Sebab Penghalang Menerima Waris dan Macam-Macam Ahli Waris

 16 bagian jika pewaris mempunyai anak  16 bagian jika pewaris mempunyai beberapa saudara  13 bagian jika pewaris tidak mempunyai anak  Dalam hal ibu mewaris bersama bapak dan tidak ada anak laki-laki, maka bagian ibu adalah 13 dari sisa, yaitu jumlah harta awal dikurangi bagian istri dan anak perempuan. a.4. Bagian Bapak  16 bagian jika pewaris mempunyai anak  16 bagian+ sisa jika pewaris hanya mempunyai anak perempuan  Sisa, jika pewaris tidak mempunyai anak a.5. Bagian Anak Perempuan  12 bagian jika seorang  23 bagian jika beberapa orang  masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewarisi bersama anak laki-laki. a.6. Bagian Anak Laki-Laki  Masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewaris bersama anak laki-laki lainnya.  Masing-masing 2 bagian dari sisa jika mereka mewaris bersama anak perempuan. 17 17 Fatchurrochman, Sistem Waris Desain dan Implementasi, UIN Malang-Press 2007, h.38

b. Ahli Waris Utama Pengganti

b.1. Bagian Nenek  kedudukan nenek sebagai ahli waris baru terbuka jika tidak ada ibu.  Bagian nenek adalah 16 bagian, baik sendirian maupun bersama b.2. Bagian Kakek  Kedudukan kakek sebagai ahli waris baru terbuka jika tidak ada bapak.  16 bagian jika pewaris mempunyai anak  16 bagian+ sisa jika pewaris hanya mempunyai satu anak perempuan  sisa, jika pewaris tidak mempunyai anak b.3. Cucu Perempuan  Menjadi ahli waris jika: hanya ada satu anak perempuan atau cucu perempuan yang lebih tinggi derajatnya, ada cucu laki-laki yang menjadi muasib mereka.  12 bagian jika seorang  23 bagian jika beberapa orang  16 bagian jika pewaris sebagai cucu perempuan pelengkap  masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewarisi bersama anak laki- laki. b.4. Cucu Laki-laki  Cucu laki-laki sebagai ahli waris baru terbuka jika tidak ada anak laki-laki bapaknya.

c. Ahli Waris Pengganti

c.1. Saudara seibu  Saudara seibu baru terbuka haknya jika tidak ada bapak dan anak  kedudukan saudara seibu, baik perempuan maupun laki-laki adalah sama  16 jika sendiri  13 jika lebih dari satu c.2. Saudara sekandungsebapak  Saudara sekandungsebapak baru terbuka haknya jika tidak ada bapak atau anak. 18 18 Fatchurrochman, Sistem Waris Desain dan Implementasi, h.39 31

BAB III POTRET PERKAMPUNGAN BETAWI

A. Sejarah Singkat Perkampungan Betawi Srengseng Sawah

Perkampungan budaya betawi tidak langsung menjadi perkampungan begitu saja, tapi melalui proses yang sangat panjang dan ada proses yang mengawali itu. Ketika kita tahu dan berpikir bahwa jakarta ini kota metropolitan dan mengarah ke megapolitan, hampir kehilangan jati diri betawi dan ibu kandungnya sendiri yaitu betawi. 1 Kemudian muncullah kekuatan kolektif kolegial, melalui organisasi- organisasi yang berharap untuk mempertahankan budaya betawi yang tidak mau kalau ibu kandungnnya hilang. Pada tahun 1880, ketika itu memang sudah ada yaitu condet tapi tidak maksimal. SK nya bukan untuk pemberdayaan tapi untuk buah-buahan, kita berharap dan tidak mau betawi ini hilang ,ada satu tempat yang akan menjadi tempat kebetawian, pada saat itu belum pasti dan belum ketahui, apakah Jakarta Utara yaitu Marunda, Jakarta Utara yaitu Rorotan, Jakarta Pusat yaitu Kemayoran, Jakarta Barat yaitu Srengseng Sawah, dan Jakarta Selatan ada juga Srengseng Sawah. Ketika itu semakin kuat keinginan dan didorong dengan cara butten-up yaitu dari tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi, pada saat mengajukan ternyata pemda menangkap dan menerima dengan baik, dan melalui 1 Wawancara pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Betawi,Srengseng Sawah. Jakarta, 24 November 2013 sarasehan yang melalui pemilihan beberapa tempat tadi dan ternyata yang terpilih adalah Srengseng Sawah Jakarta Selatan, karena lebih diunggulkan pada tahun 1994. 2 Pada tanggal 13 September 1997 dibuat acara konsep acaranya satu hari di setu babakan atau festival setu babakan, kemudian pada saat itu muncul budayanya, komunitasnya, masyarakatnya, kekentalan budayanya sehingga menjadi kekuatan yang lebih tinggi dari tempat lain. Tetapi sayangnya, acara tersebut tertunda, karena pada tahun 1998 kita mengalami krisis ekonomi. 3 Pada tahun 2000, muncul SK Gubernur Nomor 92 Tahun 2000 dan sekaligus ditetapkannya SK tersebut tanggal 18 Agustus Tahun 2000. Yang berbunyi:’’ Penataan perkampungan budaya Srengseng Sawah’’. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menguatkan dengan memberikan aset 65 Hektar danau, dan dari masyarakat 100 Hektar, menjadi 165 di kelurahan Srengseng Sawah. 4 Dan para tokoh dan masyarakat sepakat untuk memunculkan konsep budaya, kearifan lokal, agar tidak hilang atas kampungnya budaya itu sendiri. Tanggal 20 Januari Tahun 2001 Peresmian Perkampungan Budaya Betawi oleh Gubernur pada saat itu Sutiyoso. 2 Wawancara pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Betawi,Srengseng Sawah, Jakarta, 24 November 2013. 3 Wawancara pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Betawi,Srengseng Sawah, Jakarta, 24 November 2013. 4 Wawancara pribadi dengan Bapak Indra Tokoh Masyarakat Betawi,Srengseng Sawah, Jakarta, 24 November 2013.