Sistem Pengawasan Intern Kas Pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

O l e h :

SRI REZEKI NASUTION 062102012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan Kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, Shalawat beriring dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan yang baik pada umat manusia sehingga kelak kita mendapat syafa’atNya di kemudian hari. Amin.

Penyelesaian tugas akhir yang penulis lakukan ini tak lepas dari dorongan moril maupun materil dari kedua orang tua penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda penulis, Abdul Aziz Nasution dan Ibunda penulis, Rukiyah Saragih karena dengan doa, motivasi dan kepercayaan mereka kepada penulis maka dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bimbingan dan petunjuk dari dosen pembimbing dan pihak lain, maka sulit bagi penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi


(5)

3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, selaku Dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh staf PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ad Ibu Kartini Nst. Akhirnya penulis berharap semoga ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pembaca.

Medan, Juni 2009

Penulis

Sri Rezeki Nasution


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 3

1. ... Jadw al Survey/Observasi ... 4

2. ... Renc ana Isi ... 6

BAB II : PROFIL PT. PLN (PERSERO)WILAYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Perusahaan... 7

B. Struktur Organisasi ... 10

C. Uraian Tugas ... 11

D. Kinerja Usaha Terkini ... 16


(7)

BAB III : TOPIK PENELITIAN

A. Pengertian Kas ... 17

B. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern Kas ... 18

C. Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas Perusahaan ... 20

D. Unsur-unsur Pengawasan Intern Kas ... 23

E. Pengawasan Intern Penerimaan Kas Perusahaan ... 24

F. Pengawasan Intern Pengeluaran dan Penerimaan Perusahaan ... 27

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB II

PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

A. Sejarah Ringkas Perusahaan

1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965

Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada di wilayah Indonesia Tahun 1893 didaerah batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan yang sekarang ada di Jl. Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NVIWM) Brastagih dan Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931) milik Gemeente – Kotapraja, Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur orgnisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.

Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diseluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini


(9)

Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu,maka dengan Penetapan Pemerintah NO. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945.

Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Lisrik Negara Distributor Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli)yang mula – mula dikepalai R.Sukarno (merangkap kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PPUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Ekploitasi. Tahun 1965, PBU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No. 9/PRT/64 DAN Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Ekploitasi. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I.

2. Perubahan dari Eksploitasi I Sampai Wilayah II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Ekploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS s009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Sibolga, P.Siantar (Berkedudukan di Tebing Tinggi). PP No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum


(10)

Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.

3. Perubahan Perum menjadi Persero

Setelah di keluarkannya peraturan pemerintah No. 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi listrik yang terus meningkat dewasa ini. Pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak harus mampu menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur Internasional, dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center. Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggungjawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

4. Pemisahan Wilayah, Perkembangan dan Penyaluran

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi


(11)

pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa-masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang dipisah dari PT PLN (Persero) Wilayah II, maka fungsi- fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PT PLN (Persero) Wilayah II terpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Berubah Menjadi PT PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang digunakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah berbentuk garis staff, dimana kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis, bagian masing-masing dan bertanggung jawab pada bagian yang paling tinggi. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran I.


(12)

C. Uraian Tugas

1. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, system manajemen kinerja, perencanaan investasi, dan pengembangan aplikasi system informasi, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga yang memiliki efisiensi mutu kendali yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.

a. Menyusun rencana umum wilayah:

1. RUPLTL (Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik)

2. RJP (Rencana Jangka Panjang)

3. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) bersama bidang-bidang

terkait

4. Rencana Pengembangan Sistem Ketenagalistrikan

b. Menyusun system manajemen unit-unit kerja

c. Menyusun metode evaluasi kelayakan investasi dan melakukan penilaian

finansialnya

d. Menyusun program pengembangan aplikasi system informasi

1. Rencan pengembangan aplikasi 2. SOP Pengelolaan aplikasi

e. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

f. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik


(13)

2. Bidang Teknik

Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi, standarisasi dan penerapan system pengelolaan jaringan distribusi serta penerapan manajemen lingkungan dan keselamatan ketengalistrikan untuk mendukung upaya pencapaian sasaran dan ketersedian kerangka acuan pelakanaan kerja.

a. Menyusun dan membina penerapan system pengolaan jaringan distribusi: 1. Strategi pengoperasian dan pemeliharaan

2. Standar operasi dan pemelihraan serta standar penerapan dan pengujian

peralatan

3. Standar desain dn criteria knstruksi 4. Manajemen pengadaan dan perbekalan

5. Pengendalian Susut energy Listrik dan gangguan serta Usulan perbaikan 6. Ketentuan data induk jaringan distribusi

b. Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta

membina penerapannya

c. Menyusun kebijakan dan membina penerapan manajemen lingkungan dan

keselamatan ketenagalistrikan

d. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya

e. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

f. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik


(14)

3. Bidang Niaga

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan serta transaksi pembelian tenaga listrik yang memberikan nilai tambah pada perusahaan: serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan terciptanya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.

a. Menyusun:

1. Ketentuan dan strategi pemasaran

2. Rencana penjualan energy dan rencana pendapatan b. Mengevaluasi harga jual energy listrik

c. Menghitung biaya penyediaan tenaga listrik d. Menegosiasi harga jual-beli tenaga listrik e. Menyusun:

1. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan 2. Standard an produk pelayanan;

3. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS) 4. Konsep kebijakan system informasi pelayanan pelanggan

f. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu antara

lain TNI/POLRI dan instansi vertical

h. Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana

penyempurnaannya


(15)

j. Menyusun rencana pengembangan usah baru serta pengaturannya

k. Membuat usulan RKAP bersama dengan Bidang Perencanaan dan bidang

lainnya

l. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

m. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik

n. Menyusun laporan manajemen dibidangnya

4. Bidang Sumber Daya Manusia dan Administrasi

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajemen SDM dan organisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan industrial; pengelolaan administrasi kesekretariatan, komunikasi masyarakat dan hukum; dan pengelola keamanan, sarana dan prasarana kantor serta pembinaan lingkungan untuk mendukung kelancaran kerja organisasi.

a. Mengelola:

1. Pengembangan organisasi dan manajemen

2. Pengembangan sumber daya manusia

3. Manajemen sumber daya manusia

4. Administrasi dan data kepegawaian b. Membina hubungan industrial

c. Mengelola:

1. Sertifikasi asset

2. Dokumentasi dan perpustakaan


(16)

d. Mengelola:

1. Komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan

2. Pasilitas dan prasarana kerja

3. Sistem keamanan dan pengamanan kantor

e. Mengelola program bina/peduli lingkungan

f. Melakukan advokasi hokum dan peraturan-peraturan perushaan

g. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya

h. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

i. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik

j. Menyusun laporan manajemen dibidangnya

5. Audit Internal

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan audit internal sesuai program kerja pemeriksaan tahunan dan pemantauan tindak lanjut hasil temuan, pembinaan dan penyempurnaan system manajemen dan opersioanal untuk mendukung terlaksananya tata kelola perusahaan yang baik.

a. Menyusun program pemeriksaan tahunan sesuai program kerja perusahaan

b. Melaksanakan audit internal yang meliputi audit keuangan, teknik dan

manajemen dan SDM

c. Memberikan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses manajemen

dan operasional

d. Memonitori tindak lanjut temuan hasil audit internal


(17)

D. Kinerja Usaha Terkini

Adapun Kinerja Usaha Terkini yang telah dicapai oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah:

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menjalin kerjasama dengan

PT. INALUM untuk mengatasi Defisit Produksi Listik.

2. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada saat ini telah mampu

meminimalisir Pencurian Arus Listrik dengan mengadakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

E. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada tahun 2009 adalah meningkatkan jumlah pasokan listrik, menjadi kerja sama dengan instansi-instansi dan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada konsumen.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, dunia usaha semakin berkembang diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin ketat pula. Hal ini terlihat dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan, baik perusahaan nasional milik pemerintah, perusahaan swasta nasional maupun swasta milik asing.

Semakin berkembangnya satu perusahaan, dimana ruang lingkupnya semakin besar dan kompleks menyebabkan manajemen tidak lagi terikat langsung dalam setiap unit kegiatan yang ada didalam perusahaan. Oleh karena itu diperlukan satu sistem pengawasan yang efektif dan terpadu yang nantinya diharapkan dapat membantu manajemen dalam rangka mempertahankan kelangsungan jalan perusahaan serta meningkatkan efektifitasnya.

Setiap perusahaan memerlukan adanya prinsip akuntansi yang baik, terutama dalam pengelolaan kas . Kas sangat mempengaruhi transaksi dalam perusahaan. Oleh karena itu pengunaannya harus secara optimal. Optimal dalam arti kata dapat menjaga keseimbangan antara jumlah yang cukup untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan dan menghindari kas yang menganggur. Kas merupakan aktiva lancar yang paling mudah diselewengkan, maka itu diperlukan


(19)

Suatu sistem pengawasan intern yang baik akan menghasilkan informasi yang benar dan dapat diterima oleh karyawan dan pimpinan perusahaan serta mampu memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan aktiva yang perlu diawasi. Untuk menciptakan suatu sistem pengawasan yang yang baik bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi hal tersebut diusahakan agar aktifitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

Pengawasan kas merupakan salah satu unsur pokok internal perusahaan yang perlu mendapat perhatian serius. Pengawasan bagi suatu perusahaan juga merupakan alat untuk mengukur keberhasilan atas aktifitas yang telah dilaksanakan dan sekaligus juga mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan apabila terjadi penyimpangan.

Seperti halnya pada PT .PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, bahwa kas yang dimiliki perusahaan ini sulit dikendalikan pengolahaannya secara efektif dan efisien. Ditambah lagi bila keadaan perekonomian negara kurang baik, sehingga tidak mendukung operasional perusahaan tersebut.

Dengan dilandasi alasan dan pertimbangan diatas, maka penulis bermaksud meneliti dan mengevaluasi secara langsung untuk dapat mengetahui sejauh mana pengawasan intern kas yang dilaksanakan oleh perusahaan . Untuk itu penulis mengambil judul “ Sistem Pengawasan Intern Kas pada PT . PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ”.


(20)

B . Rumusan Masalah

Penagawasan Intern Kas seringkali diabaikan oleh sebagian perusahaan untuk mendukung operasi perusahaan. Berdasarkan alasan itu maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, “Sejauh mana Sistem Pengawasan Intern Kas baik dari segi operasional maupun segi pembukuan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan serta kebijaksanaan intern kas yang ditempuh oleh PT . PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih jauh mengenai Sistem Pengawasan

Intern Kas yang dilakukan oleh PT . PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. Untuk dapat melihat dan memahami secara langsung bagaimana praktek

pelaksanaan Pengawasan Intern Kas pada PT . PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan kebijakan dan masukan bagi PT . PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara dalam menentukan kebijaksanaan “ Sistem Pengawasan Intern Kas ” pada masa yang akan datang sehingga perusahaan menjadi lebih baik.


(21)

b. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis untuk membandingkan teori-teori yang dipelajari selama perkuliahan dengan masalah yang dihadapi langsung oleh perusahaan.

c. Sebagai bahan informasi, referensi, dan perbandingan bagi pihak-pihak lain yang akan membahas dan mempelajari penulisan dan penelitian “ Sistem Pengawasan Intern Kas ” pada masa yang akan datang.

D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Survey/Observasi

Survey/observasi dilakukan setelah peneliti selesai mengikuti magang di Fakultas Ekonomi USU. Berikut ini akan diuraikan jadwal survey peneliti.

Hari/tanggal Kegiatan Senin/16 maret 2009

Rabu/25 Maret 2009

Jumat/27 maret 2009

Rabu-Kamis/5-6April 2009

Mengajukan permohonan surat keterangan SKS bersih untuk pengesahan penulisan tugas akhir.

Mengajukan surat permohonan judul.

Mengajukan surat permohonan dosen pembimbing.


(22)

Sabtu/04 April 2009

Kamis/16 April 2009

Selasa/21 April 2009

Rabu/22 April 2009

Sabtu-Minggu/25-26 April 2009

Senin/27 April 2009

Mengajukan permohonan pembuatan surat riset.

Memasukkan surat riset ke PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Mengambil surat balasan persetujuan riset dari PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara di bagian personalia dan meminta lampiran struktur organisasi serta uraian tugas pada masing-masing bagian.

Mencari buku-buku literatur yang mendukung judul tugas akhir dan mencari sejarah PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Mengetik Bab II.

Mengamati sistem pengawasan intern kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, melakukan wawancara dengan karyawan di Bagian Administrasi untuk mengambil bukti pembayaran dan penerimaan kas dan mengetik Bab III dan Bab IV.


(23)

2. Rencana Isi

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan.

BAB II : PROFIL PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara

Pada bab ini diuraikan sejarah berdirinya PT. PLN, struktur organisasi, uraian tugas, kinerja usaha terkini, dan rencana kegiatan.

BAB III : TOPIK PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian tentang sistem pengawasan intern kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dan membandingkannya dengan teori yang didapat dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan topik penelitian.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini diuraikan kesimpulan-kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah pada BAB I dan peneliti juga memberikan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan.


(24)

BAB III

TOPIK PENELITIAN

A. Pengertian Kas

Kas adalah komponen aktiva yang paling aktif dan sangat mempengaruhi setiap transaksi yang terjadi. Hal ini dikarenakan setiap transaksi memerlukan suatu dasar pengukuran yaitu kas. Bahkan walaupun perkiraan kas tidak langsung terlibat dalam transaksi tersebut, besarnya nilai transaksi tetap diukur dengan kas.

Dalam kehidupan sehari-hari, kas hanya diartikan sebagai mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran dan alat pertukaran. Berdasarkan pengertian akuntansi, kas meliputi uang dan alat pembayaran lain yang disamakan dengan uang atau pembayaran untuk mempermudah jalannya suatu transaksi. Disamping itu, kas juga merupakan suatu aktiva yang mudah diselewengkan dan digunakan dengan semestinya oleh karyawan, karena kas merupakan aktiva yang paling mudah dipindah tangankan. Banyak transaksi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja, melainkan meliputi semua jenis aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.

Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007) bahwa:

“Kas terdiri dari saldo kas (cash and hand) dan rekening giro setara kas (cash equipment) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid berjangka pendek dan


(25)

yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan-perubahan yang signifikan”.

Melihat pengertian kas yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia di atas dapat dikatakan bahwa kas merupakan alat pembayaran paling lancar untuk kegiatan transaksi perusahaan dan oleh sebab itu pengelolaan kas dalam perusahaan sangat penting. Bila pengelolaan kas tidak dilakukan dengan baik maka kemungkinan besar mengakibatkan terjadinya kerugian. Dengan alasan itulah maka para pemimpin perusahaan berupaya menciptakan suatu Pengawasan Intern Kas dalam perusahaannya.

B. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern Kas 1. Pengertian Pengawasan Intern Kas

Pada awalnya pengawasan intern dipandang sebagai permasalahan pengecekan intern atau internal check yang hanya menyangkut segi teknik pembukuan yang dapat menjamin ketelitian dan kecermatan data perusahaan maupun pelaksanaannya, dan kalau ditemui kelemahannya maka dilakukan pemeriksaan atau prosedur-prosedur tambahan.

Menurut Committee of Sponsor Organisasi of The Tread Way Commission (COSO), dalam laporannya yang berjudul Internal Control Integrated Framework bahwa: “Pengawasan intern adalah suatu sistem yang diharapkan dapat mengawasi dan mengendalikan semua tingkat kegiatan dalam suatu perusahaan, berusaha untuk mengikuti perubahan yang ada dalam dunia usaha yang semakin lama semakin banyak dan kompleks”.


(26)

Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002)

“Pengawasan Intern meliputi organisasi serta semua metode ketentuan yang terkoordinir yang dianut oleh suatu perusahaan untuk melindungi harta hak milik

perusahaan, men-check kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan”. Dari dua definisi diatas dapat didefinisikan bahwa pengawasan intern adalah kegiatan perusahaan dalam mengadakan pengawasan terhadap struktur organisasi, prosedur-prosedur keuangan, dan pencatatan-pencatatan guna mendapatkan kecermatan dan ketelitian pada data akuntansi, tindakan yang efisien dan efektif serta dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Pengawasan Intern Kas

Dalam melakukan pengawasan intern terhadap kas dan untuk mencapai tujuan pengawasan intern kas harus diketahui sifat-sifat khusus dari kas dan tindakan yang mungkin terjadi untuk menggelapkan uang tersebut. Adapun tujuan yang harus dicapai dari pelaksanaan Sistem Pengawasan Intern Kas adalah:

a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan kas.

b. Membuktikan keberadaan kas yang tercantum di dalam neraca. c. Membuktikan kewajaran penyajian kas yang tercantum dineraca. d. Membuktikan kemungkinan terjadinya penggelapan terhadap kas.

Melihat kebenaran dan bukti-bukti akurat yang diperoleh dari pelaksanaan pengawasan intern perusahaan di dalam mengamankan aktiva khususnya kas, dan


(27)

dipatuhinya keputusan-keputusan atau kebijaksanaan manajemen. Selaras dengan upaya pencapaian tujuan pengawasan intern kas oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, maka dalam hal ini perusahaan menerapkan sistem pengawasan intern kas dengan unsur-unsur yang lengkap yang dikaitkan dengan sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas serta akuntansi kas yang diterapkan perusahaan. Tercapainya tujuan sistem pengawasan intern kas, dapat dilihat dari tingkat keamanan harta perusahaan, ketelitian, dan keandalan data akuntansi, meningkatnya efisiensi operasi perusahaan serta semakin dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

C. Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas Perusahaan

Sumber Penerimaan Kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara digolongkan atas 2 bagian yaitu :

1. Pendapatan Operasi

Pendapatan Operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari :

a. Pendapatan Usaha

Pendapatan Usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan tenaga listrik kepada pelanggan. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan tenaga listrik kepada pelanggan terdiri dari biaya beban dan biaya pemakaian. Biaya beban adalah biaya tetap yang dibayar oleh pelanggan sesuai dengan golongan tarif dan besarnya daya tersambung. Biaya pemakaian adalah biaya yang terpakai habis selama periode berjalan sesuai dengan golongan tarif dan biaya pemakaian.


(28)

b. Pendapatan Biaya Penyambungan

Pendapatan Biaya Penyambungan adalah pendapatan yang diperoleh dari biaya penyambungan tenga listrik kepada pelanggan. Besarnya tarif yang dikenakan dalam penyambungan tenaga listrik kepada pelanggan untuk menyambung arus listrik berbeda sesuai dengan kelompok tarif. Adapun pada perusahaan ini adalah :

1. Rumah Tangga, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyabung tenaga listrik adalah Rp. 297/kwh

2. Bisnis, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyambung tenaga listrik adalah Rp. 592/kwh

3. Industri, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyambung tenaga listrik

adalah Rp. 455/kwh

4. Sosial, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyambung tenaga listrik adalah Rp. 361/kwh

5. Pemerintah, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyambung tenaga listrik adalah Rp. 547/kwh

6. Multi guna, besarnya tarif yang dikenakan untuk menyambung tenaga listrik adalah Rp. 517/kwh

c. Pendapatan Pengganti Peralatan

Pendapatan Penggantian Peralatan adalah pendapatan yang diperoleh dari penggantian peralatan listrik yamg rusak. Misalnya penggatian Kwh meter rusak, maka pelanggan dikenakan biaya material terhadap penggantian tersebut.


(29)

2. Pendapatan di Luar Operasi

Pendapatan di Luar Operasi adalah pendapatan yang diperoleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dari kegiatan diluar operasi perusahaan, yaitu meliputi :

a. Jasa Giro

Jasa Giro adalah pendapatan yang diperoleh dari bunga uang yang ditabung di bank.

b. Biaya Keterlambatan

Biaya Keterlambatan adalah pendapatan yang diperoleh dari denda-denda yang dikenakan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara kepada para pelanggan yang terlambat melakukan pembayaran listrik. Jika pelanggan terlambat membayar sampai tanggal 20 setiap bulannya, maka PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara akan memutuskan aliran listrik sementara sampai pelanggan melunasi pembayaran rekening listrik tersebut.

c. Pekerjaan Diberikan Pihak Ketiga

Pekerjaan diberikan pihak ketiga adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari pihak ketiga yang memberikan pekerjaan. Contohnya, Pemerintah Daerah Sumatera Utara ingin mengadakan pelebaran jalan disekitar Jl. Gajah Mada, dimana ditepi jalan tersebut terdapat beberapa tiang listrik yang dapat menghalangi pelebaran jalan tersebut. Pemerintah Darah Sumatera Utara memberikan uang sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk biaya penggeseran tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai maka diperhitungkan biaya yang terpakai hanya sekitar Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah),


(30)

maka pendapatan yang diperoleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

d. Pendapatan Penjualan Aktiva Tidak Terpakai

Pendapatan Penjualan Aktiva Tidak Terpakai adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva yang tidak beroperasi lagi. Contohnya, penjualan mobil yang telah rusak.

e. Subsidi Pemerintah

Subsidi Pemerintah adalah pendapatan yang diperoleh dari bantuan yang diberikan pemerintah.

D. Unsur-unsur Pengawasan Intern Kas

Untuk menjamin pengawasan intern kas berjalan dengan baik, seorang manajer haruslah mengetahui unsur-unsur atau elemen-elemen pengawasan intern kas tersebut. Suatu pengawasan intern kas yang memuaskan bukan hanya diperoleh dari suatu sistem yang dikoordinasi, akan tetapi juga karena prosedur yang dapat dipercaya dengan biaya yang relatif rendah. Unsur-unsur pengawasan intern kas menurut (Mulyadi, 2001) terdiri dari :

1. Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan

yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi


(31)

E. Pengawasan Intern Penerimaan Kas Perusahaan 1. Prosedur Penerimaan Kas

Pada setiap perusahaan, prosedur penerimaan kas mempunyai peranan yang sangat penting karena kas merupakan salah satu faktor utama jalanya kegiatan perusahaan. Prosedur penerimaan kas melibatkan beberapa bagin dalam perusahaan agar transaksi kas tidak terpusat pada satu bagian saja, hal ini perlu agar dapat memenuhi prinsip-prinsip pengawasan intern kas. Adapun badian-bagian yang terlibat dalam prosedur penerimaan kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah Bagian Administrasi, Seksi Anggaran dan Keuangan, dan Akuntansi.

a. Bagian Administrasi

Bagian Administrasi bertugas menerima semua surat yang diterima perusahaan. Surat-surat yang berisikan penerimaan kas harus dipisahkan dari surat lainnya.

b. Seksi Anggaran dan Keuangan

Semua penerimaan kas harus disetor ke Seksi Anggaran dan Keuangan kecuali yang langsung ke bank.

c. Seksi Akuntansi

Seksi Akuntansi mempunyai fungsi melakukan pencatatan transaksi penerimaan kas dan memasukkan transaksi tersebut ke program. Selain itu Seksi Akuntansi juga harus membuat pembukuan tahunan neraca. Adapun Bagan Prosedur Penerimaan Kas PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran II.


(32)

2. Pengawasan Intern Penerimaan Kas

Setiap perusahan mempunyai sumber penerimaan kas, baik yang bersifat rutin maupun tidak. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka dpat dipastikan bahwa semua penerimaan kas sudah dicatat, diklasifikasikan secara tepat dan akurat dengan didukung buktipenerimaan kas. Untuk setiap penerimaan kas memuat:

a. Berapa jumlah uang yang diterima b. Tanggal penerimaan

c. Transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu

d. Nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran

e. Nama orang atau perusahaan yang menerima kas

Seperti halnya pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, bukti penerimaan kas dibuat dalam rangkap tiga yaitu:

1. Lembar pertama untuk Seksi Akuntansi.

2. Lembar kedua untuk Seksi Anggaran dan Keuangan. 3. Lembar ketiga untuk Kasir.

Untuk dapat mengawasi penerimaan kas perlu adanya pemisahan fungsi pencatat dan pengelola kas. Adapun tujuan dari pengawasan intern atas penerimaan kas adalah:

a. Untuk menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar diterimadan dicatat


(33)

b. Untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang diterima , yang dimiliki oleh perusahaan untuk menciptakan pengawasan intern kas yang baik.

Dalam pengawasan intern penerimaan kas, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan pemisahan fungsi pencatat dan pengola kas, serta membuat laporan penggunaan kas setiap harinya yang dilakukan oleh seksi Anggaran dan Keuangan, dan Seksi Akuntnsi. Untuk pengawasan harus disesuaikan dengan keadaan khusus dari suatu perusahaan, pada umumnya sistem pengawasan intern kas menolak praktek pencatatan kas dan penanganan uang kas berada dalam satu tangan. Kemungkinan besar untuk menyalahgunakan kas untuk sebagian besar dapat dikurangi apabila dua atau lebih pegawai bekerjasama untuk melawan maksud-maksud penggelapan uang kas. Dengan diadakannya pemeriksaan intern kas dalam selang waktu yang tidak teratur, dapat mendorong pegawai melakukan pekerjaannya dengan benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara analisa, penilaian rekomendasi dan komentar-komentar terhadap kinerja perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan.


(34)

F. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas Perusahaan 1. Prosedur Pengeluaran Kas

Rangkaian prosedur pengeluaran kas pda PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagian yang membutuhkan dana

Membuat surat permohonan kepada Bagian Administrasi untuk mengeluarkan dana, disertai dengan rincian penggunaan dana.

b. Bagian Administrasi

Menyampaikan permohonan ke PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

c. Seksi Anggaran dan Keuangan

Memeriksa kebenaran perhitungan sah atau tidaknya permintaan pembayaran dan melengkapi daftar yang akan dibayar, menulis cek atau giro tersebut, kemudian menyerahkannya kepada pihak yang dibayar.

d. Seksi Akuntansi

Mencatat transaksi-transaksi yang terjadi dan memasukkannya ke program. Adapun Bagan Alir Prosedur Pengeluaran Kas PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran III.

2. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan pengawasan intern penerimaan kas, pengawasan intern pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga todak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan adanya


(35)

penerapan sistem pengawasan yang memuaskan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas dan benar telah dibukukan seta adanya persetujuan dari yang berwewenang.

Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, pengeluaran kas dapat berupa cek (untuk pihak intern), serta dana kas kecil dengan metode Fruktruated Fund System yang dikelola oleh kasir dalam Seksi Anggaran dan Keuangan. Tetapi dana kas kecil jarang sekali dipergunakan karena PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selalu melakukan pengeluaran kas dalam jumlah besar dengan menggunakan cek atau giro.

Bukti pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dibuat dalam rangkap empat yaitu:

a. Lembar pertama untuk Seksi Akuntansi

b. Lembar Kedua untuk Seksi Anggaran dan Keuangan

c. Lembar ketiga untuk Kasir


(36)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerimaan kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara melibatkan

beberapa bagi yaitu Bagian Administrasi, Seksi Anggaran dan Keuangan, dan Seksi Akutansi untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap kas.

2. Pengeluaran kas padaPT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

menggunakan cek dan giro.

3. Penerimaan kas setiap harinya disetor ke bank oleh Seksi Anggaran dan

Keuangan dn menyerahkan bukti setor bank pada Seksi Akuntansi untuk dapat dicek kebenarannya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikn saran yang mungkin berguna untuk diterapkan :

1. Hendaknya perusahaan rutin mengadakan kas opname agar kasir sebagai

pengola kas kecil tidak dapat menyalahgunakan kas perusahaan.

2. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat dan transparansi terhadap kas kecil yang dikelola kasir sebaiknya perusahaan membentuk bagian pemeriksa/intenal auditor.


(37)

3. Semua bukti pengeluaran dana kas harus diketik agar terhindar dari penyalahgunaan dan perusahaan.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donal E dan Jerry J, Weygandt, 2001, Akuntansi Intermedite, Edisi kesepuluh Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, cetakan ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso, SR, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi kelima, Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.


(1)

b. Untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang diterima , yang dimiliki oleh perusahaan untuk menciptakan pengawasan intern kas yang baik.

Dalam pengawasan intern penerimaan kas, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan pemisahan fungsi pencatat dan pengola kas, serta membuat laporan penggunaan kas setiap harinya yang dilakukan oleh seksi Anggaran dan Keuangan, dan Seksi Akuntnsi. Untuk pengawasan harus disesuaikan dengan keadaan khusus dari suatu perusahaan, pada umumnya sistem pengawasan intern kas menolak praktek pencatatan kas dan penanganan uang kas berada dalam satu tangan. Kemungkinan besar untuk menyalahgunakan kas untuk sebagian besar dapat dikurangi apabila dua atau lebih pegawai bekerjasama untuk melawan maksud-maksud penggelapan uang kas. Dengan diadakannya pemeriksaan intern kas dalam selang waktu yang tidak teratur, dapat mendorong pegawai melakukan pekerjaannya dengan benar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara analisa, penilaian rekomendasi dan komentar-komentar terhadap kinerja perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan.


(2)

F. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas Perusahaan 1. Prosedur Pengeluaran Kas

Rangkaian prosedur pengeluaran kas pda PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagian yang membutuhkan dana

Membuat surat permohonan kepada Bagian Administrasi untuk mengeluarkan dana, disertai dengan rincian penggunaan dana.

b. Bagian Administrasi

Menyampaikan permohonan ke PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

c. Seksi Anggaran dan Keuangan

Memeriksa kebenaran perhitungan sah atau tidaknya permintaan pembayaran dan melengkapi daftar yang akan dibayar, menulis cek atau giro tersebut, kemudian menyerahkannya kepada pihak yang dibayar.

d. Seksi Akuntansi

Mencatat transaksi-transaksi yang terjadi dan memasukkannya ke program. Adapun Bagan Alir Prosedur Pengeluaran Kas PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran III.

2. Pengawasan Intern Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan pengawasan intern penerimaan kas, pengawasan intern pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga todak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan adanya


(3)

penerapan sistem pengawasan yang memuaskan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas dan benar telah dibukukan seta adanya persetujuan dari yang berwewenang.

Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, pengeluaran kas dapat berupa cek (untuk pihak intern), serta dana kas kecil dengan metode Fruktruated Fund System yang dikelola oleh kasir dalam Seksi Anggaran dan Keuangan. Tetapi dana kas kecil jarang sekali dipergunakan karena PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selalu melakukan pengeluaran kas dalam jumlah besar dengan menggunakan cek atau giro.

Bukti pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dibuat dalam rangkap empat yaitu:

a. Lembar pertama untuk Seksi Akuntansi

b. Lembar Kedua untuk Seksi Anggaran dan Keuangan c. Lembar ketiga untuk Kasir


(4)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerimaan kas pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara melibatkan beberapa bagi yaitu Bagian Administrasi, Seksi Anggaran dan Keuangan, dan Seksi Akutansi untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap kas. 2. Pengeluaran kas padaPT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

menggunakan cek dan giro.

3. Penerimaan kas setiap harinya disetor ke bank oleh Seksi Anggaran dan Keuangan dn menyerahkan bukti setor bank pada Seksi Akuntansi untuk dapat dicek kebenarannya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikn saran yang mungkin berguna untuk diterapkan :

1. Hendaknya perusahaan rutin mengadakan kas opname agar kasir sebagai pengola kas kecil tidak dapat menyalahgunakan kas perusahaan.

2. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat dan transparansi terhadap kas kecil yang dikelola kasir sebaiknya perusahaan membentuk bagian pemeriksa/intenal auditor.


(5)

3. Semua bukti pengeluaran dana kas harus diketik agar terhindar dari penyalahgunaan dan perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donal E dan Jerry J, Weygandt, 2001, Akuntansi Intermedite, Edisi kesepuluh Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, cetakan ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso, SR, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi kelima, Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.