Selain itu, sanksi khusus mengenai pengelolaan dan perijinan yaitu depot yang tidak bersertifikasi akan ditutup usahanya. Adapun sanksi yang
dapat dikenakan dapat berupa sanksi administratif, sanksi pidana pokok maupun sanksi pidana tambahan serta mulai dari sanksi teguran, tertulis
hingga pada pencabutan izin usahanya dengan mempertimbangkan masukan- masukan dari kementerian-kementerian terkait.
C. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Instansi Terkait Terhadap
Pengelolaan Air Minum Depot Isi Ulang
Banyak pelaku usaha depot air minum isi ulang belum taat aturan uji kelayakan. Dengan makin menjamurnya depot air minum isi ulang yang kini
bermunculan di tengah-tengah masyarakat, maka dibutuhkan pengawasan serta pembinaan dari instansi terkait. Secara umum tugas pembinaan dan
pengawasan kegiatan dilaksanakan oleh pemerintah dengan dikoordinasikan bersama menteri-menteri teknis terkait, sebagaimana telah diatur dalam 2
pasal terpisah, yaitu Pasal 29 UUPK untuk pembinaan yang dimaksudkan untuk membina konsumen untuk memperoleh haknya dan Pasal 30 UUPK
untuk pengawasan. Dalam rangka pembinaan perlindungan konsumen, kegiatan juga
diarahkan kepada pembinaan pelaku usaha guna menciptakan iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen. Hal
tersebut hanya dapat terwujud apabila di kalangan pelaku usaha tumbuh kesadaran akan pentingnya perlindungan konsumen, serta sikap jujur dan
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab dalam berusaha, dan pada akhirnya dapat tubuh perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan
barang danatau jasa yang berkualitas. Tugas pembinaan penyelengaraan perlindungan konsumen yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan
dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis terkait sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 UUPK juga telah dijabarkan lebih lanjut dalam
peraturan pemerintah PP No. 58 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaraan Perlindungan Konsumen.
102
Peranan pemerintah dalam rangka pengawasan terhadap munculnya usaha depot air minum isi ulang yaitu dengan mengeluarkan beberapa
peraturan yang berkaitan dengan usaha depot air minum isi ulang misalnya berbentuk Peraturan Daerah Perda sehingga nantinya Dinas Kesehatan kota
setempat mempunyai senjata dalam menangani kasus-kasus yang sering terjadi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha air
minum isi ulang. Adapun pembinaan dan pengawasan terhadap air minum isi ulang ini penting karena merupakan konsumsi masyarakat sehari-hari. Dewasa
ini, seiring dengan perkembangan instrumen hukum perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan peran dan tanggung jawab pemerintah untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan air minum isi ulang ini maka terdapat beberapa lembaga pemerintahan yang terkait sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing, yaitu :
102
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1. Pembinaan dan Pengawasan Yang Dilaksanakan Oleh Kementerian
Perdagangan dan Kementrian Kesehatan Kementerian Perdagangan sebagai regulator, fungsi bimbingan dan
advokasi konsumen, penyeimbang kedudukan atau kepentingan konsumen dan pelaku usaha, fungsi koordinasi antar lembaga sehingga fungsi pembinaan dan
pengawasan dapat berjalan dengan baik.
103
Kewenangan Kementerian Perdagangan adalah menerbitkan izin usaha yang dengan itu dapat membina
dan mengawasi perilaku pengusaha air minum isi ulang dalam memenuhi tata cara perdagangan yang baik dan benar sesuai ketentuan berlaku.
Guna memberi rasa aman dan menjamin mutu produk air mium yang dihasilkan oleh Depot Air Minum yang memenuhi persyarataan kualitas air
minum dan mendukung terciptanya persaingan usaha yang sehat dalam upaya memberi perlindungan kepada konsumen, telah menjadi tugas pengawasan
oleh Kementrian Perdagangan yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag kota setempat dalam melakukan
pengawasan ke depot-depot air minum isi ulang dengan didasarkan pada keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 651MPPKep2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Dalam hal ini secara teknis pengawasan dapat dilakukan oleh
Penyidik Perlindungan Konsumen dari Disperindag kota setempat. Kewenangan yang dimiliki Disperindag lebih kepada apakah pengelola depot
telah memiliki izin usaha atau dengan kata lain penemuan mengenai pengelola
103
Ibid., hal. 77.
Universitas Sumatera Utara
depot air minum isi ulang yang belum memiliki legalitas usaha yakni Tanda Daftar Industri TDI. Adapun di kota Medan, dari sekian banyak depot air
minum yang ada hingga saat ini menurut Kepala Dinas Kesehatan Edwin Efendi mengatakan hanya sekitar 126 seratus dua puluh enam depot air
minum yang sudah disertifikasi dan selebihnya belum.
104
Sedangkan pembinaannya dilakukan dengan cara penganjuran atau himbauan kepada para
pemilik untuk mengurus TDI tersebut sebelum mengenakan sanksi yang lebih tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau bahkan menutup tempat
usaha depot air minum isi ulang tersebut. Salah satu tugas Kementrian Kesehatan yang cukup penting adalah
melindungi masyarakat dari berbagai kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan danatau bahaya terhadap kesehatan masyarakat,
dalam hal ini penyakit yang disebabkan air minum isi ulang yang tercemar bakteri. Kementrian Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan setempat dapat
melakukan pengawasan mengenai kualitas dari air minum isi ulang tersebut yang harus memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 907MenkesSKVIII2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dimana air minum isi ulang memenuhi syarat fisik, kimia
dan bakteriologi. Jika air minum isi ulang tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola secara benar maka akan berdampak buruk terhadap kesehatan
dan menimbulkan penyakit diare, tifoid, hepatitis ataupun keracunan. Saat ini Kementrian Kesehatan lebih banyak membuat standar, peraturan, persyaratan
104
Kabarmedan, “Depot Air Minum Tidak Bersetifikat Harus Ditertibkan Perlu Dibuat Perda” dikutip dari http:kabarmedan.wordpress.com20100115depot-air-minum-tidak-
bersetifikat-harus-ditertibkan-perlu-dibuat-perdamore-493 , pada tanggal 13 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
serta pembinaan yang sebenarnya tidak lagi monopoli pemerintah melainkan dilakukan bersama asosiasi pengusaha dan masyarakat. Pengawasan air
minum isi ulang harus diselenggarakan secara terus menerus yaitu 6 enam bulan sekali oleh Dinas Kesehatan setempat lewat pengamatan lapangan dan
pengambilan sampel yang didahului dengan survey awal depot-depot yang ada dan pemantauan kualitas air. Dalam hal pengawasan ini Dinas Kesehatan
harus benar-benar memperhatikan dan dapat menjamin bahwa depot air minum isi ulang tersebut lulus uji laboratorium kelayakan konsumsi. Dalam
hal ini peranan pemerintah melalui Dinas Kesehatan dapat juga dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Konsumen
perlu diberitahu bagaimana memilih depot air minum isi ulang yang memenuhi syarat yaitu bersih, memiliki sertifikat analisis air yang mutakhir,
jauh dari tempat yang kotor dan kumuh maupun informasi penting lainnya yang harus diketahui konsumen. Pembinaan dilakukan dengan mengirimkan
surat teguran dan meminta pemilik untuk mengecek ulang peralatan yang digunakan hingga pada pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Jadi antara Disperindag dan Dinas Kesehatan dalam hal ini harus
memiliki koordinasi yang baik dimana Disperindang harus benar-benar selektif dan memberikan persyaratan yang ketat dalam mengeluarkan izin
usaha depot air minum yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan atau uji laboratorium yang layak dan dinyatakan sehat dan aman berdasarkan
pemeriksaan Dinas Kesehatan yang kemudian ditandai dengan penerbitan
Universitas Sumatera Utara
sertifikasi layak hygiene sanitasi oleh Bagian Pengembangan Sumber Daya Kesehatan PDSK Dinas Kesehatan setempat. Disperindag juga harus dapat
melakukan upaya-upaya preventif sehingga tidak ada depot air minum isi ulang yang beroperasi tanpa menggunakan izin yang sah. Tidak hanya dalam
pengaturan izinnya namun terus memantaunya secara ketat sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Pengawasan Yang Dilaksanakan Oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM merupakan Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung pada Presiden serta berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan.
105
BPOM dibentuk di tingkat pusat sedangkan di tingkat daerah dibentuk Unit Pengelola Teknis Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi :
106
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan
obat dan makanan b.
pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan
c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM
d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah Lembaga Non-Departemen di bidang pengawasan obat dan makanan
105
Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non-Departemen.
106
Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 05018SKKBPOM Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.0005214232 Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga
Disamping itu, BPOM memiliki kewenangan untuk :
107
a. penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya
b. perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro c.
penetapan sistem informasi dibidangnya d.
penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan zat adiktif tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan
peredaran obat dan makanan.
e. pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan
industri farmasi f.
penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat.
Peran BPOM dalam hal pengawasan ini adalah upaya antisipasi terhadap penggunaan kimia berbahaya dalam air minum isi ulang yang
dikonsumsi masyarakat. BPOM bertugas menguji kandungan bahan kimia yang terdapat dalam sampel air minum isi ulang tersebut dan kemudian
menindaklanjutinya yaitu dengan menentukan apakah air minum isi ulang tersebut telah memenuhi standar keshatan dan layak konsumsi atau tidak sama
sekali. Dalam hal ini sampel yang diuji laboratorium oleh BPOM merupakan hasil kerjasama atau temuan awal kegiatan pemeriksaan dan pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Selain melakukan himbauan pada para pelaku usaha depot air minum
isi ulang, BPOM juga terkait dalam melakukan pengecekan langsung ke lapangan untuk menemukan industri atau depot air isi ulang mana yang tidak
107
Pasal 74 Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 05018SKKBPOM Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.0005214232 Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
memenuhi syarat atau tidak memenuhi kualitas kesehatan. Dalam menemukan hal ini dapat mengambil tindakan selanjutnya bersama Dinas Kesehatan dan
Dsiperindag atau instansi terkait lainnya. 3.
Keterlibatan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Dalam Mengawasi Bisnis Air Minum Depot Isi Ulang
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM merupakan wadah yang dibentuk oleh masyarakat untuk secara bersama-sama
memperjuangkan dan melindungi hak-hak konsumen. Inisiatif pembentukan LPKSM ini berasal dari masyarakat sendiri sebagai wujud rasa keprihatinan
melihat kondisi konsumen di Indonesia yang belum memperoleh perlindungan secara maksimal dan agar pergerakan perjuangan hak-hak konsumen dapat
dilakukan lebih terorganisir.
108
Secara tegas Pasal 1 angka 9 UUPK menguraikan pengertian LPKSM sebagai “lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh
pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.” Apabila dilihat dari definisi tersebut, LPKSM merupakan lembaga swadaya
masyarakat yang memusatkan aktivitasnya guna memberikan perlindungan terhadap konsumen. Walaupun sebagai lembaga non-pemerintah LPKSM
harus mendapat pengakuan dari pemerintah dengan tugas-tugas yang masih harus diatur dengan Peraturan Pemerintah.
109
Adapun tugas-tugas LPKSM sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat 3 UUPK meliputi kegiatan :
108
Dedi Harianto, Op.Cit., hal 92
109
Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas
hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang danatau jasa
b. memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukannya
c. bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen d.
membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen
e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
Tugas-tugas tersebut menandai fungsi strategis LPKSM bagi upaya perlindungan konsumen, yang bersama-sama dengan pemerintah dapat
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen, meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya,
memberikan advokasi konsumen serta menerima pengaduan konsumen dan membantu konsumen dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam kaitannya
dengan air minum isi ulang, jika didapati kecurangan dengan adanya usaha air minum isi ulang, maka LPKSM dapat menyuarakan kepentingan konsumen
dengan meminta konfirmasi pada pihak-pihak yang terlibat dan mempertanggungjawabkan kesalahannya.
Semakin beragamnya tindak pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan pelaku usaha menuntut pemerintah untuk selain melakukan
pembinaan juga meningkatkan pengawasan pelaksanaan perlindungan konsumen. Hal tersebut dilaksanakan dengan turut melibatkan partisipasi
masyarakat dan LPKSM untuk lebih menjamin terlaksanannya perlindungan
Universitas Sumatera Utara
terhadap konsumen.
110
Partisipasi tersebut tergambar dalam ketentuan Pasal 30 UUPK yang pada pokoknya menentukan sebagai berikut:
a. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat. b.
Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis yang terkait.
c. Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar.
d. Apabila pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ternyata
menyimpang dari peraturan peundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri danatau menteri teknis mengambil
tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e.
Hasil pengawasan yang diselenggrakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan
kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri danatau menteri teknis
f. Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dtetapkan dengan peraturan pemerintah
110
Op.Cit.,hal. 94
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah sangat menyadari masih lemahnya penerapan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Oleh
karena itu, dipandang perlu untuk melibatkan peran serta masyarakat dan LPKSM untuk bersama-sama dengan pemerintah guna melakukan
pengawasan secara intensif terhadap barang danatau jasa yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dapat membahayaka
konsumen. Laporan dan pengaduan dari masyarakat serta LPKSM dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengambil tindakan
terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, serta melakukan upaya pencegahan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh menteri maupun
teknis terkait. Berkaitan dengan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang,
LPKSM berhak melakukan pengawasan yaitu memeriksa depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat dalam hal sterilisasi atau menemukan hal-
hal yang membuat pengolahan dan sterilisasinya diragukan. 4.
Upaya Pengawasan Yang dilakukan Oleh Asosiasi Pengusaha Air Minum Isi Ulang
Asosiasi pengusaha air minum isi ulang adalah asosiasi yang tergabung dalam asosiasi pelaku usaha, pemasok, dan distribusi air minum isi
ulang APDAMINDO. Asosiasi ini berfungsi menetapkan standar perilaku para anggotanya serta sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
pengawasan para pelaku usaha itu sendiri. Dalam menjalankan bisnis dan usahanya, para pengusaha air minum isi ulang masih harus dibina, dan
Universitas Sumatera Utara
diberikan penyuluhan pentingnya higienitas dalam melakukan bisnis ini. Para pengusaha air minum isi ulang ini, selain diharuskan dapat menjaga
keberlangsungan usahanya, juga harus mampu melindungi kepentingan dan keselamatan konsumennya.
Asosiasi ini juga berdampak positif bagi bisnis ini karena selain untuk kepentigan pengawasan mutu produk, juga akan memunculkan
persaingan sehat antar sesama pelaku usaha depot air minum isi ulang. APDAMINDO selaku asosiasi yang menaungi pelaku usaha depot air minum
berupaya pula mengontrol kualitas air minum isi ulang karena asosiasi ini sebanarnya bukan hanya menaungi pelaku usaha isi ulang saja, melainkan juga
pemasok dan distributornya. Atau dengan kata lain APDAMINDO menaungi bisnis ini mulai dari hulu hingga ke hilirnya. APDAMINDO juga berupaya
mengontrol dan mengawasi para pelaku usaha yang ada dibawahnya, yaitu mengawasi mulai dari peralatannya hingga ke bahan baku yang dijual.
111
Adapun pembinaan kepada para pelaku usaha depot air minum isi ulang ini dilakukan APDAMINDO bekerjasama dengan pemerintah setempat
melalui sosialisasi-sosialisasi terhadap peraturan-peraturan terkait dengan tujuan demi menjamin kesehatan masyarakat sekaligus mengajak para pelaku
usaha depot air minum isi ulang mewujudkan kualitas air minum yang layak dan sehat dikonsumsi sehingga masyarakat tidak ragu untuk mengkonsumsi
air minum isi ulang dan keberlangsungan usaha para pelaku usaha depot dapat terjaga dengan baik. Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai
111
Digilib AMPL, “Pengusaha Air Minum Isi Ulang antah Produknya Tercemar Bakteri E-Coli”,dikutip dari http:digilib-ampl.netdetaildetail.php?row=29tp=klipingktg=airminum
kode=316 pada tanggal 14 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan air minum agar produk yang dihasilkan berkualitas dan layak konsumsi dimana para pelaku usaha depot diharuskan memahami cara kerja
peralatan, mengawasi kelayakan peralatan dan menjaga kebersihan pelayanan. Dengan menjadi anggota dari APDAMINDO ini pun, usaha para
pelaku usaha depot dapat terlindungi secara hukum karena tiap usaha depot diarahkan memiliki sertifikat layak sehat dari Kementrian Kesehatan RI dan
juga dapat memiliki dokumen Tanda Daftar Industri TDI dan Kementian Perindustrian dan Perdagangan. APDAMIDO diharapkan dapat membantu
pihak-pihak lain yang terkait dalam hal melakukan pemantauan dan sebagai regulator dari pihak pemerintah dengan masyarakat sekaligus membantu
mengingatkan para pelaku usaha depot untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA