga umum.

d. Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.

3. Kurs Valuta Asing

Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2006:397).

Menurut Paul Krugman dan Obstfeld (2000) dalam Sukirno (2006:398) perubahan nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua yaitu depresiasi dan apresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang domestic terhadap mata uang asing, sedangkan apresiasi adalah kenaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Bila kondisi lain tetap (ceteris paribus), maka depresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang negara tersebut lebih murah bagi pihak luar negeri sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Dan sebaliknya, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang Negara tersebut menjadi mahal bagi pihak luar negeri sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih murah bagi pihak dalam negeri. Dalam kaitan


(37)

19 dengan perubahan terhadap nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara lain, maka suatu negara dapat memilih beberapa jenis sistem nilai tukar antara lain :

a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan nilai dari suatu mata uang tertentu atau nilai dari kumpulan mata uang tertentu. Biasanya yang dijadikan patokan adalah mata uang negara yang memiliki ekonomi kuat.

b. Sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate) Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar.

c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar tetapi pemerintah memiliki hak untuk mengaturnya.

4. BI rate

BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama (http://www.bi.go.id) . Sedangkan menurut Siamat (2005:139) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.


(38)

20 M1 = C + D

BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam kondisi tertentu, BI rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang lain. Pada dasarnya perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan. Operasi Moneter dengan BI rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments. Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi keuangan di pasar keuangan. (Siamat,2005:140)

5. Jumlah Uang Beredar

Pengertian uang beredar telah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan badan-badan usaha pemerintah (Sukirno, 2001:236). Pengertian yang terbatas ini selalu disingkat dengan M1. Menurut Ocktaviana (2007:27), M1 dirumuskan sebagai


(39)

21 M2 = M1 +TD

Keterangan :

M1 = Jumlah uang yang beredar dalam arti sempit C = Uang kartal (uang kertas + uang logam) D = Uang giral atau cek

Sedangkan dalam pengertian yang luas, uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik (Sukirno, 2001:236). Pengertian yang luas ini uang beredar dinamakan juga sebagai M2. Menurut Ocktaviana (2007:27), M2 dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas TD = deposito berjangka (time deposit) 6. Default sukuk

Almilia dan Kristijadi (2003) dalam Rodoni (2010:134) mendefinisikan financial distress terjadi pada perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari setahun tidak melakukan pembayaran dividen. Kemudian Almilia (2004) mendefinisikan financial distress sebagai perusahaan yang mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut.


(40)

22 Menurut Puspita (2001) dalam Almilia (2003:7) , Kondisi makro ekonomi adalah salah satu indikator untuk melihat krisis keuangan perusahaan selain dilihat dari rasio keuangan. Faktor makro seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi, money supply, dan BI rate merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress. Ross (2005) dalam Rodoni (2010:182), mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua sekuritas berbagai tingkat. Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti dari resiko sistematis. Berikut adalah beberapa faktor makro ekonomi terkait dengan financial distress ,yaitu Inflasi, Kurs , Indeks Harga Saham Gabungan , Tingkat Suku Bunga / BI rate, GDP, dan Money Supply / Jumlah Uang Beredar.

Dalam hal ini default sukuk termasuk bagian dalam financial distress karena default adalah kegagalan/wanprestasi dalam pembayaran hutang. Gagal bayar (default) dapat dideskripsikan sebagai suatu keadaan dimana emiten selaku debitur yang telah melakukan ingkar janji (wanprestasi) terhadap kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo (maturity date) kepada pemegang obligasi selaku kreditur. Gagal bayar sukuk tentu dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah struktur sukuk itu sendiri serta variabel-variabel makro dan mikro ekonomi. (Bapepam, 2003:16).

Samsul (2006:200) menyatakan faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan


(41)

23 kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan antara lain:

1. Tingkat bunga umum domestik. 2. Tingkat Inflasi.

3. Peraturan perpajakan.

4. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu. 5. Kurs valuta asing.

6. Peredaran uang atau jumlah uang beredar. 7. Tingkat bunga pinjaman luar negeri. 8. Kondisi perekonomian Internasional.

Sriyana (2009:5) menjelaskan bahwa resiko sukuk dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu risiko pasar (market risk), risiko operasional (operational risk) dan risiko ketentuan syariah (shariah compliance risk). Market risk terdiri dari risiko suku bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dan resiko nilai tukar (foreign exchange rate risk) dapat di jelaskan berikut :

a. Resiko tingkat bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.

b. Resiko nilai tukar (foreign exchange rate) dapat dijelaskan bahwa sertifikat sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga naik turunnya


(42)

24 nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada investor.

c. Resiko operasional sukuk (operational risk) terdiri dari resiko pembayaran kupon (coupon payment risk), resiko pelunasan asset (asset redemption risk), resiko SPV (SPV specific risk), resiko investor (investor specific risks), resiko berhubungan dengan aset (risk related to the asset).

d. Keterbatasan barang milik negara atau perusahaan yang dapat dijadikan underlying asset. Sukuk merupakan sertifikat pembiayaan yang didasarkan atas jaminan aset riil yang besarnya didasarkan atas aset yang marketable di pasar keuangan global. Semakin banyak aset yang sesuai dengan standar yang ditentukan semakin besar bagi negara untuk mendapatkan pembiayaan dari investor internasional. Ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang diperoleh di dasarkan besar aset yang kita miliki sehingga perlu juga kita memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung bagi persediaan aset yang layak jual.


(43)

25 B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

1. Inflasi dengan Sukuk

Menurut Raharjo (2004:53) kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada obligasi. Akan tetapi inflasi tidak mempengaruhi obligasi syariah, hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa inflasi berbanding terbalik dengan obligasi syariah, ketika inflasi naik maka obligasi syariah turun, begitu juga sebaliknya, ketika inflasi turun harga obligasi syariah justru naik.

2. Jumlah Uang Beredar dengan Sukuk

Dengan semakin meningkatnya jumlah uang beredar, masyarakat cenderung menggunakan uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya untuk tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga seperti saham atau obligasi. Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap suatu indeks dikarenakan ketika bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia meningkatkan penawaran uang dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat dan perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang tinggi sehingga menyebabkan harga obligasi syariah mengalami peningkatan. (Nugroho, 2008:52)

3. Kurs Rupiah dengan Sukuk

Menurut Rodoni (2010 : 186) Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai tukar mata uang merupakan faktor ketidakpastian yang dihadap investor apabila melakukan


(44)

26 investasi di pasar global. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang bersangkutan , dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi return suatu perusahaan. Dan return tersebut mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan , maka dapat diasumsikan bahwa sensitifitas perusahaan terhadap nilai tukar mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.

Selain itu, sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga naik turunnya nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada investor. 4. BI rate dengan Sukuk

Menurut Rahardjo (2004:50) nilai harga suatu obligasi ditentukan oleh nilai tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang diberikan kepada investor obligasi. Apabila tingkat suku bunga di pasar menurun maka investor cenderung membeli obligasi yang kuponnya lebih tinggi dibanding deposito sehingga harga obligasi cenderung naik. Begitu juga sebaliknya jika suatu suku bunga lebih kecil dari pada tingkat kupon yang diberikan suatu obligasi maka orang akan cenderung menanamkan uangnya dipasar modal khususnya obligasi.


(45)

27 Dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.

C. Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk melihat hubungan antara informasi dengan kondisi financial distress berupa default sukuk dan dengan hasil yang berbeda-beda. Berikut adalah ringkasan tinjauan penelitian terdahulu :

Tabel.2.3

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Metode

Penelitian

Hasil Penelitian 1 Luciana Spica

Almilia

2003 "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta"

Logistic Regression

Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio relatif industri memiliki daya klasifikasi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio

keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan industrinya. Selain itu dalam

penelitian ini juga memberikan bukti bahwa

variabel makro ekonomi (IHSG, Indeks Harga Konsumen Umum, Money

Supply dan tingkat bunga SBI) merupakan variabel yang signifikan dalam penentuan kondisi financial


(46)

28

No Peneliti Tahun Judul Metode

Penelitian

Hasil Penelitian 2 A.H Manurung 2008 "Analisis Probabilitas

Default Perusahaan"

Regresi Panel Penelitian ini menggunakan Merton Model untuk memprediksi probabilitas

default perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 di

Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas saham yang tinggi

juga memiliki kesempatan untuk default. Perusahaan di

sektor keuangan memiliki probabilitas standar tinggi daripada sektor lainnya.

3 Roikhan

Mochamad Aziz

2008 “Analisis Pemodelan Pengembangan Sukuk Indonesia dan Malaysia Dengan Metode System

Dynamics”

System Dynamics

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Sukuk

Indonesia lebih tinggi daripada Sukuk Malaysia di tahun 2015, walaupun Sukuk

Indonesia baru berkembang tahun 2002 lebih lambat 12

tahun dibandingkan Malaysia. 4 Yiping Qu 2008 " Macro Economic

Factors and Probability of Default"

Regresi Panel Penelitian ini menemukan bahwa beberapa hasil yang telah ditemukan. Di Swedia, ada perubahan dalam

faktor-faktor makro seperti Industrial Production, Tingkat Penyebaran Bunga,

Nilai Tukar, dan Harga Saham mempengaruhi Probabilitas Default. Namun, hasil ini tidak dapat

digunakan untuk menggeneralisasi kasus negara-negara lain, karena dampak ini bervariasi untuk

tiap negara. Lanjutan Tabel 2.3.


(47)

29

No Peneliti Tahun Judul Metode

Penelitian

Hasil Penelitian 5 Mustika Rini 2010 Obligasi Syariah

(Sukuk) dan Indikator Makroekonomi Indonesia : Sebuah Analisis Vector Error

Correction Models (VECM) Vector Error Correction Models (VECM)

Penerbitan sukuk di Indonesia dipengaruhi oleh

indikator makroekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi

dan JUB dengan hubungan yang positif, serta pengangguran terbuka dan

inflasi dengan hubungan yang negatif. Selain itu penerbitan sukuk dalam jangka panjang juga dipengaruhi oleh bonus Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS). 6 Hafizi Ab

Majid , Shahida Shahimi , Mohd Hafizuddin Syah Bangaan Abdullah

2011 “Sukuk Defaults and Its Implication: A Case

Study of Malaysian Capital Market”

Metode Kualitatif

Hasil penelitiannya adalah meskipun permintaan sukuk

di Malaysia sangat tinggi tetapi di Malaysia juga telah

mencatat beberapa kasus default sukuk seperti Johor Corporation, Ingress Sukuk Berhad, Tracoma Holdings

Berhad dan Nam Fatt Corporation Berhad. 7 Nurul Aini

Muhammed dan Rafisah Mat Radzi

2011 Implication Of Sukuk Structuring : The Comparison On The

Structure Of Asset Based And Asset Backed Ijarah Sukuk

Metode Kualitatif

Hasil penelitian nya adalah pemilihan struktur sukuk sangat penting untuk proses

penerbitan sukuk karena memiliki implikasi yang berbeda bagi investor,

terutama dalam hal terjadinya default. Akan tetapi meskipun banyak terjadi default sukuk di Malaysia dan Timur Tengah,

tetapi prospek pasar sukuk masih menunjukan tren

positif. Lanjutan Tabel 2.3.


(48)

30

No Peneliti Tahun Judul Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

8 Misnen

Ardiansyah , Ibnu Qizam , Razaliharon , dan Abdul

Qoyum

2012 Predicting Sukuk Default Probability And

Its Relationship With Systematic and Unsystematic Risks : A

Case Study Of Sukuk Indonesia

Regresi Panel Hasil penelitiannya adalah probabilitas default dengan Merton Model menunjukkan

bahwa ada dua perusahaan yang mengeluarkan sukuk dengan risiko yang sangat tinggi standar, yaitu, PT Berlian Laju Tanker dengan probabilitas standar rata-rata

74,456% dan PT Pembangkit Listrik Negara yang memiliki risiko default

dengan 61,339%. Variabel sistematis dan tidak

sistematis mampu menjelaskan sukuk default.

Jumlah uang beredar dan nilai tukar adalah dua variabel sistematis yang bisa

menjelaskan sukuk default. Selain itu, variabel tidak sistematis menunjukkan bahwa rasio solvabilitas (debt to equity ratio) dan rasio profitabilitas (Return on Asset) memiliki implikasi

yang signifikan pada probabilitas default sukuk.

D. Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2009:91), Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah Lanjutan Tabel 2.3.


(49)

31 penelitian. Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Uji Model Regresi

Uji Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik Variabel Independen :

Inflasi

Jumlah Uang Beredar Kurs

Suku bunga (BI Rate)

Sukuk Ijarah PT Berlian Laju Tanker

Variabel Dependen : Fee ijarah default sukuk


(50)

32 E. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Ho1 = Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.

Ha1 = Terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.

2. Ho2 = Tidak terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah

default sukuk.

Ha2 = Terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah default

sukuk.

3. Ho3 = Tidak terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.

Ha3 = Terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.

4. Ho4 = Tidak terdapat pengaruh kurs terhadap fee ijarah default sukuk.


(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas data-data yang didapat melalui studi kepustakaan dan data dari internet (data sekunder) dimana ruang lingkup penelitian ini adalah PT Berlian Laju Tanker periode 2007-2012.

Dari sumber diatas maka yang menjadi variabel dependen (terikat) adalah fee ijarah sukuk default dan variabel independen (bebas) nya adalah Inflasi, Jumlah Uang Beredar , BI rate dan Kurs . Keempat variabel makro diatas, dijadikan peneliti sebagai variabel independen dikarenakan hal ini mudah dimengerti karena indikator tersebut merupakan indikator yang sering diuji pada penelitian sebelum ini dan digunakan sebagai acuan dalam berinvestasi termasuk berinvestasi pada instrumen investasi obligasi syariah (sukuk) yang menjadi salah satu alternatif dari sedemikian banyak alternatif instrumen investasi yang didominasi oleh instrumen keuangan.

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan fee ijarah (discount rate) sukuk ijarah PT BLTA selama periode 2007-2012 yang pada akhirnya pada tahun 2012 sukuk PT BLTA dinyatakan default. Dari populasi tersebut selanjutnya diambil beberapa sampel yang merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi ,


(52)

34 sehingga sampel harus mewakili populasinya. Metode yang digunakan adalah judgement sampling. Judgement sampling adalah salah satu jenis purposive sampling selain quota sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang digunakan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2009:118).

C. Metode Pengumpulan Data

Agar memperoleh hasil penelitian yang diharapkan , maka diperlukan data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan data sekunder (internet research).

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, serta literatur keterangan-keterangan dari sumber lain yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder (Internet Research)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengumpulakan dokumen atau laporan yang bersumber dari perusahaan atau pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian. Selain melalui studi kepustakaan (Library Research), Internet Research juga digunakan dalam penelitian ini yang dimana


(53)

35 berguna untuk mempermudah dalam mengumpulkan data melalui website-website tertentu. Dalam penelitian ini sumbernya adalah (www.bps.co.id) , (www.bi.go.id) , dan (www.idx.co.id) .

D. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda atau model regresi majemuk merupakan suatu model regresi yang terdiri atas lebih dari satu variabel independen. Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Berikut adalah hasil estimasi yang bersifat BLUE (Ajija dkk., 2011:34) : 1. Efisien, artinya hasil nilai estimasi memiliki varian yang minimum dan tidak bias. 2. Tidak bias, artinya hasil nilai estimasi sesuai dengan nilai parameter.

3. Konsisten, artinya jika ukuran sampel ditambah tanpa batas, maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. Jika asumsi normalitas terpenuhi, di mana eror terdistribusi secara normal dengan rata-rata sama dengan nol dan standar deviasi konstan.

4. Koefisien regresi akan memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas sangat penting untuk penyederhanaan dalam melakukan pendugaan interval dan pengujian hipotesis secara statistik.

Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien determinasi , koefisies regresi simultan (Uji F), dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 18. Penelitian ini


(54)

36 harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini metode-metode yang digunakan adalah:

a. Uji Statistik

1) Metode Analisis Linier Berganda

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi Linier Berganda, yang digunakan untuk penelitian yang variabel X nya lebih dari satu. Uji Regresi Linier Berganda ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh BI rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Kurs Terhadap Fee Ijarah Default Sukuk.

Rumus Regresi Linier Berganda adalah :

Keterangan :

Y : Variabel Dependen (Fee Ijarah Default Sukuk) α : Konstanta

Inf : Variabel Independen 1 (Inflasi)

JUB : Variabel Independen 2 (Jumlah Uang Beredar)

Kurs : Variabel Independen 3 (Kurs)

BIrate : Variabel Independen 4 (BI rate)

b(1,2,3,4,) : Koefisien regresi masing-masing variabel independen


(55)

37 2) Uji Parsial/ Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Menurut Ghozali (2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Rumus Uji t: √ Keterangan:

t : Koefisien thitung

n : Jumlah sampel r : Standar deviasi

Adapun hipotesisnya sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial.

Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.


(56)

38 3) Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98).

Rumus Uji F:

Keterangan:

F : Koefisien Fhitung

R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel penjelas n : Jumlah observasi

Adapun hipotesisnya sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan.

Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Fhitung> Ftabel : H0 ditolak Ha diterima


(57)

39 4) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Ghozali (2011:97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun R2 ini memiliki kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang diobservasi. Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang tidak (atau belum) ada di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan nilai R2 tidak berkurang nilainya apabila variabel independen ditambahkan lagi kedalam persamaan (Winarno, 2009:420).

Dan menurut Suliyanto (2011:59), untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa

koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted Rsquare karena variabel dalam penelitian ini lebih dari satu. Rumus koefisien determinasi adalah:


(58)

40 Keterangan :

R2 : Koefisien determinasi

β : Koefisien variabel independen

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2011: 160).

Model regresi yang baik adalah memnpunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan Normal P-P Plot dan Uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan Asympotic Significance dengan α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asympotic Significance-nya > 0,05.


(59)

41 2) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:105) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam sebuah model regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah data yang mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE > 0,1 .

3) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Uji autokorelasi yang biasa digunakan adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji Durbin-Watson (DW test) merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam


(60)

42 suatu model regresi. Cara mudah untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:

Pengambilan keputusan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Bila nilai DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 2) Bila nilai DW diantara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi. 3) Bila nilai DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi negatif. Selain durbin-watson, dapat juga digunakan metode lain untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi salah satunya adalah metode Run test. Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat korelasi, maka dapat dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau acak.

4) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji varians dalam model regresi. Menurut Agung Nugroho (2005:62), heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode ke pengamatan lainnya. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot tersebut dimana titik


(61)

43 menyebar dan membentuk pola atau tidak. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya yang apabila nilai sig diatas 0,05 maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas

E. Operasional Variabel-variabel Penelitian 1. Operasional Variabel Independen Penelitian

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2009:59). Untuk memudahkan penelitian dan menghindari kesalahan persepsi dari masing-masing variabel penelitian, maka variabel bebas (X) dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. BI rate

BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama . Data variabel ini menggunakan data BI rate per kuartal yang dinyatakan dalam persentase dan diambil dari www.bi.go.id .


(62)

44 b. Inflasi

Inflasi berarti kenaikan harga umum barang/komoditas dan jasa dalam periode waktu tertentu. Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi dari Badan Pusat Statistik berdasarkan laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) dengan skala kuartal yaitu periode 2007-2012.

c. Jumlah Uang Beredar (Money Supply)

Jumlah uang yang beredar dalam artian luas atau broad money (M2) adalah penjumlahan dari M1 (uang kartal dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran atau demand deposit) yang memasukkan deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta maupun domestik sebagai bagian dari penyediaan uang atau uang kuasi (quasi money). Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan triliun rupiah. Data jumlah uang beredar diambil dari www.bi.go.id pada laporan tahunan statistik ekonomi dan keuangan Indonesia. Pengukuran yang digunakan adalah data dalam skala kuartal yaitu periode 2007-2012.

d. Kurs Rupiah terhadap US Dollar

Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah nilai kurs tengah akhir bulan selama periode amatan antara tahun 2009-2012. Pengukuran dinyatakan dalam satuan rupiah. Dengan Pengukuran sebagai berikut :


(63)

45 2. Operasional Variabel Dependen Penelitian

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah fee ijarah default sukuk yaitu fee ijarah sukuk yang gagal dibayarkan oleh PT BLTA pada tahun 2012. Data variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah discount rate (fee ijarah) sukuk ijarah yang dibayarkan PT BLTA selama periode kuartal III tahun 2007 sampai dengan kuartal I tahun 2012 yang pada akhirnya pada kuartal kedua dan kuartal selanjutnya tahun 2012 sukuk PT BLTA dinyatakan default.

Kurs Tengah = Kurs Jual + Kurs Beli 2


(64)

46 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya PT. Berlian Laju Tanker

PT. Berlian Laju Tanker Tbk didirikan berdasarkan akta No. 60 tanggal 12 Maret 1981 dengan nama PT. Bhaita Laju Tanker, yang kemudian dengan akta No. 4 tanggal 5 September 1988 di ubah namanya menjadi PT Berlian Laju Tanker. PT Berlian Laju Tanker adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Perusahaan ini bahkan disebut-sebut sebagai a leading tanker operator in the world. Saat pertama didirikan BLTA berfungsi sebagai penyalur domestik tanker minyak Pertamina, lalu BLTA berkembang ke tanker untuk bahan-bahan kimia dan gas. BLTA tidak bergantung pada Pertamina, tapi menjadi pilihan perusahaan minyak dan kimia terkemuka dunia, seperti Exxon, Shell, BASF, SABIC dan Dow Chemical.

Pada tahun 1990, BLTA menjadi perusahaan pelayaran Indonesia pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. BLTA memiliki jaringan internasional yang kuat, baik dalam wilayah pengoperasian, maupun penjualan dan pemasaran. BLTA memperluas jaringan hampir di seluruh dunia dengan pendirian anak perusahaan, antara lain : GBLT UK Shipmanagement (UK) di Glasgow, GBLT Shipmanagement Pte Ltd di Singapore, dan Gold Bridge Shipping Ltd di Hongkong. BLTA juga membuka cabang di Bangkok, Shanghai,


(1)

80

Lampiran 1 : Output Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .119 .042 2.811 .014

Inflasi -.416 .193 -.599 -2.154 .049

JUB 2.367E-8 .000 .518 2.744 .016

Kurs -4.845E-6 .000 -.215 -1.156 .267

BIrate .356 .518 .253 .687 .503

a. Dependent Variable: Ijroh


(2)

81

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 19

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .00962055 Most Extreme Differences Absolute .116

Positive .070

Negative -.116

Kolmogorov-Smirnov Z .506

Asymp. Sig. (2-tailed) .960

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran 3 : Output Uji Multikolinieritas

Lampiran 4 : Output Uji Autokorelasi

Model Summaryb Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Inflasi .241 4.145

JUB .523 1.912 Kurs .541 1.849 BIrate .137 7.279

a. Dependent Variable: Ijroh

Model Durbin-Watson 1 2.090a


(3)

82

Lampiran 5 : Output Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .037 .019 1.960 .070

Inflasi .097 .087 .508 1.115 .283

JUB -5.039E-9 .000 -.402 -1.299 .215

Kurs 1.027E-6 .000 .166 .545 .594

BIrate -.470 .233 -1.218 -2.019 .063


(4)

83

Lampiran 6 : Data kuartal variabel Dependen dan variabel Independen

periode 2007-2012

Ijroh inflasi JUB kurs Birate

2007 0.064 1,368,891 9122.67 0.093

0.060 1,409,549 8988.33 0.088

0.103 0.065 1,491,083 9244.33 0.083

0.103 0.067 1,576,516 9299.33 0.082

2008 0.103 0.076 1,590,616 9186.33 0.079

0.103 0.101 1,648,246 9259 0.082

0.103 0.120 1,707,567 9216.33 0.092

0.103 0.115 1,842,649 11365.33 0.110

2009 0.103 0.086 1,897,035 11636.67 0.088

0.103 0.057 1,939,075 10426 0.073

0.140 0.028 1,991,585 9887 0.066

0.140 0.026 2,075,036 9523.33 0.065

2010 0.140 0.037 2,084,141 9271.67 0.064

0.140 0.044 2,163,467 9091.67 0.065

0.140 0.062 2,243,001 8972.33 0.063

0.106 0.063 2,375,953 8977.33 0.063

2011 0.140 0.068 2,436,076 8863 0.066

0.140 0.059 2,477,516 8569.33 0.074

0.140 0.047 2,609,744 8636.33 0.068

0.140 0.041 2,761,515 9024.33 0.058

2012 0.140 0.037 2,872,321 9088.33 0.058


(5)

84

Lampiran 7 : Sukuk Ijarah BLTA 2007

Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun 2007

Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk, PT

ISIN Code : IDJ000001904

Short Code : SIKBLTA01

Type : Syari`ah Bonds

Listing Date : 06 July 2007

Stock Exchange : IDX

Status : Active

Originated Amount : 200,000,000,000.00

Current Amount : 200,000,000,000.00

Mature Date : 05 July 2012

Interest/Disc Rate : 10.3 %

Int. Type : FIXED

Int. Freq. : 3 MONTHS

Currency : IDR

Form : Electronic

Effective Date ISIN : -

Day Count Basis : 30/360

Activity Sector : TRANSPORTATION

Lampiran 8 : Sukuk Ijarah BLTA 2009 Seri A dan Seri B

Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009

Seri A

Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk, PT

ISIN Code : IDJ000003306

Short Code : SIKBLTA02A

Type : Syari`ah Bonds

Listing Date : 29 May 2009

Stock Exchange : IDX

Status : Active

Originated Amount : 45,000,000,000.00

Current Amount : 45,000,000,000.00

Mature Date : 28 May 2012


(6)

85

Int. Type : FIXED

Int. Freq. : 3 MONTHS

Currency : IDR

Form : Electronic

Effective Date ISIN : -

Day Count Basis : 30/360

Activity Sector : TRANSPORTATION

Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009

Seri B

Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk. PT

ISIN Code : IDJ000003405

Short Code : SIKBLTA02B

Type : Syari`ah Bonds

Listing Date : 29 May 2009

Stock Exchange : IDX

Status : Active

Originated Amount : 55,000,000,000.00

Current Amount : 55,000,000,000.00

Mature Date : 28 May 2012

Interest/Disc Rate : 16.25 %

Int. Type : FIXED

Int. Freq. : 3 MONTHS

Currency : IDR

Form : Electronic

Effective Date ISIN : -

Day Count Basis : 30/360