Gambaran Umum Objek Penelitian

72 Gambar 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis kegiatan Utama di Provinsi Sumatera Selatan, 2005-2012. Sumber: BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Keterangan: r Angka Revisi Angka Sementara Angka Sangat Sementara 3. Pertumbuhan Ekonomi Struktur perekonomian Sumatera Selatan selama dalam empat tahun terakhir, Produk Domestik Regional Bruto PDRB ADHB Sumatera Selatan dengan migas mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai tambah yang terbentuk sebesar 137,33 trilyun rupiah. Pada tahun 2010, angka ini sebesar 157,74 trilyun rupiah dan tahun 2011 sebesar 182,39 trilyun rupiah. Pada tahun 2012, nilainya menjadi sebesar 206,33 trilyun rupiah BPS, 2013:419. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 2005 2006 2007 2008 2009 2010r 2011 2012 Angkatan Kerja Bekerja Menganggur 73 Pada tahun 2012 terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan terbesar berdasarkan harga berlaku dengan migas, empat sektor tersebut adalah sektor pertambangan 21,32 persen, sektor industri pengolahan sebesar 20,12 persen, sektor pertanian sebesar sebesar 16,58 persen, serta sektor hotel dan restoran sebesar 13,63 persen seperti ditunjukkan pada tabel 4.3. Menurut data dari Badan Pusat Statistik BPS tahun 2013, terjadi beberapa pergeseran struktur ekonomi bila dibandingkan kondisi tahun sebelumnya peran sektor jasa, sektor perdagangan dan bangunan meningkat masing-masing sebesar 0,88 persen, 0,61 persen dan 0,38 persen. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian yang masing-masing turun negatif 1,17 persen dan negatif 0,63 persen BPS, 2013: 419. Tabel 4.3 Distribusi Persentase PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas persen, 2007-2012. Berlanjut ke Halaman Berikutnya Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010r 2011 2012 Pertanian 18.27 17.18 17.35 17.54 17.21 16.58 Pertambangan Penggalian 24.94 25.44 21.04 21.70 22.49 21.32 Industri Pengolahan 23.03 23.26 23.64 22.02 20.55 20.12 Listrik, Gas Air Bersih 0.54 0.48 0.51 0.49 0.48 0.48 Bangunan 6.13 6.01 6.52 6.92 7.68 8.06 74 Lanjutan Tabel 4.3 Pengangkutan Komunikasi 4.15

4.11 4.50

4.62 4.72

4.98 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 3.41 3.36 3.64 3.60 3.60 3.71 Jasa-Jasa 7.77 8.23 10.03 10.19 10.25 11.13 PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Keterangan : r Angka Revisi Angka Sementara Angka Sangat Sementara Dilihat dari pertumbuhan ekonomi, perekonomian Sumatera Selatan mengalami perlambatan sebagai dampak dari krisis global. Hal ini ditunjukkan dari angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan dengan migas melambat dibanding tahun 2011 menjadi 6,01 persen tahun 2012. Begitu juga pertumbuhan eknomi tanpa migas melambat dari sebesar 8,09 persen tahun 2011 menjadi 7,93 persen tahun 2012 BPS, 2013:420. Ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yaitu sektor hotel dan restoran meningkat dari 7,96 persen tahun 2011 menjadi 9,45 persen tahun 2012, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan meningkat dari 8,30 persen tahun 2011 menjadi 9,01 persen tahun 2012, sektor listrik, gas dan air bersih meningkat dari 8,06 persen tahun 2011 75 menjadi 8,48 persen tahun 2012. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor bagunan dari 12,87 persen tahun 2011 menjadi 8,93 persen tahun 2012 atau negatif sebesar 3,94 persen, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4, laju pertumbuhan PDRB dari tahun 2007 hingga tahun 2012 menurut lapangan usaha di Sumatera Selatan BPS, 2013: 420. Tabel 4.4 PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 juta rupiah, 2007-2012 Sekto\Tahun 2007 2008 2009 2010r 2011 2012 Pertanian 11 113 699 11 567 788 11 927 064 12 482 952 13 141 056 13 842 930 Pertambangan Penggalian 13 411 653 13 616 652 13 616 652 14 223 391 14 592 393 14 654 127 Industri Pengolahan 9 801 805 10 136 764 10 353 290 10 826 416 11 454 879 12 136 458 Listrik, Gas Air Bersih 267 073 281 069 295 377 314 021 339 337 368 115 Bangunan 4 157 657 4 412 936 4 737 050 5 151 465 5 814 656 6 333 989 Perdagangan, Hotel Restoran 7 567 159 8 086 906 8 340 138 8 918 122 9 627 768 10 537 443 Pengangkutan Komunikasi 2 534 185 2 886 983 3 284 286 3 701 700 4 165 509 4 631 731 Berlanjut ke Halaman Berikutnya 76 Lanjutan Tabel 4.4 Perdagangan, Hotel Restoran 11.76 11.92 12.78 12.93 13.02 13. 63 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 2 197 304 2 386 939 2 550 333 2 738 700 2 965 951 3 233 195 Jasa-Jasa 4 211 579 4 689 418 5 128 472 5 502 373 5 906 947 6 356 151 PDRB DENGAN MIGAS 55 262 114 58 065 455 60 452 944 63 859 140 68 008 496 72 094 166 PDRB TANPA MIGAS 42 106 149 44 763 105 47 029 273 50 315 032 54 386 209 58 701 236 Sumber : BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Keterangan : r Angka Revisi Angka Sementara Angka Sangat Sementara Dalam beberapa tahun terakhir ini laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan mengalami fluktuasi diberbagai sektor dimana laju pertumbuhan terbesar dalam enam tahun terakhir terjadi pada tahun 2011 sebesar 8.09 persen tanpa migas dan 6.50 persen dengan migas. Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi ekonomi Sumatera Selatan lebih besar tanpa migas dibandingkan dengan migas karena melambannya pertumbuhan ekonomi sektor migas seperti yang di tunjukkan pada Gambar 4.3. 77 Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 persen, 2006 – 2012 Sumber : BPS Sumatera Selatan Dalam Angka 2013 Keterangan : r Angka Revisi Angka Sementara Angka Sangat Sementara 4. Investasi Investasi merupakan kegiatan menciptakan iklim ekonomi pada suatu wilayah atau daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi ekonomi yang dimiliki daerah tersebut dalam hal ini daerah Sumatera Selatan sebagai mana yang dikemukakan oleh Noor 2009: 283, Investasi merupakan kegiatan penciptaan tambah value added yang berakumulasi menjadi Produk Domestik Bruto PDB, bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan investasi yaitu berupa nilai tambah oleh kegiatan investasi tersebut.

5.2 5.84

5.07 4.11

5.63 6.5

6.01 7.31

8.04 6.31

5.06 6.98

8.03 7.93

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 2008 2009 2010r 2011 2012 PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS 78 Perkembangan investasi di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluktuasi dalam 12 tahun terakhir dimana pada investasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN tertinggi pada tahun 2012 sebesar 2.930,597 milliar Rp dan terendah pada tahun 2002 sebesar 17,05 milliar Rp sedangkan investasi Penanaman Modal Asing PMA tertinggi pada tahun 2012 sebesar 786.448,50 ribu US dan terendah pada tahun 2002 sebesar 4.283 ribu US seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5. Gambar 4.4 Reaslisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN Milliar Rp dan Penanaman Modal Asing PMA ribu US di Provinsi Sumatera Selatan, 2001-2012 Sumber: BKPM Indonesia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PMA 263,1 4,283 135,3 141,7 125,0 27,80 214,7 148,8 56,77 186,2 557,3 786,4 PMDN 32,93 17,05 85,09 57,12 651,5 697,4 811,4 378,4 580,3 1,738 1,068 2,930 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 79

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan dengan menggunakan Least Square Method LSM menggunakan permodelan ARIMA dengan Eviews 6, Incremental Output Ratio ICOR dengan Microsoft Exel 2007, dan Incremental Labour Output Ratio ILOR dengan Microsoft Exel 2007. Berikut ini adalah hasil uji dan pembahasannya. a. Preprocessing Data dan Indentifikasi Model b. Analisis Leas Squares Method LSM dengan ARIMA c. Analisis Incremental Capital Output Ratio ICOR d. Analisis Incremental Labour Ouput ratio ILOR 2. Pembahasan dan Interprestasi a. Preprocessing Data dan Indentifikasi Model 1. Plot Data Untuk melihat perkiraan kasar dari bentuk model yang sesuai dengan melihat plot data deret waktu dari obyek PDRB Sumatera Selatan 1993-2012 apakah pola data dari grafik yang ditandai adanya kenaikan atau penurunan dalam perubahan waktu Rosadi, 2012. Seperti yang tampilkan pada gambar 4.5 pada data tersebut terlihat bahwa data PDRB sumatera selatan memiliki trend sehingga non stasioner pada mean dan selanjutnya dapat dilakukan dengan uji Stasioneritas data 80 dengan menggunakan uji augmented Dickey-FullerADF yang menyatakan terdapat akar unit atau tidak. Gambar 4.5 Grafik Trend PDRB ADHK Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1990-2012 Sumber: Lampiran 2 2. Uji Stasioneritas Data Terlihat data mengandung trend maka dilakukan Uji Stasioneritas data menggunakan uji akar unit dengan uji augmented Dickey-FullerADF atau menggunakan Plot ACFPACF. Dari hasil Uji ADF data PDRB Sumatera Selatan pada level data Sebenarnya ADF test statistik bernilai -0.456867 sedangkan nilai test critical values t- statist ik batas α=5 bernilai -3.632896 yang berarti 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 PDRB 81 terdapat akar unit dan data tidak stasioner dan selanjutnya akan dilakukan Transformasi data Lagged differences Lag 1, dari hasil Lagged differences ADF bernilai 1 didapat nilai ADF test statistik adalah -3.522375 sedangkan nilai test critical values t- satistik batas α=5 adalah -3.644963 data masih terdapat akar unit yang tidak stationer yang berarti masih perlu dilakukan differensiasi ke-2 pada data, setelah data dilakukan differensiasi ke-2 didapatkan nilai ADF test Statistik adalah -6.082832 sedangkan nilai test Critical valueas t- statistik batas α=5 adalah -3.658446 berarti data pada differensiasi ke-2 tidak terdapat akar unit bahkan lebih signifikan pada batas α=1 nilai Critical valueas t-statistik yang nilainya -4.498307. Dengan didapatnya data yang stationer maka dapat dilanjutkan dengan pembentukan model dalam analisis Least Square Method ARIMA dengan Menggunakan Eviews 6. b. Analisis Leat Square Method dengan ARIMA Metode ARIMA Autoregressive Moving Average merupakan metode alternatif dalam menganalisis data deret waktu yang terdapat komponen trend tetapi tidak terdapat komponen musiman Rosadi, 2012:118. Karena data PDRB tidak mengandung komponen musiman yang dibuktikan oleh 82 gambar 4.1 maka dapat dilakukan permodelan ARIMA dengan tahapan sebagai berikut: 1 Identifikasi Model Agar dapat dimodelkan dengan ARMA atau ARIMA maka hal pertama adalah data harus stationer. Berdasarkan pengujian stasioneritas data PDRB didapatkan hasil bahwa data tidak stasioner pada level dan differen ke-1, maka dilakukan differen ke-2. Pada differen tingkat ke-2 dari data PDRB, diberikan dalam bentuk grafik sebagai berikut, Gambar 4.6 Grafik Diferensiasi Data PDRB pada Tingkat kedua Tahun 1990-2012 Sumber: Lampiran 2 gambar 4.6 memperlihatkan bahwa data PDRB satsioner pada differen pada tingkat kedua. Selanjutnya melihat plot -12,000,000 -8,000,000 -4,000,000 4,000,000 8,000,000 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 D2PDRB 83 korelogram ACFPACF data PDRB differen kedua sebagai berikut. Tabel 4.5 Korelogram Diferensiasi kedua Data PDRB Tahun 1990-2012 Sample: 1 23 Included observations: 21 Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob | . | | . | 1 -0.347 -0.347 2.9154 0.088 . | . | .| . | 2 -0.112 -0.264 3.2315 0.199 . | . | . | . | 3 -0.021 -0.198 3.2434 0.356 . | . | .| . | 4 -0.055 -0.220 3.3280 0.505 . |. | . | . | 5 0.217 0.091 4.7446 0.448 | . | | . | 6 -0.366 -0.363 9.0474 0.171 . | . | . | . | 7 0.155 -0.131 9.8771 0.196 . | . | . | . | 8 0.043 -0.121 9.9454 0.269 . | . | . | . | 9 -0.046 -0.148 10.029 0.348 . | . | .| . | 10 0.005 -0.216 10.030 0.438 . | . | . | . | 11 0.052 0.044 10.160 0.516 . | . | . | . | 12 -0.003 -0.180 10.161 0.602 . | . | . | . | 13 -0.030 -0.093 10.217 0.676 . | . | . | . | 14 0.004 -0.076 10.218 0.746 . | . | . | . | 15 0.010 -0.070 10.226 0.805 . | . | . | . | 16 0.006 -0.137 10.230 0.854 . | . | . | . | 17 -0.021 0.013 10.281 0.891 . | . | . | . | 18 0.004 -0.104 10.284 0.922 . | . | . | . | 19 0.012 -0.052 10.316 0.945 . | . | . | . | 20 -0.008 -0.045 10.347 0.961 Sumber: Lampiran 3 Jika dievaluasi melalui koefesien ACF secara individual pada tabel 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa data PDRB pada diferensiasi tingkat kedua tidak signifikan dengan Uji statatistik n = 21, nilai interval mengikuti persamaan 3.1 pada Bab III maka diperoleh hasil, ρ k = ±1,96 √1n = ±1,96 √121 = 0,42771, maka nilai ACF sampai lag ke 21 diluar interval tersebut dalam artian tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data 84 stationer. Selain itu, berdasarkan pengamatan tabel 4.5 grafik ACF menunjukkan seluruh koefesien berada garis garis titik. Selanjutnya pembentukan model dengan mengamati tabel 4.5 yang merupakan pola ACF dan PACF, maka dapat disimpulkan bahwa pola ACF dan PACF tidak sesuai dengan ketentuan pada tabel 3.1 Bab III, maka penelitian melakukan permodelan dengan melihat lag yang signifikan yaitu pada plot PACF yaitu terdapat pada lag 6 dan pada plot ACF pada lag 6 maka diperoleh model alternatif yang ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut. Tabel 4.6 Permodelan ARIMA Data PDRB Sumatera Selatan Tahun 1990-2012 setelah diperoleh model-model alternatif maka dapat dilanjutkan dengan estimasi menggunakan program Eviews6. 2 Etimasi dari Model Untuk mengestimasi model dari parameter pada tabel 4.6 peneliti menggunakan program Eviews6 dan Model AR dan MA ARIMA Model 1 AR 6 ARIMA 1,1,0 Model 2 MA 6 ARIMA 0,1,1 Model 3 AR 6 MA 6 ARIMA 1,1,1 85 diperoleh ringkasan hasil estimasi dari model-model tersebut sebagai berikut: Tabel 4.7 Rangkuman Estimasi Model ARIMA Sumber: Lampiran 4 Dari rangkuman semua model diatas model yang signifikan pada α=5, adalah model 2 dan model 3 sedangkan model 1 tidak signifikan, yang berarti model 1 tidak memenuhi diagnostic cheking . Selanjutnya melakukan evaluasi pada model 2 dan model 3, dari kedua model tersebut yang memiliki model yang baik adalah model 3 memiliki nilai determinan paling tingggi yang ditunjukkan nilai R-squared = 0.911253 serta memiliki nilai AIC dan SC paling minimum yaitu nilai AIC = 30.68150 dan SC = 30.82311, dapat disimpulkan bahwa model ini merupakan model terbaik yang memenuhi kriteria karena prilaku data deret waktu akan lebih baik dijelaskan melalui penggabungan antara model AR dan MA. Dengan kata lain, Model Prob R-squared Sum Squared Residual SSR AIC SC model 1 0.2361 0.106104 1.25 32.85797 32.95237 model 2 0.0000 0.317062 1.12 32.33018 32.42966 model 3 0.0491 0.0000 0.911253 1.24 30.68150 30.82311