Keranjang Pemanfaatan Tanaman Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Tabel 7. sumber bahan baku bambu di lokasi penelitian No. Keterangan Durin Seregun Rumah Pil-Pil Suka Makmur 1 2 Milik sendiri Dibeli 69 30 98 53 62 60 Sumber: Data Primer Dari Masing-Masing Desa Pemanfaatan Tanaman Bambu Menurut Duryatmo 2000 bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman bambu yakni mulai dari akar, batang, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Dari berbagai macam bagian-bagian bambu yang dapat dimanfaatkan sampai saat ini di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, khususnya di Desa Durin Seregun, Rumah Pil-Pil bambu belum dimanfaatkan secara maksimal dan masih dimanfaatkan untuk kerajinan keranjang, tepas, rangka atap dan bahan bangunan saja, dan hanya jenis-jenis bambu tertentu saja yang dimanfaatkan sebagai makanan.

a. Keranjang

Keranjang bambu dibuat dengan cara mengayam lembaran-lembaran bambu yang telah dibelah terlebih dahulu. Menurut Duryatmo 2000 mengayam bambu adalah adalah menyatukan helaian-helaian bambu untuk menghasilkan suatu bentuk. Selain faktor desain dan motif, bahan baku merupakan faktor utama penentu kualitas dan harga jual dari ayaman bambu. Bambu yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan keranjang bambu adalah bambu jenis bambu apus Gigantochloa apus atau buluh belin bahasa setempat, bambu jenis apus digunakan karena bambu tersebut kekuatan dan kelenturan yang tinggi sehingga dalam proses pengayamannya menjadi keranjang pengrajin tidak memperoleh kesulitan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Annonim 2008 yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik. Bentuk batang bambu apus dapat dilihat pada gambar 6, dibawah ini. Gambar 6. Batang Bambu Apus Setelah bambu apus tersebut tua maka bambu tersebut kemudian dipisahkan dari rumpunnya ditebang dan kemudian dibersihkan. Batang bambu yang telah ditebang dan dibersihkan tersebut kemudian dipotong-potong dengan ukuran masing 2.80 meter dan kemudian dibelah kecil-kecil pada posisi lebarnya menjadi 1,5cm - 2,5 cm cm. Hasil belahan bambu posisi lebar tersebut tersebut dibelah lagi untuk memisahan sembilu wilah dengan daging bambu. Sembilu wilah dan daging bambu tersebut merupakan dua jenis yang merupakan bahan baku kerajinan keranjang bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prihatyanto 2004, bambu adalah bahan baku kerajinan pembuatan keranjang. Bahan baku bambu yang tebal dapat dibelah menjadi beberapa bagian yang tipis, dan selanjutnya di ayam menjadi kerajinan bambu keranjang. Untuk mengasilkan 3 keranjang bambu dibutuhakn 5 batang bambu berukuran 2.80 meter. Untuk 5 batang bambu pengrajin membelinya dengan harga Rp. 2000. Dalam satu harinya pada kondisi Universitas Sumatera Utara santai seorang pengrajin keranjang bambu dapat menghasilkan 3-5 keranjang bambu, namun apabila di Kabupaten Karo sedang musim buah dimana permintaan keranjang meningkat seorang pengrajin keranjang bambu dapat menghasilkan 5- 13 keranjang bambu per hari, dapat dilihat pada tabel 8. Harga untuk satu buah keranjang bambu jika dijual ke agen, dihargai sebesar Rp. 7.000 dan sampai ke konsumen akhir Rp. 8.500, dan jika di Kabupaten Karo sedang musim buah harganya dapat mencapai Rp. 9.000 dan setelah sampai ke konsumen mencapai Rp. 10.000. Keranjang hasil olahan masyarakat di Desa Suka Makmur, Desa Rumah Pil-Pil dan Desa Durin Seregun umumnya dijual ke Kabupaten Karo Berastagi dan Kaban Jahe untuk keranjang kemasan buah dan ke Kota Medan untuk tempat sampah dan keperluan lainnya. Gambar dan hasil dari pembuatan kerajinan keranjang dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Gambar dan hasil dari pembuatan kerajinan keranjang bambu

b. Dinding Rumah Tepas