2. Barter
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang-barang yang dibutuhkan di dalam
negeri. Dalam hal ini berarti yang mengirimkan barang tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing tetapi dalam bentuk barang. Barang dapat
dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayarannya dalam mata uang rupiah.
3. Konsinyasi Consignment
Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang-barng ke luar negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlakuakn sama dengan hasil
ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang-barang dikirimkan ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk
memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa.
2.5 KURS Exchange Rate 2.5.1 Pengertian Kurs
Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri asing. Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase.
Arbirase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. Dominick, 1995;140.
Menurut Abimanyu, kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Abimanyu, 2004;6.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua cara dalam menyatakan kurs yaitu Abimanyu,2004: 1.
Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote. Model ini merupakan cara yang palin umum dipakai dalam perdagangan valuta asing
atau antar bank di seluruh dunia. Penetapan kurs nya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk
membeli berapa unit mata uang dalam negeri. 2.
Model Amerika yang sering disebut Direct Quote. Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Kurs
ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia.
2.5.2 Kurs Beli dan Kurs Jual
Kurs yang di-quote menunjukkan kesediaan untuk membeli aatu menjual mata uang asing pada harga atau rate yang ditetapkan. Secara umum terdapat dua
macam kurs, yaitu kurs beli bid dan kurs jual offer. Kurs beli adalah harga dimana dealer yang terdiri dari bank dan money changer bersedia memebeli mata
uang asing. Kurs jual adalah harga dimana dealer bersedia menjual mata uang asing. Selisih kurs jual dan kurs beli merupakan keuntungan dealer tersebut.
2.5.3 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing
Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu system nilai tukar tetap fixed exchange rate dan system nilai tukar mengambang
flexible exchange rate. Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahan kan kurs pada
sisitem tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gillis et al dalam Abimanyu, 2004;9, berdasarkan besarnya intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan untuk
mempertahankan berbagai system tersebut, terdapat enam system nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu:
1. Sistem fixed pegged, dimana otoritas moneter selalu mengintervensi
pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa
yang relative besar. Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit neraca perdagangan, cenderung
menghasilkan kebijakan devaluasi. 2.
Sistem Adjustable peg, dimana otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak
mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan. 3.
Sistem Crawling peg, dimana otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar
valuta asing dalam system ini diubah secara periodik dan berangsur- angsur dalam persentase yang kecil.
4. Sistem Managed float, dimana otoritas moneter tidak terikat untuk
memepertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu mengintervensipasar berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu, misalnya karena cadangan devisa menipis. Contoh lain, otoritas moneter dapat mengintervensi pasar agar nilai mata uang
Rupiah melemah untuk mendorong peningkatan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem Wider band, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar
valuta asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan terendah, misalnya di antara Rp. 4.000,- - Rp.3.000,- per 1US Dollar. Jika
keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik tersebut, otoritas moneter akan mengintevensi pasar dengan cara memebeli
atu menjual Rupiah atau US Dollar. Intervensi tersebut menjaga nilai tukar Rupiah tetap berada di antara kedua titik tersebut.
6. Sistem Free floating, berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem
fixed. Dalam system ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga system ini tidak memerlukan cadangan
devisa.
Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut
sistem tukar tetap fixed exchange rate dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat USD. Sejak 15 November 1978 sistem
nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali managed floating exchange rate dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun
terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang
namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14
Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance atas pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi
band sebagai acuan nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah
Universitas Sumatera Utara
nilai tukar rupiah sepenuhnya dilepas ke pasar free floating atau masih akan dilakukan intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari
sistem free floating serta dikaitkan dengan kondisistruktur perekonomian Indonesia selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan.
Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan pada timing
yang tepat.www.stie-stikubank.ac.idweb.jurnal
2.5.4 Arbitrasi
Adapun arbitrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Locational arbitrage
Perdagangan valas atau arbitrase dapat terjadi bila ada perbedaan kurs jual atu beli antar bank atu antar money changer. Perbedaan itu akan memberi peluang
kepada arbitrageur pedagang valas untuk mencari keuntungan dari selisih kurs jual dan kurs beli dari bank yang berbeda. Perbedaan kurs jual dank us beli dari
beberapa bank pada lokasi atau kota yang sama dapat terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan yang dihadapinya.
2. Trianguler Arbitrage
Trianguler arbitrage ini adalah jenis arbitrage atau perdagangan valas yang dilakukan oleh para arbitrageur dengan membandingkan cross exchange
rate antara tiga lokasi atau tempat yang berbeda. Hamper sama halnya dengan locational arbitrage, arbitrase ini juga harus dilakukan secara cepat. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu, biasanya hanya dapat dilakukan oleh para arbitrageur yang mempunyai terminal computer yang mempunyai link atau dapat akses ke bursa valas
internasional.
3. Covered Interest Arbitrage CIA
Aktivitas arbitrageur atau pedagang valas untuk mencari keuntungan dari perbedaan antara selisih tingkat bunga dan forward rate premium atau forward
rate discount. Yang dikenal sebagai covered interest arbitrage CIA.
CIA dilakukan dengan cara menginvestasikan dana dalam sekuritas luar negeri karena terdapat perbedaan selisih antara tingkat bunga dengan perubahan kurs
valas atau tingkat premium discount.
2.5.5 Perubahan Kurs Valuta Asing
Terdapat beberapa macam kurs valuta asing, yaitu devaluasi,revaluasi, depresiasi, dan apresiasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh mekanisme
penawaran dan permintaan pasar, maupun disebabkan oleh kebijakan pemerintah, yaitu:
1. Devaluasi, merupakan penurunan nilai tukar satu mata uang domestik,
misalnya rupiah, relative terhadap mata uang asing tertentu, misalnya US Dollar, yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Devaluasi hanya
dapat terjadi jika nilai Rupiah dikaitkan terhadap US Dollar dan pemerintah dengan sengaja mengubah nilai Rupiah relative terhadap US
Dollar. Jika pemerintah tidak mengaitkan Rupiah terhadap US Dollar dan perubahan nilai tukar terjadi dengan sendirinya, istilah ini tidak berlaku
Universitas Sumatera Utara
lagi. Jadi istilah devaluasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar tetap dimana suatu mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing
tertentu. 2.
Revaluasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik
terhadap satu mata uang asing tertentu. Sama dengan devaluasi, istilah revaluasi hanya berlaku pada system nilai tukar tetap.
3. Depresiasi, penurunan nilai tukar satu mata uang domestik, misalnya
Rupiah, relative terhadap mata uang asing, misalnya US Dollar, yang disebabkan gerakan permintaan dan penawaran terhadap rupiah dan US
Dollar di pasar valuta asing. Istilah depresiasi ini berlaku dalam system nilai tukar mengambang dimana pemerintah tidak mengaitkan mata uang
domestik dengan mata uang asing tertentu. Pemerintah juga tidak dapat mengubah nilai relative mata uang domestik terhadap mata uang asing
tertentu. 4.
Apresiasi, merupakan kenaikan nilai tukar satu mata uang domestik
relative terhadap mata uang asing tertentu. Sama dengan depresiasi, istilah apresiasi hanya berlaku dalam sistem nilai tukar mengambang.
Berkaitan dengan perubahan kurs valuta asing, dikenal istilah soft currency dan hard currency. Suatu mata uang dikategoriakn soft currency jika mata ung
tersebut diperkirakan akan mengalami devaluasi atau depresiasi relative terhadap mata uang asing utama. Pengecualian terjadi dalam kasus bank sentral
mempertahankan nilai kurs pada tingkat yang tidak riil. Suatu mata unag dapat dikaegorikan hard currency jika mata uang tersebut
diperkirakan akan mengalami revaluasi atau apresiasi relative terhadap mata uang
Universitas Sumatera Utara
asing utama. Dalam praktinya, terhadap beberapa mata uang asing yang dianggap sebagai hard currency meskipun nilainya selalu berubah-ubah. Mata uang tersebut
di antarany, US Dollar, Yen, DM, Swiss Franc, dan Poundsterling.
2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
Sadono Sukirno,2006:
1. Perubahan dalam Cita Rasa Masyarakat
Cita masyarakat memepengaruhi corak konsumsi mereka atas barang- barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan
kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat juga meningkatkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas
barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor lebih besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan pada
valuta asing.
2. Perubahan Harga Barang Ekspor impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam
negeri yang dapat dijual dengan harga relative murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan
harga impor akan menaikkan jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Demikian perubahan haga barang-
Universitas Sumatera Utara
barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang tersebut.
3. Kenaikan Harga Umum Inflasi
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu
valuta asing. Kecenderungan seperti ini wujud disebabkan efek inflasi yang berikut: i inflasi menyebabkan harga-harga barang di dalam negeri lebih
mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, ii inflasi menyebabkan harga-harga
barang-barang ekspor lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan i menyebabkan permintaan ke atas valuta asing
bertambah, dan keadaan ii menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang: maka harga valuta asing akan bertambah berarti harga mata uang
Negara yang mengalami inflasi merosot.
4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke Negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke sesuatu Negara, permintaan ke
atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu Negara akan merosot apabila lebih banyak modal Negara
Universitas Sumatera Utara
dialirkan ke luar negeri karena tingkat suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi di Negara-negara lain.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akn disebabkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.
Apabila kemajuan iti terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang itu bertambah lebih cepat dari penawarannya
dan oleh karenanya nilai mata uang itu naik. Akan tetapi apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor ,
penawaran mata uang Negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot
2.5.7 Teori-Teori Kurs
Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing:
1. Balance of payment approach
Pendekatan ini berpendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang
dapat digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan adalah balance of payment BOP. BOP dapat menunjukkan aliran dana masuk dan
keluar Negara. Sebagai contoh apabila BOP suatu Negara mengalami deficit dapat diartikan bahwa penghasilan arus uang masuk lebih kecil dari pengeluaran arus
uang keluar maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna memebayar deficit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
dan sebaliknya. Jadi pendekatan ini berusaha untuk menggunakan BOP sebagai faktor yang menentukan nilai tukar valuta.
2. Purchasing Power Parity Theory PPP Theory
Teori ini dikenalkan oleh pakar ekonomi dari Swedia, Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain
ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi barang dan jasa pada masing-masing negara.
Terdapat dua versi dalam teori PPP, yaitu: 1
Teori Purchasing Power Parity Interpretasi Absolute Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata
uang Negara lain kurs ditentukan oleh tingkat harga pada masing-masing Negara. PPP absolute hanya berlaku dalam jangka panjang. PPP juga hanya
berlaku untuk Negara yang memiliki tingkat inflasi tinggi dan pasar modal yang belum begitu berkembang.
2 Teori Purchasing Power Parity Arti Relatif
Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada perubahan harga. Bila terjadi perubahan di kedua Negara yang bersangkutan
maka kurs juga harus mengalami perubahan.
3. Fisher Effect
Menurut teori Irving Fisher ini, tingkat bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi di Negara
Universitas Sumatera Utara
itu. Dari persamaan tersebut dapat digambarkan dalam persamamaan
matematika seperti di bawah ini: Suku Bunga Nominal = Suku Bunga Riil + Tingkat Inflasi
Menurut Fisher Effect, tingkat suku bunga nominal di dua Negara dapat berbeda Karen tingkat inflasi mereka berbeda.
4. International Fisher Effect IFE
Teori ini didasarkan pada teori Fisher Effect yang menggunakan perbedaan tingkat bunga untuk menerangkan mengapa terjadi perubahan kurs.
Teori ini menyatakan bahwa spot rate SR akan berubah dengan persentase yang sama, tetapi arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga
antar dua Negara. Selanjutnya menurut teori IFE bahwa actual or effective return dari investasi pada pasar surat berharga di pasar uang luar negeri bergantung pada
foreign interest dan persentase perubahan nilai kurs valas. Hady, 2001;68
2.6 Inflasi 2.6.1 Pengertian Inflasi