hubungan perkawinan, sahnya hubungan perkawinan bisa dilihat dari legalitas perkawinan tersebut, dan apabila tidak terjadi pemutusan hubungan suami
isteri melalui pengadilan, maka hubungan perkawinan masih memiliki largalitas. Walaupun antara suami isteri telah melakukan talak di luar
Pengadilan, hubungan perkawinannya masih sah, sehingga jika salah satu pihak meninggal dunia maka pihak yang lainnya dapat mengajukan
gugatanpermohonan untuk harta warisan yang ditinggalkan, karena dianggap masih dalam hubungan suami isteri yang sah menurut ketentuan yang berlaku.
D. Problematika Talak Di Luar Pengadilan Bagi Masyarakat Di Wilayah
Tigaraksa
Berbagai masalah timbul akibat tidak berperan andil dalam berpartisipasi untuk menjalankan tatanan peraturan yang berlaku di Indonesia, sehingga tidak
sedikit hak-hak yang tidak bisa didapatkan karena itu. Namun, dalam segala sesutu yang berhubungan dengan masyarakat tentang aturan-aturan perkawinan,
tidak lepas dengan kondisi tertentu baik kebiasaan, kondisi perekonomian, ketidaktahuanketidakpahaman akan peraturan, enggannya berproses yang rumit,
atau bahkan keacuhan terhadap aturan itu sendiri.
Dalam skripsi ini, penulis meneliti sebagian kecil masyarakat yang berada di wilayah Tigaraksa tentang problematika talak di luar Pengadilan yang dirasakan
oleh masyarakat tersebut dalam berbagai kondisi. Kondisi masyarakat yang dimaksud penulis adalah kondisi masyarakat yang
berada di wilayah Tigaraksa dalam melakukan talak, yang dilihat dari usia pernikahan, cara melakukan pernikahan, cara melakukan talak dan hak-hak yang
terpenuhi atau tidak setelah terjadi talak, dengan hasil dari penelitian lapangan yang mengikut sertakan responden dengan jumlah 25 orang di wilayah Tigaraksa
yang dipilih secara acak. Hasil penelitan dilihat dengan persentase responden dengan rumus:
P
P adalah persentase J adalah jumlah peryataan
R adalah jumlah responden keseluruhan Responden yang dipilih melakukan perkawinan pada usia tertentu dapat
dilihat dari daftar tabel berikut:
Usia Perkawinan
Jumlah Responden
15 Tahun 2
8 15-30 Tahun
22 88
30-50 Tahun 1
4
Total 25 100
Dari hasil peneletian, rata-rata dengan persentase 88 responden melakukan perkawinan pada usia antara 15-30 Tahun.
Selanjutnya mengenai tata cara talak yang dilakukan oleh banyak kalangan di masyarakat. Namun, sebelum penulis menjelaskan tata cara talak yang
dilakukan oleh responden, dipandang penting untuk mengetahui tata cara perkawinan yang dilakukan responden, mengingat kriteria yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah responden yang melakukan perkawinan yang dicatat melalui Kantor Urusan Agama KUA akan tetapi tidak melakukan talak melalui proses
Pengadilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai kriteria responden
yang melakukan perkawinan yang dicatat melalui Kantor Urusan Agama KUA dengan menanyakan pernyataan “ya” atau “tidak” kepada responden, apakah
menikah melalui prosedur yang telah ditetapkan yaitu melalui KUA? Hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Jawaban Jumlah
Responden
Ya 13 52
Tidak 12 48
Total 25 100
Dengan tabel di atas dapat diketahui bahwa sekitar 52 dari jumlah responden mencatatkan perkawinannya melalui Kantor Urusan Agama KUA
yaitu berjumlah 13 orang responden, dan kemudian dari 13 orang tersebut akan dipilih untuk menentukan berapa jumlah yang masuk ke dalam kriteria penilitian
ini, yaitu dengan mananyakan bagaimana melakukan talak yang dilakukan oleh para responden tersebut, dengan menanyakan pernyataan apakah melakukan talak
melalui Pengadilan dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel berikut:
Jawaban Jumlah
Responden
Ya 3 23
Tidak 10 74
Total 13 100
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan jawaban bahwa sebanyak 10 orang responden dengan presentase 74 melakukan talak di luar
Pengadilan, dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa responden yang masuk ke dalam kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berjumlah 10 orang.
Dari responden yang masuk ke dalam kriteria penelitian ini telah ditanyakan mengenai alasan-alasan tidak melakukan talak melalui Pengadilan, dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Alasan Jumlah
Responden
Rumit 5 50
Lama 1 10
Alasan lain 4
40
Total 10 100
Yang menganggap bahwa porses talak di Pengadilan rumit hanya 5 orang dengan presentase 50 dari jumlah responden yang ke dalam kriteria penelitian
ini, dan dengan alasan lama prosesnya adalah 1 orang dengan presentase 10 , tetapi lebih banyak bersalasan talak tidak di Pengadilan dengan alasan lain.
Maksud alasan lain, di antaranya adalah tidak mengetahui proses yang berlaku mengenai talak, terdapat sebagian yang menyatakan bahwa ketika responden
tersebut melakukan talak belum ada peraturan yang mengatur karena responden melakukan talak bertepatan sebelum tahun 1974.
Sesuai dengan pernyataan Empat Patmawati melalui wawancara, bahwa jika melakukan talak melalui Pengadilan prosesnya rumit dan tidak mendapatkan
pengarahan langsung bagaimana cara berporses di Pengadilan Agama untuk melakukan talak, ditambah dengan biaya mahal yang akhirnya mengurungkan niat
untuk memproses talaknya melalui Pengadilan.
16
Adapun dampak dari talak yang dilakukan di luar Pengadilan adalah bisa dilihat dari hasil peneletian yang dilakukan dengan pertanyaan pernyataan “ya”
atau “tidak” terhadap pertanyaan hak-hak yang didapat dari talak tersebut yang dituangkan oleh penulis ke dalam tabel berikut:
Jawaban Iddah Anak
Ya 4 40
5 56
Tidak 6 60 4
44
Jumlah 10 100 9 100
Sebanyak 60 para responden yang melakukan talak di luar Pengadilan tidak mendapatkan hak iddahnya, untuk anak baik dari segi pengasuhan dan
nafkah untuk anak tersebut dengan presentase yang mendapatkan haknya 56 dan yang tidak mendapatkan haknya 44 dari jumlah 9 responden dari 10
responden yang masuk ke dalam kriteria penelitian ini, adapun 1 orang responden tersebut tidak memiliki keturunan anak ketika melakukan talak tersebut.
16
Wawancara Pribadi dengan Empat Patmawati, Tigaraksa, 22 Juni 2010.
Adapun mengenai dampak yang dirasakan oleh salah seorang responden dalam wawancara khusus yaitu merasakan sulitnya untuk menikah lagi dengan
orang lain karena tidak memiliki legalitas untuk perceriannya tersebut, pihak KUA tidak memberkan izin karena masih berstatus sebagai isteri dari suami yang
pertama.
17
Adapun hasil penelitian dari seluruh responden baik yang masuk ke dalam kriteria penelitian ini ataupun tidak mengenai dampak yang dirasakan ketika
melakukan perkawinan ataupun perceraian tidak melalui prosedur yang berlaku adalah bisa dilihat pada tabel berikut:
Jawaban Iddah Anak
Ya 6 24
8 32
Tidak 19 76 10
40
Jumlah 25 100 18
100
Dengan jumlah yang sangat besar di atas, memberikan kejelasan bahwa jika melakukan perkawinan atau perceraian dengan tidak mengikuti prosedur yang
berlaku maka kerugian yang seperti dicantukan dalam tabel di atas akan didapatkan oleh para pihak yang melakukannya tanpa prosedur.
Namun, di antara kemajemukan masyarakat di wilayah tigaraksa ternyata masih ada yang menganggap bahwa baik perkawinan atau perceraian seutuhnya
mengikuti para Imam Madzhab khususnya madzhab syafi’i dan timbah dengan keteranga ulama setempat, sehingga jika ingin melakukan cerai yang dipandang
17
Wawancara Pribadi dengan Empat Patmawati, Tigaraksa, 22 Juni 2010.
penting adalah seorang suami telah mengucapkan talak maka talak itu sudah jatuh untuk isteri tanpa harus melalui proses Pengadilan dan Pengadilan hanya
mengurus hal yang bersifat administratif, dan dirasa cukup jika talak disampaikan oleh suami ditambah dengan surat pernyataan yang ditandatangani di atas
materai.
18
Apalagi ketika harus berhadapan dengan lembaga penegak hukum, yang dirasakan adalah ketakutan untuk berperkara di Pengadilan
19
karena lembaga pengadilan dianggap sebagai yang memberatkan kepada kehidupan selanjutnya.
E. Analisis Penulis Tentang Talak di Luar Pengadilan