Etiologi Cara Penularan Patogenesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di tubuh manusia parasit ini berkembang biak di hati dan kemudian akan menginfeksi sel darah merah. Gejala-gejala malaria yaitu demam, sakit kepala, dan muntah. Biasanya gejala ini muncul antara 10-15 hari setelah digigit oleh nyamuk. Jika tidak segera ditangani bisa mengancam jiwa karena akan terjadi gangguan pembagian darah ke organ-organ vital. Banyak kasus di dunia bahwa parasit ini telah resisten dengan obat-obatan anti malaria WHO, 2009.

2.1.1 Etiologi

Malaria disebabkan oleh infeksi parasit Protozoa darah genus Plasmodium. Ada empat spesies Plasmodium yang menyebabkan penyakit ini, yaitu: P.falciparum, P.vivax, P.ovale, dan P.malariae. Pada perkembangan terbaru terdapat satu spesies lain yang dapat menyebabkan malaria yaitu P.knowlessi WHO, 2009. Di Sumatera utara sejak 1997 s.d. 2001 departemen kesehatan telah melakukan survei pada 6 desa, yang mendapatkan dua spesies Plasmodium yaitu P.falciparum dan P.vivax Pasaribu S. dan Lubis C.P, 2002.

2.1.2 Cara Penularan

Parasit malaria ini ditransmisikan secara alamiah dari manusia ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Diperkirakan terdapat 380 spesies nyamuk Anopheles, namun 60 spesies saja yang dapat mentransmisikan penyakit tersebut. Penyakit malaria juga dapat ditularkan secara tidak alamiah yaitu melalui transfusi darah, transplantasi organ, Universitas Sumatera Utara penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi atau penularan selama persalinan yang disebut dengan malaria kongenital. Salah satu jenis nyamuk Anopheles yang menyebabkan malaria yaitu Anopheles aconitus yang hidup pada daerah air tenang atau sedikit mengalir seperti persawahan. Nyamuk ini menggigit dengan cara menungging dan biasanya pada malam hari, berbeda halnya seperti nyamuk Aedes yang menggigit dengan posisi agak mendatar dan beraktivitas waktu pagi dan sore hari Soegeng, 2007.

2.1.3 Patogenesis

Infeksi malaria dimulai dari masuknya sporozoit yang dikeluarkan dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles melalui gigitannya. Dalam waktu 30-60 menit rata-rata 45 menit, sporozoit tidak ditemukan lagi dalam darah dan telah bersarang dalam hati dan mengadakan penetrasi ke dalam hepatosit serta telah memulai siklus eksoterositik atau fase reproduksi aseksual, yaitu: trofozoit- skison- merozoit. Pada P.vivax fase ini memakan waktu 9- 16 hari. Merozoit yang dihasilkan jumlahnya beribu-ribu tergantung dari jumlah Plasmodium-nya. Pada P.vivax dihasilkan sekitar 10.000 merozoit. Merozoit ini akan merusak hepatosit dan masuk ke dalam aliran darah. Sebagian merozoit akan rusak, tapi sebagian besar merozoit ini akan berikatan dengan reseptor spesifik pada membran eritrosit dan terjadilah penetrasi ke dalam eritrosit. Di dalam eritrosit inilah mulai siklus aseksual eritrositik, yaitu merozoit- trofozoit muda bentuk cincin- trofozoit tua- skison. Skison yang tua akan terus berkembang. Bagian-bagian inti membelah dalam eritrosit, kemudian diikuti sitoplasmanya. Akhirnya eritrosit pecah dan keluarlah merozoit- merozoit. Merozoit-merozoit ini akan kembali menginfeksi eritrosit yang lain dan mengulang siklusnya kembali. Siklus ini dapat berlangsung dan berulang terus. Pada Plasmodium vivax, setiap siklusnya berlangsung selama 42-48 jam. Setelah mengalami 2-3 kali siklus eritrositik, terjadilah suatu fenomena gametogenesis, yaitu beberapa merozoit tidak berubah menjadi trofozoit Universitas Sumatera Utara atau skison, tetapi berkembang menjadi bentuk yang mempunyai potensi seksual melalui siklus gametogoni membentuk makrogametositbetina dan mikrogametositjantan. Masa ini disebut tunas intrinsik. Proses gametogenesis untuk P.vivax membutuhkan waktu kira-kira 4 hari. Pada stadium eritrositik sebelum pembentukan gametosit, sistem imun akan memproduksi antibodi terhadap gametosit. Pada P.vivax terjadi siklus eritrositik sekunder, dimana sebagian merozoit-merozoit hasil dari siklus preeritrositik tidak masuk ke peredaran darah untuk mengikuti siklus eritrositik, melainkan kembali ke sel-sel hepar yang lain untuk mengulangi siklusnya di sana. Siklus eksoeritrositik sekunder inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya relaps pada malaria. Informasi terakhir mengatakan siklus ini dapat disebabkan oleh aktivasi parasit malaria yang sempat sembunyi di dalam hepar. Pada wanita hamil dengan menurunnya kekebalan tubuh maka relaps lebih sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Siklus hidup didalam tubuh nyamuk fase vektor merupakan pertumbuhan seksual. Dimulai dari masuknya gametosit- gametosit pada saat nyamuk mengigit penderita malaria. Parasit- parasit bentuk aseksual maupun seksual ikut terhisap, akan tetapi hanya bentuk seksual saja yang mampu berkembang terus di tubuh nyamuk. Proses yang terjadi di dalam tubuh nyamuk adalah mikrogametosit mengalami eksflagelasi menjadi mikrogamet, sedangkan makrogametosit mengalami pemasakan menjadi satu makrogamet, selanjutnya terjadi fertilisasi yang menghasilkan zigot, 24 jam kemudian berubah menjadi ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding usus dan melekat pada membran basalis di dinding luar usus dan tumbuh menjadi ookista. Ookista akan tumbuh menjadi sepuluh kali lipat ukuran semula yang berisi ribuan sporozoit. Jika ookista pecah, maka sporozoit akan tersebar kedalam hemolimph nyamuk, terutama terkumpul dalam kelenjar ludah nyamuk, sehingga nyamuk tersebut sangat infeksius dan siap menyebarkan penyakit malaria. Sekali gigitan nyamuk mampu mengeluarkan 10 dari keseluruhan jumlah sporozoit yang ada di dalam kelenjar ludah nyamuk. Pada saat inilah sporozoit tumbuh dalam tubuh Universitas Sumatera Utara hospesmanusia. Beberapa trofozoit akan dihancurkan oleh makrofag atau antibodi penderita. Akan tetapi jika penderita yang non-imun, trofozoit akan segera melakukan penetrasi ke dalam hepatosit. Proses patofisiologi pada manusia merupakan akibat dari destruksi eritrosit, pelepasan parasit dan material eritrosit ke dalam aliran darah, serta reaksi dari hospes terhadap kejadian-kejadian tersebut. Pecahnya eritrosit yang terinfeksi skison diikuti gejala panas, sakit kepala dan nyeri otot. Pada penderita yang non-imun biasanya gejala sudah muncul pada derajat parasitemia yang lebih rendah. Parasit malaria melepaskan sejumlah endotoksin yang mengakibatkan aktivasi jaras sitokin. Sel-sel dari makrofag dan monositjuga mungkin endotelium terstimulasi mengeluarkan sitokin. Pada awalnya dihasilkan TNF Tumor Necrosis Factor dan IL-1 Interleukin-1 yang kemudian menginduksi pelepasan sitokin-sitokin lain seperti IL-6 dan IL-8. Pirogen endogen IL-1 dapat diidentifikasi dalam darah pada saat terjadi krisis kimia. Pecahnya eritrosit juga diikuti pelepasan kalium, fosforilasi glukosa, proses oksidasi hemoglobin, rusaknya globin. Juga terjadi perlekatan mekanis eritrosit yang mengandung skison pada endotelium Soegeng, 2007.

2.1.4 Manifestasi Klinis