Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Penanggulangan Malaria Di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004, Rencana Pembangunan Indonesia Sehat 2010. Jakarta

Depkes RI. 2004, Petunjuk Teknis Pemberantasan Malaria. Ditjen PPM dan PLP. Jakarta

Depkes RI. 2006. Pencegahan Dan Pemberantasan Malaria Di Indonesia. Jakarta Depkes. RI 2008, Profil Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman. Jakarta.

Dinkes Prop. Sumatera Utara, 2009. Program Penanggulangan Malaria di Provinsi Sumatera Utara. Medan

Dinkes. Kabupaten Mandailing Natal. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal. Penyabungan

Daulay, RHD, 2006. Model Penanggulangan Malaria melalui Pendekatan Perilaku dan Lingkungan di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Dasril, 2006. Karakteristik Penderita Malaria di Kabupaten Asahan. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan

Gunawan,S 2000. Epidemilogi Malaria dalam Malaria Epidemiologi Patogenesis Manifestasi Klinis dan Penanganan. Editor Harijanto. P.N. cet. I. EGE. Jakarta


(2)

Laihad. F. 2005. Malaria di Indonesia dalam Malaria Epidemiologi Patogenesis Manifestasi Klinis dan Penanganan. Editor Harijanto,PN, cetakan Pertama EGC. Jakarta.

Notoatmodjo.S. 2003. Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta

Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan. Penerbit UGM Press, Yogyakarta. Sudrajat, 2004. Malaria Klinis. Gramedia, Jakarta.


(3)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA DI KELURAHAN PENYABUNGAN II KECAMATAN

PENYABUNGAN KOTA KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2010

S K R I P S I

Oleh :

071000203

UMMI HABIBAH HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(4)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN MALARIA DI KELURAHAN PENYABUNGAN II KECAMATAN

PENYABUNGAN KOTA KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM. 071000203

UMMI HABIBAH HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(5)

ABSTRAK

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di seluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Menurut data Departemen Kesehatan RI, jumlah penderita penyakit malaria di Indonesia 50 orang per 1000 penduduk. Upaya pencegahan penularan penyakit sebenarnya telah banyak dilakukan seperti dicanangkannya Gebrak Malaria sebagai gerakan nasional memberantas malaria di Indonesia. Kasus penyakit malaria menempati urutan ke-7 dalam daftar penyakit terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata 82,405 kasus klinis per tahun dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000. Tujuan dari penelitian ini adalah utuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menanggulangi kasus malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal. Metode pengambilan sampel adalah dengan menggunakan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu sebanyak 65 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang (73,8%) dan kategori sikap sedang (87,7%) dan kategori tindakan sedang (78,5%).

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal perlu melakukan kegiatan Monitoring secara bertahap (bulanan, triwulan, semester sampai tahunan) terhadap program-program penanggulangan penyakit malaria untuk dapat memperoleh gambaran efektifitas dan efesiensi dari pelaksanaan program dan bagi petugas kesehatan perlu peningkatan promosi kesehatan yang mencakup penyuluhan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan penyakit malaria serta kepada penderita malaria hendaknya ikut serta dalam penanggulangan penyakit malaria di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.


(6)

ABSTRACT

Malaria is one of an infectious disease caused by parasites and still becomes a public health problem that are found in all over the world especially in developing countries. According to data from the Ministry of Health, the number of malaria patients in Indonesia was 50 people/1000 populations. Efforts actually have been done to prevent the disease transmission, such as the Gebrak Malaria as national movement to eradicate malaria in Indonesia. Cases of malaria was ranked the 7th place of the largest diseases in North Sumatra with average of 82.405 clinical cases every year from 1996 until 2000. The purpose of this research is to know the behavior of community in tackling cases of malaria in Penyabungan II Village Penyabungan Kota Subdistrict Mandailing Natal District in 2010.

This is a descriptive research with quantitative methods. The population in this study were the head of families residing in Penyabungan II Village Penyabungan Kota Subdistrict Mandaling Natal District. The sampling method was using simple random sampling technique, and reached 65 people.

The results showed that the category of knowledge were generally located in sufficient (73.8%), attitude were generally in sufficient category (87.7%) and practice were generally in sufficient category (78.5%).

Suggested for Mandailing Natal District’s Health Office required to monitoring activities in stages (monthly, quarterly, half year to every year) on malaria-control programs to see the effectiveness and efficiency of program implementation and for health workers is need to increase the health promotion that includes counseling in order to increase public knowledge about malaria’s prevention and for malaria patients should participate in the prevention of malaria in Penyabungan Kota Subdistrict Mandailing Nata District.

Keywords: Knowledge, Attitude, Practice on Malaria’s tackling


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Ummi Habibah Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Ampung Padang, 21 Juni 1982

Agama : Islam

Status : Menikah

Nama Suami : Muhammad Fendi Sitepu Jumlah Keluarga : 2 orang

Alamat : Desa Suka Raya Sei Glugur Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang

Telp. : 081397688670

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Inpres 146285 Batang Natal, 1989 - 1995

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Batang Natal, 1995 - 1998 3. Sekolah Perawat Gigi (SPRG) Depkes RI Medan, 1998 - 2001

4. Akademi Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan, 2001-2004 5. Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2007 – 2010 Riwayat Pekerjaan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada wakturahmat-nya. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Penanggulangan Malaria Di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku dan juga selaku Dosen Penguji II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Dr.Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak menyumbangkan waktu dan pikiran untuk penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes selaku dosen penguji II yang telah banyak menyumbangkan ilmu dan pendapatnya kepada penulis.

5. Drs. Eddy Syahrial, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta motivasi kepada peneliti untuk perbaikan skripsi ini.

6. dr. Devi Nuraini Santi, MKes., selaku dosen pembimbing akademik penulis pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

7. Seluruh staf pengajar FKM USU serta dosen Peminatan Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku khususnya yaitu Ibu Dra. Syarifah, MS., Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes., Ibu Linda T. Maas, MPH., serta seluruh pegawai FKM USU.

8. Suami tercinta Muhammad Fendi Sitepu yang selalu memberikan dukungan doa dan materi untuk penulis, serta motivasi yang membuat penulis selalu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Ayahanda Zulkarnain Paras Harahap dan Ibunda Dahlia Rangkuti yang dengan sabar dan penuh cinta, perhatian, kasih dan sayang memberikan dukungan moral, spritual dan material hingga penulis bisa menyelesaikan studi di FKM USU. 10.Saudara-sudaraku yang tercinta, kakanda Sulaiman Azhari Harahap/Peni, Alm.

Sapri Nukman Harahap/Juli, Zulfikri Harahap/Rina, Susi Haryanti Harahap/ Heri dan adinda Ropikoh Oktaria Harahap yang selalu mendukung lewat setiap doa-doa dan motivasinya.

11.Keponakanku tercinta Della, Sepnita, Ridho, Bambang, Syafa dan Rafa, yang selalu memberikan cerita-cerita indah di hari-hariku.

12.Sahabat-sahabatku seperjuangan Mukhlis SKM, Sufnidar SKM, Imilda Sari SKM, Erwina Rafni Harahap SKM, Afnidar Ramadhani, Dwi Rahmatika SKM, Adli Yuzar SKM, Neni S. SKM, Dede Hariyani MS SKM, Ulfa Nadya Tanjung SKM, Karlina SKM, Fadilah Aini SKM, Icha, Asri dan Keke.

13.Teman-teman di PKIP FKM USU. Terima kasih buat persahabatan, perhatian dan motivasi yang diberikan buat penulis.

14.Semua yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan berkah-Nya pada kita semua. Akhir kata penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Januari 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... .... i

Abstrak ... .... ii

Riwayat Hidup Penulis... ... iv

Kata Pengantar ... .... v

Daftar Isi ... .. vii

Daftar Tabel ... ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .... 1

1.2. Perumusan Masalah ... .... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... .... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... .... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... .... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... .... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku... .... 8

a. Pengetahuan ... .... 9

b. Sikap ... ... 11

c. Tindakan ... ... 12

d. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku ... ... 14

2.2. Perilaku Kesehatan ... ... 15

2.3. Model Kepercayaan Kesehatan ... ... 17

2.4. Penyakit Malaria ... ... 20

2.5. Teori-teori yang Berhubungan dengan Penelitian Malaria ... 23

2.6. Cara Penanggulangan ... ... 27

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 31

3.2.1. Lokasi ………31

3.2.2. Waktu Penelitian ... ... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... ... 32

3.3.1. Populasi ... ... 32

3.3.2. Sampel ... ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... ... 33

3.4.1. Data Primer ... ... 33

3.4.2. Data Sekunder ... ... 33

3.5. Defenisi Operasional ... ... 34


(11)

3.7. Teknik Analisa Data ... ... 35

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... ... 36

4.2. Karakteristik Responden ... ... 38

4.3. Sumber Informasi ... ... 39

4.4. Pengetahuan Responden ... ... 40

4.5. Sikap Responden ... ... 47

4.6. Tindakan Responden ... ... 52

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... ... 61

5.2. Sumber Informasi ... ... 62

5.3. Pengetahuan Responden ... ... 62

5.4. Sikap Responden ... ... 67

5.5. Tindakan Responden ... ... 71

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... ... 77

6.2. Saran ... ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : Kuesioner Master Data


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun

2010………38 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang

Penyakit Malaria ………..39 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Malaria …40 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Vektor Penyakit

Malaria ……….42 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Malaria ………...45 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkatan Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

Malaria ……….48 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Penyakit Malaria ……….49 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkatan Sikap Responden Terhadap Penyakit

Malaria ………...53 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Malaria ……….53 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Tempat Perindukan

Nyamuk ………..54 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Tempat Tinggal

Responden ………..57 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Peran Petugas

Kesehatan dalam Penanggulangan Penyakit Malaria ………...58 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Keluarga yang

Menderita Penyakit Malaria ………...59 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tingkatan Tindakan Responden Terhadap

Penanggulangan Penyakit Malaria ……….61


(13)

ABSTRAK

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di seluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Menurut data Departemen Kesehatan RI, jumlah penderita penyakit malaria di Indonesia 50 orang per 1000 penduduk. Upaya pencegahan penularan penyakit sebenarnya telah banyak dilakukan seperti dicanangkannya Gebrak Malaria sebagai gerakan nasional memberantas malaria di Indonesia. Kasus penyakit malaria menempati urutan ke-7 dalam daftar penyakit terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata 82,405 kasus klinis per tahun dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000. Tujuan dari penelitian ini adalah utuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menanggulangi kasus malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal. Metode pengambilan sampel adalah dengan menggunakan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu sebanyak 65 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang (73,8%) dan kategori sikap sedang (87,7%) dan kategori tindakan sedang (78,5%).

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal perlu melakukan kegiatan Monitoring secara bertahap (bulanan, triwulan, semester sampai tahunan) terhadap program-program penanggulangan penyakit malaria untuk dapat memperoleh gambaran efektifitas dan efesiensi dari pelaksanaan program dan bagi petugas kesehatan perlu peningkatan promosi kesehatan yang mencakup penyuluhan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan penyakit malaria serta kepada penderita malaria hendaknya ikut serta dalam penanggulangan penyakit malaria di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.


(14)

ABSTRACT

Malaria is one of an infectious disease caused by parasites and still becomes a public health problem that are found in all over the world especially in developing countries. According to data from the Ministry of Health, the number of malaria patients in Indonesia was 50 people/1000 populations. Efforts actually have been done to prevent the disease transmission, such as the Gebrak Malaria as national movement to eradicate malaria in Indonesia. Cases of malaria was ranked the 7th place of the largest diseases in North Sumatra with average of 82.405 clinical cases every year from 1996 until 2000. The purpose of this research is to know the behavior of community in tackling cases of malaria in Penyabungan II Village Penyabungan Kota Subdistrict Mandailing Natal District in 2010.

This is a descriptive research with quantitative methods. The population in this study were the head of families residing in Penyabungan II Village Penyabungan Kota Subdistrict Mandaling Natal District. The sampling method was using simple random sampling technique, and reached 65 people.

The results showed that the category of knowledge were generally located in sufficient (73.8%), attitude were generally in sufficient category (87.7%) and practice were generally in sufficient category (78.5%).

Suggested for Mandailing Natal District’s Health Office required to monitoring activities in stages (monthly, quarterly, half year to every year) on malaria-control programs to see the effectiveness and efficiency of program implementation and for health workers is need to increase the health promotion that includes counseling in order to increase public knowledge about malaria’s prevention and for malaria patients should participate in the prevention of malaria in Penyabungan Kota Subdistrict Mandailing Nata District.

Keywords: Knowledge, Attitude, Practice on Malaria’s tackling


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya yang berpedoman pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2004 dan telah berhasil merumuskan visi pembangunan kesehatan Indonesia yang baru yakni Indonesia sehat 2010 (Depkes RI, 2004).

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, salah satu program yang ditetapkan dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran bagi setiap warga masyarakat agar terhindar dari penyakit dan terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dalam lingungan sehat yang terbebas dari penyakit dengan upaya pencegahan yang efektif dan dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan serta menghilangkan atau mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan dari penyakit tersebut terutama pada kelompok usia produktif (Depkes RI, 2004).

Umumnya masalah utama kesehatan yang dihadapi negara berkembang dalam mempengaruhi derajat kesehatan adalah tingginya penyakit menular, hal ini berkaitan dengan perilaku dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, status gizi yang rendah serta perilaku masyarakat yang kurang baik dalam menjaga kesehatan maupun


(16)

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan perilaku tergambarkan dalam kebiasaan hidup dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Namun sejak terjadinya transisi epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit yang terjadi di masyarakat dimana penyakit menular semakin berkurang, sebaliknya penyakit tidak menular semakin meningkat. Tapi, beberapa jenis penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi ancaman bagi kehidupan manusia adalah malaria (Depkes RI,2006).

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat di seluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Penyebarannya secara endemis dijumpai yakni di antara garis bujur 60 LU dan 40 LS meliput dari 100 negara beriklim tropis dan subtropics, dengan penduduk beresiko terkena malaria berjumlah 300-500 juta, dengan tingkat kematian berkisar 1,5-2,7% terutama di Sahara Afrika (Gunawan,S.2000).

Malaria bukanlah penyakit asing bagi bangsa Indonesia. Pada oktober 2002 terjadi kasus malaria yang membuat puluhan korban meninggal di beberapa daerah, terutam yang endemis. Menurut data Departemen Kesehatan RI, jumlah penderita penyakit malaria di Indonesia 50 orang per 1000 penduduk. Dalam target pembangunan kesehatan, “Indonesia Sehat 2010” jumlah itu berusaha diturunkan menjadi 1 per 1000-nya (Depkes RI,2008).

Penyebaran malaria berbeda-beda antara satu Negara dengan Negara lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Menurut WHO pada tahun 1990, sebanyak 80% kasus dijumpai di Afrika dan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria pada satu jenis plasmodium (Harijanto, 2010).


(17)

Angka kesakitan penyakit malaria di Indonesia masih cukup tinggi, penyakit malaria cukup membahayakan masyarakat terutama mereka yang berada di luar jangkauan pelayanan kesehatan yang memadai. Menurut historis upaya penanggulangan penyakit malaria pertama kali di Indonesia dicatat tahun 1852-1854 ketika terjadi wabah di Cirebon. Pada waktu itu pengobatan dilakukan dengan menggunakan tablet kina. Upaya pengobatan lokal juga banyak ditemukan di berbagai daerah dengan cara menggunakan tumbuhan. Sejauh ini masalah pengobatan (kuratif) boleh dikatakan efektif dengan kehadiran berbagai macam obat sintetis dengan suplay dan harga yang cukup murah untuk dijangkau masyarakat banyak, tetapi kasus kesakitan masih selalu ada karena masalah pencegahan (preventif) penularan belum cukup efektif mengeliminasi permasalahan secara tuntas (Daulay, 2006).

Upaya pencegahan penularan penyakit sebenarnya telah banyak dilakukan seperti dicanangkannya. Gebrak malaria sebagai gebrak nasional memberantas malaria di Indonesia. Namun gerakan malaria ini belum mampu menanggulangi penyakit malaria, karena sampai saat ini jumlah kasus malaria masih tinggi, terutama di daerah endemis (Laihad, 2005).

Berdasarkan profil pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman (Depkes RI,2003) ada penurunan Annual Parasite Incedence (API) dari 0,6 per 1000 penduduk di tahun 2001 menjadi 0,42 per 1000 penduduk pada tahun 2002. Di daerah luar Jawa Bali tingkat Annual Malaria Incedence (AMI), sebesar 22,27 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Target nasional menuju Indonesia


(18)

Sehat 2010 oleh Depkes RI, 2005 dicanangkan bahwa AMI hanya per 1000 penduduk (Depkes RI,2008).

Penyakit malaria di provinsi Sumatera Utara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di daerah pedesaan, dimana nyamuk Anopheles banyak dan mudah ditemukan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Asahan, Labuhan Batu, Nias dan Kabupaten Karo. Pada bulan Mei 1992 di kecamatan Batang Angkola Tapanuli Selatan dilaporkan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) karena ditemukan sebanyak 38 kasus malaria yang meninggal dalam waktu 1 minggu dari 3000 kasus malaria, artinya tingkat kematian penyakit malaria sebesar 1,2% (Dinkes.Prov.Sumatera Utara, 2008).

Kasus penyakit malaria menempati urutan ke-7 dalam daftar penyakit terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata 82,405 kasus klinis per tahun dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000. Penyebaran malaria hampir merata di semua Kabupaten/Kota tetapi yang paling banyak terdapat di Kabupaten Nias dan di Kabupaten Mandailing Natal (Dinkes Prov.Sumatera Utara, 2003).

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak di bagian selatan Provinsi Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 6620,70 km. Kabupaten Mandailing Natal dibagi menjadi 17 wilayah kecamatan dengan 322 desa. Dari seluruh kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, penderita malaria paling tinggi terdapat di Kecamatan Penyabungan Kota (Dinkes Kabupaten Mandailing Natal,2006).

Kabupaten Mandailing Natal mempunyai 17 kecamatan dengan kondisi geografis yang luas terdiri dari huta lebat, rawa-rawa, sungai-sungai dan persawahan.


(19)

Penelitian Susanti dkk (2002) menyimpulkan bahwa tempat perindukan nyamuk Anopheles adalah kolam dan sawah yang tergenang. Di tempat perindukan tersebut ditemukan kepadatan/populasi jentik lebih banyak ditemukan di sawah dibandingkan dengan di kolam (Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, 2009).

Data kasus penyakit malaria Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2006 yaitu sebanyak 8009, tahun 2007 sebanyak 9005 sedangkan pada tahun 2008 adalah 11.660. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan kasus malaria semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, 2009).

Kecamatan Penyabungan Kota merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dan merupakan ibu kota kabupaten. Gambaran topografi Penyabungan Kota terdiri dari daratan sampai perbukitan dengan ketinggian 250-800 m dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 1277 mm per tahun (masuk kategori hujan sedang). Komposisi geografis terdiri dari area perkebunan seluas 1801 ha (3,82%), tambak/kolam 253 ha (0,38%), hutan asli 40214 ha (61,16%), perkebunan 1349 ha (20,52%) dari persawahan 6000 ha (9,13%) (BPS, 2004). Hal ini sesuai dengan keadaan geografis Kecamatan Penyabungan Kota. Sejalan dengan hasil penelitian di Kabupaten Mandailing Natal menyimpulkan bahwa tempat perindukan utam nyamuk vektor malaria adalah sawah dan kolam.

Penyabungan Kota merupakan salah satu daerah endemis malaria dengan jumlah kasus klinis yang banyak. Selama tahun 2008 dijumpai kasus malaria klinis sebanyak 2063 kasus dan pada tahun 2009 dijumpai malaria klinis sebanyak 2025 kasus. Dari data tersebut, diperoleh bahwa kelurahan yang memiliki penderita malaria klinis tertinggi adalah kelurahan Penyabungan II yaitu 129 orang. Data tersebut


(20)

menunjukkan bahwa kasus malaria masih sangat tinggi di daerah tersebut sehingga diperlukan upaya penanggulangan (Dinkes Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009).

Upaya penurunan kejadian malaria yang telah dilakukan berupa penyemprotan rumah penduduk di daerah endemis (larvaciding), kelambunisasi yang sudah dicelup dengan zat insektisida, kontrol larva/jentik (biological control) dengan menaburkan benih ikan sebagai predator ke dalam pertambakan/kolam, pengobatan penderita dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dan klinik khusus malaria (Dinas Kesehatan Kab. Madina, 2004).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang gambaran perilaku masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal sehingga diketahui seberapa maksimal penanggulangan malaria yang sudah dilakukan di Kecamatan Penyabungan Kota dan tindakan yang dilakukan masyarakat dalam penanggulangan malaria.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah belum diketahuinya gambaran perilaku masyarakat dalam penanggulangan kasus malaria di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.


(21)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menanggulangi kasus malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberi gambaran dan informasi bentuk peran serta masyarakat dalam membantu pemerintah melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan malaria.

2. Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas dapat menjadi masukan dan pengambilan kebijakan pembangunan kesehatan khususnya dalam upaya penanggulangan penyakit malaria.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon / reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap). Perilaku aktif dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah nampak seperti pengetahuan, persepsi atau motivasi (sarwono, 1997).

2.1.1. Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benjamin,seorang psikologi pendidikan, membagi perilaku ke dalam 3 domain (kawasan / ranah). Kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain) dan psikomotor (psychomotor domain), (Notoatmodjo, 2003).

Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana.


(23)

Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan pada pengetahuan ekologi manusia (Soemirat, 2000).

Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (Kongnisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga terbentuk manusia Indonesia seutuhnya (harmonis).

Ahli-ahli umum menggunakan istilah pengetahuan, sikap dan tindakan yang acap kali disingkat dengan KAP (knowledge, attitude, practice).

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya dating dari pengalaman,juga bias didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau


(24)

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahai diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


(25)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yag masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(26)

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

c. Tindakan (Practice)

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat tindakan diantaranya :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat tiga.


(27)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Rogers (1986) seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya).

4. Trial, dimana telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Adapun teori terbaru proses adopsi, yakni Inovation Decision Process yang terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Tahap pengertian (Knowledge).

Pada tahap ini individu diperkenalkan akan adanya sesuatu yang baru (Inovasi) dan individu lalu memperoleh pengertian tentang inovasi tersebut.


(28)

Dalam diri individu akan tumbuh sikap positif dan negatif terhadap inovasi tersebut.

3. Tahap pengambilan keputusan

Pada tahap ini individu memutuskan apakah ia akan menerima atau menolak inovasi tersebut.

Tahap pemantapan (confirmation)

Pada tahap ini individu mencari-cari informasi lebih lanjut sehubungan dengan keputusan yang diambil sudah tepat.

2.1.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku

Hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri yang disebut sfaktor intern (dalam) dan sebagian terletak di luar dirinya, yang disebut dengan ekstern (luar).

1. Yang merupakan bagian dari factor-faktor intern (dalam), termasuk :

a. keturunan, dimana seseorang berperilaku tertentu, karena memang sudah demikianlah diturunkan oleh orang tuanya.

b. Motif, dimana seseorang berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan sebagai berikut : Kebutuhan biologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar atau kebutuhan fisiologis (kebutuhan akan makan dan minum, kebutuhan akan perumahan, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan akan sex), Kebutuhan social, yang meliputi akan perlindungan, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain, kebutuhan akan kasih saying / cinta kasih, kebutuhan untuk


(29)

diakui kelompoknya, dan yang ketiga merupakan Kebutuhan rohani yang meliputi kebutuhan agama, kebutuha pendidikan, kebutuhan akan prestise / gengsi dan sebagainya.

2. Sedangkan faktor ekstern (luar) yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan yang mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul dorongan-dorongan untuk berbuat sesuatu misalnya pengaruh dari lingkungan sendiri (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Perilaku Kesehatan

Semua ahli kesehatan masyarakat di dalam membicarakan masalah status kesehatan mengacu pada teori Benjamin Bloom. Dimana Benjamin menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan yang mempunyai andil yang paling kecil.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan atau reaksi manusia baik bersiat pasi maupun bersifat aktif. Dengan demikian perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance), ini terdiri dari 3 aspek : a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) b. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit (health prevention behavion) c. Perilaku terhadap gizi makanan dan minuman (health nutrition behavior) 2. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)


(30)

3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu Faktor pencetus (factor predisposition). Faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). Sehingga dari teori tersebut saling berkesinambungan, maka skema dari Benjamin dan Lawrence Green dapat dimodifikasikan sebagai berikut :

Keturunan

Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan Lingkungan

Perilaku

Proses Perubahan

Predisposition Factor Enabling Factor Reinforcing

(Pengetahuan, (Ketersediaan Factor (Sikap

kepercayaan dan sumber-sumber dan dan perilaku)

Nilai) fasilitas)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang berkaitan sakit dan penyakit, system pelayanan


(31)

kesehatan, makanan serta lingkungan. Reaksi tersebut bias pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun aktif (berupa tindakan). Sedangkan menurut Kasl dan Cobb, perilaku kesehatan adalah setiap tindakan yang diambil oleh seseorang individu yang berpendapat bahwa dirinya sehat dengan maksud untuk mencegah terjadinya penyakit atau mengenalnya pada stadium permulaan.

Sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut mencakup perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan degan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit yang berarti respons untuk melakukan pencegahan penyakit.

Seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour). Indikator praktek kesehatan mencakup hal-hal berikut : a. Tindakan sehubungan dengan penyakit, tindakan atau perilaku ini mencakup

pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan antara lain mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang, melakukan olah raga, menjauhkan diri dari rokok serta obat terlarang lainnya.


(32)

c. Tindakan kesehatan lingkungan, antara lain membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, membuang air besar di jamban dan lainnya (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis, munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider, kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health

belief model) (Notoatmodjo, 2003).

Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, kesiapan

individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang


(33)

ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka

utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model (HBM) merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut Health Belief Model (HBM) kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006).

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa, bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu : 1. Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan

kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.


(34)

Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman perilaku, seperti check-up untuk mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi (Machfoedz, 2006).

Menurut Kosa dan Robertson yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa perilaku kesehatan individu cendrung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, setiap individu mempunyai cara yang berbeda didalam mengmbil tindakan penyembuhan atau pencegahan, meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis.

Apabila individu bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada empat variabel yang terlihat dalamtindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan(perceivet susceptibility) agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan(susceptible) terhadap penyakit tersebut dan keseriusan yang dirasakan( perceived seriousness), tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang dirasakan, apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat(serius),


(35)

ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, tergantuk pada manfaat yang dirasakan dari rintangan yangditemukan, isyarat atau tanda-tanda(cues) untuk mendapatkan tingkat penerimaanyang benar tentang kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal, misalnya pesan-pesan pada media masa, nasehat atau anjuran teman atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2003).

2.4. Penyakit Malaria

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembangbiakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles. Masa inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan, setelah masa tunas, orang yang tertular akan mengalami demam tinggi dan menggigil selama beberapa jam, disertai pengeluaran keringat yang banyak, pusing, mual. Kemudian diikuti dengan masa bebas gejala, dimana penderita merasa sehat seperti sedia kala, namun setelah beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang kembali, demikian seterusnya berulang-ulang. Penghancuran sel-sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi anemis, hati dan limpa membesar, sumbatan-sumbatan pada pembuluh kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang sangat sensitive terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya (Sudrajat, 2000).

Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :

a. Malaria tertiana, disebabkan oleh plasmodium vivax, demam muncul setiap hari ketiga.


(36)

b. Malaria quartana, disebabkan oleh plasmodium malariae, demam setiap hari keempat.

c. Malaria serebral, disebabkan oleh plasmodium falcipanim, demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian yang mendadak.

d. Malaria pemisiosa, disebabkan oleh plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip stroke, koma disertai gejala malaria yang berat (Sudrajat, 2000).

Meningkatnya kasus malaria di berbagai tempat di Indonesia dewasa ini di antaranya disebabkan oleh meluasnya plasmodium yang resisten terhadap obat anti malaria dan nyamuk vector yang resisten terhadap insektisida, sehingga kebutuhan vaksin malaria sangat diharapkan. Namun demikian usaha menemukan vaksin malaria yang protektif sampai saat ini masih belum didapatkan diantaranya oleh karena adanya variasi antigenik antar plasmodium di berbagai daerah. Untuk dapat merencakan desain vaksin yang protektif bagi masyarakat di daerah endemik di Indonesia, perlu dilakukan identifikasi epitop pada protein permukaan Plasmodium falciparum dari beberapa daerah endemik di Indonesia (Ditjen PPM & PLP,2004).

Penyebaran penyakit malaria dipengaruhi oleh faktor Host, Agent, dan

Environment. Di samping ketiga faktor tersebut, faktor perilaku manusia juga

berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria. 2.4.1. Faktor Host

Host pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate

(manusia) dan Host Defniitif (nyamuk). Manusia disebut sebagai Host Intermediate (penjamu sementara) karena di dalam tubuhnya terjadi siklus aseksual parasit malaria 6,43 kali dibandingkan yang memakai kelambu, bekerja di luar rumah dapat memberi


(37)

resiko sebesar 13,48 kali untuk tertular malaria dibandingkan orang yang tidak bekerja atau yang bekerja di dalam rumah.

2.4.2. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Malaria

Saifuddin (2004) di Kabupaten Bireun, menemukan bahwa umumnya penderita malaria memiliki rumah dengan saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebesar 61,5% dan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara keadaan saluran pembuangan air limbah dengan angka kejadian malaria. Maulana (2003) di Kabupaten Simeulue NAD menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa habitat nyamuk Anopheles spp di Kecamatan Simeulue Timur adalah umumnya rawa dan lagun.

Sushanti dkk (1993-1996) di Tapanuli Selatan, tempat perindukan nyamuk

anopheles sp adalah di kolam dan di sawah, dimana kepadatan/populasi jentik lebih

banyak ditemukan di sawah bila dibandingkan di kolam.

2.5.Teori-Teori Yang Berhubungan Dengan Penelitian Malaria 2.5.1. Epidemiologi Malaria

1. Gejala Klinis

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium mempunyai gejala utama demam, menggigil dan berkeringat..(Harijanto,P.N,2000) 2. Penyebaran Penyakit Malaria

Penyakit malaria di Indonesia ditemukan tersebar luas di semua pulau dengan derajat dan berat infeksi berbeda-beda. (Pribadi,1997).

3. Penularan Penyakit Malaria


(38)

a. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection) adalah suatu infeksi yang terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles sp betina yang mengandung parasit (plasmodium)

b. Penularan Secara Mekanik (Mechanical Infection). Terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang mengandung parasit malaria

c. Malaria Kongenital, terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi parasit malaria. Infeksi Kongenital jarang terjadi (Bruce-Chwat,L.J,1985)

2.5.2. Konsep Segitiga Epidemiologi Terhadap Penyebaran Malaria

Penyebaran malaria secara epidemiologi dapat terjadi akibat terjadinya interaksi tiga faktor yaitu : agent, hospes dan environment

1. Parasit/Plasmodium (Agent)

Parasit (plasmodium) hidup dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit (plasmodium) hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual dan hidup dalam tubuh manusia pada tahap daur aseksual (Depkes RI, 1999).

Menurut Harijanto (2000) dikenal 4 jenis plasmodium yaitu :

a. P. vivax, menyebabkan malaria tertiana/vivak (demam setiap hari ke-3).

b. P.falcifarum, memberikan banyak komplikasi dan cukup ganas, menyebabkan

malaria tropika (demam setiap 24-48 jam)

c. P.malariae, jarang dijumpai menyebabkan malaria quartana/malariae (demam

setiap hari ke-4).

d. P.ovale, dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian jaya.

2. Faktor Pejamu (Hospes)


(39)

Manusia merupakan tempat berkembangbiaknya agent sekaligus sebagai sumber penularan melalui vektor. Ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap agent. Faktor-faktor tersebut yaitu : (Depkes RI, 1994) Usia : Anak-anak lebih rentan terhadap malaria yaitu usia : 2-9 tahun, ras, riwayat pernah menderita malaria, cara hidup (life style), perilaku terhadap terjadinya malaria (man-made malaria), sosial ekonomi, status gizi, faktor keturunan dan imunitas.

b. Hospes Definitive (Vektor sebagai Pejamu tetap/nyamuk Anopheles,sp)

Hanya nyamuk Anopheles spp. betina yang menghisap darah. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telur nyamuk, dalam proses penularan penyakit.

Berdasarkan kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopheles,sp. dapat dikelompokkan sebagai berikut : (Depkes RI, 1999a) :

1. Tempat hinggap atau istirahat. Ada yang lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah (eksofilik) dan ada di dalam rumah (endofilik).

2. Tempat Menggigit. Ada yang lebih suka menggigit di luar rumah (eksofagik) dan ada di dalam rumah (endofagik).

3. Objek yang digigit. Ada yang lebih suka menggigit manusia (antrofilik) dan ada yang lebih suka menggigit hewan (zoofilik).

3. Faktor Lingkungan (Environment)

Faktor environment (lingkungan) dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu : (Depkes RI, 1999a)


(40)

1. Suhu. Suhu sangat berpengaruh terhadap siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik.

2. Kelembapan. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria (Harijanto,2000).

3. Hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran air pada sungai atau saluran air lebih kuat sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air (Bruce-Chwat.I.J,1985).

4. Ketinggian. Secara umum malaria akan berkurang pada tempat yang makin tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut jarang terjadi transmisi (Harijanto,2000).

5. Angin. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar.

6. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, sedang

anopheles barbirostris dapat hidup pada tempat yang teduh maupun di tempat

yang terang.

7. Arus air. Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan dengan air yang statis atau mengalilr sedikit, Anopheles minimus menyukai tempat perindukan dengan aliran air yang cukup deras sedang anopheles letifer suka di tempat air yang tergenang.


(41)

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat menghalangi masuknya sinar matahari, atau melindungi larva dari serangan makhluk hidup lain. Beberapa jenis ikan pemakan larva (predator) seperti ikan kepala timah (Panchax, sp) gambusia sp, nila (Oreochomis niloticus) dan lain lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. M.Sudomo, dkk (1998) dalam penelitiannya di desa Sihepeng menyimpulkan bahwa ikan nila merah (Oreochromis

niloticus) ternyata dapat mengendalikan populasi larva nyamuk Anopheles di kolam

percobaan di desa Sihepeng. c. Lingkungan Kimiawi

Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah keadaan kadar garam tempat perindukan. Anopheles sundaicus menyukai tempat perindukan dan tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garam antara 12-18%, tidak dapat berkembang biak pada kadar air dengan kadar garam lebih dari 40%.

4. Lingkungan Sosial Budaya. a. Sosial Budaya dan Perilaku

Lingkungan sosial budaya cukup besar pengaruhnya terhadap transmisi malaria. Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam pada masyarakat, akan memudahkan terjadinya gigitan nyamuk pada manusia. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan.

b. Pandangan atau persepsi masyarakat, jika malaria dianggap sebagai penyakit berbahaya maka masyarakat secara bersama-sama akan membersihkan.


(42)

Penanggulangan wabah malaria adalah suatu keadaan yang mendesak untuk ditangani dengan segera dan memerlukan tindakan yang bersifat khusus, oleh karenanya sebagai pedoman operasional penanggulangan wabah malaria dapat dipakai kriteria adanya peningkatan bermakna dari penderita klinis dan kematian atau dengan membandingkan situasi malaria selama tiga tahun terakhir dengan situasi pada saat ini pada masa transisi yang berlangsung.

Terwujudnya masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria pada tahun 2025 secara bertahap.

1. Kebijaksanaan

a. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, dan masyarakat.

b. Pembebasan malaria dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat.

2. Strategi

a. Memberdayakan masyarakat dalam mendukung secara aktif pemberantasan malaria.

b. Meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat yang berisiko malaria terhadap upaya pemberantasan malaria yang berkualitas.

c. Meningkatkan sistem surveilans, pemantauan dan evaluasi, serta sistem informasi kesehatan.


(43)

d. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk berperan aktif dalam pengendalian malaria dengan menggalang keitraan bersama sektor terkait, swasta, organisasi kemasyarakatan melalui forum kerja sama Gebrak Malaria, atau organisasi kemasyarakatan yang sudah ada.

3. Jenis-Jenis Kegiatan

Strategi tersebut dicapai dengan melaksanakan beberapa jenis kegiatan berikut ini.

a. Peningkatan akses pelayanan

- penemuan penderita suspek malaria

- konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan / atau RDT) - pengobatan

- penyediaan LLIN untuk melindungi terhadap gigitan nyamuk - peningkatan kualitas fasilitas pelayanan

b. Penggalangan kemitraan untuk pemberantasan malaria yang berkesinambungan

- Melakukan advokasi untuk meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan menggalang kemitraan secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor swasta dan organisasi kemasyarakatan melalui forum kerja sama Gebrak Malaria yang menjamin tersedianya sumber daya untuk mendukung upaya pemberantasan malaria yang berkesinambungan.

c. Peningkatan system surveilans malaria


(44)

- Surveilans kasus malaria dan vector - Pemantauan efikasi obat dan insektisida

- System informasi malaria (pelaporan dan pencatatan) - Juru malaria desa

d. Pemberdayaan masyarakat

- Pembentukan pos malaria desa - Promosi kesehatan

- Kemitraan dengan NGO, CBO, FGO

- Pemberdayaan posyandu, desa siaga, dan lain-lain e. Quality assurance akuntabilitas kinerja program

- Penelitian / survey

- Evaluasi, review manajemen program - Auditing


(45)

2.6.Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas, menggunakan teori HBM (Health Belief Model) yang menggambarkan bahwa, karakteristik responden dan sumber informasi yang diterima responden berhubungan dengan pengetahuan maupun sikap responden. Hal ini akan mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap penanggulangan Malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.

Karakteristik Masyarakat 1. Umur

2. Pendidikan 3. Pekerjaan

Sumber Informasi 1. Media Cetak 2. Media Elektronik 3. Petugas Kesehatan 4. Tetangga/teman

Pengetahuan Sikap

Tindakan Terhadap Penanggulangan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2010. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu daerah endemis malaria termasuk Kecamatan Penyabungann Kota.

2. Dari 17 keluarahan/ desa yang ada di Kecamatan Penyabungan Kota, kelurahan Penyabungan II memiliki penderita malaria klinis yang pailng tinggi yaitu sebanyak 129 orang.

3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam penanggulangan malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2010.

3.2.2. Waktu Penelitian


(47)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2010, yaitu 886 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan pertimbangan keterbatasan sumber daya dan waktu yang dimiliki peneliti, maka peneliti tidak melakukan penelitian terhadap seluruh kepala keluarga tetapi menggunakan teknik simple random sampling.

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1994) sebagai berikut :

Z2 . P (1 – P). N

d2 . (N – 1) + Z2 P ( 1 – P) Dimana N : Besar populasi

n : Besar Sample d : galat pendugaan (0.1)

Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1.645) P : Proporsi Populasi (Ditentukan 0.5) Maka besar sampel :

n =

n

=

(0,1)2 . (886) + (1,645)2 . 0,5 (1 – 0.5)

n

=

(2,706) . (0.25). (886)

(0,01) . (886) . + ((1,645)2.(0.25)) (1,645)2 . 0.5 (1 – 0.5) . 886


(48)

n =

n = 61,9 --- 62  65 Orang.

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung melalui kuesioner tentang perilaku masyarakat dalam penanggulangan Malaria di Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2010.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal tentang wabah Malaria dan data sarana kesehatan serta cakupan pelayanan kesehatan pemberantasan penyakit menular khususnya Malaria, serta data demografi dari Kelurahan Penyabungan II.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai cara penanggulangan malaria.

2. Sikap adalah reaksi atau responden mengenai cara penanggulangan malaria. 3. Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan responden dalam hal

penanggulangan malaria. 9,6825 599,379


(49)

4. Umur adalah lama waktu perjalanan responden yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai pada saat wawancara berdasarkan pengakuannya dalam tahun.

5. Pendidikan adalah kegiatan sekolah yang pernah diikuti responden, berdasarkan ijazah terakhir seperti : Tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA dan Akademi/PT.

6. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

7. Media cetak adalah sumber ifnormasi yang didapat berasal dari surat kabar, majalah.

8. Media elektronik adalah sumber informasi yang didapat berasal dari TV dan Radio.

9. Petugas kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

10.Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa yang biasa disebut plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada (Arikunto,1998).


(50)

3.6.1. Pengetahuan

Untuk pengetahuan disusun sebanyak 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan

mempunyai nilai tertinggi 3 dan terendah 1. Total skor tertinggi 60. Berdasarkan jumlah nilai

yang ada dapat diklafikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Pengetahuan Baik, apabila jumlah skor responden > 45 (> 75%)

b. Pengetahuan Sedang, apabila jumlah skor responden 27 – 45 ( 45% - 75%)

c. Pengetahuan Kurang, apabila jumlah skor responden < 27 (< 45%)

3.6.2. Sikap

Untuk sikap disusun sebanyak 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan mempunyai

nilai tertinggi 4 dan terendah 1. Total skor tertinggi 80. Berdasarkan jumlah nilai yang ada

dapat diklafikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap Baik, apabila jumlah skor responden > 60 (> 75%)

b. Sikap Sedang, apabila jumlah skor responden 36 – 60 (45% - 75%)

c. Sikap Kurang, apabila jumlah skor responden < 36 (> 45%)

3.6.3. Tindakan

Untuk tindakan disusun sebanyak 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan

mempunyai nilai tertinggi 3 dan terendah 1. Total skor tertinggi 60. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklafikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tindakan Baik, apabila jumlah skor responden > 45 (> 75%)

b. Tindakan Sedang, apabila jumlah skor responden 27– 45 (45% - 75%)


(51)

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dilakukan kemudian disusun, dilakukan coding, editing

dan tabulating dan entry, yang diolah secara manual. Selanjutnya data di analisa secara


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Aek Tolang Sebelah Timur berbatasan dengan : Kota Siantar Sebelah Selatan berbatasan dengan : Sipolu-Polu Sebelah Barat berbatasan dengan : Penyabungan Julu

Kelurahan Panyabungan II, sebagai ibu kota Kecamatan Penyabungan Kota, memiliki ketinggian 250 – 800 meter dari permukaan laut. Kelurahan Penyabungan II terbagi atas wilayah dataran rendah dengan elevasi 00 – 20 seluas 160.500 Ha (24,24%), wilayah dataran landai dengan elevasi 20 – 150 seluas 36.585 Ha (5,49%). 4.1.2. Keadaan Demografi

Setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal semakin bertambah dengan laju pertumbuhan penduduk yang hampir sama. Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 359.849 jiwa atau sekitar 3,13% dari seluruh penduduk Propinsi Sumatera Utara. Penduduk Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2006 sebanyak 413.750 dengan penduduk perempuan sebesar 210.845 jiwa dan laki-laki sebesar 202.905 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Mandailing Natal dari tahun 2002 ke tahun 2004 tidak mengalami perubahan dan merata di seluruh kecamatan. Pada tahun 2005 laju pertumbuhan mengalami penurunan, yaitu 1,01% dan kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 1,06%.


(53)

4.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan

Kecamatan Penyabungan Kota mempunyai 1 buah puskesmas (Puskesmas Panyabungan Jae) dan 4 buah puskesmas pembantu. Ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan yang memadai dan mutlak diperlukan guna menunjang pelayanan kesehatan yang merata dan hal tersebut sangat menunjang terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pola penyakit pada semua kelompok umur berdasarkan pemantauan pada Puskesmas masih didominasi oleh penyakit ISPA. Penyakit malaria merupakan penyakit menular kedua setelah ISPA. Distribusi penyakit malaria klinis yang dikumpulkan selama 12 bulan dari hasil kunjungan pasien di Puskesmas dan puskesmas pembantu di desa endemis, apabila dilihat berdasarkan bulan sangat berfluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh musim.


(54)

4.2. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010

No. Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah

(Orang) %

1 21 - 25 2 3.1

2 26 - 30 4 6.2

3 31 - 35 8 12.3

4 36 - 40 8 12.3

5 41 - 45 21 32.3

6 46 - 50 12 18.5

7 51 - 55 2 3.1

8 56 - 60 3 4.6

9 66 - 70 5 7.7

J U M L A H 65 100,0

No. Jenis Kelamin Jumlah

(Orang) %

1 Laki-laki 34 52.3

2 Perempuan 31 47.7

J U M L A H 65 100,0

No. Pendidikan Jumlah

(Orang) %

1 Tamat SD 39 60.0

2 Tamat SLTP 1 1.5

3 Tamat SLTA 19 29.2

4 Akademi/ Perguruan Tinggi 6 9.2

J U M L A H 65 100,0

No. Pekerjaan Jumlah

(Orang) %

1 Tidak Bekerja 5 7.7

2 Ibu Rumah Tangga 4 6.2

3 Bertani/Buruh swasta 19 29.2

4 PNS 6 9.2

5 Pegawai swasta 4 6.2

6 Pedagang 27 41.5

J U M L A H 65 100,0

No. Pendapatan Jumlah

(Orang) %

1 < Rp. 965.000,- 46 70.8

2 > Rp. 965.000,- 19 29.2


(55)

Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa umur responden terbanyak adalah 41 – 45 tahun yaitu sebanyak 21 orang (32,3%) dan yang paling sedikit adalah masing-masing 2 orang (3,1%) umur 21- 25 tahun dan 51 – 55 tahun. Sedangkan jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (52,3%), dan paling sedikit adalah perempuan yaitu 31 orang (47,7%). Pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Dasar yaitu sebanyak 39 orang (60%), sedangkan pendidikan responden sebagian kecil adalah tamat Sekolah Menengah Pertama yaitu sebanyak 1 orang (1,5%).

Dilihat dari tabel 1 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah bertani atau buruh swasta 19 orang (29,9%), sedangkan pekerjaan responden sebagian kecil adalah ibu rumah tangga dan pegawai swasta yaitu sebanyak masing-masing 4 orang (6,2%). Berdasarkan tabel juga menunjukkan bahwa pada umumnya pendapatan responden adalah < Rp. 965.000 yaitu sebanyak 46 orang (70,8%), dan yang lainnya > Rp. 965.000 yaitu sebanyak 19 orang (29,2%). 4.3. Sumber Informasi

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Penyakit Malaria

No. Sumber Informasi Jumlah

(Orang) %

1 Televisi

Ya 52 80,0

Tidak 13 20,0

J U M L A H 65 100,0

2 Radio

Ya 24 36,9

Tidak 41 63,1


(56)

Lanjutan Tabel 2. 3 Majalah / Koran

Ya 13 20,0

Tidak 52 80,0

J U M L A H 65 100,0

4 Teman / Tetangga

Ya 60 92,3

Tidak 5 7,7

J U M L A H 65 100,0

5 Petugas Kesehatan

Ya 61 93,8

Tidak 4 6,2

J U M L A H 65 100,0

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa sumber informasi responden sebagian besar dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 61 orang (93,8%), sedangkan sumber informasi responden sebagian kecil dari majalah/koran yaitu sebanyak 13 orang (20%).

4.4. Pengetahuan Responden

Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Malaria

No. Pengertian Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk 51 78.5 2 Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa yang

disebut Plasmodium 14 21.5

J U M L A H 65 100,0

No. Penyebab Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Virus 10 15.4

2 Vektor nyamuk 53 81.5

3 Protozoa 2 3.1


(57)

Lanjutan Tabel 3.

No. Cara Penularan Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty 47 72.3 2 Melalui gigitan nyamuk Anopheles 18 27.7

J U M L A H 65 100,0

No. Gejala Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Demam tinggi dan bintik merah pada kulit 15 23.1

2 Demam tinggi dan menggigil 11 16.9

3 Demam tinggi, menggigil, berkeringat, sakit

kepala, mual 39 60.0

J U M L A H 65 100,0

No. Yang Mempengaruhi Penyebaran Penyakit Malaria

Jumlah

(Orang) %

1 Lingkungan yang kotor 51 78.5

2 Nyamuk, lingkungan dan perilaku manusia 14 21.5

J U M L A H 65 100,0

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui pengertian penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu sebanyak 51 orang (78,5%) dan sebanyak 14 orang (21,5%) responden mengetahui bahwa penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Protozoa yang disebut Plasmodium.

Dapat diketahui bahwa sebanyak 53 orang responden (81,5%) mengatakan bahwa penyebab penyakit malaria adalah nyamuk, sebanyak 10 orang (15,4%) responden mengatakan bahwa penyebab penyakit malaria adalah virus. Hanya 2 orang (3,1%) yang mengetahui bahwa penyebab penyakit malaria adalah protozoa.

Untuk gejala penyakit malaria diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui gejala penyakit malaria yaitu sebanyak 39 orang (60%) adalah demam tinggi, menggigil, berkeringat, sakit kepala dan mual, sebanyak 15 orang (23,1%) mengatakan bahwa gejala penyakit malaria adalah demam tinggi dan bintik merah


(58)

pada kulit, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa gejala penyakit malaria adalah demam tinggi dan menggigil yaitu sebanyak 11 orang (16,9%).

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria adalah lingkungan yang kotor yaitu sebanyak 51 orang (78,5%), sedangkan yang lainnya sebanyak 14 orang (21,5%) mengatakan bahwa yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria adalah nyamuk, lingkungan dan perilaku manusia.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Vektor Penyakit Malaria

No. Vektor Penyebaran Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Lalat 6 9.2

2 Manusia 4 6.2

3 Nyamuk 55 84.6

J U M L A H 65 100,0

No. Tempat Sarang Nyamuk Jumlah

(Orang) %

1 Air selokan 46 70.8

2 Air genangan 19 29.2

J U M L A H 65 100,0

No. Tempat Nyamuk Malaria Suka Hinggap Jumlah

(Orang) %

1 Di bak mandi 15 23.1

2 Air tergenang 19 29.2

3 Di baju yang bergantungan 31 47.7

J U M L A H 65 100,0

No. Waktu Nyamuk Malaria Akif Menggigit Jumlah

(Orang) %

1 Pagi hari 49 75.4

2 Sore hari 11 16.9

3 Malam hari 5 7.7


(59)

Lanjutan Tabel 4.

No. Jenis Ikan Pemakan Jentik Jumlah

(Orang) %

1 Ikan lele dan gabus 53 81.5

2 Ikan kepala timah, nila dan mujair 12 18.5

J U M L A H 65 100,0

No. Lingkungan yang Disukai Nyamuk Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Lingkungan yang banyak genangan air dan

rawa-rawa 65 100.0

J U M L A H 65 100,0

Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa vektor penyebar penyakit malaria adalah nyamuk yaitu sebanyak 55 orang (84,6%), sebanyak 6 orang (9,2%) responden mengatakan bahwa lalat. Sebanyak 4 orang (6,2%) responden mengatakan bahwa vektor penyebar penyakit malaria adalah manusia.

Berdasarkan tabel 4 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui tempat sarang nyamuk adalah air selokan yaitu sebanyak 46 orang (70,8%), sedangkan 19 orang (29,2%) responden mengetahui bahwa tempat sarang nyamuk adalah air genangan.

Berdasarkan hasil di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui nyamuk malaria suka hinggap di baju yang bergantungan yaitu sebanyak 31 orang (47,7%), sebanyak 19 orang (29,2%) responden mengatakan bahwa nyamuk malaria suka hinggap di air yang tergenang, sedangkan 15 orang (23,1%) responden mengetahui bahwa nyamuk malaria suka hinggap di bak mandi.

Dapat diketahui bahwa sebanyak 49 orang responden (75,4%) mengatakan bahwa nyamuk malaria aktif menggigit pada pagi hari, sebanyak 11 orang (16,9%)


(60)

responden mengatakan bahwa nyamuk malaria aktif menggigit pada sore hari, sedangkan 5 orang (7,7%) yang mengetahui bahwa nyamuk malaria aktif menggigit pada malam hari.

Untuk jenis ikan pemakan jentik diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui jenis ikan pemakan jentik yaitu sebanyak 53 orang (81,5%) adalah ikan lele dan gabus, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa jenis ikan pemakan jentik adalah ikan kepala timah, nila dan mujair yaitu sebanyak 12 orang (18,5%).

Berdasarkan tabel 4 juga dapat diketahui bahwa semua responden mengetahui bahwa lingkungan yang disukai nyamuk malaria adalah lingkungan yang banyak genangan air dan rawa-rawa yaitu sebanyak 65 orang (100%).


(61)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Malaria

No. Cara Mencegah Gigitan Nyamuk Jumlah

(Orang) %

1 Menggunakan anti nyamuk bakar 14 21.5

2 Menggunakan anti nyamuk oles 11 16.9

3 Memakai kelambu 40 61.5

J U M L A H 65 100,0

No. Program Pencegahan Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Membersihkan pekarangan rumah

masing-masing warga 42 64.6

2 Melakukan penyemprotan di lingkungan yang

sudah ada penderita malaria 23 35.4

J U M L A H 65 100,0

No. Kebijaksanaan yang Sudah Dirumuskan untuk Penanggulangan Malaria

Jumlah

(Orang) %

1 Pembersihan lingkungan sekitar melalui

kegiatan Jum'at bersih 58

2 Kebijaksanaan dalam pemberian pengobatan

gratis kepada semua penderita malaria 7

J U M L A H 65 100,0

No. Kegiatan untuk Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Untuk Malaria

Jumlah

(Orang) %

1 Skor 1(Pengobatan, Peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan) 30 46.2

2 Skor 2 (Pengobatan, Peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan, Penyediaan Kelambu) 35 53.8

J U M L A H 65 100,0

No. Cara Penyembuhan Penyakit Malaria Jumlah

(Orang) %

1 Minum obat secara teratur 27 41.5

2 Minum obat dan memelihara kesehatan diri

serta lingkungan 38 58.5

J U M L A H 65 100,0

No. Tempat Penderita Malaria Memperoleh Pengobatan

Jumlah

(Orang) %

1 Di Puskesmas/ Puskesmas Pembantu 45 69.2

2 Di Rumah sakit 20 30.8


(62)

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa cara mencegah gigitan nyamuk adalah dengan memakai kelambu yaitu sebanyak 40 orang (61,5%), sebanyak 14 orang (21,5%) responden mengatakan bahwa cara mencegah gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan anti nyamuk bakar, sedangkan yang lainnya sebanyak 11 orang (16,9%) mengatakan bahwa cara mencegah gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan anti nyamuk oles.

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa program pencegahan penyakit malaria adalah membersihkan pekarangan rumah masing-masing warga yaitu sebanyak 42 orang (64,6%), sedangkan yang lainnya yaitu 23 orang (35,4%) responden menyatakan bahwa program pencegahan penyakit malaria adalah melakukan penyemprotan di lingkungan yang sudah ada penderita malaria.

Berdasarkan tabel 5 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengungkapkan bahwa kebijaksanaan yang sudah dirumuskan untuk penanggulangan malaria adalah pembersihan lingkungan sekitar melalui kegiatan Jum'at bersih yaitu sebanyak 58 orang (89,2%), sedangkan 7 orang (10,8%) responden mengetahui bahwa kebijaksanaan yang sudah dirumuskan untuk penanggulangan malaria adalah kebijaksanaan dalam pemberian pengobatan gratis kepada semua penderita malaria.

Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh nilai 2 tentang kegiatan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk penyakit malaria yang mereka ketahui yaitu sebanyak 35 orang (53,8%), sedangkan sebanyak 30 orang (46,2%) memperoleh nilai 1. Dari jawaban responden diketahui sebagian


(63)

besar responden menyatakan bahwa kegiatan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk penyakit malaria adalah dengan pengobatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan penyediaan kelambu.

Berdasarkan hasil di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengungkapkan bahwa penyembuhan penyakit malaria adalah minum obat dan memelihara kesehatan diri serta lingkungan yaitu sebanyak 38 orang (58,5%), sedangkan 27 orang (41,5%) responden mengetahui bahwa penyembuhan penyakit malaria adalah dengan minum obat secara teratur.

Dapat diketahui bahwa sebanyak 45 orang responden (69,2%) mengatakan bahwa tempat penderita malaria memperoleh pengobatan adalah di puskesmas atau puskesmas pembantu, sedangkan 20 orang (30,8%) mengetahui bahwa tempat penderita malaria memperoleh pengobatan adalah di rumah sakit.


(1)

a. Y a

( 1)

b. Ti

dak

( 3)

7. Ji

ka ya, bagaimana bentuknya? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. A

ir payau/genangan air

b. B

aju bergantungan

c. S

aluran pembuangan limbah yang tidak lancar

d. L


(2)

8.

Apakah yang Anda lakukan jika melihat adanya tempat yang memungkinkan

dihinggapi nyamuk (barang-barang bekas yang digenangi air)?

a.

Mengubur

(

2)

b.

Membakar

(

3)

c.

Membiarkan saja

(

1)

9.

Apakah Saudara/i pernah melakukan penanggulangan nyamuk sebagai vektor

malaria?

a. Pernah

(3)

b. Tidak Pernah

(1)

10. Jika pernah, apa yang Saudara/i lakukan?

a. Penyemprotan jentik nyamuk

(2)

b. Pembersihan lingkungan (3)

c. Lainnya, sebutkan________________ (1)

11.

Biasanya Saudara menggunakan jenis anti nyamuk apa?

a.

Anti nyamuk bakar

(

1)

b.

Anti nyamuk oles

(

1)


(3)

c.

Semprot

(

1)

12.

Apakah cara lain yang Saudara/i gunakan untuk menghindari gigitan nyamuk

selain menggunakan anti nyamuk?

a.

Kawat kasa

(

2)

b.

Kelambu

(

3)

c.

Anti nyamuk bakar

(

1)

13.

Apakah lingkungan tempat tinggal Saudara/i beresiko untuk terjangkit penyakit

malaria?

a. Y

a

( 1)

b. Ti

dak

( 3)

14. Ji

ka ya, bagaimanakah kondisi tempat tinggal Saudara/i?

a. M

emiliki kolam ikan

b. M


(4)

c. S PAL yang terbuka dan tidak lancar

d. L

ainnya, sebutkan____________________

15.

Berapa kali dalam sebulan melakukan gotong royong untuk memberantas sarang

nyamuk?

a.

1 kali dalam

seminggu

(

3)

b.

2 kali dalam seminggu

(

2)

c.

1 kali dalam sebulan

(

1)

16.

B

agaimana peran petugas kesehatan dalam menanggulangi penyakit malaria?

a. M

elakukan kegiatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit malaria ( 3)

b. M

emberikan penjelasan tentang penyakit malaria saja di kegiatan posyandu ( 2)

c. Ti

dak ada peran sama sekali ( 1)


(5)

17. K egiatan apa saja yang pernah dilakukan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk penyakit malaria?

(Jawaban boleh lebih dari satu)

a. P

enemuan penderita suspek malaria

b. P

engobatan

c. P

eningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan

d. K

onfirmasi diagnosis

e. P

enyediaan kelambu

f. K

emitraan dengan lintas sektor

18. A

pakah ada anggota keluarga anda yang menderita penyakit malaria?

a. Y

a

( 1)

b. Ti

dak

( 3)

19. Ji

ka ya, kemana Saudara/i membawa anggota keluarga berobat apabila terkena malaria?

a.

RS / Puskesmas

(

Pilih

≤ 2 skor

: 1

Pilih pilih 3 – 4 skor : 2

Pilih

5 Skor

: 3


(6)

b.

Klinik malaria

(

2)

c.

Alternatif / Dukun

(

1)

20. A

pa yang dilakukan oleh penderita malaria setelah sembuh dari penyakit malaria?

a. Ik

ut serta dalam upaya penanggulangan dan pencegahan malaria ( 3)

b. K

embali seperti sebelum menderita malaria ( 1)

c. M

enjaga agar tidak digigit nyamuk ( 2)