Dinding Rumah Tepas Pemanfaatan Tanaman Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

santai seorang pengrajin keranjang bambu dapat menghasilkan 3-5 keranjang bambu, namun apabila di Kabupaten Karo sedang musim buah dimana permintaan keranjang meningkat seorang pengrajin keranjang bambu dapat menghasilkan 5- 13 keranjang bambu per hari, dapat dilihat pada tabel 8. Harga untuk satu buah keranjang bambu jika dijual ke agen, dihargai sebesar Rp. 7.000 dan sampai ke konsumen akhir Rp. 8.500, dan jika di Kabupaten Karo sedang musim buah harganya dapat mencapai Rp. 9.000 dan setelah sampai ke konsumen mencapai Rp. 10.000. Keranjang hasil olahan masyarakat di Desa Suka Makmur, Desa Rumah Pil-Pil dan Desa Durin Seregun umumnya dijual ke Kabupaten Karo Berastagi dan Kaban Jahe untuk keranjang kemasan buah dan ke Kota Medan untuk tempat sampah dan keperluan lainnya. Gambar dan hasil dari pembuatan kerajinan keranjang dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Gambar dan hasil dari pembuatan kerajinan keranjang bambu

b. Dinding Rumah Tepas

Bambu merupakan jenis tanaman yang memiliki sifat yang elastis dan kuat. Widjaja dkk. 1994, menyatakan bahwa bambu merupakan bahan baku kerajinan ayaman yang sangat potensial untuk dimanfaatkan, karena selain bambu sangat mudah di peroleh dan harga bahan bakunya yang relatif rendah bambu juga sangat Universitas Sumatera Utara kuat dan awet. Di Desa Suka Makmur, Desa Rumah Pil-Pil dan Desa Durin Serigun bambu dapat pula di olah menjadi bahan baku dinding perumahan. Dinding yang terbuat dari bahan baku bambu tersebut berasal dari jenis bambu talang Schizostachyum brachyladum dan bambu perling atau buluh nipes bahasa setempat Schizostachyum zollinggeri. Adapun alasan masyarakat memanfaatkan bambu talang sebagai bahan baku dinding rumah adalah karena jenis bambu tersebut tidak terlalu tebal, sehingga mudah untuk dibuat menjadi keranjang. Walaupun tidak begitu tebal namun jenis bambu ini cukup kuat untuk di jadikan dinding rumah. Dinding rumah atau tepas bahasa setempat dibuat dari lembaran- lebaran bambu yang diayam berbentuk bujur sangkar. Setelah dipisahkan dari rumpunya dan dibersihkan kemudian di potong-potong dengan ukuran 2 meter. Bentuk bambu jenis ini dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 dibawah ini. Gambar 8. Bambu Talang Gambar 9. Bambu Perling Bambu yang telah dipotong-potong tersebut kemudian dibelah menjadi dua bagian. Kedua bagian hasil belahan bambu tersebut kemudian dibersihkan bagian dalamnya daging bambunya dan kemudian dipukul-pukul dengan palu untuk melunakkan atau meremukannya, sehigga mudah untuk diayam. Bambu-bambu yang telah remuk kemudian diayam mendatar hingga membentuk persegi panjang. Adapun mengapa masayarakat setempat memakai jenis bambu ini sebagai bahan Universitas Sumatera Utara baku pembuatan dinding rumah karena sifatnya yang lunak dan mudah dibentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duryatmo 2000, yang menyatakan bahwa di luar Jawa khususnya, bambu talang popular digunakan sebagai bahan baku anyaman, karena jenis bambu ini memiliki serat yang sangat halus dan lebih mudah untuk diperoleh untuk bahan baku. Bambu talang yang dimanfaatkan untuk bahan baku dinding rumah umumnya bambu talang yang sudah tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Annonim 2008 yang menyatakan bambu talang banyak digunakan untuk bahan atap, dinding, dan lantai rumah adat Toraja. Selain itu bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air, dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anyaman. Pemanfaatan bambu talang yang belum tua dapat menurunkan kualitas dati dinding rumah tersebut. Gambar dan bentuknya dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10. Bentuk tepas Pemanfaatan tepas sebagai dinding rumah saat ini masih umum ita temukan di daerah-daerah pedesaan di Kota Medan. Tepas umum gunakan oleh masyarakat pedesaan karena harga yang relatif terjangkau dan dan daya tahannya yang cukup lama atau memili kelas awet cukup tinggi terhadap serangan hama, mencapai usia penggunaan sampai 5 tahun. Untuk dapat dijadikan dinding rumah masayarakat Universitas Sumatera Utara pedesaan umumnya menyambung lembaran-lembaran tepas tersebut satu persatu dengan ting rangka bambu atau kayu sebagai penghubungnya. Untuk satu lembar tepas berukuran 2 m 2 dibutuhkan 40 meter batang bambu 20 batang bambu berukuran masing-masing 2 meter. Untuk satu 40 meter batang bambu talang pengrajin membelinya dengan seharga Rp.12.000, dan untuk satu lembar tepas berukuran 2 m 2 pengrajin bambu menjualnya seharga Rp. 25.000 pada tingkat agen dan setelah sampai ke konsumen seharga Rp. 27.000. Dalam satu harinya pengrajin tepas dapat menghasilkan 3-5 ayaman tepas, namun jika permintaan membutuhkan waktu yang singkat dan jumlah yang besar pergrajin tepas mampu juga menghasilkan helaian ayaman tepas 5-7 helaian per hari dapat dilihat pada table 8. Daerah yang merukapan konsumen dari tepas ini adalah Kabupaten Karo, Dairi, Deli Serdang dan bahkan ada juga yang Propinsi Nangro Aceh Darusalam.

c. Rangka Atap