Sistem Kewarisan PELAKSANAAN KEWARISAN BETAWI
Karena kebanyakan, masyarakat kampung betawi akan menggunakan tanah tersebut biasanya untuk dipakai berdagang, dan membuat rumah untuk
tempat tinggal nanti.
14
Kalaupun harta itu selain benda tidak bergerak maka akan diakumulasikan terlebih dahulu, dan langsung dibagikan kepada ahli waris.
15
c. Harta Bersama Harta bersama gono-gini adalah harta benda atau hasil kekayaan yang
diperoleh selama berlangsungnya perkawinan. Meskipun harta tersebut diperoleh dari hasil kerja suami saja, isteri tetap memiliki hak atas harta
bersama. Jadi, harta bersama meliputi harta yang diperoleh dari usaha suami
dan isteri berdua atau usaha salah seorang dari mereka.
16
Harta peninggalan ini dapat dibagikan kepada ahli waris, apabila sudah dibayarkan hutang pewaris, biaya pengurusan dan pemakaman jenazah, dan
lain-lain.
17
Tetapi ketika dalam hal kewarisan harta bersama dijadikan alasan yang terjadi adalah keegoisan suami atau istri untuk membagikan harta
tersebut masing-masing tanpa aturan tertentu.
14
Wawancara Pribadi dengan Bapak Syahroni Masyarakat Betawi, Srengseng sawah, Jakarta, 24 November 2013.
15
Wawancara Pribadi dengan Bapak Syahroni Masyarakat Betawi, Srengseng sawah, Jakarta, 24 November 2013.
16
http:www.lbh-apik.or.idfact20-20gono-gini.htm , diakses pada tanggal 28 Januari 2014.
17
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1995, h.29
Dalam hal tersebut tergantung kepada masing-masing pihak dengan cara yang berbeda tapi pada dasarnya tetap sama.
18
Ternyata suami ini tidak mendapatkan harta, pada asalnya memang harta tersebut milik suami, bahkan anak-anak menjadi terlantar, hal tersebut
terjadi ketika ada orangtua yang ego.
19
d. Ahli waris ` Menurut ketentuan yang ditetapkan waris di perkampungan Betawi
sama halnya dengan ketentuan al-Quran yaitu, suami, istri, dan anak. Pada saat tidak ada anak maka saudara sekandung yang mendapat waris.
Dalam hal kewarisan bagi anak laki-laki tetap kepada aturan Al- Quran, jika anak laki-laki lebih kecil dari anak perempuan dianggap kurang
adil.
20
Tetapi ketika dalam terjun ke lapangan yang terjadi bisa saja berbeda, karena yang terjadi laki-laki bisa mendapatkan sama rata bagiannya dengan
anak perempuan, bahkan bisa saja anak perempuan lebih besar. Secara umum dalam pembagian waris masyarakat kampung Betawi
sebagai berikut: Dalam pelaksanaan warisan tetap pada pembagian faraid yaitu laki-laki 2 bagian dan perempuan 1 bagian, tetapi tidak selamanya
18
Aris Riansyah, Tinjauan Hukum Islam terhadap Kewarisan Adat Masyarakat Kampung Betawi di Tasikmalaya, 2009,h.61
.
19
Wawancara Pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Kampung Betawi, Srengseng Sawah, Jakarta , 24 November 2013.
20
Wawancara Pribadi dengan Bapak Thabrani Masyarakat Kampung Betawi, Srengseng Sawah, Jakarta , 24 November 2013.
berjalan seperti itu, ini sebagai landasan, kalaupun ada yang lain tentu ada kebijakan dan pengaturan yang ada. Lebih bagus dan sangat positif ketika
pembagian waris dikaitkan dengan agama mereka mengikuti, dengan asumsi bahwa laki-laki umara dan tangung jawabnya lebih besar.
21
Kebijakan positif tersebut dijelaskan kepada anak dan istri, misalkan ketika ada 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Dan dalam hal ini timbul
kebijakan dari salah satu anak laki-laki, yang haknya mendapatkan dua bagian digabungkan dan dipersentasi dengan 2 anak perempuan, satu anak laki-laki
tersebut digabungkan dan dipecah tiga dengan anak perempuan. Misalnya: Anak laki-laki
Rp.200 dua ratus ribu rupiah Anak laki-laki
Rp.200 dua ratus ribu rupiah Anak laki-laki
Rp.200 dua ratus ribu rupiah Anak Perempuan
Rp.100 seratus ribu rupiah Anak Perempuan
Rp.100 seratus ribu rupiah
Satu anak laki-laki mengambungkan hartanya dengan dua anak perempuan menjadi Rp.400 empat ratus ribu rupiah.
Satu anak laki + dua anak perempuan
Rp.200 + 200 = 400 ribu 400 :3 = 134.000
21
Wawancara Pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Kampung Betawi, Srengseng Sawah, Jakarta , 24 November 2013.
Maka yang terjadi di atas pembagian anak laki-laki dan perempuan menjadi sama rata.
Dalam hal lain pada terdahulu 60-an kadang kala tidak menggunakan hukum Islam dan tidak ada masalah yang terjadi atau pertengkaran. Anak
laki-laki mendapatkan kebun dan anak perempuan mendapatkan sawah, dengan alasan dahulu perempuan memotong padi dan anak laki-laki
berkebun.
22
Tidak membedakan antara wasiat dan warisan, pembagian harta waris tersebut melalui faktor, pertama kedekatan orangtua kepada anak bisa terjadi
anak perempuan lebih besar dari saudara laki-laki 13 anak perempuan 23 anak laki-laki, kedua berdasarkan pendidikan anak yang lebih mapan lebih
kecil bagian warisan dibandingkan kepada anak yang pendidikannya rendah.
23
Pada saat itu tidak ada masalah, dan pada saat sekarang tetap merujuk kepada hukum Islam, pandangan juga meliputi kewarisan dalam pendidikan
ketika sudah memahami dalam perkampungan betawi.
24
Dalam yang lain ada harta yang dibagikan sesuai dengan faraid yaitu 2:1, dan mereka berkumpul dengan anak laki-laki untuk membagikan warisan
22
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gumin Masyarakat, Srengseng sawah, Jakarta, 25 Januari 2014.
23
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gumin Masyarakat, Srengseng sawah, Jakarta, 25 Januari 2014.
24
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gumin Masyarakat, Srengseng sawah, Jakarta, 25 Januari 2014.