Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang di Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907MENKESSKVII2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh melalui pemikiran, referensi buku-buku, makalah-makalah, media elektronik yaitu internet serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan azas-azas keilmuan yang jujur, rasional, serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berkisar tentang masalah Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang di Kota Medan Ditinjau dari UUPK dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907MENKESSKVII2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Universitas Sumatera Utara Berbicara mengenai perlindungan konsumen tentunya tidak terlepas dari peraturan-peraturan yang berlaku dalam hukum positif. Perlindungan hukum terhadap konsumen adalah sebuah penegakan hukum yang membutuhkan peraturan-peraturan berupa ancaman kepada si pelanggar. Hal ini tercermin dalam UUPK yang merupakan suatu perundangan di Indonesia dengan kepentingan pemberian perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen menyangkut banyak aspek dan salah satunya adalah aspek hukum. Dalam berbagai kajian hukum, perlindungan konsumen seolah-olah mengambang dan masih mengabaikan kepentingan konsumen. Isu perlindungan hukum hanya terdengar sepintas lalu tertutup oleh pembangunan ekonomi lainnya sementara telah banyak terjadi pelanggaran hak-hak konsumen. Hal ini dapat terlihat dengan belum berlaku efektifnya UUPK sejak disahkan dan diundangkan pada tanggal 20 April 1999 hingga setahun berikutnya. 15 Dalam hal perlindungan hukum kepada konsumen ini dikatakan oleh Munir Fuady bahwa “apabila suatu hukum telah ditegakkan terhadap seseorang, berarti suatu langkah untuk merealisasi kebahagiaan masyarakat luas telah diambil, sekaligus pula terwujudnya suatu langkah kesengsaraan penggerogotan kebahagiaan terhadap pihak melanggar ketentuan hukum”. 16 Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan 15 Op.Cit. hal. 52. 16 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 22. Universitas Sumatera Utara konsumen itu sendiri. 17 Munculnya istilah perlindungan konsumen ini adalah disebabkan adanya aktivitas-aktivitas perekonomian. Kesenjangan ekonomi merugikan berbagai pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Konsumen merupakan pelaku ekonomi yang paling sering dirugikan. Secara harfiah, konsumen diartikan sebagai seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa atau seseorang yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, juga seseorang atau sesuatu yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. 18 Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa uitendelijke gebruiker van goederen en diensten. Dengan rumusan itu Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir konsumen antara dan konsumen pemakai terakhir. 19 Dalam peraturan perundang-undangan, tidak ada pasal yang memberikan definisi maupun pengertian mengenai AMD isi ulang. Namun dari beberapa bahan bacaan, diperoleh beberapa definisi mengenai pengertian usaha AMD isi ulang. Antara lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan usaha AMD isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air bersih menjadi air minum dan menjual secara langsung kepada konsumen di lokasi pengolahan. Sedangkan Suprihatin, ketua tim peneliti laboratorium teknologi dan manajeman lingkungan, Institut Pertanian Bogor 17 Janus Sidabalok, Loc.Cit 18 John Sinclair ed, Collins Cobuild English Language Dictionary, Glasgow : William Collins SunsCo, 1998, hal.303. 19 Shidarta, Op.Cit., hal.3. Universitas Sumatera Utara dan R. Hening Darpito, direktur penyehatan air dan sanitasi, Dirjen PPM-PL Departemen Kesehatan, memberikan definisi depot air minum adalah penjualan air minum kepada masyarakat yang dilakukan secara perorangan, dimana konsumen harus membawa wadah galon sendiri, baru mengisinya di depot tersebut. 20 Selain konsumen, pihak lain yang berkaitan dengan hukum perlindungan konsumen adalah pelaku usaha dan pemerintah. Istilah pelaku usaha umumnya lebih dikenal dengan sebutan pengusaha. Pengusaha adalah setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen. Pengusaha memiliki arti yang luas, tidak semata-mata membicarakan pelaku usaha, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha. 21 Pemerintah memiliki peranan yang penting dalam upaya melindungi konsumen. Dalam hal ini, peranan pemerintah dapat berupa pembentukan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan usaha untuk melindungi kepentingan konsumen dan juga melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan. Dengan adanya undang-undang perlindungan konsumen, maka akan memberikan jaminan adanya kepastian hukum terhadap segala kepentingan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya. Dalam praktek perdagangan yang merugikan konsumen yang marak belakangan ini 20 Suprihatin dan Hening Darpito, “Air Minum Isi Ulang Layakkah Dikonsumsi”, Femina, Maret 2004, hal.83. 21 Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari Perjanjian Baku Standar, Kertas Kerja pada Simposium Aspek-Aspek Masalah Perlindungan Konsumen, Jakarta, 1980, hal.57 Universitas Sumatera Utara dituntut konsistensi pemerintah yang berpihak kepada masyarakat yang kebanyakan beperan sebagai konsumen.

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA DEPOT AIR MINUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA PADANG.

0 0 1

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 tentang Perlindungan Konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 20

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI IKAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA FORMALIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN JASA KOLAM RENANG DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 1 18

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS DISTRIBUSI AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA PANGKALPINANG DI TINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14