Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

42 Tabel Lanjutan 2.1 Indragiri Hilir pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 354.201 orang. Selanjutnya dengan melihat perkiraan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi pekerjaan utama selama periode 1980-2000 memperlihatkan sektor pertanian tetap Merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja meski kontribusinya terus menurun. tabel 2 dan perkiraan per tumbuhan kesempatan kerja tabel 3, maka dengan membanding kan antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi pada masing- masing sektor akan diperoleh besarnya elastisitas kesempatan kerja pada masing- masing sektor. C. Perkiraan Produktivitas Tenaga kerja Besarnya produktivitas tenaga kerja rill dapat dilihat dari perbandingan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan dengan banyaknya jumlah kesempatan kerja yang tercipta mereka yang bekerja. Pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan sebesar Rp. 6.784,21 milyar dan jumlah kesempatan kerja diperkirakan sebanyak 354.201 orang, maka produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp. 19,15 juta. 5 Rudi Aryanto 2011  Rasion KKD  Tipologi Klassen Judul: Analisis Kemandirian Keuangan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota di Sumatera Selatan. Hasil Penelitian: 1. Kemandirian keuangan kabupatenkota di Sumatera Selatan memiliki indikasi bahwa kemampuan keuangan kabupatenkota di Sumatera Selatan masuk dalam kategori sangat rendah. Nilai rata-rata rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi hanya sebesar 17,28 yaitu pada Kota Palembang, dan tertinggi kedua yaitu Kota Lubuk Linggau dengan rasio kemandirian keuangan Berlanjut kehalaman berikutnya 43 Lanjutan Tabel 2.1 daerah sebesar 6,94. Daerah yang memiliki kemampuan keuangan terendah yaitu OKU Selatan dengan rasio kemandirian keuangan daerah hanya sebesar 1,17. 2. Berdasarkan Pengelompokan daerah dengan Tipologi Klassen, Kota Palembang dan Kabupaten Muara Enim termasuk kategori Daerah Maju yaitu daerah yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata- rata Propinsi Sumatera Selatan. Daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten OKU,dan Kota Prabumulih. Daerah yang masuk kategori daerah berkembang yaitu Lahat, Musi Rawas, OKI, Lubuk Linggau, Banyuasin, Oku Timur, dan OKU Selatan. Daerah yang relatif tertinggal yaitu Pagar Alam, Ogan Ilir, dan Empat Lawang. 3. Berdasarkan peta kemampuan keuangan ada lima daerah yang memiliki kondisi keuangan yang ideal yaitu Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten OKU, Kabupaten Musi Rawas, dan Kabupaten Lahat. Dari kelima kabupatenkota tersebut, yang memiliki rasio kemandirian keuangan paling tinggi yaitu Kota Palembang. 6 Sri Handayani 2011  Editing  Coding  Tabulasi Klasifikasi Judul: Upaya Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam kegiatan Penanaman Modal Hasil Penelitian: Menurut Mustawani dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 4 ayat 2 butir b langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menetapkan kebijakan yang dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada salah satu program prioritas yaitu Pembangunan Pemerintah dengan fokus: Berlanjut kehalaman berikutnya 44 Tabel Lanjutan 2.1 memperbaiki dan menambah kapasitas pelayanan publik berbasis ICT untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel; meningkatkan mutu Pelayanan Satu Titik One Stop Service dengan membuat mutu pelayanan waktu, biaya, kecepatan masyarakat dan meningkatan investasi daerah; meningkatkan partisipasi kelompok masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program kinerja pemerintah provinsi; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia aparatur dalam melayani masyarakat dan pelaksanaan tugas Pemerintah. Untuk merealisasikan program tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 39 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan pelayanan perizinan penanaman modal terpadu satu pintu. Upaya yang sifatnya umum yang telah dilakukan oleh Pemerintah Sumatera Selatan, yaitu: menambah aktivitas kantor perwakilan Sumatera Selatan di Jakarta sekaligus sebagai tempat promosi, baik untuk berbagai hasil produksi kerajianan khas Sumatera Selatan maupun potensi bisnis dan investasi di Sumatera Selatan; disiapkannya Gedung Graha promosi investasi Sriwijaya yang bertujuan untuk mempercepat pelayanan bagi investor dan mengurangi ekonomi biaya tinggi; meningkatkan upaya kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait; membuka informasi melalui beberapa kedutaan besar RI diluar negeri tentang potensi dan peluang investasi di Sumatera Selatan, sedangkan upaya khusus yang terus dilakukan Pemerintah Sumatera Selatan dapat diuraikan di bawah ini. Pertama, meningkatkan komitmen kepala daerah dan Stakeholder untuk dapat melaksanakan kegiatan penanaman modal di Sumatera Selatan. Apabila iklim investasi dapat dibangun lebih kondusif yang didukung oleh Berlanjut kehalaman berikutnya 45 Lanjutan Tabel 2.1 kepala daerah dan stakeholder yang ada, maka dalam jangka panjang secara makro akan dapat meningkatkan insentif pajak dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kedua, membuat peraturan kebijakan yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum. Ketiga, prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat mengakibatkan high cost economy 7 1. Kurnia Astuti 2. Budiono Sri Handoko 2007  Trend Linier  ICOR  ILOR Judul: Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan hasil penelitian. Proyeksi PDRB Kabupaten Sleman tahun 2005 –2009 meningkat yaitu sebesar Rp1.791.423.000.000,00 pada tahun 2005, Rp1.847.121.000.000,00 pada tahun 2006, Rp1.902.819.000.000,00 pada tahun 2007, Rp1.958.517.000.000,00, dan Rp2.014.215. 000.000,00 pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi menurun dari 3,09 pada tahun 2005 menjadi 2,84 pada tahun 2009. Proyeksi ini dihitung dengan asumsi bahwa perekonomian daerah dalam kondisi normal Nilai Rata- rata ICOR Kabupaten Sleman periode 1999 – 2003 adalah 2,847 artinya untuk meningkatkan PDRB sebesar Rp1.000,00 dibutuhkan investasi sebesar Rp2.847,00. Rasio modal- tenaga kerja di Kabupaten Sleman adalah sebesar 65.748.166 artinya setiap pekerja pada tahun 1999-2004 menggunakan modal sebesar Rp65.748.166,00 per tahun. Berdasarkan rasio modal- tenaga kerja, semakin besar investasi maka diproyeksikan penyerapan tenaga kerja semakin banyak. Nilai rata-rata ILOR adalah 0,35 artinya bahwa untuk meningkatkan PDRB sebesar PDRB sebanyak Rp100.000.000,00 dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 35 orang. Penyerapan tenaga kerja tergantung pada ILOR. ILOR yang tinggi menunjukkan Berlanjut kehalaman berikutnya 46 Lanjutan tabel 2.1 bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, sedangkan nilai ILOR yang semakin rendah menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan semakin sedikit. Sektor yang mempunyai ILOR positif adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan PDRB di sektor tersebut menambah kesempatan kerja baru. Sektor yang mempunyai ILOR negatif mengindikasikan bahwa kenaikan PDRB di sektor tersebut justru mengurangi kesempatan kerja yang ada. Hal ini karena meningkatnya produktivitas tenaga kerja atau proses produksi yang padat modal.

C. Kerangka Berpikir

Dalam pembangunan ekonomi tujuannya adalah untuk meningkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tentunya dibutuhkan modal atau investasi karena secara makro investasi menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi yang didasari teori pertumbuhan Harrod-Domar. Dengan adanya investasi diharapakan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak sehingga berdampak kepada masyarakat yang memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dibutuhkan perencanaan pembangunan salah satunya dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga 47 kerja yang dapat menjadi informasi dalam mengambil kebijakan dalam pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang. Sehingga dari kerangka pemikiran tersebut dapat disimpulkan dengan gambaran yang terdapat pada gambar 2.2. 48 Gambar 2.2. Model: Alur Kerangka Berpikir Teoritis Latar Belakang 1. Perekonomian masih bergantung pada sektor konsumsi yang tidak memberikan pertumbuhan ekonomi berkesinambungan 2. MP3EI master plan percepatan perluasan pembangunan eknonomi Indonesia menjadikan Indonesia negara maju 2045 3. Desentralisasi pengelolaan sumber keuangan dalam proses pembangunan ekonomi 4. Desentralisasi fiskal menjadi pintu masuk bagi daerah untuk mendorong akselerasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah 5. Investasi sebagai solusi dalam mengatasi kekurangan modal yang dialami oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam mengembangkan perekonomiannya. Pertumbuhan Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi yang menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat 2. Perkembangan ekonomi kenaikan pendapatan suatu wilayah secara nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. 3. Pertumbuhan ekonomi untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Tenaga kerja 1. Adam Smith Pertumbuhan ekonomi di sebabkan oleh kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. 2. Populasi sebuah sumber Daya Berharga dalam Pertumbuhan Ekonomi 3. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. 4. Perluasan kesempatan kerja dapat terjadi melalui pertumbuhan ekonomi Investasi PMA dan PMDN 1. Diperlukan Investasi PMA PMDN baru untuk memacu pertumbuhan ekonomi 2. penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. 3. Investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai keterkaitan Proyeksi 1. Perencanaan untuk kebijakan yang mendorong masyarakat swasta untuk lebih produktif 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian adalah wilayah di Provinsi Sumatera Selatan dan penelitian dilakukan pada tahun 2013. Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi, investasi dan penyerapan tenaga kerja didaerah tersebut. 2. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya melakukan penelitian pada PDRB Y, investasi X1 dan penyerapan tenaga kerja X2 di Provinsi Sumatera Selatan yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Y t , investasi X t 1 dan penyerapan tenaga kerja X t 2 yang digunakan untuk melakukan perencanaan perekonomian dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dan juga untuk mendukung pembangunan ekononomi secara nasional.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini adalah penelitian diskriptif karena meneliti suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem, atau suatu kelas peristiwa pada masa 50 sekarang. Pernyataan diatas diperkuat oleh Nazir 1998:63, dalam Prastowo, 2011:186 bahwa metode diskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada Bab I bagian A maka penelitian ini dilakukan dengan sampel daerah Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan cluster sampling atau sampling daerah, sample daerah merupakan salah satu penarikan metode sample probabilitas dimana sampel- sampel dikelompokkan menurut petak-petak daerah dan setiap petak daerah memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sample Hamid,

2011: 20. C.

Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series merupakan fenomena waktu tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu yang bersifat kuntitatif yang sudah diolah sehingga dinyatakan dalam bentuk angka numeric yang merupakan data sekunder karena sumber atau pengumpulan data diperoleh dari pemanfaatan sumber-sumber dari pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya melalui kepustakaan atau data-data yang dipublikasikan oleh instansi atau lembaga terkait Teguh, 2005:118, 121, adapaun sumber data: 51 a. Badan Pusat Statistik BPS Indonesia b. Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera-Selatan c. Badan Perancanaan Pembangunan Daerah Sumatera Selatan BAPPEDA d. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENAS. e. Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. f. Instansi atau Lembaga terkait lainnya. 2. Metode Pengumpulan Data Data yang dipakai merupakan data sekunder maka pengumpulan data melalui telaah kepustakaan atau melalui monografi yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga yang berhubungan dengan penelitian berupa laporan-laporan, buku-buku profil, literatur, dan media Teguh, 2005:121, adapun data yang di pakai adalah: a. Data PDRB Provinsi Sumatera Selatan menurut lapangan usaha di atas Harga konstant tahun 2000 sejak tahun 1990-2012. b. Data Investasi di Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1990-2012 c. Data Tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1990- 2012.

D. Metode Analisis

1. Trend Linier Trend Linier digunakan untuk melihat trend jangka panjang sebaiknya data yang digunakan suatu periode sekurang-kurangnya satu 52 siklis, jika lebih dari satu siklis akan lebih baik. Biasanya menggunakan data selama lebih 15 tahun. Periode yang cukup panjang ini dimaksudkan agar trend yang diperoleh tidak dikacaukan oleh variasi siklis seperti kontraksi atau ekspansi. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari persamaan trend akan digunakan tahun kode X sebagai pengganti tahun yang sesungguhnya t, Sri, 2003:78. Rumusnya: X = t - ṯ , dimana ṯ = rata-rata dari tahun awal dan tahun terakhir yang dipelajari. Langkah-langkah Trend Linier Terdapat beberapa persamaan trend dalam Least Square Method yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Trend Linier Menurut Handoko Kurnia Astuti 2007:165 Garis trend linier secara umum dapat ditulis dengan persamaan garis lurus sebagai berikut: Y’ = a + bX Keterangan: Y’ = adalah data berkala time series PDRB. X = adalah waktu yang berupa data tahunan a = adalah bilangan konstan, apabila X= 0 yaitu PDRB awal tahun