Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Instansi Terkait Terhadap

Selain itu, sanksi khusus mengenai pengelolaan dan perijinan yaitu depot yang tidak bersertifikasi akan ditutup usahanya. Adapun sanksi yang dapat dikenakan dapat berupa sanksi administratif, sanksi pidana pokok maupun sanksi pidana tambahan serta mulai dari sanksi teguran, tertulis hingga pada pencabutan izin usahanya dengan mempertimbangkan masukan- masukan dari kementerian-kementerian terkait.

C. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Instansi Terkait Terhadap

Pengelolaan Air Minum Depot Isi Ulang Banyak pelaku usaha depot air minum isi ulang belum taat aturan uji kelayakan. Dengan makin menjamurnya depot air minum isi ulang yang kini bermunculan di tengah-tengah masyarakat, maka dibutuhkan pengawasan serta pembinaan dari instansi terkait. Secara umum tugas pembinaan dan pengawasan kegiatan dilaksanakan oleh pemerintah dengan dikoordinasikan bersama menteri-menteri teknis terkait, sebagaimana telah diatur dalam 2 pasal terpisah, yaitu Pasal 29 UUPK untuk pembinaan yang dimaksudkan untuk membina konsumen untuk memperoleh haknya dan Pasal 30 UUPK untuk pengawasan. Dalam rangka pembinaan perlindungan konsumen, kegiatan juga diarahkan kepada pembinaan pelaku usaha guna menciptakan iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen. Hal tersebut hanya dapat terwujud apabila di kalangan pelaku usaha tumbuh kesadaran akan pentingnya perlindungan konsumen, serta sikap jujur dan Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab dalam berusaha, dan pada akhirnya dapat tubuh perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas. Tugas pembinaan penyelengaraan perlindungan konsumen yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis terkait sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 UUPK juga telah dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah PP No. 58 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan Perlindungan Konsumen. 102 Peranan pemerintah dalam rangka pengawasan terhadap munculnya usaha depot air minum isi ulang yaitu dengan mengeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan usaha depot air minum isi ulang misalnya berbentuk Peraturan Daerah Perda sehingga nantinya Dinas Kesehatan kota setempat mempunyai senjata dalam menangani kasus-kasus yang sering terjadi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha air minum isi ulang. Adapun pembinaan dan pengawasan terhadap air minum isi ulang ini penting karena merupakan konsumsi masyarakat sehari-hari. Dewasa ini, seiring dengan perkembangan instrumen hukum perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan peran dan tanggung jawab pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan air minum isi ulang ini maka terdapat beberapa lembaga pemerintahan yang terkait sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, yaitu : 102 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Pembinaan dan Pengawasan Yang Dilaksanakan Oleh Kementerian Perdagangan dan Kementrian Kesehatan Kementerian Perdagangan sebagai regulator, fungsi bimbingan dan advokasi konsumen, penyeimbang kedudukan atau kepentingan konsumen dan pelaku usaha, fungsi koordinasi antar lembaga sehingga fungsi pembinaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik. 103 Kewenangan Kementerian Perdagangan adalah menerbitkan izin usaha yang dengan itu dapat membina dan mengawasi perilaku pengusaha air minum isi ulang dalam memenuhi tata cara perdagangan yang baik dan benar sesuai ketentuan berlaku. Guna memberi rasa aman dan menjamin mutu produk air mium yang dihasilkan oleh Depot Air Minum yang memenuhi persyarataan kualitas air minum dan mendukung terciptanya persaingan usaha yang sehat dalam upaya memberi perlindungan kepada konsumen, telah menjadi tugas pengawasan oleh Kementrian Perdagangan yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag kota setempat dalam melakukan pengawasan ke depot-depot air minum isi ulang dengan didasarkan pada keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 651MPPKep2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Dalam hal ini secara teknis pengawasan dapat dilakukan oleh Penyidik Perlindungan Konsumen dari Disperindag kota setempat. Kewenangan yang dimiliki Disperindag lebih kepada apakah pengelola depot telah memiliki izin usaha atau dengan kata lain penemuan mengenai pengelola 103 Ibid., hal. 77. Universitas Sumatera Utara depot air minum isi ulang yang belum memiliki legalitas usaha yakni Tanda Daftar Industri TDI. Adapun di kota Medan, dari sekian banyak depot air minum yang ada hingga saat ini menurut Kepala Dinas Kesehatan Edwin Efendi mengatakan hanya sekitar 126 seratus dua puluh enam depot air minum yang sudah disertifikasi dan selebihnya belum. 104 Sedangkan pembinaannya dilakukan dengan cara penganjuran atau himbauan kepada para pemilik untuk mengurus TDI tersebut sebelum mengenakan sanksi yang lebih tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau bahkan menutup tempat usaha depot air minum isi ulang tersebut. Salah satu tugas Kementrian Kesehatan yang cukup penting adalah melindungi masyarakat dari berbagai kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan danatau bahaya terhadap kesehatan masyarakat, dalam hal ini penyakit yang disebabkan air minum isi ulang yang tercemar bakteri. Kementrian Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan setempat dapat melakukan pengawasan mengenai kualitas dari air minum isi ulang tersebut yang harus memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907MenkesSKVIII2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dimana air minum isi ulang memenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologi. Jika air minum isi ulang tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola secara benar maka akan berdampak buruk terhadap kesehatan dan menimbulkan penyakit diare, tifoid, hepatitis ataupun keracunan. Saat ini Kementrian Kesehatan lebih banyak membuat standar, peraturan, persyaratan 104 Kabarmedan, “Depot Air Minum Tidak Bersetifikat Harus Ditertibkan Perlu Dibuat Perda” dikutip dari http:kabarmedan.wordpress.com20100115depot-air-minum-tidak- bersetifikat-harus-ditertibkan-perlu-dibuat-perdamore-493 , pada tanggal 13 Desember 2010. Universitas Sumatera Utara serta pembinaan yang sebenarnya tidak lagi monopoli pemerintah melainkan dilakukan bersama asosiasi pengusaha dan masyarakat. Pengawasan air minum isi ulang harus diselenggarakan secara terus menerus yaitu 6 enam bulan sekali oleh Dinas Kesehatan setempat lewat pengamatan lapangan dan pengambilan sampel yang didahului dengan survey awal depot-depot yang ada dan pemantauan kualitas air. Dalam hal pengawasan ini Dinas Kesehatan harus benar-benar memperhatikan dan dapat menjamin bahwa depot air minum isi ulang tersebut lulus uji laboratorium kelayakan konsumsi. Dalam hal ini peranan pemerintah melalui Dinas Kesehatan dapat juga dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Konsumen perlu diberitahu bagaimana memilih depot air minum isi ulang yang memenuhi syarat yaitu bersih, memiliki sertifikat analisis air yang mutakhir, jauh dari tempat yang kotor dan kumuh maupun informasi penting lainnya yang harus diketahui konsumen. Pembinaan dilakukan dengan mengirimkan surat teguran dan meminta pemilik untuk mengecek ulang peralatan yang digunakan hingga pada pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jadi antara Disperindag dan Dinas Kesehatan dalam hal ini harus memiliki koordinasi yang baik dimana Disperindang harus benar-benar selektif dan memberikan persyaratan yang ketat dalam mengeluarkan izin usaha depot air minum yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan atau uji laboratorium yang layak dan dinyatakan sehat dan aman berdasarkan pemeriksaan Dinas Kesehatan yang kemudian ditandai dengan penerbitan Universitas Sumatera Utara sertifikasi layak hygiene sanitasi oleh Bagian Pengembangan Sumber Daya Kesehatan PDSK Dinas Kesehatan setempat. Disperindag juga harus dapat melakukan upaya-upaya preventif sehingga tidak ada depot air minum isi ulang yang beroperasi tanpa menggunakan izin yang sah. Tidak hanya dalam pengaturan izinnya namun terus memantaunya secara ketat sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Pengawasan Yang Dilaksanakan Oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM merupakan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung pada Presiden serta berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan. 105 BPOM dibentuk di tingkat pusat sedangkan di tingkat daerah dibentuk Unit Pengelola Teknis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi : 106 a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan b. pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah Lembaga Non-Departemen di bidang pengawasan obat dan makanan 105 Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non-Departemen. 106 Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 05018SKKBPOM Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.0005214232 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga Disamping itu, BPOM memiliki kewenangan untuk : 107 a. penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya b. perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro c. penetapan sistem informasi dibidangnya d. penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan zat adiktif tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan. e. pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi f. penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat. Peran BPOM dalam hal pengawasan ini adalah upaya antisipasi terhadap penggunaan kimia berbahaya dalam air minum isi ulang yang dikonsumsi masyarakat. BPOM bertugas menguji kandungan bahan kimia yang terdapat dalam sampel air minum isi ulang tersebut dan kemudian menindaklanjutinya yaitu dengan menentukan apakah air minum isi ulang tersebut telah memenuhi standar keshatan dan layak konsumsi atau tidak sama sekali. Dalam hal ini sampel yang diuji laboratorium oleh BPOM merupakan hasil kerjasama atau temuan awal kegiatan pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Selain melakukan himbauan pada para pelaku usaha depot air minum isi ulang, BPOM juga terkait dalam melakukan pengecekan langsung ke lapangan untuk menemukan industri atau depot air isi ulang mana yang tidak 107 Pasal 74 Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 05018SKKBPOM Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.0005214232 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara memenuhi syarat atau tidak memenuhi kualitas kesehatan. Dalam menemukan hal ini dapat mengambil tindakan selanjutnya bersama Dinas Kesehatan dan Dsiperindag atau instansi terkait lainnya. 3. Keterlibatan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Dalam Mengawasi Bisnis Air Minum Depot Isi Ulang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM merupakan wadah yang dibentuk oleh masyarakat untuk secara bersama-sama memperjuangkan dan melindungi hak-hak konsumen. Inisiatif pembentukan LPKSM ini berasal dari masyarakat sendiri sebagai wujud rasa keprihatinan melihat kondisi konsumen di Indonesia yang belum memperoleh perlindungan secara maksimal dan agar pergerakan perjuangan hak-hak konsumen dapat dilakukan lebih terorganisir. 108 Secara tegas Pasal 1 angka 9 UUPK menguraikan pengertian LPKSM sebagai “lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.” Apabila dilihat dari definisi tersebut, LPKSM merupakan lembaga swadaya masyarakat yang memusatkan aktivitasnya guna memberikan perlindungan terhadap konsumen. Walaupun sebagai lembaga non-pemerintah LPKSM harus mendapat pengakuan dari pemerintah dengan tugas-tugas yang masih harus diatur dengan Peraturan Pemerintah. 109 Adapun tugas-tugas LPKSM sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat 3 UUPK meliputi kegiatan : 108 Dedi Harianto, Op.Cit., hal 92 109 Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Universitas Sumatera Utara a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang danatau jasa b. memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukannya c. bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen. Tugas-tugas tersebut menandai fungsi strategis LPKSM bagi upaya perlindungan konsumen, yang bersama-sama dengan pemerintah dapat melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen, meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya, memberikan advokasi konsumen serta menerima pengaduan konsumen dan membantu konsumen dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam kaitannya dengan air minum isi ulang, jika didapati kecurangan dengan adanya usaha air minum isi ulang, maka LPKSM dapat menyuarakan kepentingan konsumen dengan meminta konfirmasi pada pihak-pihak yang terlibat dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Semakin beragamnya tindak pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan pelaku usaha menuntut pemerintah untuk selain melakukan pembinaan juga meningkatkan pengawasan pelaksanaan perlindungan konsumen. Hal tersebut dilaksanakan dengan turut melibatkan partisipasi masyarakat dan LPKSM untuk lebih menjamin terlaksanannya perlindungan Universitas Sumatera Utara terhadap konsumen. 110 Partisipasi tersebut tergambar dalam ketentuan Pasal 30 UUPK yang pada pokoknya menentukan sebagai berikut: a. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. b. Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis yang terkait. c. Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar. d. Apabila pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ternyata menyimpang dari peraturan peundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri danatau menteri teknis mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Hasil pengawasan yang diselenggrakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri danatau menteri teknis f. Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dtetapkan dengan peraturan pemerintah 110 Op.Cit.,hal. 94 Universitas Sumatera Utara Pemerintah sangat menyadari masih lemahnya penerapan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk melibatkan peran serta masyarakat dan LPKSM untuk bersama-sama dengan pemerintah guna melakukan pengawasan secara intensif terhadap barang danatau jasa yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dapat membahayaka konsumen. Laporan dan pengaduan dari masyarakat serta LPKSM dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, serta melakukan upaya pencegahan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh menteri maupun teknis terkait. Berkaitan dengan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang, LPKSM berhak melakukan pengawasan yaitu memeriksa depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat dalam hal sterilisasi atau menemukan hal- hal yang membuat pengolahan dan sterilisasinya diragukan. 4. Upaya Pengawasan Yang dilakukan Oleh Asosiasi Pengusaha Air Minum Isi Ulang Asosiasi pengusaha air minum isi ulang adalah asosiasi yang tergabung dalam asosiasi pelaku usaha, pemasok, dan distribusi air minum isi ulang APDAMINDO. Asosiasi ini berfungsi menetapkan standar perilaku para anggotanya serta sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi pengawasan para pelaku usaha itu sendiri. Dalam menjalankan bisnis dan usahanya, para pengusaha air minum isi ulang masih harus dibina, dan Universitas Sumatera Utara diberikan penyuluhan pentingnya higienitas dalam melakukan bisnis ini. Para pengusaha air minum isi ulang ini, selain diharuskan dapat menjaga keberlangsungan usahanya, juga harus mampu melindungi kepentingan dan keselamatan konsumennya. Asosiasi ini juga berdampak positif bagi bisnis ini karena selain untuk kepentigan pengawasan mutu produk, juga akan memunculkan persaingan sehat antar sesama pelaku usaha depot air minum isi ulang. APDAMINDO selaku asosiasi yang menaungi pelaku usaha depot air minum berupaya pula mengontrol kualitas air minum isi ulang karena asosiasi ini sebanarnya bukan hanya menaungi pelaku usaha isi ulang saja, melainkan juga pemasok dan distributornya. Atau dengan kata lain APDAMINDO menaungi bisnis ini mulai dari hulu hingga ke hilirnya. APDAMINDO juga berupaya mengontrol dan mengawasi para pelaku usaha yang ada dibawahnya, yaitu mengawasi mulai dari peralatannya hingga ke bahan baku yang dijual. 111 Adapun pembinaan kepada para pelaku usaha depot air minum isi ulang ini dilakukan APDAMINDO bekerjasama dengan pemerintah setempat melalui sosialisasi-sosialisasi terhadap peraturan-peraturan terkait dengan tujuan demi menjamin kesehatan masyarakat sekaligus mengajak para pelaku usaha depot air minum isi ulang mewujudkan kualitas air minum yang layak dan sehat dikonsumsi sehingga masyarakat tidak ragu untuk mengkonsumsi air minum isi ulang dan keberlangsungan usaha para pelaku usaha depot dapat terjaga dengan baik. Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai 111 Digilib AMPL, “Pengusaha Air Minum Isi Ulang antah Produknya Tercemar Bakteri E-Coli”,dikutip dari http:digilib-ampl.netdetaildetail.php?row=29tp=klipingktg=airminum kode=316 pada tanggal 14 Desember 2010. Universitas Sumatera Utara pengelolaan air minum agar produk yang dihasilkan berkualitas dan layak konsumsi dimana para pelaku usaha depot diharuskan memahami cara kerja peralatan, mengawasi kelayakan peralatan dan menjaga kebersihan pelayanan. Dengan menjadi anggota dari APDAMINDO ini pun, usaha para pelaku usaha depot dapat terlindungi secara hukum karena tiap usaha depot diarahkan memiliki sertifikat layak sehat dari Kementrian Kesehatan RI dan juga dapat memiliki dokumen Tanda Daftar Industri TDI dan Kementian Perindustrian dan Perdagangan. APDAMIDO diharapkan dapat membantu pihak-pihak lain yang terkait dalam hal melakukan pemantauan dan sebagai regulator dari pihak pemerintah dengan masyarakat sekaligus membantu mengingatkan para pelaku usaha depot untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA

Dokumen yang terkait

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA DEPOT AIR MINUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA PADANG.

0 0 1

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 20

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI IKAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA FORMALIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN JASA KOLAM RENANG DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 1 18

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS DISTRIBUSI AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA PANGKALPINANG DI TINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14