Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha

BAB II PENGATURAN AIR MINUM DEPOT ISI ULANG DAN

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI AIR MINUM DEPOT ISI ULANG

A. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha

Dalam peraturan perundangan-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada UUPK yang menyatakan, konsumen adalah “setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. 27 Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang danatau jasa untuk tujuan tertentu. 28 Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer Inggris-Amerika, atau consumentkonsument Belanda. Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli”. Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen jelas lebih luas daripada pembeli. Luasnya pengertian konsumen secara sederhana oleh mantan 27 Pasal 1 Angka 2 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 28 AZ. Nasution, “Perlindungan Hukum Konsumen, Tinjauan Singkat UU No. 8 Tahun 199-LN 1999 No. 42”, Makalah disampaikan pada Diklat Mahkamah Agung, Batu Malang, 14 Mei 2001, hal. 5., dalam Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Bandung : Nusa Media, 2010 hal. 30. Universitas Sumatera Utara Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan mengatakan, “Consumers by definition include us all.” 29 Berdasarkan pengertian di atas, subyek yang disebut konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa. Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga badan hukum rechts person. Menurut AZ. Nasution, orang yang dimaksudkan adalah : “Orang alami bukan badan hukum. Sebab yang memakai, menggunakan danatau memanfaatkan barang danatau jasa untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain tidak untuk diperdagangkan hanyalah orang alami atau manusia”. 30 Secara harfiah arti kata konsumen itu adalah “lawan dari pelaku usaha setiap orang yang memerlukan, membelanjakan atau menggunakan; pemakai atau pembutuh”. 31 Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula kamus Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen. 32 Konsumen umumnya juga diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh pelaku usaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan untuk tidak di perdagangkan atau diperjualbelikan lagi. 29 Shidarta, Op.Cit., hal. 2. 30 Ibid., hal. 31 31 N.H.T Siahaan, Hukum Konsumen Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta : Pantai Rei, 2005, hal. 22. 32 Jhon M.Echols Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1986, hal. 124. Universitas Sumatera Utara Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa uitendelijke gebruiker van goederen en diensten. Dengan rumusan itu Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir konsumen antara dan konsumen pemakai terakhir. 33 Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria itu sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir. Pengertian konsumen antar negara yang satu dengan yang lain tidak sama, sebagai contoh di Spanyol, konsumen diartikan tidak hanya invidu orang, tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir. Dan yang menarik, konsumen tidak harus terikat dalam jual beli, sehingga dengan sendirinya, konsumen tidak identik dengan pembeli. 34 Namun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW Buku IV, Pasal 236, konsumen dinyatakan sebagai orang alamiah. Maksudnya ketika mengadakan perjanjian tidak bertindak selaku orang yang mejalankan profesi perusahaan. 35 Dalam naskah-naskah akademik danatau berbagai naskah pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan, cukup banyak dibahas dan dibicarakan tentang berbagai peristilahan yang termasuk dalam lingkup 33 Shidarta,Op.Cit., hal. 5. 34 Shidarta,Op.Cit., hal. 3. 35 AZ. Nasution, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara perlindungan konsumen. Dari naskah-naskah akademik itu, yang patut mendapat perhatian, antara lain : 36 1. Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman BPHN, menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu pemakai akhir dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain, dan tidak untuk diperjualbelikan. 2. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia : Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. 3. Sedang dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia FH-UI bekerja sama dengan Departemen Perdagangan RI, berbunyi : Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan. Pengertian “konsumen” di Amerika Serikat dan Masyarakat Ekonomi Eropa MEE, kata “konsumen” yang berasal dari consumer sebenarnya berarti “pemakai”. Namun, di Amerika Serikat kata ini diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai. 37 Dalam hukum positif terlihat untuk pengertian konsumen digunakan istilah-istilah antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 36 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta : Diadit Media, 2001, hal. 9-10. 37 Agus Brotosusilo, makalah “Aspek-Aspek Perlindungan terhadap Konsumen dalam Sistem Hukum di Indonesia”, dalam Percakapan tentang Pendidikan Konsumen dan Kurikulum Fakultas Hukum, Editor Yusuf Shofie, Jakarta : YLKI-USAID, 1998, hal. 46. Universitas Sumatera Utara Konsumen menurut undang-undang ini adalah setiap pemakai atau pengguna barang dan jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam undang-undang ini terdapat beberapa istilah tentang konsumen antara lain : pembeli koper Pasal 1457, penyewa huurdeer Pasal Pasal 1548, penerima hibah Pasal 1666, penitip barang berwaargever, Pasal 1694, peminjam pakai Pasal 1743 jo. Pasal 1740, peminjam verbruiklener Pasal 1744 dan sebagainya. 38 3. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 disebutkan : “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” Dari definisi konsumen menurut Undang-Undang perlindungan Konsumen diatas dapat diperoleh unsur-unsur konsumen antara lain 39 : 1. Setiap orang Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang danatau jasa. Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum rechtspersoon. Yang paling tepat adalah tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas 38 Az. Nasution, Op.Cit., hal. 43. 39 Ibid., hal. 6. Universitas Sumatera Utara pada orang perseorangan. Namun, konsumen harus mencakup juga badan usaha, dengan makna lebih luas daripada badan hukum. 2. Pemakai Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 Angka 2 UUPK, kata pemakai menekankan, konsumen adalah konsumen akhir ultimate consumer. Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut sekalipun menunjukkan barang danatau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang danatau jasa. Dengan kata lain, dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual the privity of contract. Konsumen memang tidak sekedar pembeli buyer atau koper, tetapi semua orang perorangan atau badan usaha yang mengkonsumsi barang danatau jasa, termasuk peralihan kenikmatan dalam menggunakannya. Mengartikan konsumen seperti hanya sebagai orang yang mempunyai hubungan kontraktual pribadi in privity of contract dengan produsen atau penjual adalah cara pendefinisian konsumen yang paling sederhana. Tetapi dalam perkembangannya konsumen bukan hanya diartikan sebagai pembeli dari suatu barang danatau jasa melainkan bukan pemakai langsung, asalkan ia memang dirugikan akibat penggunaan suatu produk. Universitas Sumatera Utara 3. Barang danatau jasa UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. UUPK tidak menjelaskan perbedaan istilah-istilah dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan. Berkaitan dengan istilah barang danatau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk yang sekarang ini sudah berkonotasi dengan barang danatau jasa. Kata produk itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “product”. Menurut Philip Kotler, bahwa produk terdiri dari dua macam, yaitu berupa produk fisik atau barang dan jasa kadang-kadang disebut produk jasa. Yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. 40 Dalam penulisan ini, istilah produk yang digunakan adalah barang danatau jasa yang terdapat dalam UUPK. Sementara itu jasa diartikan sebagai setiap layanan berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian “disediakan bagi masyarakat” menunjukkan, jasa itu harus ditawarkan kepada masyarakat. Artinya, pihak yang ditawarkan 40 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran ; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Marketing Management ; Analysis, Planning Implementation, and Control, diterjemahkan oleh Adi Zakaria Afif, Jakarta : FE-UI, 1993, hal 196. Universitas Sumatera Utara harus lebih dari satu orang. Jika demikian halnya, layanan yang bersifat khusus tertutup dan individual, tidak temasuk dalam pengertian tersebut. 4. Yang tersedia dalam masyarakat Barang danatau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran. Dalam perdagangan yang semakin kompleks dewasa ini syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembang developer perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih dahulu sebelum bangunannya jadi. 5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi ini mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekadar ditujukan untuk diri sendiri, keluarga, tetapi juga barang danatau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain di luar diri sendiri dan keluarganya. 6. Barang danatau jasa itu tidak untuk diperdagangkan Berpijak dari pengertian yang dimaksud sebagai konsumen adalah pemakai terakhir, maka barang dan atau jasa yang digunakan, dipakai, dimanfaatkan tidak untuk tujuan komersil. Pengertian konsumen sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas : 41 41 Az.Nasution, Op.Cit.,hal.13 Universitas Sumatera Utara a Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna barang danatau jasa pemanfaat barang danatau jasa untuk tujuan tertentu; b Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang danatau jasa untuk diproduksi pelaku usaha menjadi barang danatau jasa lain untuk memperdagangkannya distributor, dengan tujuan komersil; c Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna barang danatau jasa, pemanfaat barang danatau jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Selanjutnya, istilah konsumen yang digunakan dalam bab ini dan bab-bab selanjutnya adalah konsumen dalam pengertian konsumen akhir. Istilah pelaku usaha umumnya lebih dikenal dengan sebutan pengusaha. Pengusaha adalah “setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen”. Pengusaha memiliki arti yang luas, tidak semata-mata membicarakan pelaku usaha, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha. 42 Sedangkan pengertian pelaku usaha menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah “Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama 42 Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari Perjanjian Baku Standar, Kertas Kerja pada Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen, Jakarta : Gramedia Pustaka, 1988, hal. 57. Universitas Sumatera Utara melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. 43 Bila dilihat dari pengertian di atas, maka terdapat 4 empat unsur yang terkandung dalam pengertian pelaku usaha yaitu : 1 Setiap orang perseorangan atau badan usaha Yang termasuk badan usaha menurut pengertian ini adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. 2 Secara sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian. Beberapa macam pelaku usaha yaitu : a Orang perorangan b Badan usaha c Orang perseorangan dengan orang perseorangan lain d Orang perseorangan dengan badan usaha e Badan usaha dengan badan usaha 3 Menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi Terdapat batasan yang membedakan antara pelaku usaha dengan pelaku usaha kegiatan lain, yaitu yang dimaksud dengan pelaku usaha adalah mereka yang menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 4 Didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia Maksudnya adalah orang perseorangan atau badan hukum tersebut berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum 43 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara negara Republik Indonesia. Khusus badan usaha, tidak harus didirikan dan berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Pelaku usaha dan konsumen merupakan para pihak yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha menyadari bahwa kelangsungan hidup usahanya tergatung pada konsumen. Demikian juga halnya konsumen yang tergantung pada pelaku usaha dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu, keseimbangan dalam berbagai segi menyangkut kepentingan kedua belah pihak merupakan hal yang ideal.

B. Jalinan Transaksi Antara Konsumen Dengan Pelaku Usaha

Dokumen yang terkait

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA DEPOT AIR MINUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA PADANG.

0 0 1

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 20

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI IKAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA FORMALIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN JASA KOLAM RENANG DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 1 18

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS DISTRIBUSI AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA PANGKALPINANG DI TINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14