Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company Lampung Tengah

(1)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG

PT GREAT GIANT LIVESTOCK COMPANY

LAMPUNG TENGAH

SKRIPSI

NI KETUT RATNIATI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

RINGKASAN

Ni Ketut Ratniati. D34102008. 2007. Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company, Lampung Tengah. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Asi H. Napitupulu, MSc.

Pembimbing Anggota : Ir. Juniar Atmakusuma, MS.

Pemasaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam suatu perusahaan. Bila mekanisme pemasaran berjalan dengan baik maka semua pihak yang terlibat dalam sistem pemasaran tersebut akan diuntungkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) mengetahui saluran pemasaran ternak sapi potong, (2) mengetahui mekanisme fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan individu/lembaga pemasaran yang terlibat, (3) mengetahui struktur biaya, besar biaya dan marjin pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh setiap individu/lembaga pemasaran yang terlibat, dan (4) mengetahui struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar.

Populasi penelitian adalah seluruh individu/lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah Bandar Jaya, Bandar Lampung, Bogor, DKI Jakarta, Medan, Palembang dan Pekan Baru. Pengambilan sampel untuk wilayah dan individu/lembaga pemasaran yang terlibat dilakukan dengan metode purposive. Wilayah sampel adalah Bandar Lampung, Bogor dan DKI Jakarta, sedangkan individu/lembaga pemasaran adalah pedagang penerima, pedagang penerima/pemotong/pengecer, pedagang pemotong/pengecer, pedagang pengecer, agen dan pedagang pemborong seluruhnya berjumlah 16 responden dan tersebar di tiga wilayah tersebut.

Saluran pemasaran berdasarkan individu/lembaga pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI Jakarta masing-masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Individu/lembaga pemasaran tidak seluruhnya melakukan seluruh fungsi-fungsi pemasaran.

Berdasarkan satuan Rp/kg bobot hidup maka total marjin pemasaran yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung terdapat pada saluran I. Namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka marjin pemasaran yang paling besar diterima terdapat pada saluran III. Marjin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah Bogor dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total volume penjualan, maka saluran I memberikan yang paling besar.

Rata-rata farmer’s share dari seluruh saluran sebesar 93,54% (91,47% sampai dengan 94,76%) untuk wilayah Bandar Lampung; 88,47% (87,88% sampai dengan 89,06%) untuk wilayah Bogor dan 85,78% (84,75% sampai dengan 86,59%) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum seluruh saluran di masing-masing wilayah farmer’s share sudah cukup besar.

Struktur pasar ternak sapi potong produk PT GGLC secara umum mulai dari produsen hingga pedagang pengecer cenderung sudah terintegrasi. Penentuan harga di tingkat produsen didasarkan pada jenis sapi, status pembeli, frekuensi dan volume pembelian, dan dilakukan secara tawar-menawar (cukup kompetitif). Harga yang diterapkan adalah harga franco dan loco. Penentuan harga di tingkat lembaga


(3)

pemasaran disesuaikan dengan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga dengan sudah cukup kompetitif.

Sistem pembayaran yang dilakukan pedagang penerima dan pedagang pemborong adalah tunai, oleh agen dan pedagang pengecer adalah kredit, sedangkan sistem pembayaran yang dilakukan adalah dengan tunai dan kredit.


(4)

ABSTRACT

Analysis Marketing System of Beef Cattle

The Great Giant Livestock Company, Central Lampung Ratniati, N.K., A. H. Napitupulu, J. Atmakusuma

The Great Giant Livestock Company (PT GGLC) is one a farm dealing with beef cattle finishing. The finished catlle have keep market to some areas in Sumatra, Jakarta and West Java. The aims of this research were: 1) to study the channel of beef cattle produced by PT GGLC, 2) to study the mechanism marketing functions of each marketing institutes, 3) to analyze the marketing structure, marketing cost and marketing margin of each channel and 4) to analyze the market structure, conduct, and performance. The research was conducted on May until June 2006 in PT GGLC, Bandar Lampung, Bogor and DKI Jakarta using primary and secondary data. Taking over of the marketing institute respondent and region marketing by purposive method. The collected data was analyzed by qualitative and quantitative descriptive analysis. There were eight marketing channel of beef cattle in Bandar Lampung, six and five marketing channel each in Bogor and DKI Jakarta. The marketing institutes which involved in marketing system were: wholesaler, slaughterer/retailer, retailer, agent and developer. The marketing functions which done by each marketing institutes were: 1) exchange, 2) physical, and 3) facilitating function. The highest marketing margin which accepted by marketing institutes at Bandar Lampung was Rp 44.133.888,54 on the third channel. The highest marketing margin was gained by marketing institutes at Bogor and DKI Jakarta each was Rp 88.432.231 and Rp 137.301.727,1 respeqtively on the first channel. The farmer’s share for all channel was good, because it had highest farmer’s share than marketing institues.

The market structure at producer level until retailer was integrated. The price at producer level Based on kind of beef cattle, customer status, frequency and purchase volum. The price at marketing intitutes level to fit in with marketing functions.

Keywords: marketing channel, marketing function, farmer’s share, marketing margin and market structure


(5)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG

PT GREAT GIANT LIVESTOCK COMPANY

LAMPUNG TENGAH

NI KETUT RATNIATI D34102008

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(6)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG

PT GREAT GIANT LIVESTOCK COMPANY

LAMPUNG TENGAH

Oleh

NI KETUT RATNIATI D34102008

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Februari 2007

Pembimbing Utama

Ir. Asi H. Napitupulu, MSc. NIP. 130 256 389

Pembimbing Anggota

Ir. Juniar Atmakusuma, MS. NIP. 130 804 891

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc. NIP. 131 624 188


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidorejo, Lampung Tengah pada tanggal 23 Agustus 1984. Penulis adalah anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak I Made Lantra dan Ibu Ni Wayan Siti.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Tanjung Ratu, Lampung Tengah. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 2 Abung Barat, Lampung Utara. Penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Krida Kartikatama Metro, Kodya Metro dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Sosial Ekonomi Ternak, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai panitia Lomba Cepat Tepat Fakultas Peternakan IPB tingkat SMU se-Jabodetabek tahun 2004. Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD). Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk Mata Kuliah Manajemen Usaha Peternakan dan Evaluasi Usaha Peternakan Program Diploma III tahun ajaran 2006/ 2007.


(8)

KATA PENGANTAR Om Suastiastu

Atas asung kerta nugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa penulis panjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company Lampung Tengah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran ternak sapi potong PT GGLC dan mekanisme fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam pendistribusian ternak sapi potong tersebut, mengetahui struktur biaya, besar biaya dan marjin pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran dan menganalisis struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar.

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan dalam membuat perencanaan khususnya perencanaan pemasaran, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memberi hasil yang memuaskan.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Om, Santi Santi Santi, Om.

Bogor, Februari 2007


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ………..……….………... i

ABSTRACT ………..…….……….. iii

RIWAYAT HIDUP ………....…….……….…….… iv

KATA PENGANTAR ………..………… v

DAFTAR ISI ..………. vi

DAFTAR TABEL ..………. viii

DAFTAR GAMBAR ...……… x

PENDAHULUAN ……..………. 1

Latar Belakang ………. 1

Perumusan Masalah ………. 2

Tujuan ………. 2

Kegunaan Penelitian ……… 3

KERANGKA PEMIKIRAN ………..….……. 4

TINJAUAN PUSTAKA ……….………..……... 6

Usaha Ternak Sapi Potong ..……….… 6

Karkas dan Daging Sapi ..………..… 6

Pemasaran ..……….……. 7

Lembaga dan Saluran Pemasaran ……….... 8

Fungsi Pemasaran .………..……… 9

Fungsi Pertukaran .…..………..…..……… 9

Fungsi Fisik ..………..………. 9

Fungsi Fasilitas .………..………. 10

Efisiensi Pemasaran …..……….….. 11

Biaya dan Marjin Pemasaran ... 12

METODE PENELITIAN ... 13

Lokasi dan Waktu penelitian ... 13

Populasi dan Sampel ……… 13

Desain Penelitian ..……….……… 13

Data dan Instrumentasi ...……… 14

Pengumpulan Data ..………. 14

Analisis Data .……… 14

Definisi Istilah ... 16

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 18

Sejarah dan Lokasi Perusahaan ... 18

Lingkup Usaha Perusahaan ………. 18

Struktur Organisasi Perusahaan ……… 19

Sarana dan Prasarana Perusahaan ……… 21


(10)

Tatalaksana Pemeliharaan Sapi ... 22

Tatalaksana Kandang ... 22

Tatalaksana Pakan ……….…… 23

Tatalaksana Kesehatan ……….……… 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Karakteristik Responden ... 25

Analisis Saluran Pemasaran ... 27

Saluran Pemasaran di Wilayah Bandar Lampung ……….. 28

Saluran Pemasaran di Wilayah Bogor …………..………... 30

Saluran Pemasaran di Wilayah DKI Jakarta ... 31

Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 33

Produsen atau PT Great Giant Livestock Company ... 33

Pedagang Pengirim ……….. 36

Pedagang Pemotong/Pengecer ………. 41

Pedagang Pengecer ……….. 44

Agen ..………... 45

Pedagang Pemborong ....……….. 45

Analisis Marjin Pemasaran ... 46

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah Bandar Lampung .. 46

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah Bogor ... 54

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah DKI Jakarta ... 59

Analisis Struktur Pasar, Perilaku Pasar dan Pelaksanaan Pasar ... 66

Struktur Pasar ... 66

Perilaku Pasar ... 67

Pelaksanaan Pasar ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN... 70

Kesimpulan ... 70

Saran ... 71

UCAPAN TERIMAKASIH ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Populasi dan Sampel untuk Masing-Masing Lembaga Pemasaran di Setiap Wilayah Pemasaran Ternak Sapi Potong PT

GGLC ……….. 13

Jumlah Produksi Ternak Sapi Potong PT GGLC Tahun 1989-2005 .. 21 3. si Pemberian Ransum pada Ternak Sapi Potong ………….. 3 4. Karakteristik Responden yang Terlibat dalam Sistem Pemasaran

Ternak Sapi Potong PT GGLC ... 25 5. Jumlah Pedagang untuk Masing-masing Lembaga Pemasaran di

Setiap Wilayah Penelitian Ternak Sapi Potong PT GGLC ... 26 6. Pembelian Sapi Bakalan PT GGLC Selama Tahun 1991-2005 ... 33 7. Penjualan Ternak Sapi Potong PT GGLC Tahun 1991-2005 ………. 35 8. Struktur Biaya, Besar Biaya dan Marjin Pemasaran pada Setiap

Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong di Wilayah Bandar Lampung Selama Bulan Mei 2006 ………... 47 9. Keuntungan, Biaya Pemasaran dan Rasio Keuntungan/Biaya

Pemasaran pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di wilayah Bandar Lampung ... 51 10. Penerimaan (Revenue), Total Pengeluaran (Cost) dan Revenue/

Cost Ratio pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah Bandar Lampung ... 53 11. Struktur Biaya, Besar Biaya dan Marjin Pemasaran pada Setiap

Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah Bogor Selama Bulan Mei 2006 …...………. 55 12. Keuntungan, Biaya Pemasaran dan Rasio Keuntungan/Biaya

Pemasaran pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah Bogor ... 57 13. Penerimaan (Revenue), Total Pengeluaran (Cost) dan Revenue/

Cost Ratio Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah Bogor ………... 58 14. Struktur Biaya, Besar Biaya dan Marjin Pemasaran pada Setiap

Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah DKI Jakarta Selama Bulan Mei 2006 …...………... 60 15. Keuntungan, Biaya Pemasaran dan Rasio Keuntungan/Biaya

Pemasaran pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah DKI Jakart ... 62 16. Penerimaan (Revenue), Total Pengeluaran (Cost) dan Revenue/

Cost Ratio Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Wilayah DKI Jakarta ... 63


(12)

17. Harga Jual Produsen, Harga Beli Konsumen, Marjin Pemasaran, Biaya Pemasaran, Farmer’s Share, Rasio Keuntungan/Biaya dan R/C Ratio Rata-rata Seluruh Saluran pada Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC di Setiap Wilayah Penelitian ………..……... 64


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Lampung Tengah ... 5 2. Sruktur Organisasi PT GGLC ………... 19 3. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan

Wilayah Pemasaran ... 28 4. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan

Lembaga Pemasaran yang Terlibat di Wilayah Bandar Lampung …. 29 5. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan

Lembaga Pemasaran yang Terlibat di Wilayah Bogor ... 31 6. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Gambar Ternak Sapi Potong PT GGLC Jenis Brahman cross di Kandang PT GGLC ... 77 2. Gambar Ternak Sapi Potong PT GGLC di Holding Ground RPH

Bogor

………...

77

3. Gambar Pakan Ternak Sapi Potong PT GGLC ………... 78 4. Gambar Karkas Sebelum Pengambilan Lemak ……….. 78 5. Gambar Karkas Setelah Pengambilan Lemak ………. 79


(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan Sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang sangat menunjang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen. Perseroan Terbatas Great Giant Livestock Company (PT GGLC) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong (feedlot) yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan ternak sapi potong.

Penelitian Rachmawati (1995), menjelaskan bahwa pada awalnya PT GGLC melakukan sendiri pemotongan ternak sapi potong, namun seiring dengan perkembangan waktu akhirnya PT GGLC tidak lagi melakukan pemotongan sendiri. Sehingga PT GGLC menjual ternak sapi potong hanya dalam bentuk ternak hidup. Perusahaan ini dalam memasarkan produknya melalui dua cara, yaitu: (1) pembeli mengambil langsung ke perusahaan dan (2) perusahaan mengirimkan langsung ke pembeli melalui jasa ekspedisi. Perusahaan ini merupakan salah satu feedlotter di Indonesia yang memenuhi permintaan ternak sapi potong di daerah Sumatra, DKI Jakarta dan sekitarnya. Menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, perusahaan peternakan perlu meningkatkan efisiensi untuk menekan biaya produksi dalam rangka meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.

Faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan salah satunya adalah pemasaran, karena itu langkah awal suatu peternakan sapi potong adalah mengetahui sistem pemasaran. Hal ini dikarenakan pemasaran merupakan aspek yang memfasilitasi agar ternak sapi potong dapat disalurkan dari daerah produksi sampai daerah di mana sapi potong dikonsumsi. Sebuah perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor atau kendala yang mempengaruhi sistem pemasaran, agar terpenuhi permintaan yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan konsumen. Bila mekanisme pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak


(16)

yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran sangat diperlukan.

Perumusan Masalah

Pemasaran ternak sapi potong oleh PT GGLC dilakukan setelah produk dihasilkan. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana caranya agar ternak sapi potong sampai ke tangan konsumen. Salah satu alternatif yang dilakukan oleh produsen adalah menjual melalui lembaga pemasaran. Adanya lembaga pemasaran akan menyebabkan harga produk berubah setelah sampai ke tangan konsumen. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran berusaha melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang menambah nilai guna (utility) dari suatu barang sehingga memperbesar biaya pemasaran. Besar biaya pemasaran biasanya oleh lembaga pemasaran dibebankan kepada produsen atau konsumen, yaitu dengan cara meningkatkan harga konsumen atau menekan harga produsen. Berdasarkan kondisi diatas, maka permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana saluran pemasaran ternak sapi potong dari PT GGLC ke konsumen? 2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran oleh PT GGLC dan

lembaga pemasaran dalam mendistribusikan komoditi ternak sapi potong sampai ke tangan konsumen?

3. Bagaimana struktur biaya, besar biaya dan marjin pemasaran yang dilaksanakan lembaga pemasaran serta keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran sampai ternak sapi potong ke tangan konsumen?

4. Bagaimana struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar pada pemasaran ternak sapi potong?

Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasaran ternak sapi potong, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Saluran pemasaran ternak sapi potong dari PT GGLC sampai ke konsumen 2. Mekanisme pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran oleh PT GGLC dan lembaga

pemasaran dalam mendistribusikan komoditi ternak sapi potong sampai ke tangan konsumen


(17)

3. Marjin pemasaran, struktur dan besarnya biaya dan keuntungan pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran yang terlibat pada sistem pemasaran PT GGLC serta keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran tersebut sampai ternak ke tangan konsumen

4. Struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar yang dilakukan oleh PT GGLC dan lembaga pemasaran yang terlibat

Kegunaan Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Pengusaha yang ingin berusaha dibidang peternakan, khususnya komoditi ternak sapi potong

2. Pengusaha dan lembaga pemerintah sebagai informasi untuk menentukan kebijakan dalam bidang pemasaran ternak sapi potong

3. Penulis dan peneliti selanjutnya dalam menambah wawasan tentang pemasaran ternak sapi potong


(18)

KERANGKA PEMIKIRAN

Sistem pemasaran merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen yaitu produsen, lembaga pemasaran dan konsumen. Lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Perseroan Terbatas Great Giant Livestock Company (PT GGLC) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong (feedlot) yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan ternak sapi potong untuk wilayah Sumatra, DKI Jakarta dan sekitarnya.

Permasalahan dihadapi oleh produsen setelah produk dihasilkan. Salah satu alternatif yang dilakukan oleh produsen adalah menjual melalui lembaga pemasaran. Efisiensi pemasaran terjadi apabila semua komponen pemasaran melakukan mekanisme fungsi-fungsi pemasaran dengan baik dan semua pihak diuntungkan. Sistem pemasaran merupakan suatu proses yang kompleks karena menyalurkan barang dari produsen ke tangan konsumen melalui lembaga pemasaran. Berdasarkan hal di atas maka sistem pemasaran yang dibahas yaitu: saluran pemasaran ternak sapi potong dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen dan mekasime fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran lembaga pemasaran tersebut dalam mendistribusikan ternak sapi potong. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut terdiri dari fungsi pertukaran (fungsi pembelian dan penjualan), fungsi fisik (fungsi pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, penanganan dan fungsi standarisasi dan grading) dan fungsi fasilitas (fungsi penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan). Analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui marjin pemasaran yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran. Selain itu juga dapat dianalisis struktur, perilaku dan pelaksanan pasar (structure, conduct and performance atau SCP). Struktur pasar terdiri dari konsentrasi pembeli dan penjual, hambatan keluar masuk pasar dan keadaan produk yang diperjualbelikan. Analisis perilaku pasar dapat dilakukan melalui sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Pelaksanaan pasar dapat dikaji


(19)

melalui keadaan harga dan besar penyebaran marjin pemasaran. Kerangka pemikiran sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC dapat dilihat pada gambar 1.

.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Lampung Tengah

Lembaga Pemasaran Konsumen

Analisis Sistem Pemasaran 1. Saluran pemasaran 2. Fungsi-fungsi pemasaran 3. Marjin pemasaran

4. Struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar Produsen


(20)

TINJAUAN PUSTAKA Usahaternak Sapi Potong

Bangsa sapi potong di dunia berasal dari sapi primitif dari Asia Tengah yang mengalami domestikasi. Secara garis besar sapi terdiri dari tiga golongan, yaitu: Bos indicus (Zebu: berpunuk), Bos taurus, Bos sondaicus (Bos bibos) (Sugeng, 1999).

Jenis bakalan sapi potong yang ada di Indonesia adalah jenis sapi murni, impor, dan jenis sapi hasil persilangan. Termasuk sapi lokal adalah sapi bali, sapi madura, sapi ongol (sapi sumba ongol), sapi peranakan ongol (sapi PO). Jenis sapi murni impor adalah sapi hereford, sapi shorthorn, sapi aberden angus, sapi charolais, dan sapi brahman. Jenis sapi hasil persilangan antara lain: sapi santan gertrudis, sapi breef master, sapi brangus, dan sapi charbray (Siregar, 2001). Menurut Susilawati dan Affandy (2004), penghambat perkembangan industri sapi potong antara lain terbatasnya sapi lokal sehingga belum siap mengisi kebutuhan bakalan industri peternakan (feedlotter) dan beroperasinya Rumah Potong Hewan (RPH) tradisional dan ilegal di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Karkas dan Daging Sapi

Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994). Sugeng (1999), menjelaskan bahwa karkas adalah hasil potongan ternak setelah dikurangi kepala, kulit, cakar, darah dan isi perut. Produksi ternak yang baik adalah sapi yang berpersentase karkas tinggi dan kandungan lemak rendah. Untuk memperoleh hasil persentase karkas yang tinggi (>60%) selalu ada hubungannya dengan hasil penilaian terhadap sapi-sapi yang bertubuh besar dengan daging yang tebal. Adapun cara-cara penilaian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) dengan cara mengamati dari jarak dekat dan (2) penilaian pada pangkal ekor, tulang duduk, pantat, paha, melalui bagian tulang daging dan iga. Selanjutnya Sugeng (1999), menjelaskan bahwa mutu daging sapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, kegiatan sapi, kondisi sapi dan perlakuan terhadap sapi yang akan dipotong.

Hasil penelitian Amri (2001), tentang kualitas karkas sapi Brahman Cross di tiga feedlot (PT GGLC, PT Kariyana Gita Utama (KGU), dan PT Suntory lampung) menjelaskan bahwa rataan kandungan lemak daging pada masing-masing feedlot


(21)

adalah sebesar 1,46%; 1,21%; 1,10%, ketiganya tidak menunjukkan perbedaan kadar lemak yang nyata. Sebaran umur ternak yang diteliti dimulai dari 1,5 sampai 4 tahun, sehingga kualitas (grade) sapi Brahman Cross termasuk dalam kualitas standar yang ditetapkan.

Pemasaran

Pemasaran adalah pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen dimana di dalamnya terdapat proses penciptaan atau kegunaan dari barang dan jasa tersebut (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Downey dan Erickson (1989), pemasaran diartikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomis, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Dimana dalam pemasaran tersebut melibatkan lembaga-lembaga yang berbeda, yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut. Soekartawi (1993) menjelaskan bahwa pemasaran akan terjadi karena hal-hal berikut: (1) tingkat kebutuhan yang mendesak, (2) tingkat komersialisasi produsen, (3) keadaan harga yang menguntungkan, dan (4) peraturan.

Hanafiah dan Saefuddin (1983), menjelaskan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk menempatkan barang dan jasa ke konsumen dimana untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan, penimbangan dan penyebaran. Selanjutnya Kotler (2000), menegaskan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk memahami dan mengetahui pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa tersebut cocok dengan pelanggan, atau dengan kata lain memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang menguntungkan.

Menurut Said dan Intan (2001), pemasaran pertanian didefinisikan sebagai sejumlah barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian. Pendekatan dalam studi dan analisis pemasaran digunakan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan oleh pelaku yang terkait dengan proses pemasaran. Pendekatan tersebut adalah


(22)

pendekatan fungsional, pendekatan kelembagaan, pendekatan produk, pendekatan manajerial dan pendekatan sistem. Pendekatan fungsional digunakan untuk menelaah dan menganalisis kegiatan-kegiatan fungsional yang akan dilakukan oleh setiap pelaku dalam proses pemasaran suatu komoditas. Pendekatan lembaga digunakan untuk menjawab mengenai siapa yang akan melakukan fungsi pemasaran dalam proses pemasaran suatu produk secara efektif dan efisien. Pendekatan produk memfokuskan bagaimana produk tersebut dapat menjadi mudah dan murah untuk diterima dan digunakan oleh konsumen. Pendekatan manajerial memfokuskan pada kerangka analisis berdasarkan fungsi-fungsi manajemen.

Lembaga dan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah jejak penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir. Perubahan yang membuat ternak hidup menjadi produk yang diinginkan konsumen disebut sebagai penambahan kegunaan (utility). Ada 4 kegunaan yang diciptakan oleh sistem pemasaran yaitu kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan pemilikan (Downey dan Erickson, 1989). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), panjang pendeknya saluran pemasaran ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) jarak dari produsen ke konsumen, (2) cepat tidaknya produk rusak, (3) skala produksi, dan (4) posisi keuangan pengusaha.

Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), lembaga pemasaran dapat berbentuk perorangan dan perserikatan serta melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Penyaluran barang dan jasa melibatkan beberapa lembaga mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran ini diharapkan dapat memperlancar penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui berbagai aktivitas atau kegiatan yang dikenakan sebagai perantara.

Hasil penelitian Mustofa (2001), menjelaskan bahwa ada tiga lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Blora Jawa Tengah. Berdasarkan wilayah pemasaran dan kegiatan usahanya, pedagang sapi dibedakan menjadi 4, yaitu: (1) pedagang lokalÆ pembeli ternakÆ pasar hewan, (2) pedagang regionalÆ pasar hewan Æ pasar hewan lainnya, (3) pedagang besarÆ


(23)

pasar hewan Æ ke luar daerah, dan (4) pedagang pemotong Æ pasar hewan Æ potong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).

Fungsi Pemasaran

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), fungsi pemasaran merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat suatu proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Napitupulu (1989), menjelaskan bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran terdiri dari tiga yaitu: (1) fungsi pertukaran, (2) fungsi fisik, dan (3) fungsi fasilitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fungsi Pertukaran

Napitupulu (1989), mengatakan bahwa fungsi pertukaran meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Menurut Downey dan Erickson (1989), fungsi pertukaran terjadi bila produk dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi ini melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak pemilikan dalam proses pemasaran. Fungsi pembelian dilakukan pada setiap tingkatan dari saluran pemasaran yang melibatkan interaksi antara produsen dengan pemroses, penjual, pemborong bahkan terkadang konsumen.

Hasil penelitian Sunhudi (2003), di Temanggung Jawa Tengah menjelaskan bahwa peternak sapi potong menjual atau menawarkan sapinya kepada pedagang dengan cara mencari tahu informasi harga, menaksir, menimbang waktu dan biaya selama memelihara sapi. Hasil penelitian Hasanah (2000), di Kabuaten Sampang Madura menjelaskan bahwa pedagang pemotong sapi potong membeli sapi dari pedagang pengumpul dan pasar hewan, kemudian pedagang pemotong akan menjual karkas dan non karkas kepada konsumen di pasar umum.

Fungsi Fisik

Napitupulu (1989), mengatakan bahwa fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, standarisasi, pengolahan dan penanganan. Menurut Downey dan Erickson (1989), fungsi fisik terjadi pada saat adanya penambahan kegunaan waktu, tempat, dan bentuk pada produk ketika produk diangkut, disimpan, dan diproses untuk memenuhi keinginan konsumen.


(24)

Hasil penelitian Sunhudi (2003), menjelaskan bahwa pedagang besar di Temanggung Jawa Tengah melakukan dua kali penyimpanan sapi potong di kandang (holding ground) milik sendiri dalam pengiriman ke Cirebon/Jabotabek. Penyimpanan itu antara lain: (1) penyimpanan di Temanggung, lama penyimpanan berkisar antara 1-5 hari, dan (2) penyimpanan di Cirebon Jawa Barat, lama penyimpanan antara 1-7 hari. Frekuensi pengiriman sapi potong ke tempat penjualan berkisar antara 10-12 kali/bulan, jumlah sapi potong berkisar antara 15-20 ekor. Alat angkut yang digunakan oleh pedagang besar di Temanggung Jawa Tengah adalah truk engkel dengan kapasitas 10 ekor/truk. Penggolongan (grading) dilakukan oleh pedagang besar berdasarkan atas umur, bobot badan, jenis kelamin, maupun penampilan luar sapi potong (performance), dengan pemberian peneng nomor dari satu sampai ke-n. Pengepakan (packaging) oleh pedagang pemotong dilakukan secara sederhana yaitu dengan kontong plastik untuk mengepak daging, hati, tulang, usus, babat dan kulit.

Fungsi Fasilitas

Menurut Downey dan Erickson (1989), fungsi fasilitas atau penyedia sarana harus dilakukan dalam proses pemasaran. Bagaimanapun, sekurang-kurangnya harus ada informasi pasar yang tersedia, seseorang harus menerima resiko yang mungkin terjadi, seringkali produk harus terstandarisasi atau dikelompokkan menurut mutunya untuk mempermudah penjualan produk tersebut, dan akhirnya seseorang harus memiliki produk yang bersangkutan dan menyediakan pembiayaan selama proses pemasaran berlangsung.

Hasil penelitian Hasanah (2000), di Kabupaten Sampang Madura menjelaskan bahwa pedagang pengumpul sapi potong akan tetap pergi ke pasar hewan walaupun tidak melakukan pembelian dan penjualan sapi potong. Hal ini dimaksudkan agar pedagang dapat mengetahui perubahan harga ternak sapi potong yang sedang berlaku untuk mengurangi resiko terjadinya perubahan harga.

Hasil penelitian Sunhudi (2003), menjelaskan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran sapi potong di Temanggung Jawa Tengah meliputi biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja, biaya pos pemeriksaan hewan di perbatasan provinsi, biaya administrasi, biaya pakan dan minum, biaya penyimpanan, biaya retribusi, biaya penyusutan dan biaya tak terduga.


(25)

Efisiensi Pemasaran

Menurut hanafiah dan Saefuddin (1983), efisiensi pemasaran yang dimaksudkan oleh pengusaha (swasta) berbeda dengan konsumen. Pengusaha menganggap bahwa suatu sistem pemasaran akan efisien apabila produk yang dijual dapat mendatangkan keuntungan tinggi baginya. Efisiensi pemasaran dibedakan atas efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis berarti pengendalian fisik daripada produk, sedangkan efisiensi ekonomis berarti perusahaan dengan teknik, skill dan pengetahuan yang ada, dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan memperoleh profit.

Istilah efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja proses pemasaran yang dicerminkan oleh peningkatan rasio input-output dalam proses pemasaran, dan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem pemasaran. Pemasaran akan efisien bila terjadi maksimisasi dari rasio input-output yang umumnya dapat dicapai dengan salah satu dari empat cara berikut: (1) output konstan – input mengecil, (2) output meningkat – input konstan, (3) output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi ketimbang peningkatan input, dan (4) output menurun dalam kadar yang lebih rendah ketimbang penurunan input (Downey dan Erickson, 1989).

Napitupulu (1988) menjelaskan bahwa untuk melihat efisiensi pemasaran dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan dengan konsep input-output ratio dari seluruh pemakaian kelembagaan, fungsi dan fasilitas dari sistem pemasaran tersebut. Konsep ini dimaksudkan untuk memaksimumkan input-output ratio. Pengertian input disini mencakup seluruh penggunaan faktor-faktor produksi, baik berupa input lingkungan seperti manusia, motivasi, metode teknologi dan materi. Output yaitu nilai tambah berupa guna baik yang berupa fisik maupun berupa non fisik seperti selera, kepuasan dan lainnya yang diproduksi oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut.

2. Pendekatan model: struktur (structure (S)) Æ perilaku (conduct (C))Æ keragaan (performance (P)). Konsep ini pada dasarnya merupakan hubungan


(26)

Hasil penelitian Mustofa (2001), menjelaskan bahwa saluran yang paling efisien dalam memasarkan ternak sapi potong di Kabupaten Blora Jawa Tengah adalah dari peternakÆ pedagang lokal Æ pedagang pemotong Æ konsumen. Hal ini dikarenakan saluran tersebut merupakan saluran yang cukup pendek dan total biaya yang dikeluarkan pada saluran itu juga paling kecil dibandingkan saluran lainnya, yaitu sebesar Rp 235,56/kg bobot hidup serta total keuntungan yang diterima cukup besar yaitu sebesar Rp 2.429,29/kg bobot hidup.

Biaya dan Marjin Pemasaran

Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangkaian proses pergerakan barang dari titik produsen ke titik konsumen (Kohl dan Uhl, 1990). Menurut Soekartawi (1993), besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan: (1) jenis komoditas, (2) lokasi pemasaran, dan (3) jenis lembaga pemasaran yang dilakukan, sebab semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan, maka semakin efektif pemasaran yang dilakukan.

Hasil penelitian Sunhudi (2003), menjelaskan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap tingkatan lembaga pemasaran sapi potong di Temanggung Jawa Tengah berbeda. Perbedaan harga tersebut tergantung pada tambahan nilai guna dari ternak sapi potong, seperti kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Struktur biaya di setiap lembaga pemasaran juga berbeda. Biaya paling besar yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran adalah biaya penyusutan pada tingkat pedagang pemotong atau pengecer daging, yaitu sebesar Rp 315,00/kg bobot hidup. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh konsumen terakhir (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).


(27)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada sistem pemasaran ternak sapi potong di PT Great Giant Livestock Company (PT GGLC) yang berlokasi di Terbangi Besar Lampung Tengah sebagai produsen dan sistem pemasaran ternak sapi potong di wilayah Bandar Lampung, Bogor dan DKI Jakarta pada lembaga pemasaran yang terlibat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2006.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan individu/lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong dari produsen (PT GGLC) sampai ke konsumen, yang meliputi wilayah Bandar Jaya, Bandar Lampung, Bogor, DKI Jakarta Medan, Palembang dan Pekan Baru. Pengambilan sampel untuk wilayah dan individu/lembaga pemasaran di wilayah tersebut dilakukan dengan metode purposive (secara sengaja), yang dapat memberikan data dan informasi sistem pemasaran secara menyeluruh sesuai dengan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Sampel wilayah yang di maksud meliputi wilayah Bandar Lampung, Bogor dan DKI Jakarta. Sampel individu/lembaga pemasaran juga diambil secara sengaja yaitu sebanyak 16 responden. Jumlah populasi dan sampel untuk individu/lembaga pemasaran di masing-masing wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel untuk Lembaga Pemasaran di Masing-masing Wilayah Penelitian Ternak Sapi Potong PT GGLC

Lembaga Pemasaran

Bandar Lampung Bogor DKI Jakarta Jumlah

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang)

1. Pedagang Penerima 1 1 1 1 1 1 3 3

2. Pedagang Pemotong /Pengecer

3 3 9 3 20 3 32 9

3. Pedagang Pengecer 2 2 - - - - 2 2

4. Agen - - 1 1 - - 1 1

5. Pedagang Pemborong

- - - - 3 1 3 1

Jumlah (orang) 6 6 11 5 24 5 40 16

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian survei pada sistem pemasaran ternak sapi potong di PT GGLC hingga ke konsumen. Sistem pemasaran ternak sapi


(28)

potong dilakukan dengan menganalisis fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur biaya, besar biaya dan marjin pemasaran, R/C ratio, farmer’s share serta analisis struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar.

Data dan Instrumentasi

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan kegiatan secara langsung dan melakukan wawancara dengan individu/pemasaran yang terlibat dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner atau daftar pertanyaan yang disusun sebelumnya sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen atau data perusahaan yang meliputi kegiatan-kegiatan dalam menjalankan sistem pemasaran di perusahaan tersebut. Selain itu data sekunder diambil dari lembaga-lembaga dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan di PT GGLC sebagai peternak (produsen) dan juga dilakukan pada individu/lembaga pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung, Bogor dan DKI Jakarta.

Analisis Data

Data yang digunakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi karakteristik responden, saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap individu atau lembaga pemasaran yang terkait, dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif meliputi marjin dan biaya pemasaran serta farmer’s share yang dianalisis untuk mengukur efisiensi pemasaran. Data yang telah terkumpul disederhanakan kemudian dianalisis dengan cara tabulasi untuk memudahkan penghitungan.

a. Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran PT GGLC dianalisis secara deskriptif dengan mencari skema saluran distribusi dari PT GGLC sampai ke konsumen.

b. Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran

Saluran pemasaran dianalisis dengan memperhatikan fungsi-fungsi pemasaran, yang terdiri dari: fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas


(29)

kemudian dianalisis secara deskriptif dari setiap kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT GGLC dan individu/lembaga pemasaran yang diamati.

c. Analisis marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran

Tingkat efisiensi pemasaran dapat dilihat dari analisis marjin pemasaran ternak sapi potong. Marjin pemasaran pada setiap individu atau lembaga pemasaran dihitung untuk mencari struktur (jenis) biaya dan besar biaya dari setiap tingkatan lembaga pemasaran dari tingkat produsen sampai ke konsumen.

Secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: Mi = Hji – Hbi

Mi = Bi + πi atau πi = Mi – Bi

Penyebaran marjin pemasaran ternak sapi potong dapat dilihat berdasarkan perhitungan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran. Secara matematis perhitungan keuntungan pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio keuntungan dari biaya pemasaran = (πi/Bi) x 100 %

Penyebaran marjin pemasaran ternak sapi potong juga dapat dilihat berdasarkan perhitungan persentase penerimaan terhadap total biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran. Secara matematis perhitungan keuntungan pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio penerimaan dari total biaya pemasaran = {Hji/(Hbi+Bi)} x 100%

Besar bagian yang diterima oleh peternak (farmer’s share) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

FS = (Hjp/He) x 100%

Indikator efisiensi saluran pemasaran diukur antara lain dengan menghitung marjin pemasaran dan farmer’s share yang diperoleh pada masing-masing saluran pemasaran yang terjadi. Efisiensi pemasaran juga dapat diukur melalui struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar (Structure, Conduct and Performance atau SCP).


(30)

Mi : Marjin pada lembaga pemasaran di tingkat ke-i (Rp/kg bobot hidup)

Hji : Harga penjualan ternak sapi potong pada lembaga pemasaran ke-i ( Rp/kg bobot hidup)

Hbi : Harga pembelian pada lembaga pemasaran ke-i (Rp/kg bobot hidup) Bi : Biaya pemasaran pada lembaga pemasaran ke-i (Rp/kg bobot hidup) πi : Keuntungan lembaga pemasaran di tingkat ke-i (Rp/kg bobot hidup) FS : Farmer’s Share (%)

Hjp : Harga penjualan ternak sapi potong di tingkat peternak (Rp/kg bobot hidup) He : Harga beli konsumen (Rp/kg bobot hidup)

i : Bilangan asli (1,2,3,....n): n = lembaga pemasaran yang ikut ambil bagian dalam sistem pemasaran tersebut

Definisi Istilah

1. Produsen adalah PT GGLC yang memproduksi ternak sapi potong

2. Lembaga pemasaran adalah individu atau lembaga yang menyelenggarakan kegiatan penyaluran atau menambah nilai guna ternak sapi potong mulai dari peternak (produsen) sampai ke tangan konsumen

3. Saluran pemasaran adalah aliran jejak ternak sapi potong mulai dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen

4. Ternak adalah sapi potong yang dihasilkan oleh PT GGLC

5. Biaya pemasaran adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam rangka penyaluran atau pelaksanaan fungsi pemasaran ternak sapi potong dari produsen sampai ke konsumen (Rp/kg bobot hidup)

6. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga produk ternak sapi potong yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (peternak) atau perbedaan harga di setiap tingkatan lembaga pemasaran (Rp/kg bobot hidup) 7. Fungsi pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT GGLC dan

lembaga pemasaran dalam memasarkan ternak sapi potong

8. Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh peternak atau produsen dari

harga yang dibayarkan konsumen (%)

9. Pedagang penerima adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong di PT GGLC dalam bentuk ternak hidup.


(31)

10.Pedagang penerima di wilayah Bandar Lampung adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong di PT GGLC dalam bentuk ternak hidup dan menjualnya dalam bentuk ternak hidup dan potongan hasil ternak

11.Pedagang pemotong/pengecer adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dalam bentuk karkas dari pedagang penerima dan menjualnya kepada konsumen dan sesama pedagang lain

12.Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dari pedagang pemotong/pengecer dalam bentuk potongan hasil ternak dan menjualnya kepada konsumen di pasar.

13.Agen adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dari pedagang penerima dalam bentuk karkas dan menjualnya kepada pedagang pemotong/pengecer. 14.Pedagang pemborong adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dari

pedagang pemotong/pengecer dalam bentuk potongan hasil ternak berupa kaki dan jeroan kemudian menjualnya kepada konsumen.

15.Konsumen lembaga adalah konsumen yang membeli potongan hasil ternak dari pedagang untuk kemudian diolah dan dijual kepada konsumen individu. Konsumen lembaga berupa Rumah Makan, Katering dan Warung Tenda.

16.Konsumen individu adalah konsumen yang membeli potongan hasil ternak yang kemudian langsung dikonsumsi sendiri.


(32)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Lokasi Perusahaan

Perseroan Terbatas Great Giant Livestock Company (PT GGLC) merupakan salah satu feedlotter di Indonesia yang memanfaatkan limbah kulit nanas sebagai bahan pakan pokok dalam penggemukan sapi potong. Hal ini bermula dari pemikiran untuk memanfaatkan limbah kulit nanas yang dihasilkan dari proses pengalengan nanas oleh PT Great Giant Peneapple Company (PT GGPC) yang mencapai 80 sampai 100 ton/hari. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 1987 didirikan Divisi Penggemukan Sapi Potong (Cattle Project) yang secara manajerial saat itu masih dibawah PT GGPC. Divisi ini kemudian melakukan uji coba (Feedlot Project) penggemukan sapi jenis peranakan ongol (PO) dan bali dengan limbah kulit nanas sebagai pakan utamanya. Ternyata hasil dari uji coba ini dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan sapi secara signifikan, sehingga usaha penggemukan sapi potong semakin ditingkatkan dengan mengimpor sapi bakalan dari Australia. Perkembangan penggemukan sapi potong terus mengalami peningkatan, sehingga pada akhir tahun 1989 total sapi yang dipelihara sudah mencapai 922 ekor. Pemimpin perusahaan pada tanggal 6 Maret 1990 memutuskan, untuk Divisi Penggemukan Sapi Potong yang selama ini merupakan salah satu bagian dari PT GGPC dipisahkan dan menjadi badan hukum sendiri dengan nama PT Great Giant Livestock Company (PT GGLC).

Lokasi penggemukan sapi potong PT GGLC terletak di areal PT GGPC yang berlokasi di KM 77 Jl. Trans Sumatara Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Perusahaan ini merupakan grup dari PT Gunung Sewu yang berkantor (pusat) di Chase Plaza Tower Jl. Jendral Sudirman Jakarta. Luas areal yang dimiliki PT GGLC ± 100 ha. yang berada di daerah pertanian dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23 – 33 o C setiap tahunnya dan kelembaban udara 89 % sepanjang tahun serta curah hujan rata-rata 2800 mm/tahun.

Lingkup Usaha Perusahaan

Produk utama PT GGLC adalah ternak sapi potong, selain itu PT GGLC juga memanfaatkan hasil turunan dari penggemukan sapi berupa pengolahan limbah padat yang diolah menjadi pupuk organik siap pakai. Produk organik ini dijual kepada masyarakat umum (petani) di daerah Lampung, disamping itu juga dimanfaatkan


(33)

untuk penyuburan tanah di areal perusahan yang tergabung dalam grup Gunung Sewu. Selain produk turunan dari penggemukan sapi, pada tahun 1999 PT GGLC juga melakukan diversifikasi usaha yang masih terkait dengan pakan yaitu pengeringan kulit nanas. Hasil pengeringan kulit nanas ini selain dikonsumsi sendiri oleh PT GGLC juga diekspor ke negara Jepang. PT GGLC juga memiliki Program Kemitraan Plasma Inti Rakyat (PIR), dimana PT GGLC sebagai inti dan peternak kecil sebagai plasma yang mencakup 60 km dari lokasi perusahaan. Program kemitraan PIR terdiri dari dua macam yaitu PIR Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dan PIR Swadana. PIR KKP adalah program kemitraan di mana semua modal usaha mulai dari pengadaan bakalan hingga pakan disediakan oleh Bank yang difasilitasi oleh perusahaan, sedangkan pada PIR Swadana hanya sapi bakalan yang disediakan sendiri oleh plasma. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh petani plasma untuk mengikuti program PIR, adalah sebagai berikut: (1) jenis sapi yang digunakan sebagai bakalan adalah peranakan ongol (PO) jantan dengan bobot badan awal minimal 280 kg (PIR Swadana); (2) plasma harus mempunyai kandang permanen (ada tempat pakan, atap dan lantai cor) dengan lebar kandang minimal 3 meter karena disesuaikan dengan kapasitas tampung atau disesuaikan dengan jumlah sapi, dan mempunyai tempat penampungan pakan atau silo; (3) lokasi mudah ditempuh atau jalan dapat dilalui truk dengan jarak lokasi maksimal 60 km dari lokasi perusahaan, namun apabila jarak melebihi ketentuan maka pakan diambil sendiri oleh plasma; (4) plasma harus mempunyai izin dari masyarakat sekitar dan tidak mengganggu lingkungan sekitar kandang, dan (5) plasma tidak boleh memiliki sapi diluar sapi kemitraan. Program Kemitraan PIR sebagian besar adalah PIR KKP (90%) dan sisanya (10%) merupakan PIR Swadana.

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi di PT GGLC dipimpin langsung oleh seorang direktur yang membawahi langsung tiga orang manajer. PT GGLC mempekerjakan 294 orang karyawan yang terdiri dari satu orang direktur, tiga orang manajer, satu orang asisten manajer, enam orang kepala bagian, tujuh orang staf, 22 orang pengawas, 36 orang pelaksana, 62 orang tenaga harian tetap, 15 orang tenaga harian lepas dan 131 orang tenaga borongan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.


(34)

Keterangan:

I : Direktur Produksi VIIb : Pengawas Distribusi Pakan Ia : Sekretaris VIIc : Pengawas Feedmill

Ib : Kepala Bagian Inf. Tek. (IT) VIId : PPL

II : Manajer Produksi VIII : Ass. Manager Farming Service IIa : Staff Quality Control VIIIa : Pengawas Farming Service IIb : Staff Animal Health IX : Kepala Bagian Accounting III : Gen. Adm. and Acc. Manager Ixa : Staff Accounting

IV : Manajer Pemasaran X : Kepala Bagian Gen. Adm. V : Kepala Bagian PPMeal Xa : Staff Gen. Adm

Va : Pengawas PPMeal XI : Kepala Bagian Logistick VI : Kepala Seksi PPO XIa : Pengawas Logistick VIa : Pengawas PPO XII : Kepala Bagian Marketing VII : Kepala Bagian Feedlot XIIa : Staff Marketing

VIIa : Kepala Seksi feedlot XIII : Pengawas Feedlot Gambar 2. Struktur Organisasi PT GGLC

Pembagian kerja dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Feeding, Feedlot, Farming Service, Logistick, Accounting and Finance, dan Production Planning Control (PPC) dan Administrasi. Tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut antara lain, bagian Feeding bertanggung jawab terhadap penyusunan program pemberian pakan mulai dari penyediaan bahan pakan, distribusi pakan ke kandang dan pengawasan kualitas dan kuantitas pakan. Bagian feedlot bertanggung jawab dalam penyediaan bakalan, pembersihan kandang, pemberian pakan dan minum, pengadukan pakan di kandang, penimbangan sapi, pendataan dan identifikasi

VIII

III IV

X

IX XI XII

VII VI V IIb IIa Va XIII VIa VIIa

VIIIa

VIIb VIIc VIId

XIa Xa

IXa XIIa I

Ia Ib


(35)

sapi, dan juga bertanggung jawab terhadap pencegahan penyakit, pengobatan, penanggulangan dan pemeliharaan kesehatan sapi. Bagian farming service bertanggung jawab dalam perbaikan kandang, pengadaan unit angkutan dan alat-alat operasional lainnya. Bagian logistic bertanggung Jawab dalam pengadaan segala keperluan operasional masing-masing bagian. Bagian accounting and finance bertanggung Jawab dalam pembukuan semua transaksi keuangan perusahaan. Bagian PPC dan administrasi, bertanggung jawab dalam pendataan aktivitas perusahaan.

Sarana dan Pra sarana Perusahaan

Fasilitas yang disediakan oleh PT GGLC antara lain perumahan, pendidikan, dan kesehatan untuk karyawan. Perusahaan juga memiliki sarana dan pra sarana yang meliputi: kantor administrasi, pos keamanan, gudang, kandang, silo dan working coral, truk pakan (feeder wagon), excavator (garu), pembersih kotoran sapi (shovel bobcat), dump truck, alat pencampur pakan (mixer) dan timbangan sapi.

Produksi Ternak Sapi Potong PT GGLC

Sapi bakalan yang digemukan di PT GGLC sebagian besar adalah jenis sapi Brahman Cross yang di impor dari Australia. Hal ini dikarenakan potensi bakalan sapi lokal tidak mencukupi dalam jumlah banyak dan tidak sesuai dengan target produksi perusahaan, selain itu sapi jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi dan lebih mudah beradaptasi karena suhu udara atau cuaca di Indonesia tidak jauh berbeda dengan cuaca negara asalnya yaitu Australia. Jenis sapi lain yang juga digemukkan oleh PT GGLC adalah jenis sapi peranakan ongol (PO), penggemukan sapi jenis ini dilakukan melalui program kemitraan PIR. Sebagai gambaran populasi sapi potong di PT GGLC dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum gambaran populasi sapi impor di PT GGLC selama tahun 1989-2005 mengalami pertumbuhan sebesar 36,22% Penurunan populasi terjadi pada tahun 1990, 1998 dan 2003. Penurunan populasi yang paling signifikan terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 50,74%. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis moneter yang menyebabkan lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap nilai mata uang asing, sehingga harga beli sapi bakalan impor meningkat dan perusahaan tidak melakukan impor sapi, tetapi hanya mengandalkan sapi lokal. Meningkatnya nilai mata uang asing juga diikuti oleh


(36)

tingginya biaya produksi, namun peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan harga jual. Begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya, pembelian sapi impor terus mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh lemahnya nilai tukar Rupiah pada tahun-tahun tersebut. Produksi sapi impor mulai stabil pada tahun 2004 hingga 2005.

Tabel 2. Jumlah Produksi Sapi Potong PT GGLC (tahun 1989-2005) Tahun Populasi Sapi Potong (ekor) Kenaikan/

Impor PIR Total Penurunan (%)

1989 992 - 992 -

1990 3.192 10 3.202 222,78

1991 2.646 444 3.092 -3,44

1992 5.212 1.116 6.328 104,66

1993 7.675 1.363 9.038 42,83

1994 12.586 4.453 17.039 88,53

1995 20.839 1.733 22.572 32,47

1996 23.886 1.761 25.647 13,62

1997 28.222 3.424 31.646 23,39

1998 13.902 2.335 16.237 -48,69

1999 10.177 694 10.871 -33,05

2000 13.629 1.017 14.646 34,73

2001 13.121 2.329 15.450 5,49

2002 15.036 7.103 22.139 43,29

2003 10.729 8.100 18.829 -14,95

2004 13.290 3.836 17.126 -9,04

2005 22.648 7.648 30.296 76,90

Jumlah 217.782 47.366 265.150 36,22 ±65,25

82,14% 17,86% 100,00% Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Tatalaksana Kandang

Usaha yang dilakukan oleh PT GGLC merupakan penggemukan sapi potong dengan pola intensif. Sapi yang digemukan oleh PT GGLC hampir seluruhnya jenis Brahman Cross yang diimpor dari Australia. Fattening periode atau masa penggemukan yang dilakukan oleh PT GGLC adalah 90 hari dengan tiga fase, yaitu (1) fase adaptasi (1-15 hari) dimana sapi harus menyesuaikan diri terhadap pakan kulit nanas, (2) fase growing (16-60 hari), dan (3) fase finishing (60-90 hari). Fase adaptasi juga termasuk masa karantina, pada masa ini dilakukan spesimen, yaitu pengambilan sampel darah oleh Dinas Karantina Hewan Lampung untuk identifikasi penyakit dan untuk mencegah penyebaran penyakit. Spesimen tersebut dilakukan


(37)

pada 100% sapi betina dan 10% sapi jantan. Spesimen dilakukan pada 100% sapi betina dikarenakan sapi betina lebih berpotensi menyebarkan penyakit. Penimbangan individu dilakukan satu minggu setelah sapi tiba. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan bobot badan per ekor per hari (Add Daily Gain atau ADG) dan untuk mengelompokkan populasi sapi.

Bangunan kandang yang digunakan adalah kandang permanen yang memiliki kapasitas tampung 3m2/ekor dengan bobot badan sapi rata-rata 300 kg/ekor. Atap bangunan kandang adalah sistem terbuka, tujuannya adalah menjaga sirkulasi udara, pemberian atap dilakukan hanya untuk melindungi tempat pakan agar tidak kehujanan. Lantai kandang dibuat miring dengan kemiringan rata-rata 10o dengan tujuan untuk memudahkan cleaning (pembersihan lantai kandang). Lantai kandang pada musim kemarau dialasi ampas tebu (bagas) dan dilakukan cleaning 7-10 hari sekali, namun pada musim penghujan lantai kandang tidak dialasi bagas dan dilakukan cleaning manual setiap hari. Tujuan dari pemberian bagas pada lantai kandang adalah untuk mencegah resiko patah kaki pada sapi. Lantai tempat pakan dibuat agak miring untuk memudahkan sapi makan, sedangkan untuk tempat minum diberikan pelampung di atasnya dengan tujuan untuk mencegah agar air tidak meluap dan juga agar bak air minum tidak kosong. Perawatan kandang dilakukan antara lain dengan cara membersihkan dan menguras bak minum setiap hari.

Pengelompokan populasi sapi dalam kandang dikelompokkan menurut berat badan sapi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kecil (250-300 kg/ekor), (2) sedang (301-450 kg/ekor), dan (3) besar (451-600 kg/ekor), selain itu juga dikelompokkan menurut jenis sapi yaitu sapi pejantan afkir, jantan, betina dan betina afkir. Pengelompokkan menurut berat badan sapi dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan dalam mengkonsumsi pakan. Pengelompokan juga dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam seleksi sapi selama proses penjualan.

Tatalaksana Pakan

Ransum atau pakan yang diberikan terdiri dari kulit nanas sebagai bahan pakan utama dan juga terdiri dari konsentrat dan rumput segar atau rumput gajah (Pennisetum purpureum). Jumlah komposisi ransum yang diberikan berbeda setiap hari, dan disesuaikan pada setiap fasenya. Komposisi pemberian ransum pada ternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 3.


(38)

Tabel 3. Komposisi Pemberian Ransum pada Ternak Sapi Potong

Fase Jenis Pakan (%)

Kulit nanas Rumput Konsentrat Total

1. Adaptasi 53,29 21,90 24,81 100

2. Growing 57,36 9,56 33,08 100

3. Finishing 61,22 8,16 30,67 100

Kulit nanas yang diberikan harus difermentasi terlebih dahulu minimal selama tujuh hari . Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar tingkat keasaman atau part of hidrogen (Ph) yang semula hanya 4 diharapkan mampu mendekati Ph netral yaitu 5-6. Selain ketiga bahan pakan tersebut juga diberikan kulit nanas kering untuk merangsang sapi agar mau makan dan juga diberikan bungkil kedelai untuk sapi fase adaptasi dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein dan pemberian kapur agar pakan tidak mudah tengik. Pemberian pakan dilakukan lima kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.30; 10.00; 13.00; 16.00; 19.00 WIB dengan persentase masing-masing 20%. Pengadukan ransum dilakukan di dalam weagon (truk pengaduk pakan) dan jumlah pemberian per hari disesuaikan dengan umur penggemukan. Konsumsi ransum paling tinggi adalah pada fase growing. Untuk mengontrol kebutuhan pakan, maka dilakukan penimbangan terhadap pakan sisa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat palatabilitas pakan dan kondisi sapi. Pengadukan pakan dilakukan minimal dua kali setelah pemberian, dengan tujuan agar pakan tidak mudah tengik.

Tatalaksana Kesehatan

Pengontrolan kesehatan dilakukan setiap pagi hari. Apabila ada sapi sakit, maka secepat mungkin dilakukan pengobatan dengan pemberian vitamin dan antibiotik yang kemudian diisolasi dari sapi lain. Sapi yang sudah sehat dikembalikan ke populasinya, sedangkan sapi yang kira-kira tidak bisa sembuh langsung diafkir. Penyakit yang umumnya terjadi adalah diare sehingga sapi menjadi kurus dan juga penyakit patah kaki. Sapi yang patah kaki pada umumnya langsung diafkir karena jika sapi kakinya patah, maka sapi tidak mampu makan. Pemberian elektrolit dilakukan pada sapi fase adaptasi untuk mengurangi tingkat stress.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ternak sapi potong PT GGLC adalah 16 responden yang meliputi dua orang pedagang penerima, satu orang pedagang penerima yang berperan sebagai pedagang pemotong/pengecer, sembilan orang pedagang pemotong/pengecer, dua orang pedagang pengecer, satu orang agen dan satu orang pedagang pemborong. Karakteristik responden lembaga pemasaran berdasarkan pada umur, tingkat pendidikan terakhir, lama berdagang dan jumlah tenaga kerja tetap disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran yang Terlibat dalam Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC

Karakteristik Responden

Jumlah Responden

(Orang) (%) 1. Usia

(a) 26-39 Tahun 4 25,00

(b) 40-48 Tahun 9 56,25

(c) 49-55 Tahun 3 18,25

Total (1) 16 100,00

2. Tingkat Pendidikan

(a) Tamat SLTP/Sederajat 3 18,75

(b) Tamat SLTA/Sederajat 12 75,00

(c) Tamat PT 1 06,25

Total (2) 16 100,00

3. Lama Pengalaman Usaha

(a) 4-11 Tahun 3 18,75

(b) 12-20 Tahun 9 56,25

(c) 21-30 Tahun 4 25,00

Total (3) 16 100,00

4. Jumlah Tenaga Kerja Tetap

(a) 0-5 Orang 8 50,00

(b) 6-10 Orang 5 31,25

(c) 11-20 Orang 3 18,75

Total (4) 16 100,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa 100% responden digolongkan pada usia produktif (26-55 tahun), rata-rata usia responden adalah 44,19±7,87 tahun. Responden pedagang sapi potong sebagian besar (75,00%) berpendidikan


(40)

SLTA/Sederajat, 18,75% responden hanya mengenyam bangku SLTP/Sederajat dan sisanya 6,25% responden mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Penulis menggolongkan pengalaman usaha menjadi tiga berdasarkan simpangan baku, yaitu: cukup berpengalaman (4-11 tahun), berpengalaman (12-20 tahun) dan sangat berpengalaman (21-30 tahun). Sebanyak 56,25% responden memiliki pengalaman berusaha 12-20 tahun atau berpengalaman, cukup berpengalaman (18,75%) dan sangat berpengalaman (25%) dengan pengalaman usaha rata-rata 16,69±7,38 tahun. Rata-rata pengalaman berusaha pedagang ternak sapi potong cukup tinggi atau lama karena pedagang diharuskan memiliki kemampuan untuk menaksir kualitas dan kuantitas ternak sapi potong yang akan dibeli, misalnya menaksir umur ternak sapi, berat badan dan persentase karkas. Responden yang memiliki tenaga kerja 0-5 orang sebesar 50%, 6-10 orang sebesar 31,25% dan 18,75% responden memiliki tenaga kerja 11-20 orang.

Usaha berdagang ternak sapi potong bagi sebagian besar responden (93,75%) adalah sebagai usaha pokok, dan bagi 6,25% responden adalah sebagai usaha sampingan. Sebanyak 56% responden memiliki usaha lain seperti rental mobil, angkutan umum, warung kelontong dan perkebunan. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di setiap wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pedagang untuk Masing-masing Lembaga Pemasaran di Setiap Wilayah Penelitian Ternak Sapi Potong PT GGLC

Lembaga Pemasaran Bandar Lampung Bogor DKI Jakarta Jumlah (orang) (orang) (orang) (orang)

1. Pedagang Penerima 1 1 1 3

2. Pedagang Pemotong/Pengecer 3 3 3 9

3. Pedagang Pengecer 2 - - 2

4. Agen - 1 - 1

5. Pedagang Pemborong - - 1 1

Jumlah (orang) 6 5 5 16

Tabel 5 menunjukkan bahwa di setiap wilayah pemasaran terdapat masing-masing 1 pedagang penerima karena untuk menjaga permintaan agar tetap stabil. Pedagang penerima adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong di PT GGLC. Pedagang pemotong/pengecer adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong


(41)

dalam bentuk karkas atau non karkas (ternak hidup) dari pedagang penerima. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ternak sapi potong dalam bentuk karkas atau prosot. Agen adalah pedagang yang membeli atau menjual ternak sapi potong dalam bentuk karkas. Pedagang pemborong adalah pedagang yang hanya membeli bagian tertentu dari potongan hasil ternak sapi yang meliputi jeroan dan kaki. Konsumen terdiri dari konsumen lembaga (pengrajin kulit, pedagang bakso, katering, warung tenda dan rumah makan) dan konsumen individu.

Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari tangan produsen (PT GGLC) sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan cakupan wilayah, pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC meliputi Pulau Jawa dan Sumatra. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di Pulau Jawa meliputi wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di Pulau Sumatra meliputi wilayah Bandar Jaya, Bandar Lampung, Medan, Palembang dan Pekan Baru. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC berdasarkan wilayah pemasaran selama bulan Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC paling besar di Pulau Sumatra (561.580 kg atau 65,88%) karena pembeli dari wilayah tersebut lebih banyak. Berdasarkan penelitian maka pendistribusian ternak sapi potong untuk wilayah Bandar Lampung paling besar adalah di sub wilayah Pasar Kangkung (29.515 kg atau 3,46%). Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC untuk wilayah Bogor paling besar adalah di sub wilayah Pasar Anyar (78.284 kg atau 9,18%). Pendistribusian ternak sapi potong di wilayah DKI Jakarta paling besar adalah di sub wilayah Pasar Pulo Gadung (36.141 atau 4,24%), karena lokasi tersebut paling dekat dengan lokasi RPH sehingga jumlah pedagang yang melakukan pembelian ternak sapi potong lebih banyak. Berdasarkan lembaga pemasaran, maka pemasaran ternak sapi potong PT GGLC melibatkan agen, pedagang pemotong/pengecer, pedagang pengecer dan pedagang penerima.


(42)

Gambar 3. Distribusi Pemasaran Ternak Sapi Potong dan Karkas Berdasarkan Wilayah Pasar Selama Bulan Mei 2006

Saluran Pemasaran di Wilayah Bandar Lampung

Lembaga pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung meliputi pedagang penerima yang juga berperan sebagai pedagang pemotong/pengecer, pedagang pemotong/pengecer dan pedagang pengecer. Berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat, maka terdapat 8 saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah Bandar Lampung, yaitu: (1) PT GGLC → Pedagang Penerima/

PT GGLC Sumatra Jawa Bogor Pasar Anyar Pasar Bogor 11,51% 9,18% Pasar Gaplok Pasar Kemayoran Pasar Ampera Pasar Kramat Jati Pasar Pal Meriyem Pasar Pulo Gadung Pasar Rawa Mangun Pasar Rawa Sari Pasar Senen Pasar Gudang Lelang Pasar Kangkung Pasar Panjang Pasar Smep 2,33% 2,34% 2,08% 2,20% 1,99% 2,15% 4,24% 2,65% 2,86% 2,10% 2,88% 3,46% 1,43% 1,47% DKI Jakarta 22,61% Bandar Jaya Bandar Lampung Medan Palembang Pekan Baru 5,16% 9,25% 26,13% 16,89% 8,45% 34,10% 65,90% 852.452 Kg bobot hidup (100%)


(43)

Pemotong/Pengecer → Konsumen Lembaga, (2) PT GGLC → Pedagang Penerima/ Pemotong/Pengecer → Pedagang Pengecer → Konsumen Lembaga, (3) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Pedagang Pemotong/Pengecer → Konsumen Lembaga, (4) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Pedagang Pemotong/Pengecer → Pedagang Pengecer → Konsumen Lembaga, (5) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Konsumen Individu, (6) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Pedagang Pengecer → Konsumen Individu, (7) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Pedagang Pemotong/Pengecer → Konsumen Individu, dan (8) PT GGLC → Pedagang Penerima/Pemotong/Pengecer → Pedagang Pemotong/Pengecer → Pedagang Pengecer → Konsumen Individu. Saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah Bandar Lampung selama bulan Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan Lembaga Pemasaran yang Terlibat di Wilayah Bandar Lampung Selama Bulan Mei 2006

Gambar 4 menunjukkan bahwa seluruh ternak sapi potong PT GGLC (78.830 kg bobot hidup atau 100%) oleh produsen disalurkan kepada pedagang penerima. Sebanyak 62,56% atau setara dengan 49.315 kg bobot hidup diantaranya dipasarkan kepada pedagang pemotong/pengecer dalam bentuk ternak hidup. Sebanyak 16,39% atau setara dengan 12.290 kg bobot hidup oleh pedagang penerima disalurkan

48,81% 13,75% 16,39% 21,05% (II) 18,94% (78.830 Kg) 100% (I) (II) (III) (IV) PT GGLC Pedagang Penerima/ Pemotong/ Pengecer Pedagang Pengecer Konsumen Lembaga Pedagang Pemotong/ Pengecer Konsumen Individu

(III) 43,93% (VII) 4,88%

(I) 14,75% (V) 1,64% (VI) 2,11% (VIII) 1,38% (IV) 12,37% (IV) 13,75%


(44)

langsung kepada konsumen dalam bentuk potongan hasil ternak dan 21,05% atau setara dengan 16.595 kg bobot hidup dipasarkan kepada pedagang pengecer dalam bentuk prosot, karena pedagang penerima juga berfungsi sebagai pedagang pemotong/pengecer. Saluran III merupakan jalur yang paling banyak dilalui dengan total ternak sapi potong yang dijual adalah 38.477 kg bobot hidup (48,81%). Berdasarkan data yang diperoleh dalam pemasaran ternak sapi potong PT GGLC, maka terdapat 1 pedagang yang menggunakan semua saluran, yaitu pedagang penerima. Konsumen meliputi konsumen lembaga (katering, rumah makan dan warung tenda) dan konsumen individu. Sebanyak 70.939 kg atau 89,99% ternak sapi potong oleh lembaga pemasaran disalurkan kepada konsumen lembaga dan sisanya yaitu 7.891 kg atau 10,01% disalurkan kepada konsumen individu. Sistem pembayaran yang dilakukan pedagang penerima kepada produsen adalah secara tunai. Seluruh pedagang pemotong/pengecer dan pedagang pengecer melakukan pembayaran secara kredit kepada pedagang penerima atau pembayaran dilakukan setelah hasil potongan ternak sapi habis terjual di pasar.

Saluran Pemasaran di Wilayah Bogor

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah Bogor meliputi agen, pedagang pemotong/pengecer, pedagang pengecer dan pedagang penerima. Saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat di wilayah Bogor selama bulan Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat, maka terdapat 6 saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah Bogor, yaitu: (1) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Pedagang Pengecer Æ Konsumen Individu, (2) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Agen Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Pedagang Pengecer Æ Konsumen Individu, (3) PT GGLC

Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Konsumen Individu, (4) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Konsumen Lembaga, (5) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Agen Æ Pedagang Pemotong/Pengecer → Konsumen Individu, dan (6) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Agen Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Konsumen Lembaga.


(45)

Gambar 5. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan Lembaga Pemasaran yang Terlibat di Wilayah Bogor Selama Bulan Mei 2006

Pedagang pemotong/pengecer pada saluran II tidak bisa langsung membeli ternak sapi potong dari pedagang penerima karena tidak mendapat kepercayaan dari pedagang penerima dalam hal pembayaran. Gambar 4 menunjukkan bahwa saluran I merupakan saluran yang paling besar yaitu sebesar 83.990 kg bobot hidup (85,58%) bila dibandingkan. Saluran II yaitu sebesar 14.152 kg bobot hidup (14,42%), karena pedagang yang paling banyak terlibat adalah pedagang pemotong/pengecer. Sebanyak 85.894 kg atau 87,52% ternak sapi potong oleh lembaga pemasaran disalurkan kepada konsumen lembaga (katering, rumah makan dan warung tenda) dan sisanya (12.248 kg atau 9,73%) disalurkan kepada konsumen individu. Sistem pembayaran yang dilakukan pedagang penerima kepada PT GGLC adalah tunai. Sistem pembayaran yang dilakukan agen kepada pedagang penerima adalah kredit. Pada Saluran I, sebanyak 88,89% pedagang pemotong/pengecer melakukan pembayaran secara kredit kepada pedagang penerima dan sisanya (11,11%) melakukan pembayaran secara tunai.

Analisis Saluran Pemasaran di Wilayah DKI Jakarta

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah DKI Jakarta meliputi pedagang penerima, pedagang pemotong/ pengecer, pedagang pengecer dan pedagang pemborong. Berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat, maka terdapat 5 saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC di wilayah DKI Jakarta, yaitu: (1) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ

PT

GGLC Pedagang Penerima

Pedagang Pemotong/ Pengecer Agen Konsumen Individu 100% (I) 85,58% 14,42% (98.142 kg) (II) Pedagang Pengecer Konsumen Lembaga (II) 0,3% (VI) 12,70% (I) 2,86% (V) 1,42% (III) 7,9% (IV) 74,82%


(46)

Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Pedagang Pengecer Æ Konsumen Individu, (2) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Pedagang Pemborong Æ Konsumen Lembaga, (3) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Konsumen Lembaga, (4) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Konsumen Individu, dan (5) PT GGLC Æ Pedagang Penerima Æ Pedagang Pemotong/Pengecer Æ Pedagang Pemborong Æ Konsumen Individu. Saluran pemasaran ternak sapi potong PT GGLC berdasarkan lembaga pemasaran yang terlibat di wilayah DKI Jakarta selama bulan Mei 2006 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong PT GGLC Berdasarkan Lembaga Pemasaran yang Terlibat di Wilayah DKI Jakarta Selama Bulan Mei 2006

Gambar 6 menunjukkan bahwa PT GGLC memasarkan seluruh ternak sapi potong (55.909 kg atau 100%) kepada pedagang penerima dan oleh pedagang penerima langsung disalurkan kepada pedagang pemotong/pengecer. Sebanyak 300 kg atau 5,36% potongan hasil ternak oleh pedagang pemotong/pengecer disalurkan kepada pedagang pengecer, sebanyak 51.634 kg atau 92,33% disalurkan langsung kepada konsumen dan sisanya (3.975 kg potongan hasil ternak atau 7,11%) disalurkan kepada pedagang pemborong. Sebanyak 50.044 kg atau 89,51% potongan hasil ternak oleh lembaga pemasaran disalurkan kepada konsumen lembaga dan sisanya (5.865 kg atau 10,49%) disalurkan kepada konsumen individu. Sistem pembayaran yang dilakukan pedagang penerima kepada produsen (PT GGLC) adalah

PT GGLC Pedagang Penerima Pedagang Pemotong/ Pengecer Pedagang Pemborong Kaki dan Jeroan

100% (55.909 Kg) Konsumen Lembaga Konsumen Individu Pedagang Pengecer

100% (I) 5,36%

(III) 83,11% (IV) 4,42%

(II) 6,4% (V) 0,71% (II) 7,11%


(47)

tunai. Pada saluran I, sebanyak 90% pedagang pemotong/pengecer melakukan pembayaran secara kredit kepada pedagang penerima dan sisanya (10%) melakukan pembayaran secara tunai. Pada saluran II, pedagang pemborong melakukan pembayaran secara tunai kepada pedagang pemotong/pengecer.

Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran dilakukan baik oleh produsen maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC. Fungsi pemasaran dilakukan dalam proses penyampaian ternak sapi potong dari produsen sampai ke konsumen yang meliputi fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pemasaran yang dilakukan tidak selalu sama, baik dalam cakupan wilayah maupun lembaga pemasaran yang terlibat. Fungsi pemasaran yang dilakukan sesuai dengan nilai kegunaan yaitu waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan yang diberikan terhadap komoditi ternak sapi potong hingga sampai ke tangan konsumen.

Produsen atau PT Great Giant Livestock Company

Fungsi Pertukaran. PT GGLC membeli sapi bakalan (Brahman Cross) dari Australia dan pembeliannya dilakukan dua kali dalam satu bulan. Pembelian dilakukan dengan cara menyeleksi langsung sapi bakalan di Australia. Penimbangan sapi bakalan dilakukan di pelabuhan Panjang untuk memperoleh bobot badan total, sedangkan untuk mengetahui bobot badan sapi per ekor dilakukan penimbangan di kandang. Total pembelian sapi bakalan di PT GGLC selama tahun 1991-2005 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa total pembelian sapi bakalan tahun 1991-2005 di PT GGLC mengalami kenaikan rata-rata sebesar 24,38% setiap tahun. Penurunan pembelian sapi bakalan terjadi pada tahun 1992 sebesar 23,71%, karena pada tahun tersebut merupakan tahun-tahun awal pendirian PT GGLC sehingga produksi ternak sapi potong belum stabil. Penurunan pembelian sapi bakalan juga terjadi pada tahun 1998, 2001 dan 2003 masing-masing sebesar 74,76%; 16,38% dan 28,06%. Penurunan pembelian sapi bakalan yang paling besar terjadi pada tahun 1998 (74,76%) karena pada tahun tersebut tidak dilakukan pembelian sapi bakalan impor sama sekali. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis moneter yang menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah dengan mata uang asing sehingga


(48)

harga beli sapi bakalan impor menjadi tinggi. Pembelian sapi bakalan lokal dilakukan melalui program PIR Swadana.

Tabel 6. Pembelian Sapi Bakalan PT GGLC Selama Tahun 1991-2005

Tahun Populasi Pembelian (ekor) Kenaikan/

Awal Brahman Cross PO Lain-Lain Total Penurunan (%) (ekor) (Impor) (Lokal) (Impor+Lokal)

1991 944 3.911 1.302 5 5.218 -

1992 3.205 1.305 2.586 90 3.981 -23,71

1993 1.910 6.729 1.466 - 8.195 105,85

1994 1.954 13.355 1.389 - 14.744 79,91

1995 3.966 19.748 1.823 - 21.571 46,30

1996 6.189 28.379 464 15 28.858 33,78

1997 9.721 29.079 1.227 19 30.325 5,08

1998 9.529 - 5.748 1.907 7.655 -74,76

1999 3.282 2.822 6.621 107 9.550 24,76

2000 2.433 12.775 2.901 182 15.858 66,05

2001 3.479 10.827 1.730 704 13.261 -16,38

2002 2.550 12.354 2.548 1.803 16.705 25,97

2003 1.665 4.256 2.149 5.613 12.018 -28,06

2004 1.765 8.710 1.901 3.746 14.357 19,46

2005 2.734 19.604 1.707 4.111s 25.422 77,07

Jumlah 55.326 173.854 35.562 18.302 227.718 24,38 ± 49,42

Rata-Rata 3.688 12.418 2.371 1.525 15.181

Pembelian sapi bakalan lokal atau PO paling besar terjadi pada tahun 1998 dan 1999, yaitu masing-masing sebesar 7.655 ekor dan 6.728 ekor karena pada tahun tersebut PT GGLC hanya sedikit melakukan pembelian sapi bakalan impor sehingga tidak memenuhi target produksi. PT GGLC dalam memasarkan ternak sapi potong menerapkan 2 sistem harga jual yaitu: (1) harga loco yaitu harga jual di tempat produsen, sehingga biaya transportasi dan resiko di perjalanan dibebankan kepada pembeli dan (2) harga franco yaitu harga di pembeli atau harga jual ditambah biaya transportasi (Rp/kg bobot hidup), dimana perusahaan memfasilitasi transportasi melalui jasa ekspedisi (CV Sekar). Penjualan ternak sapi potong PT GGLC selama tahun 1991-2005 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Menunjukkan bahwa penjualan ternak sapi potong di PT GGLC mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,41% setiap tahun. Penjualan ternak sapi potong menurun pada tahun 1998, 1999, 2001 dan 2003 yaitu masing-masing sebesar 54,45%; 25,20%; 4,20% dan 32,25% karena pada tahun-tahun tersebut pembelian bakalan sapi juga menurun. PT GGLC pada tahun 1997 dan tahun 2000 tidak


(1)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG

PT GREAT GIANT LIVESTOCK COMPANY

LAMPUNG TENGAH

NI KETUT RATNIATI D34102008

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG

PT GREAT GIANT LIVESTOCK COMPANY

LAMPUNG TENGAH

Oleh

NI KETUT RATNIATI D34102008

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Februari 2007

Pembimbing Utama

Ir. Asi H. Napitupulu, MSc. NIP. 130 256 389

Pembimbing Anggota

Ir. Juniar Atmakusuma, MS. NIP. 130 804 891

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur. Sc. NIP. 131 624 188


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidorejo, Lampung Tengah pada tanggal 23 Agustus 1984. Penulis adalah anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak I Made Lantra dan Ibu Ni Wayan Siti.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Tanjung Ratu, Lampung Tengah. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 2 Abung Barat, Lampung Utara. Penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Krida Kartikatama Metro, Kodya Metro dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Sosial Ekonomi Ternak, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai panitia Lomba Cepat Tepat Fakultas Peternakan IPB tingkat SMU se-Jabodetabek tahun 2004. Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD). Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk Mata Kuliah Manajemen Usaha Peternakan dan Evaluasi Usaha Peternakan Program Diploma III tahun ajaran 2006/ 2007.


(4)

KATA PENGANTAR

Om Suastiastu

Atas asung kerta nugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa penulis panjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company Lampung Tengah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran ternak sapi potong PT GGLC dan mekanisme fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam pendistribusian ternak sapi potong tersebut, mengetahui struktur biaya, besar biaya dan marjin pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran dan menganalisis struktur, perilaku dan pelaksanaan pasar.

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan dalam membuat perencanaan khususnya perencanaan pemasaran, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memberi hasil yang memuaskan.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Om, Santi Santi Santi, Om.

Bogor, Februari 2007


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ………..……….………... i

ABSTRACT ………..…….……….. iii

RIWAYAT HIDUP ………....…….……….…….… iv

KATA PENGANTAR ………..………… v

DAFTAR ISI ..………. vi

DAFTAR TABEL ..………. viii

DAFTAR GAMBAR ...……… x

PENDAHULUAN ……..………. 1

Latar Belakang ………. 1

Perumusan Masalah ………. 2

Tujuan ………. 2

Kegunaan Penelitian ……… 3

KERANGKA PEMIKIRAN ………..….……. 4

TINJAUAN PUSTAKA ……….………..……... 6

Usaha Ternak Sapi Potong ..……….… 6

Karkas dan Daging Sapi ..………..… 6

Pemasaran ..……….……. 7

Lembaga dan Saluran Pemasaran ……….... 8

Fungsi Pemasaran .………..……… 9

Fungsi Pertukaran .…..………..…..……… 9

Fungsi Fisik ..………..………. 9

Fungsi Fasilitas .………..………. 10

Efisiensi Pemasaran …..……….….. 11

Biaya dan Marjin Pemasaran ... 12

METODE PENELITIAN ... 13

Lokasi dan Waktu penelitian ... 13

Populasi dan Sampel ……… 13

Desain Penelitian ..……….……… 13

Data dan Instrumentasi ...……… 14

Pengumpulan Data ..………. 14

Analisis Data .……… 14

Definisi Istilah ... 16

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 18

Sejarah dan Lokasi Perusahaan ... 18

Lingkup Usaha Perusahaan ………. 18

Struktur Organisasi Perusahaan ……… 19

Sarana dan Prasarana Perusahaan ……… 21


(6)

Tatalaksana Pemeliharaan Sapi ... 22

Tatalaksana Kandang ... 22

Tatalaksana Pakan ……….…… 23

Tatalaksana Kesehatan ……….……… 23

HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

Karakteristik Responden ... 25

Analisis Saluran Pemasaran ... 27

Saluran Pemasaran di Wilayah Bandar Lampung ……….. 28

Saluran Pemasaran di Wilayah Bogor …………..………... 30

Saluran Pemasaran di Wilayah DKI Jakarta ... 31

Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 33

Produsen atau PT Great Giant Livestock Company ... 33

Pedagang Pengirim ……….. 36

Pedagang Pemotong/Pengecer ………. 41

Pedagang Pengecer ……….. 44

Agen ..………... 45

Pedagang Pemborong ....……….. 45

Analisis Marjin Pemasaran ... 46

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah Bandar Lampung .. 46

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah Bogor ... 54

Analisis Marjin Pemasaran di Wilayah DKI Jakarta ... 59

Analisis Struktur Pasar, Perilaku Pasar dan Pelaksanaan Pasar ... 66

Struktur Pasar ... 66

Perilaku Pasar ... 67

Pelaksanaan Pasar ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN... 70

Kesimpulan ... 70

Saran ... 71

UCAPAN TERIMAKASIH ... 72

DAFTAR PUSTAKA... 74