BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
AIR MINUM DEPOT ISI ULANG
A. Pengertian Sengketa Konsumen
Seperti pada umumnya pendapat orang, sesuatu sengketa terjadi apabila terdapat perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentu
tentang hal tertentu. Satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh pihak lain, sedang yang lain tidak merasa demikian. Oleh karena itu batasan sengketa
konsumen adalah ”sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk konsumen, barang danatau jasa konsumen
tertentu”.
112
Berbagai macam keluhan dari rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap produk tertentu dan pelayanan jasa yang tidak memadai atau
mengecewakan dapat berkembang menjadi konflik yang dialami dalam hal ini adalah konsumen. Apabila konflik yang dialami oleh konsumen tersebut tidak
dapat terselesaikan dan perbedaan pendapat tersebut berkembang terus dan berkelanjutan akhirnya akan menjadi sengketa.
113
Sengketa dalam pengertian sehari-hari dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya perniagaan
mempunyai masalah yaitu menghendaki pihak lain untuk berbuat atau tidak
112
Az. Nasution, op.cit., hal. 221.
113
Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Bandung : Nusa Media, 2010, hal. 74
Universitas Sumatera Utara
berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak atau tidak berlaku demikian.
114
Sengketa dapat juga dimaksudkan sebagai adanya ketidakserasian antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang mengadakan hubungan karena
hak salah satu pihak terganggu atau dilanggar.
115
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Surat Keputusan Nomor 350MPPKep122001 tanggal 10 Desember 2001,
yang dimaksud dengan sengketa konsumen adalah ”sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran
danatau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang danatau memanfaatkan jasa”.
Adapun bentuk-bentuk kerugian yang dapat dialami konsumen adalah :
116
1. Cacat tubuhfisik personal injury
Adalah cacat fisik atau kerugian yang melekat pada diri konsumen sebagai akibat mengkonsumsi suatu produk. Sebagai contoh yaitu
kasus biskuit beracun yang terjadi pada tahun 1989, telah memakan korban puluhan jiwa orang atau kasus Kratingdaeng yang
menyebabkan tiga orang Swedia meninggal dunia di Malaysia setelah meminumnya.
117
2. Cacat fisik Injury to the Product ItselfSomeother Property
Adalah kerugian yang diderita akibat rusaknya produk atau tidak berfungsinya produk yang sudah dibeli dimana konsumen dirugikan
atau dicelakakan akibat kerusakan atau kesalahan dari barang yang diproduksi oleh pelaku usaha atau produsen.
3. Kerugian ekonomi Pure Economic Loss
Adalah kerugian yang langsung berkaitan dengan produk yang dibelinya yang muncul ketika produk itu tidak sesuai dengan tingkat
performance yang diharapkan. Sebagai contoh kasus yang dialami
114
Komar Kartaatmadja, Beberapa Masalah dalam Penerapan ADR di Indonesia, dalam Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001, hal.
21
115
Soerjono Soekanto, Mengenai Antropologi Hukum, Bandung : Alumni 1979, hal. 26.
116
Abdul Halim Barkatullah, op.cit., hal. 78
117
Harian Warta Kota, Jakarta, 4 Agustus 2001.
Universitas Sumatera Utara
Hendra yang membeli automatic toaster melalui Lipposhop, ternyata barang yang dibelinya setelah dicoba tidak otomatis.
118
Sengketa konsumen adalah sengketa berkenaan dengan pelanggaran
hak-hak konsumen.
119
Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik keperdataan, pidana maupun tata usaha negara.
Pihak konsumen yang bersengketa itu haruslah konsumen yang dimaksud dalam UUPK, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat
keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk tujuan komersial. Sedangkan produk yang disengketakan haruslah produk konsumen, artinya produk itu
merupakan barang danatau jasa yang umumnya dipakai, digunakan atau dimanfaatkan bagi memenuhi kepentingan diri, keluarga, danatau rumah
tangga konsumen.
120
UUPK tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata ”sengketa konsumen” dijumpai pada beberapa
bagian UUPK, yaitu :
121
1. Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan
institusi administrasi negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Pasal 1 angka 11 UUPK jo Bab XI UUPK.
2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau
prosedur penyelesaian sengketa terdapat pada Bab X Penyelesaian Sengketa. Pada Bab ini digunakan penyebutan sengketa konsumen
secara konsisten, yaitu : Pasal 45 ayat 2 dan Pasal 48 UUPK.
118
Kompas, 28 Maret 2001.
119
Shidarta, op.cit., hal. 165.
120
Az. Nasution, Loc.Cit.
121
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK Teori Penegakan Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti,
2003, hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
B. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan