Proses Pengadaan Barang/Jasa Pada PT. Pln (Persero) Wilayah Sumatera Utara

(1)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

PROSES PENGADAAN BARANG/JASA PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

PUTRI ZHAFIRAH LUBIS 122101235

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

i Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Proses Pengadaan Barang/Jasa pada PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan.

4. Bapak / Ibu Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi perkuliahan.


(4)

ii

6. Teristimewa untuk Ayah saya, Alm. H. E. Azwin Lubis, S.E yang belum sempat melihat penulis menyelesaikan studi perkuliahan, terimakasih atas doa-doa yang tulus hingga nafas terakhir. Ibu saya, Hj. Neng Sonya Yana, S.H yang telah membesarkan dan mendidik serta memberikan bimbingan, dorongan, semangat, nasihat dan doa sehingga penulis berhasil menyusun Tugas Akhir dan menyelesaikan studi perkuliahan.

7. Teristimewa untuk Abang saya Rizky Prima Lubis, S.E Ak CA M.M dan Kakak saya Khartika Amrizali Nst, S.H dan Fildzah Hanifati, S.Kom yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teristimewa untuk orang terdekat saya Muhammad Hendy, S.Ked dan sahabat saya Nurul, Airin, Nadia, Shogi, Alpi, Datuk, Lia dan teman-teman D-III Manajemen Keuangan yang selalu memberikan semangat sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga memperoleh balasan yang berlipat ganda dari-Nya, dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.

Medan, 08 Juli 2015 Penulis

Putri Zhafirah Lubis NIM : 122101235


(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Perusahaan ... 4

B. Kinerja Terkini. ... 10

C. Struktur Organisasi ... 11

D. Uraian Pekerjaan ... 12

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa ... 30

B. Jenis Kebutuhan Barang dan Jasa ... 31

C. Pengertian Barang dan Jasa ... 32

D. Prinsip-Prinsip Pengadaan ... 33

E. Etika Pengadaan Barang dan Jasa PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ... 35

F. Kebijakan Umum Pengadaan Barang dan Jasa PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ... 36

G. Pihak Yang Terkait Proses Pengadaan Barang dan Jasa di PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ... 37

H. Persyaratan Panitia Pelaksana Pengadaan Barang dan Jasa di PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara…... 38

I. Proses Pengadaan Barang dan Jasa di PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara... 40

1) Penetapan Pengadaan I... 40

2) Penetapan Pengadaan II... 43

3) Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya... 45

4) Sistem Pengadaan Jasa Konsultasi... 50

5) Metode Penyampaian Dokumen Penawaran... 51

6) Penetapan Pemenang Pengadaan... 59


(6)

iv DAFTAR PUSTAKA


(7)

v

No. Judul Halaman Gambar 2.3 Struktur Organisasi ... 14 Gambar 3.1 Proses Pengadaan Barang dan Jasa PT.PLN (Persero) Wilayah


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu (Setiadi, 2009). Setiap badan usaha pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba yang tinggi sebagai sumber pembiayaan yang optimal bagi kelangsungan hidup lembaga atau instansi tersebut. Untuk memperoleh laba demi kelangsungan hidup perusahaan terdapat tujuan-tujuan lain, seperti perkembangan, prestise, servis dan diterimanya badan usaha tersebut dalam kehidupan masyarakat. Sehingga para pengelola perusahaan akan selalu berusaha bertindak secara profesional dan berusaha untuk terus mengembangkan inovasi-inovasi yang berbeda dalam rangka mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dalam praktiknya harus dilandasi dengan konsep-konsep manajemen yang memang sudah berlaku secara universal.

Pada masyarakat modern, pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan cerdas apakah itu untuk keperluan diri sendiri, rumah tangga, kelompok masyarakat, perusahaan ataupun keperluan pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Jadi jelas bahwa pengadaan barang/jasa perusahaan yang sehat, dimulai dari saat perencanaan, proses pemilihan penyedia barang/jasa, dan pelaksanaan kontrak, akan membuat perusahaan tersebut berkembang dan lebih maju.


(9)

berbagai bangunan, gedung perkantoran, alat tulis dan sebagainya yang dilaksanakan di sebuah perusahaan. Kegiatan pengadaan barang dan jasa yang sering ditenderkan ini sebenarnya bukan hanya terjadi di BUMN dan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Pengadaan barang dan jasa bisa terjadi pada instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau instansi pemerintah akan barang atau jasa yang dapat menunjang kinerjanya. Selain itu, kegiatan pengadaan barang dan jasa juga diharapkan mampu meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, meningkatkan peran serta usaha kecil dan menengah termasuk koperasi, dan menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional (Rizky, 2011:2)

PT PLN (persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan Badan Usaha Milik Negara mempunyai kewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam tugasnya sebagai salah satu Perusahaan Listrik Negara yaitu menyalurkan energi listrik melalui pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Gardu Induk untuk penyaluran energi listrik kepada masyarakat masyarakat. Kegiatan pengadaan barang dan jasa pada perusahaan ini memiliki sebuah proses yang sangat panjang. Oleh karena itu proses tersebut harus diterapkan secara terpadu, sistematis, dan lebih jelas sehingga dapat menunjang segala kegiatan yang ada di perusahaan.

Dengan latar belakang pemikiran yang sedemikian ditambah dengan keinginan penulis untuk mendalami pengetahuan mengenai proses pengadaan barang/jasa di suatu perusahaan, maka dari itu dipilih judul mengenai “Proses Pengadaan Barang/jasa pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara”


(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana proses dan tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk menganalisis proses pengadaan barang/jasa pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memperluas wawasan penulis mengenai proses pengadaan barang/jasa pada salah satu Badan Usaha Milik Negara yaitu PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dan sekaligus merupakan kesempatan bagi penulis untuk memaparkannya secara tertulis.

2. Bagi Instansi Terkait

Sebagai informasi mengenai ulasan tata cara pengadaan barang/jasa pada perusahaannya.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian objek maupun masalah yang sama pada masa yang akan datang.


(11)

4 BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada di wilayah Indonesia Tahun 1893 didaerah batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan yang sekarang ada di Jl. Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NVIWM) Brastagih dan Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931) milik Gemeente – Kotapraja, Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur orgnisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu. Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diseluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu,maka dengan Penetapan Pemerintah NO. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan


(12)

Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945.

Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Lisrik Negara Distributor Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli)yang mula – mula dikepalai R.Sukarno (merangkap kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PPUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Ekploitasi. Tahun 1965, PBU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No. 9/PRT/64 DAN Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Ekploitasi. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Ekploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS s009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Sibolga, P.Siantar (Berkedudukan di Tebing Tinggi). PP No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.

Setelah di keluarkannya peraturan pemerintah No. 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi listrik yang terus


(13)

meningkat dewasa ini. Pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak harus mampu menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur Internasional, dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center. Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggungjawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi Pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa-masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor 078.K/023/DIR/1996

Tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang dipisah dari PT PLN (Persero) Wilayah II, maka fungsi- fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PT PLN (Persero) Wilayah II terpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun


(14)

2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Berubah Menjadi PT PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara.

1.1 Logo PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara 1.1.1 Bentuk Logo

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PT. PLN (Persero) 1.1.2 Elemen Dasar Logo

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal


(15)

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Petir

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman


(16)

3. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya. 2.1Visi, Misi, Moto dan Tata Nilai PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera

Utara 2.1.1 Visi

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

2.1.2 Misi

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.


(17)

2.1.3 Motto

Motto Perusahaan ini adalah “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”.

2.1.4 Tata Nilai Perusahaan

Tata nilai PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berpedoman pada Tata Nilai Perusahaan yang ditetapkan oleh PLN Pusat meliputi sikap-sikap Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar (SIPP) yang dituangkan dalam Pedoman Perilaku/Code of Conduct (COC).

2.2 Jaringan Usaha Terkini

PT PLN (Persero) Sumatera Utara sesungguhnya merupakan representasi (gabungan) dari beberapa unit yang beroperasi secara bersama di wilayah kerja Propinsi Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat 6 unit PLN yang masing-masing memiliki fungsi spesifik yang saling melengkapi dalam satu sistem operasi ketenagalistrikan, yaitu:

1. PT PLN (Persero) Sumut dan Aceh, yang tugas utamanya melakukan pembangunan Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi serta Gardu Induk. 2. PT PLN (Persero Pembangkit Sumatera Bagian Utara), bertanggung jawab

atas pengoperasian serta pemeliharaan pembangkit untuk memproduksi tenaga listrik dalam jumlah besar yang bersumber dari pemanfaatan berbagai energi primer.

3. PT PLN (Persero) P3B Sumatera – Unit Pengatur Beban Sumatera Bagian Utara, bertugas menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah besar dari pusat


(18)

pembangkit listrik ke pusat beban melalui jaringan transmisi bertegangan tinggi, dan pengoperasian sistem tenaga listrik.

4. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, berfungsi mendistribusikan tenaga listrik dari Gardu Induk sampai ke tangan konsumen melalui Jaringan.

5. Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Gardu Distribusi dan Sambungan Rumah (SR).

6. PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan, menyediakan jasa pendidikan dan pelatihan bagi pegawai PLN maupun instansi lain diluar PLN yang membutuhkan.

Secara Umum PLN Regional Sumut ini melayani daerah yang meliputi 20 Kabupaten, dan 7 Kotamadya se-Propinsi Sumatera Utara. Dalam memberikan layanan PLN didukung oleh 7 unit Kantor Cabang, 11 Rayon, 50 Ranting, 4 Sub Ranting dan 114 Kantor Jaga.

2.3Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan yang ada. Struktur organisasi juga diharapkan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integritas secara efisien dari segenap kegiatan.


(19)

Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Nomor 257 .K/DIR/2014 Tentang Uraian Fungsi dan Tugas Pokok Pada Organisasi PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara terdiri dari:

1. General Manager

2. Bidang Perencanaan, terdiri dari:

a. Sub Bidang Perencanaan Perusahaan

b. Sub Bidang Perencanaan Sistem Kelistrikan c. Sub Bidang Teknologi Informasi

1. Sub Sub Bidang Operasi Infrastruktur dan Aplikasi Teknologi Informasi

2. Sub Sub Bidang Layanan Database 3. Bidang Distribusi

a. Sub Bidang Konstruksi

b. Sub Bidang Perencanaan Pola Operasi dan Pemeliharaan Sistem Distribusi

1. Sub Sub Bidang Pengelolaan Aset Distribusi

c. Sub Bidang Efisiensi, Pengukuran dan Mutu Sistem Distribusi 1. Sub Sub Bidang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik 2. Sub Sub Bidang Pengendalian Sistem Meter

4. Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan a. Sub Bidang Mekanisme Niaga b. Sub Bidang Administrasi Niaga

1. Sub Sub Bidang Manajemen Billing 2. Sub Sub Bidang Pengendalian Piutang


(20)

c. Sub Bidang Strategi Pemasaran d. Sub Bidang Revenue Assurance 5. Bidang Keuangan

a. Sub Bidang Anggaran b. Sub Bidang Keuangan

1. Sub Sub Bidang Pengelolaan Pendapatan 2. Sub Sub Bidang Verifikasi

3. Sub Sub Bidang Pembayaran 4. Sub Sub Bidang Pajak dan Asuransi c. Sub Bidang Akuntansi

1. Sub Sub Bidang Akuntansi Umum dan Biaya 2. Sub Sub bidang Akuntansi AT dan PDP 6. Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum

a. Sub Bidang Pengembangan SDM b. Sub Bidang Administrasi SDM

1. Sub Sub Bidang Pengelolaan Administrasi Pegawai 2. Sub Sub Bidang Pengelolaan Remunerasi dan Benefit c. Sub Bidang Hukum dan Hubungan Masyarakat

1. Sub Sub Bidang Bantuan Hukum

2. Sub Sub Bidang Hubungan MAsyarakat, Kemitraan dan Bina Lingkungan

d. Sub Bidang Administrasi Umum dan Fasilitas 1. Sub Sub Bidang Sekretariat


(21)

7. Audit Internal

Struktur Organisasi PT PLN Persero Wilayah SUMUT dapat kita lihat pada Gambar 2.3:


(22)

2.4 Tugas dan Fungsi Komponen Organisasi 1. General Manager

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis, pengelolaan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan, dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance (GCG) di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkitan (skala kecil) secara efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan.

2. Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) wilayah Sumatera Utara.

3. Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) wilayah Sumatera Utara dilaksanakan sesuai ketetapan direksi.

4. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan pembangkitan, penditribusian dan penjualan tenaga listrik wilayah Sumatera Utara.

5. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.

6. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitor dan mengendalikan pelaksanaannya.


(23)

7. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme niaga dan operasi yang telah ditetapkan direksi.

8. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen resiko wilayah Sumatera Utara.

9. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi. 10.Menetapkan Laporan Manajemen wilayah Sumatera Utara

2. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, sistem menajemen kinerja, perencanaan investasi, pengembangan aplikasi sistem informasi, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang memiliki efisiensi, mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.

a. Sub Bidang Perencanaan Perusahaan Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Memonitor lingkungan eksternal yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

2. Melaksanakan, koordinasi dan konsolidasi dalam penyusunan RJP dan RKAP.

3. Mengkoordinasikan penyusunan kebutuhan investasi (LKAI). 4. Membuat proyeksi keuangan untuk jangka menengan dan panjang. 5. Mereview penetapan target kinerja unit pelaksana.

6. Mengevaluasi permasalahan kinerja unit-unit pelaksana. 7. Membuat pedoman penilaian kinerja unit pelaksana.


(24)

8. Membuat laporan kinerja unit sesuai pedoman.

9. Mengidentifikasi dan mengumpulkan data pihak yang mempunyai potensi kerjasama.

10.Membuat laporan manajemen dan statistik. 11.Merencanakan pengembangan listrik pedesaan.

12.Menyusun laporan konsolidasi keuangan listrik pedesaan. 13.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Sub Bidang Perencanaan Sistem Kelistrikan Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun dan memutakhirkan RPTL.

2. Membuat perkiraan beban untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

3. Menyusun kebutuhan investasi untuk penyediaan tenaga listrik. 4. Membuat desain standar konstruksi jaringan distribusi.

5. Membuat desain standar konstruksi pembangkit isolated. 6. Membuat pedoman untuk evaluasi kelayakan investasi.

7. Melakukan evaluasi sesuai pedoman kelayakan investasi dan penilaian finansial.

8. Membuat, mengendalikan dan mereview rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan.

9. Membuat dan mereview standar pengembangan sistem dalam kaitannya dengan kelayakan sistem tenaga listrik untuk PB/PD pelanggan besar diatas 5 Mva.


(25)

10.Menyusun rencana pengembangan sarana komunikasi dan scada.

11.Mengendalikan anggaran investasi dengan memperhatikan efisiensi dan kinerja perusahaan.

12.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Sub Bidang Teknologi Informasi Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Merencanakan program pengembangan aplikasi sistem informasi berdasarkan bisnis proses.

2. Merencanakan dan mengembangkan sistem multi media. 3. Mengevaluasi kinerja sistem informasi yang ada.

4. Mengevaluasi infrastruktur sistem informasi yang ada. 5. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi sistem informasi. 6. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi.

7. Mengelola penyediaan, operasi dan pemeliharaan sistem informasi. 8. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Sub Bidang Layanan Database

Bertanggung jawab atas rancangan database sesuai kebutuhan dalam rangka pengembangan aplikasi dan sistem aplikasi dari masing-masing user dan pengembangan layanan database serta pengamanannya.

3. Bidang Distribusi

Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi, standarisasi dan penerapan sistem pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta penerapan


(26)

manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.

a. Sub Bidang Konstruksi

Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun metoda tata kelola konstruksi dan administrasi pekerjaan. 2. Membuat pedoman manajemen konstruksi.

3. Membina penerapan pelaksanaan konstruksi dan rehabilitasi jaringan distribusi, pembangkit dan sarana.

4. Melaksanakan pembinaan terhadap prosedur pengadaan barang dan jasa. 5. Menyusun analisa harga satuan material dan jasa.

6. Mengendalikan pekerjaan pembangunan dan rehabilitasi jaringan distribusi, pembangkit dan sarana.

7. Melaksanakan koordinasi dan mengurus perijinan dengan pihak terkait.

8. Mengelola administrasi pekerjaan konstruksi.

9. Mengendalikan administrasi material PDP dan pemeliharaan. 10. Mengelola E-Procurement.

11. Menyusun manajemen lingkungan dan keselamatan instalasi. 12. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

13. Merencanakan sistem proteksi yang handal & sistem pengukuran yang benar dan akurat.


(27)

14. Menganalisa dan mengevaluasi unjuk kerja sistem proteksi, pengukuran dan AMR.

15. Membuat pedoman pemeliharaan sistem proteksi, pengukuran dan AMR. 16. Menyusun anggaran biaya pemeliharaan sistem proteksi, pengukuran

dan AMR.

17. Menyusun kebutuhan material dan jasa pemeliharaan sistem proteksi, pengukuran, AMR.

18. Menyusun kebutuhan peralatan tes / peralatan kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan sistem proteksi dan pengukuran.

19. Mengendalikan pelaksanaan pemeliharaan sistem proteksi, pengukuran dan AMR.

20. Melaksanakan pengawasan mutu material distribusi (baru/operasi) khususnya material untuk sistem proteksi dan pengukuran.

21. Mengendalikan kegiatan peneraan KWh meter dan pemeliharaan peralatan Tera.

22. Menyusun data aset / inventarisasi peralatan proteksi dan pengukuran. 23. Melakukan penelitian mengenai modus-modus pencurian listrik dan

kasus-kasus malfunction pada sistem proteksi.

24. Melakukan kajian-kajian untuk pengembangan sistem proteksi dan pengukuran.

25. Membantu peningkatan SDM yang menangani sistem proteksi dan pengukuran.

26. Menyusun pedoman manajemen APP, dan penyegelan APP. 27. Membuat laporan sesuai bidang tugasnya.


(28)

4. Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan tercapainya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.

Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun rencana pelaksanaan DSM dan SSM.

2. Menyusun kebijakan dan pengawasan pelaksanaan manajemen sistem baca meter.

3. Menyusun kebijakan dan pengawasan pelaksanaan bisnis proses pembuatan rekening.

4. Menyusun, mengevaluasi dan konsolidasi tingkat mutu pelayanan. 5. Mengendalikan SPJBTL pelanggan besar.

6. Membuat pedoman pembuatan / pemeliharaan DIL dan UMTL/UJL. 7. Mengendalikan pelaksanaan bisnis proses TUL.

8. Merencanakan dan mengendalikan manajemen P2TL.

9. Menyusun dan melakukan pengendalian pelaksanaan bisnis proses sistem informasi pelanggan.

10. Mengawasi pelaksanaan bisnis proses pelaksanaan bisnis proses penagihan.

11. Menyusun kebijakan dan pengawasan pelaksanaan bisnis proses pengawasan kredit.


(29)

13. Mengevaluasi komponen biaya yang mempengaruhi BPP. 14. Menyusun mekanisme transfer energi (transfer pricing). 15. Menyusun kontrak jual beli dengan pemasok energi.

16. Menyusun kebijakan, pengelolaan dan pengawasan manajemen kwh meter transaksi digital.

17. Mengendalikan tata kelola PJU dan PPJ.

18. Menyusun kebijakan, pengelolaan dan pangawasan call centre.

19. Menyusun kebijakan dan pengawasan pemanfaatan asset perusahaaan 20. Mengkaji dan mengusulkan konsep pengembangan Revenue Protection. 21. Mengkaji kelayakan pemanfaatan aset perusahaan dan

pengembangannya.

22. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

a. Sub Bidang Strategi Pemasaran Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan kebijakan dan strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan.

2. Menyusun dan mengendalikan anggaran rutin investasi perluasan jaringan.

3. Melaksanakan riset pasar dan menyusun data potensi pasar. 4. Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. 5. Menyusun segmentasi pelanggan.

6. Menyusun rencana penjualan energi dan pendapatan. 7. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan.


(30)

8. Menyusun strategi peningkatan pelayanan pelanggan. 9. Menyusun standar dan produk pelayanan.

10.Menyusun dan mengevaluasi tingkat mutu pelayanan. 11.Membuat pedoman SPJBTL untuk pelanggan.

12.Mengevaluasi perkembangan Captive Power.

13.Menghitung biaya subtitusi tenaga listrik pada sisi konsumen. 14.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelanggaraan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

a. Sub Bidang Anggaran

Rincian tugas pokok sebagai berikut: 1. Menyusun RKAP bersama bidang lain.

2. Menyusun cash budgeting untuk seluruh aktivitias (Cash in Cash out ) 3. Menetapkan dan melaksanakan pengendalian SKKO dan SKKI.

4. Memantau realisasi cash budgeting (anggaran tunai).

5. Mengevaluasi dan mengusulkan penetapan anggaran tunai unit-unit. 6. Memantau dan mengendalikan cash in dan cash out.

7. Memantau dan mengendalikan anggaran investasi dan operasi dengan memperhatikan persediaan material.


(31)

9. Mengevaluasi dan mengajukan revisi anggaran.

10.Mengevaluasi resiko yang timbul dari suatu aktivitas (Risk Management).

11.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Sub Bidang Keuangan

1. Mengajukan permintaan dropping anggaran tunai ke PLN Pusat. 2. Membuat perencanaan aliran kas pembiayaan AO / AI.

3. Melaksanakan dropping kas pembiayaan ke unit (imprest). 4. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung pembayaran.

5. Melaksanakan pembayaran atas transaksi sesuai batas kewenangan yang diberikan.

6. Melaksanakan rekonsiliasi kas, bank imprest. 7. Melaksanakan pengendalian kas pembiayaan unit. 8. Melakukan pemungutan dan penyetoran pajak. 9. Melakukan rekonsiliasi piutang pegawai. 10.Melakukan rekonsiliasi hutang usaha.

11.Memantau dan mengendalikan biaya operasional PPJ. 12.Mengandalikan arus kas pendapatan.

13.Memantau dan mengevaluasi Revenue Protection.

14.Memonitor dan mengeavaluasi pelaksanaan transfer otomatis bank receipt.

15.Melakukan rekonsiliasi penerimaan pendapatan dengan laporan akuntansi.


(32)

16.Melakukan rekonsiliasi kas, bank pendapatan. 17.Membuat laporan dibidangnya.

18.Melakukan pengadministrasian asuransi dan perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

19.Melaksanakan pelaporan kepada kantor pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

20.Mengkoordinasikan dengan bagian / bidang terkait tentang perlakuan perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

21.Melaksanakan sosialisasi ketentuan perpajakan kepada unit-unit. 22.Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan perpajakan di unit-unit. 23.Membuat laporan sesuai bidang.

c. Sub Bidang Akuntansi

Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan. 2. Menyusun laporan keuangan konsolidasi bulanan, triwulan, semester, dan

tahunan.

3. Menyajikan data laporan proyek selesai ke departemen (APBN). 4. Melaksanakan sub administrasi persesiaan material dan utang usaha. 5. Melaksanakan rekonsiliasi utang piutang termasuk iuran pensiun.

6. Mengawasi pelaksanaan opname fisik kas bank kantor wilayah dan unit. 7. Menyusun biaya perolehan pokok (BPP) per titik transaksi dan atau per

fungsi.


(33)

9. Melakukan analisa dan evaluasi laporan keuangan unit-unit. 10.Melakukan inventarisasi aset (AT, PDP, persediaan.

11.Menyusun dan mengkaji pengembangan aplikasi sistem informasi akuntansi termasuk sistem akuntansi manajemen.

6. Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajemen SDM berbasis kompetensi, pengembangan organisasi, evaluasi tingkat organisasi unit, perencanaan tenaga kerja, dan anggaran kepegawaian, pengelolaan data dan administrasi kepegawaian serta hubungan industrial.

a. Sub Bidang Pengembangan dan SDM Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Mengelola pola pengembangan karir pegawai.

2. Mengidentifikasi kebutuhan diklat untuk pengembangan kompetensi pegawai, merencanakan dan melaksanakan diklat pegawai.

3. Mengelola proses pelaksanaan penilaian kinerja individu (pegawai) melalui penilaian oleh komite appraisal.

4. Mengevaluasi rencana suksesi jabatan. 5. Mengidentifikasi kompetensi pegawai. 6. Menyusun kebutuhan kompetensi jabatan.

7. Merencanakan sertifikasi kompetensi, mengelola administrasi dan pelaporan sertifikasi.

8. Mengevaluasi efektivitas organisasi. 9. Mengevaluasi tingkat unit organisasi.


(34)

10.Menyusun rencana pengembangan organisasi.

11.Menyusun formasi jabatan sesuai kebutuhan dan efektivitas organisasi. Menyusun kebutuhan tenaga kerja.

12.Menyusun uraian jabatan bersama bidang terkait. 13.Menyusun rencana kerja anggaran biaya pegawai. 14.Mengelola penerimaan pegawai baru.

15.Mengelola pelaksanaan PSG, PKL.

16.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Sub Bidang Administrasi SDM Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Memelihara kesesuaian peraturan internal terhadap ketentuan ketenagakerjaan.

2. Mengelola administrasi penghasilan pegawai dan pensiunan.

3. Mengelola administrasi kesejahteraan dan kesehatan pegawai & pensiunan.

4. Membuat perhitungan pajak penghasilan pegawai dan pensiunan. 5. Mengelola pelaksanaan outsourcing.

6. Memelihara file/dosier pegawai sesuai sistim informasi kepegawaian.

7. Mengevaluasi dan mengusulkan penyempurnaan PKB.

8. Mengelola administrasi pelaksanaan TP2DP di Kantor Induk dan Unit Pelaksana.


(35)

10.Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

11.Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan kearsipan.

12.Mengevaluasi kebutuhan fasilitas dan sarana kantor serta rumah jabatan.

13.Membuat standarisasi sarana pelayanan cabang, ranting/rayon dan payment point.

14.Mengendalikan pengamanan dan kebersihan fasilitas kantor dan instalasi.

15.Mengawasi pelaksanaan outsourcing SATPAM dan cleaning service.

16.Melaksanakan kegiatan dan pelaporan K3.

17.Mengendalikan pemakaian telepon, listrik, air, ATK, dan kendaraan dinas.

18.Membina pelaksanaan TLSK.

19.Menyediakan kebutuhan ATK dan fasilitas. 20.Membuat standar HPS material peralatan kantor.

21.Mengevaluasi dan melakukan pembayaran Pajak dan Asuransi atas sarana yang dimiliki.

22.Mengelola kegiatan protokoler.

23.Melaksanakan inventarisasi / pendataan aset tanah dan bangunan. 24.Mengelola pemeliharaan gedung, fasilitas, sarana dan prasarana

serta kendaraan.

25.Menyusun kebijakan administrasi.


(36)

7. Audit Internal

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan audit internal sesuai program kerja pemeriksaan tahunan dan pemantauan tindak lanjut hasil temuan, pembinaan dan penyempurnaan sistem manajemen dan operasional untuk mendukung terlaksananya tata kelola perusahaan yang baik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut:

1. Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan sesuai program kerja perusahaan.

2. Melaksanakan audit internal yang meliputi audit keuangan, teknik, manajemen dan SDM.

3. Memberikan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses manajemen dan operasional.

4. Memonitor tindak lanjut temuan hasil audit internal.Menyusun laporan manajemen sesuai bidang tugas. (sumber:


(37)

30 BAB III PEMBAHASAN

Menurut hasil penelitian yang penulis peroleh dari data pengadaan barang/jasa PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, maka penulis memperoleh gambaran umum mengenai proses pengadaan barang/jasa. Pada bab ini penulis membahas tentang gambaran barang/jasa yang berupa:

A. Pengertian Pengadaan Barang / Jasa

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa (Marbun, 2010:1).

Defenisi Pengadaan Barang/Jasa menurut pasal 1 ayat 1 Perpres 54/2010 sebagaimana diubah dengan Perpres 70/2012 menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diseleseaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (Ramli, 2014:1).

Definisi pengadaan barang dan jasa secara harfiah menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia (KBBI), yaitu berarti tawaran untuk mengajukan harga dan memborong pekerjaan atas penyediaan barang dan jasa. Di sinilah tumbuh pengertian bahwa ada dua pihak yang berkepentingan. Pihak pertama adalah instansi pemerintah, BUMN, atau perusahaan swasta yang mengadakan penawaran pengadaan barang dan jasa. Pihak kedua adalah personal atau perusahaan kontraktor yang menawarkan diri untuk memenuhi permintaan dan pengadaan barang dan jasa tersebut (Yahya dan Fitri, 2012).


(38)

Defenisi pengadaan barang/jasa menurut Keppres 18 tahun 2000 pengadaan barang/jasa merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia jasa terbaik (Rizki, 2011).

Menurut Peraturan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor: 0620.K/DIR/2013 Tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT. PLN (Persero) yang dimaksud dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi termasuk pengadaan barang dan pemasangan (supply & erect), pengadaan jasa konsultansi, pengadaan khusus dan pengadaan jasa lainnya di PLN yang dibiayai dengan APLN atau yang dibiayai dengan sumber dana dari pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman dalam negeri (Non APLN), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman (guide lines) (SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013).

B. Jenis Kebutuhan Barang / Jasa

Secara garis besar, terdapat dua jenis kebutuhan barang/jasa dalam suatu perusahaan digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

a. Kebutuhan operasional

Kebutuhan operasional adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung suatu perusahaan agar dapat menjalankan aktivitasnya secara normal setiap hari. Biasanya, kebutuhan tersebut digunakan atau mempunyai jangka waktu manfaan selama satu tahun. Misalnya, alat tulis kantor atau langganan daya.


(39)

b. Kebutuhan modal

Kebutuhan modal adalah aset yang mempunyai jangka waktu manfaat selama lebih dari satu tahun dan tidak habis digunakan sekaligus setiap hari dalam perusahaan. Misalnya, mesin fotocopy, kendaraan, tanah, gedung, atau bangunan (Ramli, 2014:4).

C. Pengertian Barang dan Jasa

Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi / peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen sesuai dengan penugasan kuasa penggunaan anggaran.

Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang tidak dapat diperdagangkan, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh pengguna barang (Ramli, 2014:6).

Menurut SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013 etiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang. Pengadaan barang dapat berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, peralatan, dan makhluk hidup.

Jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa terikat dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk (Marbun, 2010:2).


(40)

Jasa yang diadakan oleh suatu perusahaan digolongkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Jasa Konstruksi

Jasa Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. 2. Jasa Konsultan

Jasa Konsultan adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)

3. Jasa lainnya

Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal didunia luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekejaan atau segala pekerjaan dan penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan kosntruksi, dan pengadaan barang (Ramli, 2014:10).

D. Prinsip – Prinsip Pengadaan

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dari segi administrasi, teknis, dan keuangan, pengadaan barang/jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimal untuk mencapai kualitas dan


(41)

sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimal.

b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang ditetapkan serta memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh pada masyarakat pada umumnya. d. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

e. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan scara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa.

f. Adil / tidak diskriminatif, berarti memberi perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.


(42)

g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggung jawabkan (Nurachmad, 2011:5).

E. Etika Pengadaan Barang dan Jasa

Menurut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor. 0620.K/DIR/2013 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT. PLN (Persero), Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan, Penyedia Barang/Jasa, dan Value for Money Committee dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa baik secara internal maupun eksternal, harus mematuhi etika sebagai berikut :

1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa.

2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pelelangan/RKS yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.

4. Menerima dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak.

5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) para pihak yang terkait dalam proses Pengadaan


(43)

Barang/Jasa, baik langsung maupun tidak langsung, yang merugikan kepentingan Pengguna Barang/Jasa.

6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Perusahaan dalam Pengadaan Barang/Jasa.

7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Perusahaan.

8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

F. Kebijakan Umum Pengadaan Barang dan Jasa PT. PLN (Persero) Kebijakan umum pengadaan barang dan jasa pada perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Menyesuaikan kebijakan pengadaan PLN dengan Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa BUMN dan International Good Procurement Practices, sehingga PLN sebagai badan usaha dapat melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif, agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian, dan dapat memenuhi kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel.


(44)

2. Meningkatkan nilai PLN sebagai konsumen dengan melakukan agregasi kebutuhan dan membuat strategi pengadaan barang/jasa yang tepat sesuai dengan hasil riset pasar PLN.

3. Strategi Pengadaan PLN berbasis kemitraan, berjangka panjang dan berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan good practice yang berlaku, sehingga PLN akan bermitra dengan perusahaan yang berkinerja baik, dan beritikad baik untuk berbagi manfaat dan biaya secara terbuka.

4. Meningkatkan sistem manajemen Penyedia Barang/Jasa yang memadai, melalui kualifikasi secara periodik dan daftar rekanan yang selalu dimutakhirkan berdasarkan kinerja, sehingga dapat dihindari penggunaan Penyedia Barang/Jasa yang mempunyai kinerja buruk.

5. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun, dan perekayasaan nasional, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Mendorong sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi BUMN atau antar Anak Perusahaan BUMN dan/atau antar Perusahaan Terafiliasi BUMN, dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha atau perekonomian. (SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013)

G.Pihak yang Terkait dengan Proses Pengadaan Barang dan Jasa PT. PLN (Persero)

Pihak yang terkait dengan proses pengadaan barang dan jasa di PT. PLN (Persero) adalah sebagai berikut :


(45)

1. Pengguna

Pengguna adalah Direksi atau Pejabat satu tingkat dibawah Direksi atau GM atau Pejabat yang diberi kuasa yang bertanggung jawab atas pelaksana pengadaan barang dan jasa dilingkungan kerja PLN.

2. Panitia Pengadaan

Panitia pengadaa adalah beberapa orang pegawai berjumlah ganjil yang diangkat oleh pengguna barang/jasa untuk melakukan proses pelelangan, pemilihan langsung dan penunjukan langsung.

3. Pejabat Pengadaan

Pejabat pengadaan adalah satu orang pejabat yang diangkat oleh penggunaan barang/jasa untuk melakukan proses pembelian langsung untuk barang atau dengan penunjukan langsung untuk jasa.

4. Direksi Pekerjaan

Direksi pekerjaan adalah wakil pengguna, untuk mengendalikan pelaksana pekerjaan.

H.Persyaratan Menjadi Panitia Pelaksana Pengadaan Barang / Jasa PT. PLN (Persero)

A.Syarat menjadi Panitia Pelaksana

PT. PLN (Persero) memiliki persyaratan untuk menjadi panitia pelaksana pengadaan barang dan jasa yaitu sebagai berikut :

1. Memiliki integritas disiplin dan bertanggung jawab melaksanakan tugas 2. Memahami keseluruhan pekerjaan yang dilelangkan.


(46)

4. Tidak merangkap sebagai pemeriksa barang / penerima barang. B.Dilarang menjadi Pejabat / Panitia Pengadaan Barang dan Jasa adalah :

1. Pengguna 2. Auditor

3. Pejabat / staf yang sifat tugasnya menimbulkan benturan kepentingan (http://pln24.co.id).

Menurut Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Pasal 10 ayat 5 tugas, wewemang, dan tanggung jawab panitia/pejabat pengadaan meliputi sebagai berikut :

a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan.

b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS) c. Menyiapkan dokumen pengadaan.

d. Mengumumkan pengadaan barang/jasa melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui media elektronik.

e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi. f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.

g. Mengusulkan calon pemenang.

h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna barang/jasa.

i. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.


(47)

I. Proses Pengadaan Barang / Jasa Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

I.1 Penetapan Pengadaan 1 : Pengadaan Barang / Jasa Pemborongan

1. Pelelangan Umum / Terbatas untuk pengadaan barang / jasa lainnya yang dilaksanakan :

1. Kantor Pusat

a. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 25.000.000.000,00 (Dua puluh lima milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang dinilai diatas Rp 25.000.000.000,00 (Dua puluh lima milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi

2. Unit

a. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 25.000.000.000,00 (Dua puluh lima milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM / Pimpinan / Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai atas Rp 25.000.000.000,00 (Dua puluh lima milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Pemilihan Langsung untuk Pengadaan Barang / Jasa Pemborongan / Jasa lainnya yang dilaksanakan :


(48)

1. Kantor Pusat

a. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (Dua milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

b. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai diatas Rp 2.000.000.000,00 (Dua milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Unit

a. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (Dua milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM / Pimpinan / Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai diatas Rp 2.000.000.000,00 (Dua milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

3. Penunjukan Langsung untuk Pengadaan Barang / Jasa Pemborongan / Jasa lainnya yang dilaksanakan :

1. Kantor Pusat

a. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi / Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan Penyedia Barang / Jasa untuk pekerjaan yang bernilai diatas Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah direksi


(49)

2. Unit

Pembelian langsung yang bernilai sampai dengan Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM/Pimpinan/Pejabat yang diberi kuasa.

4. Swakelola dan Kewenangan untuk memutuskan pekerjaan swakelola adalah :

1. Kantor Pusat

a. Kewenangan untuk memutuskan pekerjaan swakelola sampai dengan Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Kewenangan untuk memutuskan pekerjaan swakelola diatas Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Unit

a. Kewenangan untuk memutuskan pekerjaan swakelola sampai dengan Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM/Pimpinan/Pejabat yang diberi kuasa. b. Kewenangan untuk memutuskan pekerjaan swakelola diatas Rp

500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi, kecuali Pengguna Barang/Jasa telah mendapat ijin prinsip dari Direksi.


(50)

I.2 Penetapan Pengadaan 2 : Pengadaan Jasa Konsultasi

1. Selesi Umum/Terbatas untuk Pengadaan Jasa Konsultasi dilaksanakan : 1. Kantor Pusat

a. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (Dua milyar lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi / pejabat yang diberi kuasa

b. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang bernilai diatas Rp 2.500.000.000,00 (Dua milyar lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Unit

a. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (Dua milyar lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM/ Pimpinan/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang bernilai diatas Rp 2.500.000.000,00 (Dua milyar lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Seleksi Langsung untuk pengadaan jasa konsultasi dilaksanakan : 1. Kantor Pusat

a. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang nilainya sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan penyedia jasa untuk yang nilainya diatas Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.


(51)

2. Unit

a. Penetapan penyedia jasa untuk yang nilainya sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM/Pimpinan/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan untuk penyedia jasa untuk pekerjaan yang nilainya diatas Rp 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi, kecuali Pengguna Barang/Jasa telah mendapat ijin prinsip dari Direksi.

3. Penunjukan Langsung untuk pengadaan jasa konsultasi di : 1. Kantor Pusat

a. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang nilainya sampai dengan Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang nilainya diatas Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi.

2. Unit

a. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah GM/Pimpinan/Pejabat yang diberi kuasa.

b. Penetapan penyedia jasa untuk pekerjaan yang nilainya diatas Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah), pejabat yang berwenang adalah Direksi, kecuali Pengguna Barang/Jasa telah mendapat ijin prinsip dari Direksi.


(52)

I.3 Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

Setiap pengadaan dilaksanakan melalui pelelangan yang dilakukan secara terbuka, bersaing, dan transparan.

1. Pelelangan Umum

Pelelangan umum dapat dilakukan dengan pra-kualifikasi untuk pekerjaan kompleks dan pasca-kualifikasi untuk pekerjaan sederhana (tidak kompleks), penilaian kualifikasi untuk melihat kompetensi dan kemampuan usaha peserta pengadaan.

a. Pelelangan Umum dengan Pra-kualifikasi

1. Dalam evaluasi pra-kualifikasi panitia pengadaan dapat melakukan klarifikasi untuk hal-hal yang dianggap tidak jelas.

2. Calon peserta pengadaan yang telah lulus pra-kualifikasi minimal 3 peserta.

3. Apabila yang lulus pra-kualifikasi kurang dari 3 peserta, maka akan dilakukan proses pra-kualifikasi ulang.

4. Setelah dilakukannya pra-kualifikasi ulang, ternyata yang lulus kurang dari 3 peserta dan sekurang-kurangnya 1 peserta, maka proses pengadaan dapat dilanjutkan.

5. Pemasukan penawaran pada tahap pelelangan dilakukan dengan mengundang peserta yang telah lulus pra-kualifikasi.

6. Pengadaan barang/jasa dapat dinyatakan gagal apabila :

a. Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam dokumen pengadaan


(53)

c. Calon pemenang pengadaan nomor urutan 1, 2, dan 3 mengundurkan diri.

b. Pelelangan Umum Pasca-kualifikasi

1. Jumlah yang memasukkan penawaran minimal 3 peseta

2. Bila penawaran yang masuk kurang dari 3 penawar, maka pelelangan dinyatakan gagal dan akan dilakukan pelelangan ulang 3. Setelah dilakukan pelelangan ulang, peserta yang lulus evaluasi

administrasi, teknis dan keuangan kurang dari 3 peserta dan sekurang-kurangnya 1 peserta, maka proses pengadaan dapat dilanjutkan.

4. Pengadaan barang/jasa dapat dinyatakan gagal apabila :

a. Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang tertentu dalam dokumen pengadaan

b. Sanggahan dari para peserta lelang ternyata benar

c. Calon pemenang pengadaan 1, 2, dan 3 mengundurkan diri d. Penawaran yang masuk kurang dari 3 penawar

e. Tidak ada peserta lelang yang lulus evaluasi administrasi, teknis, dan keuangan.

2. Pelelangan Terbatas

Proses pelelangan terbatas ini pada prinsipnya sama dengan proses pelelangan umum, kecuali dalam pengumuman dicantumkan kualifikasi dan kriteria Penyedia Barang/Jasa yang lebih spesifik.


(54)

3. Pemilihan Langsung

Sistem pengadaan ini dapat dilakukan untuk keperluan yang mendesak, maksudnya adalah jika suatu pekerjaan atau pengadaan barang/jasa tersebut tidak segera dilakukan akan berakibat terganggunya operasional PLN.

Proses pengadaan dengan sistem pemilihan langsung sebagai berikut :

1. Undangan pra-kualifikasi sekurang-kurangnya terhadap 3 peserta terpilih

2. Apabila penyedia barang/jasa yang lulus pra-kualifikasi kurang dari 3, maka akan dilakukan undangan ulang.

3. Setelah dilakukannya undangan ulang, yang lulus pra-kualifikasi hanya 2 peserta dan sekurang-kurangnya 1 peserta, maka proses pengadaan dapat dilanjutkan melalui penunjukan langsung.

4. Panitia/pejabat pelaksana pengadaan meminta kepada penyedia barang/jasa yang telah lulus pra-kualifikasi untuk memasukkan penawaran.

5. Panitia/pejabat pelaksana pengadaan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap semua penawaran yang masuk serta menyusun urutan penawaran berdasarkan harga terendah sebagai dasar untuk melakukan klarifikasi dan negoisasi.

6. Klarifikasi dan negoisasi dilaksanakan:

a. Kepada para penawar yang lulus pra-kualifikasi untuk mendapatkan barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen pengadaan.


(55)

b. Terhadap harga satuan item-item pekerjaan yang harga satuan penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS (Harga Perkiraan Sendiri)

c. Apabila tidak terjadi kesepakatan dengan urutan pertama, maka klarifikasi dan negoisasi dilakukan kepada urutan penawaran yang paling rendah .

4. Penunjukan Langsung

Penunjukan langsung ini dilakukan secara langsung dengan menunjuk satu penyedia barang/jasa, berdasarkan riset pasar, Due Diligince dan dari DPT.

Penunjukan langsung untuk sistem pengadaan dapat dilaksanakan dalam hal:

1. Barang/Jasa konstruksi/jasa lainnya yang diadakan bersifat spesifik hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus/pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan hanya ada satu penyedia barang/jasa (agen tunggal) yang mampu melaksanakan dan mengaplikasikannya, yaitu pabrikan, atau agen tunggal pabrikan, dan tidak boleh melalui pedagang perantara (broker) / distributor.

2. Pengadaan barang spesifik yang tak dapat digantikan oleh produk lain atau tidak kompatibel. Pengadaan barang spesifik harus memenuhi syarat sebagai berikut : Penyedia barang/jasa harus merupakan pabrikan (engine maker/primary manufacture) atau agen tunggal pabrikan dan tidak boleh melalui pedagang perantara (broker) / distributor.


(56)

3. Pekerjaan keadaan darurat (emergency) atau pemberian bantuan untuk bencana alam atau untuk Corporate Social Responbility (CSR).

4. Pekerjaan lanjutan yang dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang sama dan secara teknis diharuskan adanya homogenitas, kontinuitas, kompatibel dengan pekerjaan yang sebelumnya serta dengan mengacu kepada harga satuan kontrak yang sudah ada.

5. Pekerjaan tambahan yang tidak dapat dihindari dalam rangka penyelesaian pekerjaan, dengan ketentuan nilainya tidak lebih dari 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam kontrak dan dihitung dalam harga satuan kontrak.

5. Pengadaan Langsung

Yang dimaksud dengan pengadaan langsung barang/jasa adalah proses pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin/operasional/kegiatan mendesak dengan nilai maksimal Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) oleh Pejabat Pengadaan:

a. Untuk pengadaan barang yang bernilai sampai dengan Rp 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) dilakukan tanpa Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Pemesanan Barang (SPB) / Delivery Order (DO), sedangkan untuk diatas Rp 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) dilakukan dengan SPK b. Untuk pekerjaan barang/jasa dilakukan dengan Surat Perintah Kerja

(SPK)

c. Untuk pengadaan langsung barang yang nilainya sampai dengan Rp 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan cara pembelian/pembayaran langsung kepada pihak penyedia barang/jasa.


(57)

I.4 Sistem Pengadaan Jasa Konsultasi

Pengadaan jasa konsultasi memerlukan penyedia jasa berupa badan usaha atau perorangan.

1. Seleksi Umum

Seleksi umum dilakukan dengan pra-kualifikasi dan pada prinsipnya penilaian kualifikasi atas dasar kompetensi dan kemampuan usaha dengan jumlah peserta antara 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) penyedia jasa konsultasi.

2. Seleksi Terbatas

Proses seleksi terbatas ini pada prinsipnya sama seperti proses seleksi umum kecuali dalam pengumuman dicantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia jasa konsultasi.

3. Seleksi Langsung

Seleksi langsung dapat dilaksanakan dalam hal-hal seperti : 1. Pekerjaan diperlukan dalam waktu yang cepat.

2. Seleksi umum dinilai tidak efisien dari segi biaya dan waktu. 3. Seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya dan waktu. 4. Seleksi langsung dinilai lebih efektif dan esien.

4. Penunjukan Langsung

Untuk sistem pengadaan dengan penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal sebagai berikut :

1. Pekerjaan spesifik, hanya bisa dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau hanya ada 1 (satu) calon penyedia jasa konsultasi yang mampu mengaplikasikannya.


(58)

2. Pekerjaan dalam keadaan darurat (emergency) maksudnya adalah pekerjaan yang kebutuhannya sangat mendesak dan tidak bisa ditunda-tunda lagi berhubung dengan telah terjadinya bencana alam/perang/kerusuhan, untung menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mengancam jiwa manusia dan menghindarkan kerugian PLN yang lebih besar lagi serta untuk menjaga citra perusahaan.

3. Pekerjaan lanjutan yang dilaksanakan oleh Penyedia jasa konsultasi yang sama dan secara teknis diharuskan adanya homogenitas, kontinuitas, kompatibel dengan pekerjaan sebelumnya serta dengan mengacu kepada harga satuan pokok kontrak yang sudah ada.

4. Pekerjaan tambah yang tidak dapat dielakkan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan pengadaan, dengan ketentuan nilainya tidak lebih dari 10% dan harga yang tercantum dalam kontrak dan dihitung berdasarkan harga satuan kontrak.

5. Pekerjaan studi/pemrosesan data oleh Perguruan Tinggi Negeri

6. Pekerjaan penelitian/studi/pemrosesan data/gabungan ketiga kegiatan tersebut (contoh: Amdal), yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Negeri, Lembaga Afiliasi Perguruan Tinggi Negeri, dan Lembaga Pemerintah.

I.5 Metode Penyampaian Dokumen Penawaran 1. Metode Satu Sampul

Metode satu tahap satu sampul ini digunakan dalam hal pengadaan barang/jasa bersifat sederhana dan spesifikasi teknisnya jelas atau


(59)

pengadaan dengan standar harga yang telah ditetapkan atau pengadaan barang/jasa.

a. Cara Penyampaian Penawaran Metode Satu Sampul

1. Penawaran administrasi, teknis dan harga disampaikan secara bersamaan dalam satu sampul.

2. Pada sampul dicantumkan alamat Pejabat Pelaksana Pengadaan sesuai yang ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan/RKS dan nama paket pekerjaan

3. Harga penawaran dalam Dokumen Penawaran dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf.

4. Penawaran bersifat rahasia dan dilarang dikirim kepada anggota Panitia/Pejabat pengadaan atau perseorangan, melainkan kepada alamat sebagaimana disebutkan pada nomor 2 diatas.

5. Jika disampaikan secara langsung, maka penawaran harus dimasukkan oleh Calon Penyedia Barang/Jasa yang bersangkutan kedalam tempat yang telah disediakan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

6. Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul tersebut nomor 2 diatas dimasukkan kedalam sampul luar yang hanya mencatumkan alamat pengguna barang/jasa yang mengadakan pengadaan barang/jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan.


(60)

7. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada calon penyedia barang/jasa untuk diambil kembali.

b. Pembukaan Penawaran dengan adalah sebagai berikut :

1. Pejabat pelaksana pengadaan meneliti isi kotak/tempat pemasukan Dokumen Penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk, kecuali surat pengunduran diri.

2. Pejabat pelaksana pengadaan memeriksa, menunjukkan dan membacakan di hadapan para peserta pengadaan mengenai kelengkapan penawaran, yang terdiri atas :

a. Surat penawaran mencatumkan masa berlaku penawaran b. Surat penawaran bermaterai cukup dan ditandatangani 2. Metode Dua Sampul

Metode dua sampul ini digunakan dalam hal diperlukan evaluasi teknis yang mendalam untuk menjaga agar evaluasi teknis jangan sampai terpengaruh oleh besarnya harga penawaran. Metode ini bisa digunakan untuk pelelangan umum yang bersifat kompleks, pelelangan terbatas, pemilihan langsung serta pengadaan IPP.

a. Cara Penyampaian Penawaran dengan Metode Dua Sampul adalah sebagai berikut :

1. Sampul yang pertama berisi kelengkapan administrasi dan teknis yang disyaratkan dan pada sampul tertulis “Data Administrasi dan Teknis”


(61)

2. Sampul yang kedua berisi data perhitungan harga penawaran dan pada sampul ditulis “Harga Penawaran”

3. Sampul pertama dan kedua dimasukkan kedalam satu sampul (disebut juga sampul penutup)

4. Sampul penutup mencantumkan alamat Pengguna Barang/Jasa yang mengadakan Pengadaan Barang/Jasa, jenis pekerjaan, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam masuk penawaran. 5. Harga penawaran dalam penawaran dicantumkan dengan jelas

dalam angka dan huruf.

6. Penawarannya bersifat rahasia. Oleh sebab itu, dilarang dikirim kepada anggota panitia pengadaan atau perseorangan, melainkan dimasukkan oleh peserta yang bersangkutan ke dalam tempat yang telah disediakan oleh panitia/pejabat pengadaan.

7. Penawaran disampaikan pada waktu yang telah ditentukan. 8. Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul penutup

yang berisi sampul pertama dan sampul kedua dimasukkan dalam satu sampul, disebut sampul luar.

9. Sampul luar hanya mencantumkan alamat pengguna Barang/Jasa yang mengadakan pengadaan Barang/Jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan penawaran.

10. Dalam hal dokumen penawaran, diterima melalui pos atau jasa pengiriman, pada sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam penerimaan.


(62)

11. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikut sertakan dan diberitahukan kepada calon penyedia barang/jasa untuk diambil kembali.

b. Pembukaan Penawaran dengan Metode Dua Sampul adalah sebagai berikut :

1. Pejabat pelaksana pengadaan membuka sampul satu, sedangkan sampul dua disimpan dalam keadaan tertutup.

2. Dalam hal penawaran administrasi dan teknis (Sampul satu) tidak lulus evaluasi, maka sampul dua tidak dibuka dan dikembalikan kepada calon penyedia barang/jasa beserta jaminan penawaran.

3. Pembukaan sampul dua dilakukan hanya kepada penyedia barang/jasa yang telah lulus evaluasi penawaran administrasi dan teknis (sampul satu).

3. Metode Dua Tahap

Pada umumunya metode ini dilaksanakan untuk pengadaan barang/jasa yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi, atau memiliki lingkup pekerjaan yang sangat kompleks dan beresiko tinggi, yang mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda, sehingga diperkirakan tidak banyak penyedia barang/jasa atau pabrikan yang mempunyai kualifikasi dan pengalaman melaksanakan pekerjaan tersebut.


(63)

Tahap pertama adalah memilih dan menilai peserta pengadaan dengan jalan melakukan evaluasi teknis dan administrasi pada penawaran pertama, sehingga mendapatkan hasil yang cukup meyakinkan pihak pengguna barang/jasa bahwa para peserta pengadaan yang telah lulus tahap pertama adalah peserta yang “qualified” . Sedangkan pada tahap kedua faktor yang paling dominan adalah harga penawaran.

1. Tahap Pertama

a. Pemasukan Penawaran

1. Pada tahap pertama penyedia barang/jasa mengajukan persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana yang disyaratkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa dan tidak termasuk usulan harga.

2. Pada sampul tahap pertama hanya dicantumkan alamat pengguna barang/jasa dan kata-kata dokumen “penawaran pengadaan barang/jasa tahap I (yang mencantumkan : jenis, tempat, hari, tanggal, bula, tahun, dan jam pemasukan)”.

3. Sampul luar hanya mencantumkan alamat pengguna barang/jasa yang mengadakan pengadaan barang/jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan.

4. Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul pertama dimasukkan dalam satu sampul, yang disebut sampul luar.


(64)

5. Dokumen penawaran yang diterima melalui pos, pada sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam penerimaan.

6. Dokumen penawaran yang sudah diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada peserta yang bersangkutan untuk diambil kembali.

b. Pembukaan Penawaran :

1. Pada tahap yang pertama, panitia mengadakan pembukaan sampul dihadapan peserta pengadaan, sampul yang berisi data administrasi dan teknis dibuka satu persatu, dibacakan, dicatat, dan dijadikan lampiran berita acara pembukaan penawaran sampul pertama.

2. Panitia pengadaan memeriksa, menunjukkan, membacakan dihadapan para peserta pelelangan mengenai kelengkapan penawaran, yang terdiri atas : 1. Surat penawaran didalamnya dicantumkan masa

berlaku penawaran tetapi tidak mencantumkan harga penawaran.

2. Jaminan penawaran yang asli

3. Dokumen penawaran teknis dan dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa yang sudah ditentukan.


(65)

2. Tahap Kedua

a. Pemasukan Penawaran :

1. Calon penyedia barang/jasa yang telah dinyatakan lulus oleh panitia pengadaan pada evaluasi tahap pertama, diminta memasukkan surat penawaran harga yang dimasukkan ke dalam sampul tertentu.

2. Surat penawaran harga tersebut dilampirkan rincian analisis biaya dan syarat lain yang telah disepakati pada tahap pertama.

3. Harga penawaran dalam surat penawaran dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf.

4. Penawaran bersifat rahasia dan hanya bisa ditujukan kepada alamat yang sudah ditetapkan.

5. Penawaran disampaikan pada waktu yang telah ditentukan dan dimasukkan kedalam tempat yang tertutup.

6. Penawaran yang telah diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak dapat diikutsertakan dan diberitahukan kepada pihak yang bersangkutan untuk mengambil kembali dokumen penawarannya.

7. Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul kedua dimasukkan kedalam satu sampul, yang disebut dengan sampul luar. Sampul luar hanya memuat alamat pengguna barang/jasa, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan akan diadakan.


(66)

b. Pembukaan Penawaran :

Pada tahap kedua pembukaan penawaran ini dilakukan dihadapan calon penyedia barang/jasa yang hadir serta disaksikan minimal 2 orang saksi dari wakil calon penyedia barang/jasa, untuk selanjutnya dibacakan serta dicatat dan dijadikan lampiran berita acara pembukaan penawaran.

I.6 Penetapan Pemenang Pengadaan

1. Calon penyedia barang/jasa dengan harga evaluasi terendah yang diusulkan sebagai pemenang pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (Lima puluh milyar rupiah), ditetapkan sebagai pemenang pengadaan oleh General Manager/Kepala tanpa harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.

2. Calon penyedia barang/jasa dengan harga evaluasi terendah yang diusulkan sebagai pemenang pengadaan barang/jasa yang nilainya diatas Rp 50.000.000.000,00 (Lima puluh milyar), sebelum ditetapkan sebagai pemenang pengadaan oleh General Manager/Kepala harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.

3. Dalam hal ini Direksi atau General Manager/Kepala tidak sependapat dengan usulan panitia pengadaan, maka Direksi atau General Manager/Kepala membahas hal tersebut dengan panitia pengadaan untuk: a. Menyetejui usulan panitia

b. Menetapkan keputusan yang telah disepakati bersama untuk melakukan evaluasi ulang atau pengadaan ulang atau menetapkan pemenang pengadaan dan dituangkan dalam berita acara yang memuat keberatan dan kesepakatan masing-masing pihak.


(67)

I.7 San ggahan

1. Tata Cara Sanggahan

1. Calon penyedia barang/jasa yang berkeberatan atas penetapan pemenang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti kepada pejabat pelaksana pengadaan disertai pakta integritas dari penyanggah.

2. Apabila dipersyaratkan, penyedia barang/jasa yang mengajukan sanggahan wajib menyampaikan jaminan sanggahan sebesar 1% dari nilai penawaran.

3. Calon penyedia barang/jasa dapat menyampaikan sanggahan dalam hal terjadi penyimpangan terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Panitia pengadaan/pengguna barang/jasa menyalah gunakan wewenang

b. Terdapat rekayasa pada pihak-pihak tertentu yang mengakibatkan pengadaan tidak adil, tidak transparan dan tidak terjadi persaingan yang sehat.

c. Pelaksanaan pengadaan menyimpang dari ketentuang yang sudah ditetapkan dalam dokumen pengadaan.

2. Jawaban Atas Sanggahan

a. Pengguna barang/jasa yang telah menerima masukan dari Panitia Pengadaan memberikan jawaban tertulis dalam waktu 14 hari kerja setelah diterimanya sanggahan dari calon penyedia barang/jasa. Sanggahan dapat diterima dengan ketentuan sebagai berikut:


(68)

1. Apabila pelaksanaan pengadaan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan/RKS, maka dilakukan pemasukan ulang penawaran dari Calon Penyedia Barang/Jasa yang sama.

2. Apabila terjadi rekayasa antara pihak internal PLN dengan Calon Penyedia Barang/Jasa yang merugikan Calon Penyedia Barang/Jasa lainnya, maka diambil tindakan sesuai dengan Peraturan Disiplin Pegawai serta menggugurkan penawaran Calon Penyedia Barang/Jasa yang terlibat dalam rekayasa tersebut dan memasukkan Calon Penyedia Barang/Jasa tersebut ke dalam Daftar Hitam (Black List) PLN (SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013).

I.8 Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

1. Berdasarkan bentuk harga/imbalannya kontrak pengadaan barang dan jasa terbagi menjadi 5, yaitu:

a. Kontrak lump sum, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagai mana ditetapkan dalam kontrak dengan ketentuan jumlah harga yang pasti, risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa, pembayaran berdasarkan tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai isi kontrak, sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran, total harga penawaran bersifat terikat, tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.


(69)

b. Kontrak harga satuan, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan harga satuan pasti dan tetap dengan spesifikasi teknis tertentu, volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani, pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama, dimungkinka adanya pekerjaan tambah/kurang.

c. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan, yaitu kontrak gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang dijanjikan.

d. Kontrak presentase, yaitu kontrak pengadaan jasa konsultasi/jasa lainnya dengan ketentuan, penyedia jasa konsultasi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan presentase dari nilai pekerjaan tertentu, pembayarannya didasarkan pada tahapan produk yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.

e. Kontrak terima jadi (tumkey), yaitu kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan, jumlah harga pasti dan seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, pembayaran dilakukan berdasarkan penilaian bersama.

2. Berdasarkan pembebanan tahun anggaran dibedakan atas:

a. Kontrak tahun tunggal, yaitu kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.


(70)

b. Kontrak tahun jamak, kontrak yang pelaksanaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, baik itu pelaksanaan yang melewati 12 bulan maupun pelaksanaan pekerjaan yang melewati 1 tahun anggaran (bulan Desember) (Ramli, 2014:107).

Anggaran yang dilakukan setelah mendapat persetujuan :

a. Menteri Keuangan untuk kegiatan nilainya di atas Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)

b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan atas kegiatan ini nilai kontraknya sampai dengan Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) (SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013).


(71)

(72)

65 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diuraikan oleh penulis dalam pembahasan ini adalah:

1. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi termasuk pengadaan barang dan pemasangan (supply & erect), pengadaan jasa konsultasi, pengadaan khusus dan pengadaan jasa lainnya di PLN yang dibiayai dengan APLN atau yang dibiayai dengan sumber dana dari pinjaman hibah luar negeri/pinjaman dalam negeri (Non APLN), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberian pinjaman (guide lines).

2. Pihak-pihak yang terkait dengan Proses Pengadaan Barang/Jasa di PT. PLN (Persero) adalah pengguna, panitia pengadaan, pejabat pengadaan, dan direksi pekerjaan.

3. Proses pengadaan barang/jasa pada PT. PLN (Persero) dimulai dari penetapan pengadaan barang/jasa pemborong, penetapan pengadaan jasa konsultasi, pelelangan umum dengan pra-kualifikasi dan pasca kualifikasi. Metode penyampaian penawaran yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa adalah metode satu sampul, metode dua sampul, dan metode dua tahap. Penetapan pemenang pengadaan dengan mengevaluasi harga terendah dari calon penyedia barang/jasa lalu disetujui oleh Genaral Manager / Direksi.


(73)

B. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis agar dapat memperbaiki kekurangan adalah:

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku Badan Usaha Milik Negara diharapkan untuk selalu menjalankan dan memegang teguh Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa dalam melaksanakan kegiatan pengadaan.

2. Sebaiknya pengadaan barang dan jasa yang telah diadakan dimanfaatkan sedemikian rupa guna mewujudkan tujuan perusahaan secara keseluruhan.


(1)

62

b. Kontrak harga satuan, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan harga satuan pasti dan tetap dengan spesifikasi teknis tertentu, volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani, pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama, dimungkinka adanya pekerjaan tambah/kurang.

c. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan, yaitu kontrak gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang dijanjikan.

d. Kontrak presentase, yaitu kontrak pengadaan jasa konsultasi/jasa lainnya dengan ketentuan, penyedia jasa konsultasi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan presentase dari nilai pekerjaan tertentu, pembayarannya didasarkan pada tahapan produk yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.

e. Kontrak terima jadi (tumkey), yaitu kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan, jumlah harga pasti dan seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, pembayaran dilakukan berdasarkan penilaian bersama.

2. Berdasarkan pembebanan tahun anggaran dibedakan atas:

a. Kontrak tahun tunggal, yaitu kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.


(2)

b. Kontrak tahun jamak, kontrak yang pelaksanaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, baik itu pelaksanaan yang melewati 12 bulan maupun pelaksanaan pekerjaan yang melewati 1 tahun anggaran (bulan Desember) (Ramli, 2014:107).

Anggaran yang dilakukan setelah mendapat persetujuan :

a. Menteri Keuangan untuk kegiatan nilainya di atas Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)

b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan atas kegiatan ini nilai kontraknya sampai dengan Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) (SK DIR PLN No. 620.K/DIR/2013).


(3)

(4)

65 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diuraikan oleh penulis dalam pembahasan ini adalah:

1. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi termasuk pengadaan barang dan pemasangan (supply & erect), pengadaan jasa konsultasi, pengadaan khusus dan pengadaan jasa lainnya di PLN yang dibiayai dengan APLN atau yang dibiayai dengan sumber dana dari pinjaman hibah luar negeri/pinjaman dalam negeri (Non APLN), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberian pinjaman (guide lines).

2. Pihak-pihak yang terkait dengan Proses Pengadaan Barang/Jasa di PT. PLN (Persero) adalah pengguna, panitia pengadaan, pejabat pengadaan, dan direksi pekerjaan.

3. Proses pengadaan barang/jasa pada PT. PLN (Persero) dimulai dari penetapan pengadaan barang/jasa pemborong, penetapan pengadaan jasa konsultasi, pelelangan umum dengan pra-kualifikasi dan pasca kualifikasi. Metode penyampaian penawaran yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa adalah metode satu sampul, metode dua sampul, dan metode dua tahap. Penetapan pemenang pengadaan dengan mengevaluasi harga terendah dari calon penyedia barang/jasa lalu disetujui oleh Genaral Manager / Direksi.


(5)

66

B. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis agar dapat memperbaiki kekurangan adalah:

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku Badan Usaha Milik Negara diharapkan untuk selalu menjalankan dan memegang teguh Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa dalam melaksanakan kegiatan pengadaan.

2. Sebaiknya pengadaan barang dan jasa yang telah diadakan dimanfaatkan sedemikian rupa guna mewujudkan tujuan perusahaan secara keseluruhan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Marbun, Rocky, 2010. Tanya Jawab Seputar Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah,Visi Media; Jakarta.

Setiadi.D. 2009. “Implementasi E-Proucment untuk Meningkatkan Kerja Operasional PT. Garuda Indonesia”, Mini paper Sistem Informasi Manajemen, Universitas Lampung.

Ramli, Samsul, 2014. Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, Visi Media; Jakarta

SK DIR PLN No. 270.K/DIR/2013 tentang Pengadaan Barang dan Jasa pada PT PLN (Persero).

Saragih, Rizky Rahdini, 2011 “Proses Pengadaan Barang/Jasa PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan”, Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Yahya, Marzuqi, dan Endah Fitri Susanti, 2012. Buku Pintar Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah, Laskar Aksara; Jakarta.

Internet

Http:/www.pln.co.id/profil-perusahaan.