Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN

85 diperoleh ringkasan hasil estimasi dari model-model tersebut sebagai berikut: Tabel 4.7 Rangkuman Estimasi Model ARIMA Sumber: Lampiran 4 Dari rangkuman semua model diatas model yang signifikan pada α=5, adalah model 2 dan model 3 sedangkan model 1 tidak signifikan, yang berarti model 1 tidak memenuhi diagnostic cheking . Selanjutnya melakukan evaluasi pada model 2 dan model 3, dari kedua model tersebut yang memiliki model yang baik adalah model 3 memiliki nilai determinan paling tingggi yang ditunjukkan nilai R-squared = 0.911253 serta memiliki nilai AIC dan SC paling minimum yaitu nilai AIC = 30.68150 dan SC = 30.82311, dapat disimpulkan bahwa model ini merupakan model terbaik yang memenuhi kriteria karena prilaku data deret waktu akan lebih baik dijelaskan melalui penggabungan antara model AR dan MA. Dengan kata lain, Model Prob R-squared Sum Squared Residual SSR AIC SC model 1 0.2361 0.106104 1.25 32.85797 32.95237 model 2 0.0000 0.317062 1.12 32.33018 32.42966 model 3 0.0491 0.0000 0.911253 1.24 30.68150 30.82311 86 nilai Y t tidak hanya dipengaruhi oleh nilai peubah tersebut, tetapi juga oleh residual peubah tersebut pada periode sebelumnya Juanda, 2012:73. 3 Evaluasi Model Dalam melakukan evaluasi dari model yang dipilih maka dilakukan uji statistik dari model sebagai berikut: Tabel 4.8 Uji Q-statistik Model 3 Sample: 9 23 Included observations: 15 Q-statistic probabilities adjusted for 2 ARMA terms Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob . | . | . | . | 1 -0.245 -0.245 1.0953 . | . | . | . | 2 -0.199 -0.275 1.8683 . | . | . | . | 3 -0.088 -0.251 2.0331 0.154 . | . | . | . | 4 0.080 -0.105 2.1807 0.336 . | . | . | . | 5 0.246 0.200 3.7284 0.292 . | . | . | . | 6 -0.193 -0.059 4.7865 0.310 . | . | . | . | 7 -0.115 -0.091 5.2066 0.391 . | . | . | . | 8 0.038 -0.043 5.2602 0.511 . | . | . | . | 9 -0.016 -0.154 5.2713 0.627 . | . | . | . | 10 0.001 -0.162 5.2714 0.728 . | . | . | . | 11 0.005 -0.019 5.2730 0.810 . | . | . | . | 12 0.027 0.027 5.3336 0.868 . | . | . | . | 13 -0.036 -0.051 5.4952 0.905 . | . | . | . | 14 -0.006 -0.000 5.5031 0.939 Sumber: Lampiran 3 dari hasil uji residual yang dilakukan pada model 3 didapatkan hasil bahwa ACF dan PACF dari nilai residual tidak ada yang signifikan sampai pada lag ke 14 yang berarti model baik untuk melakukan proyeksi. 87 4 Prediksi atau Peramalan. Terdapat dua metode dalam melakukan proyeksi, yaitu static forcast untuk satu langkah kedepan dan model dynamic forcast untuk beberapa langkah kedepan Rosadi, 2012:160. Dalam analisis ini metode yang dipakai adalah metode dynamic forcast untuk memproyeksikan dalam beberapa tahun kedepan. Hasil dari peramalan dari model 3 untuk PDRB 5 tahun kedepan maka diperoleh grafik yang ditunjukkan pada gambar 4.7 sebagai berikut Gambar 4.7 Grafik trend PDRB ADHK tahun 1990-2013 Sumber: Lampiran 2 Dari gambar 4.7 memberikan output RMSE, MAE, dan MAPE untuk mengukur kesalahan peramalan. Pada gambar 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 10 12 14 16 18 20 22 24 PDRBF ± 2 S.E. Forecast: PDRBF Actual: PDRB Forecast sample: 1 24 Adjusted sample: 9 24 Included observations: 15 Root Mean Squared Error 910556.1 Mean Absolute Error 520009.6 Mean Abs. Percent Error 1.221699 Theil Inequality Coefficient 0.008602 Bias Proportion 0.000497 Variance Proportion 0.003291 Covariance Proportion 0.996212 88 4.7 dihasilkan nilai rata-rata kuadrat kesalahan sebesar 910556.1 RMSE, sedangkan rata-rata absolut kesalahan sebesar 520009.6, dan rata-rata persentase absolut kesalahan sebesar 1.22. Berdasarkan ukuran MAPE maka diketahui bahwa tingkat kesalahan peramalan relatif kecil yaitu sebesar 1,22 yang berarti model baik untuk melakukan peramalan, berikut hasil peramalan PDRB Sumatera Selatan 5 tahun kedepan pada tabel 4.7. Tabel 4.9 Proyeksi PDRB Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun PDRB ADHK Juta Rp Pertumbuhan Persen 2013 76.271.123 5,8 2014 80.663.748 5,7 2015 85.315.275 5,7 2016 89.850.697 5,3 2017 94.529.183 5,2 Sumber: Lampiran 6 89 c. Analisis Incremental Capital Output Ratio ICOR Untuk memproyeksikan dengan tujuan mengetahui seberapa besar investasi yang dibutuhkan beberapa tahun kedepan untuk pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDRB maka perlu diketahui nilai ICOR dari beberapa tahun sebelumnya. Untuk melakukan perhitungannya maka dilakukan lag satu tahun dengan asumsi bahwa investasi pada tahun tertentu akan dinikmati hasilnya pada satu tahun berikutnya Kurnia Astuti Handoko, 2007: 165. Perhitungan ICOR dalam beberapa tahun kedepan ditampilkan oleh tabel 4.10 sebagai berikut. Tabel 4.10 Nilai ICOR Provinsi Sumatera Selatan tahun 1990-2012 Tahun Nilai ICOR PMA PMDN 1991 -0,02506188 -0,21031196 1992 0,000383846 0,025786893 1993 0,063390865 1994 0,007836094 1995 0,004077468 0,258262829 1996 0,008287943 0,186371729 1997 0,190882663 1998 0,00002299 -0,03353067 1999 0,027864114 0,739706926 2000 0,261664188 0,087821261 2001 0,094897076 Berlanjut kehalaman Berikutnya 90 Lanjutan Tabel 4.10 2002 2,068935423 0,025221963 2003 0,024724121 0,010633835 2004 0,553162184 0,040579992 2005 0,556203576 0,024953465 2006 0,470058116 0,252426286 2007 0,083937313 0,228869026 2008 0,699024084 0,289473881 2009 0,602583848 0,158519139 2010 0,171690152 0,170371347 2011 0,400461814 0,418966124 2012 1,186760943 0,261614766 Sumber: Lampiran 5 Dari nilai ICOR dalam beberapa tahun yang ditampilkan pada tabel 4.10 maka rata-rata ICOR Sumatera Selatan adalah 0,472160172 yang artinya adalah untuk menghasilkan atau meningkatkan PDRB sebesar Rp1.000.000 maka dibutuhkan tambahan kapital sebesar Rp472.160,172, maka akan dapat menentukan proyeksi kebutuhan investasi di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 yang dikriteriakan menjadi proyeksi optimis, proyeksi moderat, dan proyeksi pesimis seperti yang ditampilkan pada tabel 4.11 sebagai berikut. 91 Tabel 4.11 Proyeksi Kebutuhan Investasi di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Tahun Proyeksi PDRB ADHk Juta Rp Pertumbuhan Persen Kriteria Proyeksi Investasi yang dibutuhkan juta Rp 2013 76.271.123 5,8 Optimis 2.088.707 Moderat 2.088.707 - 2.666.964 Pesimis 2.666.964 2014 80.663.748 5,75 Optimis 2.189.957 Moderat 2.189.957 - 3.493.500 Pesimis 3.493.500 2015 85.315.275 5,76 Optimis 2.320.271 Moderat 2.320.271 - 4.603.637 Pesimis 4.603.637 2016 89.850.697 5,3 Optimis 2.248.468 Moderat 2.248.468 - 5.886.811 Pesimis 5.886.811 2017 94.529.183 5,2 Optimis 2.320.912 Moderat 2.320.912 - 6.984.720 Pesimis 6.984.720 Sumber: Lampiran 6 d. Analisis Incremental Labour Out Ratio ILOR Untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja maka terlebih dahulu diketahui nilai ILOR Incremental Labour Output Ratio dengan tahun penelitian 1990- 2012 menggunakan konsep ∆L∆Y Astuti Handoko, 2007:166 maka dihasilkan nilai ILOR yang ditampilkan tabel 4.12 sebagai berikut: 92 Tabel 4.12 Nilai ILOR Sumatera Selatan Tahun 1994-2012 Sumber: Lampiran 5 Tahun Nilai ILOR 1991 -0,591679 1992 0,1085724 1993 0,0010147 1994 0,0073299 1995 0,0152819 1996 -0,023265 1997 0,0624912 1998 -0,01727 1999 0,3813601 2000 -0,005525 2001 -0,518338 2002 0,0482339 2003 0,0509723 2004 0,1186351 2005 -0,030893 2006 0,0003552 2007 0,011676 2008 0,047742 2009 0,00232 2010 0,0658503 2011 0,0317907 2012 -0,004937 93 Setelah diketahui nilai ILOR Sumatera Selatan tahun 1991-2012 maka selanjutnya menghitung rata-rata nilai ILOR Sumatera Selatan dari tahun 1991-2012 untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja di Sumatera Selatan pada tahun 2013-2017. Nilai ILOR di Sumatera Selatan rata-rata adalah 0,0010831 yang berarti setiap pekerja pada tahun 1991-2012 untuk meningkatkan PDRB sebesar Rp1.000.000.000,00 dibutuhkan pekerja 1,08 atau sekitar 2 orang selama 1 tahun yang dapat digunakan untuk penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013-2017 sebagai berikut: Tabel 4.13 Proyeksi Tambahan Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 Tahun Proyeksi PDRB Rp juta Peningkatan PDRB Rp juta Kriteria proyeksi Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Orang 2013 76.271.123 4.371.950,00 Pesimis 2.421 Moderat 4.735 Optimis 7.049 2014 80.663.748 4.581.381,00 Pesimis 1.539 Moderat 4.962 Optimis 8.386 2015 85.315.275 4.685.862,00 Pesimis 1.010 Moderat 5.075 Optimis 9.140 2016 89.850.697 4.904.761,00 Pesimis 882 Moderat 5.312 Optimis 9.742 2017 94.529.183 5.207.870,00 Pesimis 1.000 Moderat 5.641 Optimis 10.281 Sumber: Lampiran 6 94 Selain perhitungan menggunakan ILOR tenaga kerja yang digunakan dapat juga dengan menggunakan rata-rata rasio modal tenaga kerja ∆K∆L di Provinsi Sumatera Selatan yang ditunjukkan pada tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Perubahan Investasi ∆K dan Tenaga Kerja ∆L di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1994-2012 Tahun t Perubahan Investasi ∆K Perubahan Tenaga K erja ∆L 1991 42788,4686 100.486 1992 -31283,878 343.350 1993 -30098,5 824 1994 915733,5466 19.999 1995 -237669,7162 54.589 1996 -337060,8304 -83.595 1997 -123861,2704 118.637 1998 12381,792 122.765 1999 257383,4724 124.659 2000 -411527,094 -8.036 2001 2637887,046 -528.513 2002 -2677928,466 62.986 2003 1188355,201 81.766 2004 85276,629 248.777 2005 534607,245 -70.719 2006 -911753,535 917 2007 1817892,755 35.580 2008 -953971,867 133.837 2009 -651996,498 5.539 2010 2234969,722 224.299 2011 2517486,948 131.911 2012 4091048,42 -20.172 Rata-rata 453120,8905 49.995 Sumber: Lampiran 5 95 Dari rata-rata rasio modal-tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan selama tahun 1991-2012 bernilai 9,063357 yang berarti bahwa setiap pekerja di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan modal Rp9.063.357,00 dalam satu tahunnnya yang dapat digunakan untuk memproyeksikan tenaga kerja yang digunakan dalam beberapa tahun kedepan yang ditampilkan pada tabel 4.15 sebagai berikut. Tabel 4.15 Proyeksi Tambahan Penggunaan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2017 Rasio modal-tenaga kerja Tahun Proyeksi Investasi Juta Rp Rasio Modal- Tenaga Kerja ∆K∆L Kebutuhan Tambahan Tenaga Kerja Orang 2013 2.088.707-2.666.964 9,063357 230.456-294.258 2014 2.189.957-3.493.500 9,063357 241.628-385.453 2015 2.320.271- 4.603.637 9,063357 256.006-507.939 2016 2.248.468-5.886.811 9,063357 248.083-649.518 2017 2.320.912-6.984.720 9,063357 256.076-770.655 Sumber: Lampiran 6 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti maka diperoleh beberapa kesimpulan dari hasil analisis sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil proyeksi dengan menggunakan metode least squares dengan alternatif model Autoreggresive Integrated Moving Average ARIMA berdasarkan trend peningkatan PDRB ADHK di Provinsi Sumatera Selatan dihasilkan bahwa PDRB ADHK di Sumatera Selatan mengalami peningkatan sebesar Rp76.271.123,00 pada tahun 2013, Rp80.663.748,00 pada tahun 2014, Rp85.315.275,00 pada tahun 2015, Rp89.850.697,00 pada tahun 2016, Rp94.529.183,00 pada tahun 2017 Semua dalam Juta Rupiah, berdasarkan tingkat pertumbuhan PDRB ADHK di Provinsi Sumatera Selatan maka terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berkisar 6 pada tahun 2012, sedikit sekali mengalami penurunan 5,8 pada tahun 2013, dan mengalami sedikit penurunan lagi 5,75 pada tahun 2014, cenderung stabil pada tahun 2015 menjadi 5,76, pada tahun 2016 sebesar 5,3, dan pada tahun 2017 mengalami tingkat penurunan 5,2, yang berarti 97 tingkat pertumbuhan berdasarkan PDRB ADHK cenderungan mengalami penurunan dari pertumbuhan sebelumnya 6 pada tahun 2012 hingga hampir mencapai 5 pada tahun 2017. 2. Dari perhitungan ICOR rata-rata di Provinsi Sumatera Selatan diperoleh nilai 0,472160172 yang berarti untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar Rp1.000.000,00 dibutuhkan modal sebesar Rp472.160,00. Dengan nilai ICOR yang masih cukup rendah maka kebutuhan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan PDRB ADHK di Provinsi Sumatera Selatan relatif masih kecil. semakin tinggi nilai ICOR maka semakin tinggi investasi yang dibutuhkan, namun apabila semakin rendah nilai ICOR maka semakin rendah investasi yang dibutuhkan Astuti, 2007:172. Dengan diketahui nilai ICOR maka diperoleh kebutuhan investasi Rp2.088.707,00 pada tahun 2013, Rp2.189.957,00 pada tahun 2014, Rp2.320.271,00 pada tahun 2015, Rp2.248.468,00 pada tahun 2016, dan Rp2.320.912,00 pada tahun 2017, berarti apabila terjadi penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi maka diharapkan terjadi penyerapan investasi untuk meningkatkan atau menstabilkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Dihitung dari rasio modal-tenaga kerja didapatkan nilai 9,063357 yang berarti setiap pekerja di Provinsi Sumatera 98 Selatan membutuhkan modal sebesar Rp9.063.357,00 dalam setiap tahunnya yang berarti semakin besar investasi yang ditingkatkan maka akan semakin besar juga tenaga kerja yang bisa diserap. Dari nilai ILOR di Provinsi Sumatera Selatan diperoleh nilai 0,0010831 yang berari untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar Rp1.000.000.000 dibutuhkan pekerja 1,08 pekerja atau 2 orang pekerja yang dapat dijadikan acuan untuk menyerap tenaga kerja. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan indikator peningkatan PDRB ADHK maka diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 4.735orang pada tahun 2013, 4.962orang pada tahun 2014, 5.075orang pada tahun 2015, 5.312 pada tahun 2016, dan sebanyak 5.641orang pada tahun 2017. Apabila tingkat pengangguran meningkat maka dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai ILOR dengan cara meningkatkan pertumbuhan PDRB ADHK yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi. Jika nilai ILOR rendah maka tenaga kerja yang terserap semakin rendah namun apabila nilai ILOR tinggi maka tenaga kerja yang diserap akan semakin tinggi Astuti, 2007:172.

B. Saran

Jika merujuk kepada latar belakang penelitian dalam MP3EI maka pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan 99 masih dibawah target pertumbuhan yang direncanakan sebesar 6,4-7,5 pada 2011-2014 dan 8,9 – 9,0 pada 2015 – 2017 secara nasional, sehingga diperlukan peninjauan kembali perencanaan pembangunan yang telah dilakukan. Secara makro perekonomian Sumatera Selatan perlu melakukan kebijakan yang dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi investasi dengan berbagai upaya seperti memangkas biaya-biaya yang tidak penting yang ditanggung oleh investor, investasi yang dilakukan dialokasikan pada sektor-sektor ekonomi yang potensial di wilayah Sumatera Selatan, agar investasi yang dilakukan berdampak positif pada output yang dihasilkan. Dengan efektifitas dan efesiensi investasi maka diharapkan akan dapat menstabilkan nilai ICOR sehingga investasi yang dilakukan akan menjadi tepat sasaran yang dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi yang seharusnya dicapai di Provinsi Sumatera Selatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan dengan penguatan investasi diharapkan juga berdampak kepada penyerapan tenaga kerja baru, dengan demikian dapat dirasakan masyarakat dengan melihat nilai rata-rata ILOR beberapa tahun kebelakang yang dapat dijadikan acuan oleh instansi terkait dalam perencanaan untuk mengurangi tingkat pengangguran serta 100 untuk menjadikan struktur perekonomian di Sumatera Selatan stabil secara terusmenerus. Bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan dapat juga meneliti variabel ekonomi makro lain di Provinsi Sumatera Selatan seperti PAD pendapatan asli daerah dan potensi ekonomi, yang dapat berdampak pada alokasi investasi yang tepat dengan melihat potensi-potensi ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga dampak pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan berdampak langsung pada masyarakat di wilayah tersebut diharapkan meningkatkan kejahteraan mereka. 101 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Raharjo. “Teori-Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Afriandi, Jhonny. “Tesis: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kebutuhan Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerjabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan 2006- 2010”. Universitas gajah Mada, Yogyakarta, 2007. Ahmad, Nisar. “Population: A Valuable Resource in Economic Growth With Special Reference to Pakistan’s Growth Prospects”. Vol.I, Issue 2 pp.11-19, eCanadian Journal of Bussines and Economics, 2013 Aryanto, Rudi. “Analisis Kemandirian dan Keuangan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota di Provinsi Sumatera Sel atan”. Volume III No.2. ILMIAH, 2011. Arfida. “Ekonomi Sumberdaya Manusia”. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Astuti, Kurnia dkk. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi, dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman”. Vol. 1, No.3, November, Hal. 161-137, JURNAL EKONOMI dan BISNIS, 2007. Chalid, Pheni. “Keuangan Daerah: Investasi dan Desentralisasi”. Jakarta: Kemitraan, 2005. Dumairy. “Perekonomian Indonesia”. Jakarta: Erlangga Cetakan ke-5, 1996. Hamid, Abdul. ”Buku Panduan Skripsi FEB UIN Jakarta”. Jakarta: www.feb.uinjakarta.ac.id , 2011. Handayani, Sri. “Upaya Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal”. Vol. 11, No 1 Januari, Jurnal Dinamika Hukum, 2011. Hudea, Oana Simona dan Stelian Stancu. “Foreign Direct Invesments, Technology Transfer, and Economic Growth. A Pael Approach”. Romanian Journal of Economic Forecasting-2, 2012. 102 Imelia, Emilia. “Modul Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi, Ilmu Ekonomi”. Universitas Jambi, Jambi, 2006. Jhingan, ML. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2010. . “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012. Kuncoro, Mudrajad.” Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, Politik”. Jakarta: Erlangga, 2010. Juanda, Bambang dan Junaidi. “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”. Bogor: IPB Press, 2012. Lewis, W. Arthur. “Perencanaan Pembangunan: Dasar-dasar Kebijakan Ekonomi Terjemahan: Karta Sapoetra dan E.Komaruddin”. Jakarta: Aksara Baru, 1986. Lungan, Richard. “Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang”. Edisi pertama: Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Mangun, Nadiatulhuda . “Analisis Potensi Ekonomi, Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan ”, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2007. Maryanti, Sri. “Analisis Perencanaan Tenaga Kerja terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja di Provinsi Riau Tahun 2006- 2010”. Vol. 4, No.1, Maret, Hal. 54-62, Pekbis Jurnal, 2012. Noor, Henry Faiszal. “Investasi: Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat”. Jakarta: Indeks, 2009. Prastowo, Andi. “Metode Penelitian Kualitatif dalam Presfektif Rancangan Penelitian”. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Priadana, H. Moh Sidik dan Saludin Muis. “ Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis Edisi Pertama”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.