Kebijakan Pembangunan Pertanian Perdagangan Internasional .1 Latar Belakang Perdagangan Internasional

5. Lestari mengandung pengertian menggunakan sumberdaya yang optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya pertanian. 6. Terpadu dengan pembangunan wilayah mengandung pengertian pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.

2.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional. Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya pembangunan pertanian. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Pembangunan pertanian yang berhasil harus memiliki langkah-langkah kebijakan yang diambil yaitu meliputi usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta Pembangunan pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu, dan wilayah terpadu. Di samping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian, dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung, pembinaan terhadap petani Universitas Sumatera Utara diarhkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor, dan bahan baku bagi industry. Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembanngunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. 2.3 Perdagangan Internasional 2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional Perdagangan antara negara atau yang lebih dikenal perdagangan internasional, sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat dalam negeri yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter penukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing- masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara partner dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, di antaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, pendududk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran, yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional. Pada awalnya proses perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang saat terjadi Universitas Sumatera Utara transaksi dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara internasional dengan aset- aset yang mengandung risiko seperti saham, valuta asing, dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak, bahkan semua Negara yang terkait di dalamnya sehingga memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Adapun sebab-sebab umum terjadinya perdagangan internasional adalah Halwani, 2002;17: 1. Sumber daya alam natural resources 2. Sumber daya modal capital resources 3. Tenaga kerja human resources 4. Teknologi Perdagangan antar negara berlangsung atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual beli antara para pedagang traders dari berbagai belahan wilayah hingga di luar batas negara. Keunggulan khusus yang dimiliki oleh masing- masing negara, dijadikan basis dalam meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Teori Perdagangan Internasional

Beberapa teori perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

1. Merkantilisme

Aliran merkantilisme lahir di kawasan Eropa Timur dan salah satu tokoh yang paling berpengaruh adalah Thomas Munn 1571-1641. Merkantilisme mengatakan untuk mencapai kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau emas. Untuk itu memperoleh emas yang lebih banyak daripada emas yang dikeluarkan maka dalam perdagangan internasional harus surplus. Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa proses keuntungan perdagangan internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini dapat dilakukan dengan memacu kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Upaya yang perlu dilakukan melalui peningkatan produksi domestik dengan menggali sepenuhnya sumber daya yang tersedia.Syahrir, 2008;10 Dua kebijakan merkantilisme adalah: 1. Kebijakan merkantilisme dalam usaha untuk memperoleh monopoli perdagangan, monopoli perdagangan ini dapat diperoleh dengan memiliki armada perdagangan yang kuat. 2. Kebijakan lanjutan berupa usaha untuk memperoleh daerah-daerah jajahan. Hal ini dilakukan melaui ekspansi perdagangan dan penaklukan dan penundukan daerah-daerah baru di Amerika, Asia, dan Afrika. Negara-negara atau daerah-daerah jajahan ini dijadikan sumber langsung Universitas Sumatera Utara logam muli. Negara jajahan menjadi sangat sangat tergantung pada Negara jajahan.

2. Teori keunggulan absolute Adam Smith

Smith berpendapat bahwa dengan perdagangan bebas, setiap Negara dapat berspesialisasi dalam produksi komoditi yang memepunyai keunggulan absolute atau dapat memproduksi yang paling efisien dari Negara lain spesialisasi internasional dari faktor- faktor produksi ini akan menghasilkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan bersama- sama melalui perdagangan antar Negara. Contoh teori ini adalah seperti pada tabel di bawah, Tabel 2.1. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris. Barang Amerika Serikat Inggris Gandumkarungjam t.kerja 6 1 Kain yard jam t.kerja 1 2 Sumber: Salvatore, Dominick.1995. Ekonomi Internasional. Tabel menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai keunggulan absolut terhadap Inggris dalam produksi gandum, dan Inggris mempunyai keunggulan absolute dalam produksi kain. Jika Amerika Serikat berspesialisasi dalam produksi gandum dan Inggris dalam produksi kain, maka produksi gabungan gandum dan kain dari Amerika Serikat dan Inggris akan lebih besar, dan baik Amerika Serikat maupun Inggris sama-sama membagi keuntungan dalam pertambahan ini melalui pertukaran sukarela. Universitas Sumatera Utara

3. Teori Kunggulan Komparatif David Ricardo

Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu Negara mengalami kerugian atau ketidak ungulan disadvantage absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi menpunyai keunggulan komparatif comparative advantage. Di pihak lain, negara tersebut sebaliknya mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. Contoh teori ini adalah seperti pada table di bawah, Tabel 2.2. Distribusi Hasil Produksi Gandum dan Kain Amerika Serikat dan Inggris Barang Amerika Serikat Inggris Gandum karung jam t.kerja 6 1 Kain yard jam t.kerja 3 2 Sumber: Salvatore Dominick.1995. Ekonomi Internasional Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Inggris mempunyai kerugian absolut dibanding Amerika Serikat dalam produksi gandum maupun kain. Akan tetapi kerugiannya lebih kecil dalam kain dibanding dengan gandum. Untuk Amerika Serikat, berlaku hal yang sebaliknya, yaitu Amerika Serikat mempunyai keunggulan absolute atas Inggris dalam kedua komoditi tersebut, akan tetapi keunggulan ini lebih besar dalam gandum 6:1 daripada dalam kain 3:2. Dengan kondisi ini, Amerika Serikat dapat berspesialisasi dalam gandum dan Universitas Sumatera Utara Inggris berspesialisai dalam kain dan akan saling menguntungkan pada kedua belah pihak.

4. Teori H-O Heckscher-Ohlin

Teori H-O menekankan pada perbedaan relatif faktor pemberian alam faktor endowments dan harga faktor produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting dengan asumsi bahwa teknolgi dan selera sama. Ide dasar model H-O adalah negara yang melimpah tenaga kerja, secara relative akan memanfaatkan dirinya untuk memproduksi barang dengan faktor produksi padat karya yang relative lebih murah. Dengan demikian Negara ini akan mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi barang tersebut. Bagi negara yang produksinya lebih padat modal, maka pengorbanan yang diperlukan lebih ringan disbanding dengan barang- barang hasil produksi padat karya. Heckscher- Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa perdagangan internasional antar negara tidaklah banyak berbeda dan hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah. Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar inilah Ohlin melepaskan anggaran yang berasal dari teori klasik bahwa dalam perdagangan internasional ogkos transport dapat diabaikan. 2. Bahwa barang- barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan atas keuntungan alamiah atau keuntungan yang diperkembangkan akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor- Universitas Sumatera Utara faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.www.scribd.com

2.3.4 Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan pada penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan yaitu dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri dengan tujuan lebih memeperluas arus barang danh jasa, mendorong pembemtukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan dan memeratakan pendapatn rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi. Kerangka kebijakan yang ingin dicapai meliputi unsur-unsur sebagai berikut. 1. Penciptaan struktur ekspor non-migas yang kuat dan tangguh yang tidak terganggu oleh gejolak dengan melakukan diversifikasi baik produk, pasar, maupun pelakunya. 2. Penciptaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan daya saing produk-produk ekspor, mempertahankan tingkat harga yang stabil di dalam negeri dan pengembangan produksi dalam negeri menuju struktur ekonomi yang lebih berimbang dengan industry yang makin kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh. 3. Peningkatan daya saing dunia usaha sebgai pelaku dalam kegiatan ekonomi perdagangan, baik dalam negeri maupun ekspor dengan Universitas Sumatera Utara memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia yang semakin ketat persainganya. 4. Transparansi pasar dan pengolahan kegitan perdagangan. Untuk itu kegiatan informasi perdagangan akan lebih diintensifkan agar para pengusaha dengan mudah memperolehya. 5. Kemantapan bekerjanya lembaga-lembaga perdagangan. Berfungsinya secara baik lembaga-lembaga perdagangan sangat penting dalam memperlancar arus pengadaan dan penyaluran barang. 6. Kemantapan bekerjanya sektor penunjang perdagangan. Untuk itu secara terus-menerus dibina kerja sama berbagai instansi terkait agar dapat persamaan persepsi dan langkah dalam rangka meningkatkan ekspor khususnya dan terbinanya perdagangan yang lancar pada umumnya.Halwani, 2002

2.4 Ekspor