Makna Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN MAKNA

PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM DAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Makna Hari Raya Idul Fitri

Sebagai hari raya keagamaan, Idul Fitri mempunyai kedudukan yang tinggi bagi umat Islam yang mengandung makna keruhanian 1 . Hal ini dilihat dari pengertian Idul Fitri serta dari semua tata cara pelaksanaan pada waktu menjelang Idul Fitri seperti menjalankan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh untuk menahan segala hawa nafsu sampai waktunya untuk berbuka, dan di dalam bulan tersebut terdapat sebuah malam Lailatul Qadar yaitu malam yang terbaik dari seribu malam dan pada bulan tersebut menjelang hari raya tiba umat Islam di wajibkan untuk membayar zakat yang dinamakan dengan zakat fitrah 2 dan pada malam menjelang Idul Fitri umat Islam beramai-ramai mengumandangkan takbir dengan penuh semangat kemenangan 3 sebagai rasa keberhasilannya yang telah melewati ujian untuk menahan hawa nafsu dengan melakukan berpuasa wajib di bulan suci ramadhan. Makna keruhanian yang pertama dari perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah sebagai tanda terima kasih atau rasa syukur umat Islam kepada Allah Yang Maha Esa, karena pada dasarnya manusia telah diberikan nikmat yang 1 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri Jakarta: Paramadina, 2000, h. 128. 2 Cyril Glase, h. 158. 3 Hannan Hoesin Bahannan h. 223. 40 41 tidak terbatas dan tidak ternilai harganya. Umat Islam bisa saling berbagi kasih dan sayangnya dengan bentuk saling memberi dan saling mengungkapkan perasaan maaf dan memaafkan. Idul Fitri merupakan kelanjutan dari puasa dan zakat 4 , yang sama- sama mengandung makna pembersihan jiwa seseorang, umat Islam bisa kembali pada fitrahnya yaitu saat manusia baru dilahirkan, jiwanya yang bersih suci dan tidak ada dosa. Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk mensifati semua yang ada di dunia sewaktu awal penciptaannya 5 . Karena puasa mengandung makna sebagai pembersihan jiwa seorang muslim dengan berbagai godaan yang berbentuk hawa nafsu, sedangkan zakat adalah sebagai pembersihan diri jiwa seorang muslim dari harta yang mereka miliki dengan cara memberikan sebagian hartanya dalam bentuk apapun sesuai yang telah ditentukan. Makna fitrah sebagai suatu “sifat” 6 . Sifat di sini berlaku untuk semua makhluk di alam raya. Misalnya malaikat memiliki sifat fitrah yang baik, taat, bertasbih, dan tidak pernah melanggar aturan Allah Swt. sedangkan syaitan berfitrah sebagai mahluk yang buruk dan durhaka. Manusia berfitrah sebagai makhluk yang memiliki semua fitrah yang dimiliki oleh semua apa yang ada di alam raya ini. Menurut Muthahari, fitrah merupakan bawaan alami. Artinya sifat – fitrah merupakan sesuatu yang melekat dalam diri manusia bersifat bawaan 4 Nurcholis Majid, h. 129. 5 Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa al-Husain, al-Kulliyat : Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al- Furuq al-Lugowiyah Beirut : Muassasah al-Risalah, 1992, h. 698. 6 Murtadha Muthahhari, Fitrah Jakarta: Lentera, 2008, h. 19. 42 dan bukan sesuatu yang diperoleh melalui usaha. Manusia mengatahui bahwa dirinya mengetahui apa yang dia ketahui. Artinya dalam diri manusia terdapat sekumpulan hal yang bersifat fitrah 7 . Idul Fitri merupakan satu momen bagi kehidupan manusia guna memperbaiki posisinya dalam mengurangi perjalanan hidup di dunia yaitu, bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Perayaan Idul Fitri memang melambangkan upaya manusia untuk menyadari fitrahnya sekaligus menyadari betapa Maha Besarnya Allah, Maha Suci dan Maha Perkasa. Jadi orang-orang beriman menangkap makna Idul Fitri sebagai hari kemanusiaan universal yang suci. Manusia adalah suci, dan harus berbuat suci kepada sesamanya 8 . Pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam melakukan sebuah tradisi sungkem khususnya antar keluarga. Hal tersebut mempunyai makna agar dosa-dosanya bisa hilang dan dihapuskan dengan saling maaf dan memaafkan dengan penuh rasa keikhlasan. Selain kepada keluarga juga kepada para kerabat, sahabat, teman, guru serta para warga yang ada di sekitarnya. Dengan itu, di hari setelah perayaannya umat Islam bisa melakukan introspeksi diri dengan membenahi sifat-sifat yang buruk dan merubahnya untuk menjadi yang lebih baik. Dosa-dosa yang telah diperbuat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja bisa hilang antar sesama dengan saling memaafkan, karena manusia sifatnya hidup secara sosial jadi acap kali tanpa sengaja manusia 7 Murtadha Muthahhari, h. 20. 8 Nurcholis Majid, h. 137. 43 melakukan kesalahan antar sesamanya baik dari perkataan dan perbuatan. Ini akan sangat membekas sekali rasanya untuk umat Islam pada waktu merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dari makna yang serba ruhani sebagai kelanjutan dan buah keruhanian selama Ramadhan, Idul Fitri melimpahkan hikmahnya kepada segi-segi kehidupan sosial yang luas dan sangat bermakna. Sejak simbolisme zakat fitrah yang merupakan rasa setia kepada sesama manusia dan kemanusiaan, sampai kepada tradisi maaf-memaafkan, halal-bihalal dan mudik untuk menyatu kembali dengan keluarga, Idul Fitri memberi bekal keruhanian baru kepada masyarakat untuk menempuh hidup selama setahun mendatang 9 . Idul Fitri mempunyai dimensi sosial yang sangat besar khususnya dimensi kekeluargaannya. Pada hari itu, semua merasakan dorongan yang sangat kuat untuk bertemu dengan ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara- saudara yang lain, masyarakat dan kampung halamannya untuk bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri 10 . Memasuki datangnya Hari Raya Idul Fitri aktivitas dan mobilitas masyarakat semakin meningkat, khususnya dalam rangka mempersiapkan diri untuk merayakan hari yang dinanti-nantikan tersebut. Bagi mereka yang bekerja mencari nafkah di luar kota yang jarang sekali utnuk pulang dan bertemu dengan keluarganya, pasti merasa ingin pulang dan bertemu dengan keluarganya. Begitu juga sebaliknya, bagi keluarga yang ditinggalkan saudaranya untuk bekerja dan mencari nafkah diluar kota, sangat 9 Nurcholis Majid, h. 137. 10 Nurcholis Majid, h. 128. 44 mengharapkan kepulangan saudaranya dengan selamat sampai tujuannya untuk bertemu dan bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri. Karena hanya dengan suasana keakraban dalam kekeluargaan dan bermasyarakat itu Idul Fitri dapat dirasakan sepenuh-penuhnya dengan makna yang sangat dalam dan berarti. Pada hari itu umat Islam saling berbagi kebahagiaan, berbagi kasih dan berbagi perhatiannya sebagai kelonggaran terhadap sesamanya terutama untuk orang-orang fakir dan kerabat-kerabat keluarga mereka. Para dermawan menyisihkan sebagian hartanya untuk saling berbagi dengan penuh keikhlasan. Di berbagai tempat perusahaan atau perindustrian, menjelang hari itu ada yang mempunyai program berbagi kasih dengan memberikan santunan kepada orang-orang fakir dan anak-anak yatim yang berupa makanan, pakaian dan lain sebagainya. Akan sangat berkesan sekali di hati manusia ketika ia bisa saling berbagi. Sebelum hari Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam juga diwajibkan untuk membayar zakat fitrah. Hal tersebut juga mengandung makna sosial yang tinggi, karena bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri tiba, tidak ada lagi orang-orang yang meminta atau mengemis untuk mencukupi kebutuhannya karena umat Islam sudah bersama-sama diwajibkan untuk membayar zakat fitrah untuk saling melengkapi kebutuhannya. Selain itu Idul Fitri juga mempunyai makna perekonomian yang sangat besar sekali bagi masyarakat khususnya bagi para orang-orang yang mencari penghasilan dengan berjualan berbagai macam kebutuhan pokok pada hari- 45 hari menjelang perayaan Idul Fitri di laksanakan, seperti baju-baju baru, bahan-bahan makanan dan lain-lain. Hal ini juga dilihat dari segi bagaimana orang bekerja dan menabung dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya agar kelak bisa dinikmati hasilnya pada berlebaran atau waktu Idul Fitri tiba. Terutama bagi anggota keluarganya yang bekerja atau tinggal secara berjauhan di luar kota, sangat di elu-elukan sekali kedatangannya untuk saling berbagi kasih dan berbagi rezeki, yang sudah didapatkan dan dipersiapkannya dari hari sebelumnya. Gebyar lebaran yang disemarakkan dengan aneka mode pakaian baru, makanan lezat 11 , mudik, silaturrahmi dan hingar-bingar kesenangannya merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dipisahkan dalam Hari Raya Idul Fitri 12 . Fenomena seperti inilah yang kerap kali terjadi ketika Idul Fitri tiba. Di sinilah Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulang kali setiap tanggal 1 Syawal. Setiap negara yang berpenduduk muslim, dalam merayakan Idul Fitri biasanya memiliki cara dan tradisi yang berbeda-beda sesuai corak kebudayaan bangsanya. Cara dan tradisi tersebut juga terjadi di Indonesia Bagaimana pun tradisi-tradisi ini, ternyata sudah berkembang pada zaman Nabi SAW, baik yang berupa makanan, berpakaian baru, hiburan atau 11 Makanan khas yang biasa dibuat dan disajikan pada perayaan Idul Fitri. Bagi bangsa Indonesia, salah satu makanan yang menjadi ciri khas dari hari raya ini adalah Ketupat. Orang Jawa menyebutnya kupat, yang berarti mengaku lepat, atau mengaku bersalah. Sehingga ketupat dianggap sebagai simbol silaturahmi di Hari Lebaran, sekaligus lambang permintaan maaf. 12 Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran Jakarta: Pustaka Amani, 1996, h. 130. 46 permainan, silaturahim dan sebagainya, meskipun dengan bentuk yang sangat sederhana sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat saat itu 13 . Dengan hal itu, jelas sekali terlihat bahwa banyak sekali berbagai kebutuhan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan ini sudah menjadi sebuah tradisi sehingga jumlah anggaran belanja pun berbeda dengan anggaran-anggaran di bulan-bulan biasa. Selain itu daerah-daerah tertentu memperoleh limpahan ekonomi dan keuangan dari para pemudik sehingga pemerintah daerah bersangkutan merasa perlu menyabut kedatangan keluarganya yang berkerja di kota-kota besar itu 14 . Selanjutnya untuk para karyawan yang bekerja di tempat-tempat perkantoran atau perindustrian, bisa juga mendapatkan sedikit bonus yang berupa makanan, pakaian ataupun berupa uang yang biasa disebut dengan tunjangan hari raya THR. Untuk daerah pemasaran atau pusat-pusat perbelanjaan juga pada waktu menjelang Idul Fitri dan sampai Idul Fitri tiba, sangat meningkat sekali perekonomiannya. Karena banyak orang-orang yang membeli segala macam persiapan kebutuhan seperti makanan dan pakaian. Kebutuhan tersebut bisa digunakan untuk sendiri ataupun untuk berbagi kepada sanak saudara dan kepada kaum fakir miskin. 13 Ali Musthafa Yaqub, Islam Masa Kini Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008, h. 90. 14 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri Jakarta: Paramadina, 2000, h. 127- 128. 47

B. Makna Hari Natal