26
Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, Natal sudah menjadi tradisi dunia, karena perayaan Natal juga dilakukan oleh orang-orang
non-Kristen, misalnya di Jepang, China dan negara-negara lainnya juga merayakan Natal sebagai hari untuk bersenang-senang.
Karena perayaan Natal sudah menjadi tradisi dunia, umat Kristen menyikapi hal tersebut dengan cara yang berbeda, bukan sekedar tradisi,
melainkan harus benar-benar menghargai karya keselamatan Yesus Kristus yang diawali dengan kelahiran-Nya.
“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu- Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata Ia mengandung dari roh kudus,
sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. “Dan Karena Ia diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes.
Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” Mat. 1:18 Mat. 2:12, dan “Kebangkitan-Nya sebagai lambang kemenangan-Nya
atas maut” Mat. 28:1-10.
Kesemua tugas ini telah dijalankan-Nya dengan sempurna, oleh karena itu semua umat Tuhan harus menghargainya
9
.
B. Asal Mula Hari Raya Natal
Perayaan Hari Natal mempunyai sejarah dan asal-usul yang berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang
tahu pastinya kapan Yesus lahir. Kelahiran Yesus itu merupakan peristiwa yang unik namun begitu sakral untuk umat Kristiani, karena dia adalah Allah
namun rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia dengan cara
9
Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009, h. 28.
27
meminjam rahim seorang perawan yang bernama Maria
10
dan lahir seperti seorang bayi biasa dan lahir ke dunia ini. Bedanya adalah Ia lahir bukan dari
benih fana antara benih perempuan dan laki-laki, melainkan Ia lahir dari Roh Kudus Roh Allah sendiri
11
. “Tetapi ketika Ia mempertimbangkan maksud itu, Malaikat Tuhan nampak
kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang ada di
dalam kandungannya adalah dari roh kudus’”. Mat. 1:20
Menurut umat kristiani di dalam Al-Kitab sendiri tidak ada pernyataan tentang tanggal hari kelahiran Yesus, Al-Kitab hanya menyatakan bahwa telah
lahir seorang putra dari seorang perawan Maria yang bernama Yesus Kristus. Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember,
hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga
Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu
tersebut. Namun, umat Kristiani tetap mempercayai perayaan Hari Natal adalah hari kelahiran Yesus
12
.
10
Gadis perawan yang dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juruselamat, ia adalah perempuan yang kuat dan tegar walaupun ia merasa di hina dan dilecehkan oleh para sebagian
tetangganya karena telah hamil namun tidak dalam keadaan menjadi seorang istri, akan tetapi ia menyambut ini dengan bersyukur kepada Allah, karena ia mengetahui bahwa bayi yang ia lahirkan
adalah Yesus Kristus Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Perempuan ini merefleksikan kegembiraannya dengan nyanyian syukur karena Allah telah
memperhatikan hamba-Nya yang dianggap hina. Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009, h. 29.
11
Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009, h. 28.
12
Andar Ismail, Selamat Natal Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985, h. 27.
28
Awal perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Orang Romawi sekitar abad ke-10 sebelum Yesus lahir Sebelum Masehi mengenal
hari lahirnya Dewa Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan sebutan ‘Saturnalia’. Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, dimana
matahari berada di titik yang paling jauh dari khatulistiwa
13
. Saat matahari memperpanjang kekuatan untuk naik dalam titik balik
perjalanan tahun. Saat itulah beberapa daerah di Eropa menjadi siang sepanjang hari tanpa mengalami datangnya malam. Hal itu bertepatan dengan
tanggal 25 Desember. Pada proses itulah perayaan Saturnalia dirayakan dengan berpesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral.
Mereka menganggap bahwa ini adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang matahari. Itu sebabnya matahari dipuja sebagai Dewa Matahari
14
. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang
Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, timbul pertanyaan-pertanyaan dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu. Sebab
Natal itu bukan dari ajaran Bible Alkitab, dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang
masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat
15
ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dalam Catholic
Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, ditemukan kalimat yang tertulis sebagai berikut: “Natal bukanlah di antara upacara-upacara awal
Gereja” bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir.
13
Sahabat Gembala, h. 14.
14
Abujamin Roham, h. 535.
15
Andar Ismail, Selamat Natal Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985, h. 28.
29
Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.
Umat Kristen pun mengakui bahwa perayaan Natal memang berasal dari sebuah tradisi yang seringkali di lakukan oleh bangsa Romawi yaitu
merayakan hari kelahiran Dewa Matahari. Seperti yang kita ketahui, bahwa pada masa Romawi Kuno adalah sudah menjadi tradisi untuk menghormati
dewa dan sukar untuk ditinggalkan oleh masyarakat Romawi yang sudah menjadi Kristen. Hal tersebut menjadi pengaruh yang besar untuk bangsa-
bangsa yang lain yang terus mengikuti tradisi yang mereka lakukan. Kemudian gereja memiliki keinginan yang sangat kuat, untuk
mengambil alih dan merubah tradisi bangsa Romawi yang mereka anggap kafir yang terkenal dengan ungkapan Dies Natalis Invicti hari raya kelahiran
Dewa Matahari yang tak terkalahkan, yaitu meluruskan kejadian itu dengan memberikan pemahaman serta gagasan kepada umat beriman untuk menjauhi
sebuah tradisi yang mereka anggap kafir dan gereja menggantinya dengan misteri kelahiran Yesus sebagai sang matahari sejati yang menerangi setiap
insan
16
. Menurut umat Kristiani pada masa itu, apakah salah bila perayaan
Natal dimaknai dengan arti kelahiran Yesus bagi umat manusia. Karena lebih baik memaknainya secara rohani sehingga tidak membuat bangsa Romawi
menyimpang dari ideologi atau maksud kelahiran Yesus Kristus.
16
Bosco da Cunha O. Carm, Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi Yogyakarta: Kanisius, 1992, hal. 59.
30
Alkisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada
para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut
para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada.
Catatan pertama peringatan Hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember.
Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir bukan Kristen pada saat itu.
Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau,
menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah
17
. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Hari Natal. Pada akhir tahun
300-an M agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di
Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa
Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an. Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi,
banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada
tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di
17
Stan D. Wijaya, Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal Yogyakarta: Kanisius, 1995, h. 25.
31
Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali
kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari
Natal, yaitu menghias pohon Natal
18
dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus Sinterklas
menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Hari Natal menjadi semakin penting untuk
berbagai bisnis. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir
bukan Kristen pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan
daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal.
Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan
kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu. Hampir di semua negara, hari Natal 25 Desember menjadi hari libur nasional. Menurut
penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari Pesta utama di samping Sikumsisi tahun baru, Kenaikan Tuhan, Pesta Maria
diangkat ke Surga 15 Agustus, Hari Raya Semua Orang Kudus 1 November dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda 8 Desember.
18
Abujamin Roham, h. 535.
32
Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-
day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari
19
. Yang menjadi dasar teologinya adalah, secara singkat dapat di katakan bahwa perayaan Natal menggaris
bawahi misteri kedatangan Yesus Kristus putra Allah dalam rupa daging yang secara konkret dilahirkan oleh santa perawan Maria di Betlehem.
Gereja mengajak seluruh umatnya untuk memandang dan terus mengingat kehadiran Yesus secara manusiawi yang mengasihi umatnya dan
berharap umatnya terbebas dari segala dosa-dosanya. Sehingga Natal mempunyai makna kasih khususnya untuk umat Kristiani
20
. Hal ini yang menjadi dasar theologi terjadinya perayaan Hari Natal yang terus
dikembangkan oleh umat Kristiani dan turut diramaikan oleh orang-orang yang ikut merayakannya.
C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Natal