probability
0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Wahyu Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007:92.
3.7. Defenisi Operasional
Untuk menjelaskan variabel-vaiabel yang sudah diidentifikasi maka perlu defenisi operasional dari masing-masing variabel sebagai upaya pemahaman
dan penelitian. Defenisi dari variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:.
• Faktor promosi X1 merupakan faktor – faktor yang berkaitan dengan adanya promosi atau sosialisasi yang dilakukan bank syariah.
• Faktor nilai taksiran X2 merupakan faktor – faktor yang berkaitan dengan jenis produk, merupakan suatu sistim penaksiran dari bank Sumut Syariah dalam
menentukan HSE Harga standart emas. • Faktor Pelayanan X3 Merupakan faktor- faktor yang berkaitan dengan
bagaimana masyarakat ketika menjadi nasabah dalam memperoleh pinjaman • Minat Nasabah Dalam Produk Qardh dengan Gadai Emas Y merupakan
keinginan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah berdasarkan faktor –
faktor yang diteliti.
3.10 Skala Pengukuran Variabel
Variabel yang dalam penelitian ini yang diukur yaitu variabel faktor – faktor yang mempengaruhi Minat nasabah dalam produk Qardh dengan Gadai
Emas di PT Bank Syariah Mandiri yang terdiri dari variabel faktor Promosi, Nilai taksiran, Prosedur pelayanan dan variabel Minat Nasabah dalam menggunakan
fasilitas Gadai Emas di PT. Bank Syariah Medan. Variabel – variabel ini diukur
dengan menggunakan
Skala Likert
, yang menurut Sugiyono 2004 : 86 adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Peneliti memberikan lima alternative jawaban kepada responden,
maka skala yang digunakan 1 sampai 5. Bobot pemetaan adalah sebagai berikut : Skala 5 = Sangat Setuju
Skala 4 = Setuju Skala 3 = Netral Ragu-ragu
Skala 2 = Tidak Setuju Skala 1 = Sangat Tidak Setuju
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Syariah Mandiri
Bank ini berdiri pada tahun 1955 dengan nama Bank Industri Nasional. Bank ini beberapa kali berganti nama dan terakhir kali berganti nama
menjadi Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul
dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa.Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti BSB yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai YKP PT Bank Dagang Negara
dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya
merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
merger
empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo