Korelasi Kecerdasan Logis Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014
KOERELASI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DENGAN
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PERNYATAAN
MAJEMUK LOGIKA MATEMATIKA PADA SISWA
KELAS X SMA N 1 TIGABINANGA
TAHUN AJARAN 2013/2014
TUGAS AKHIR
SALSALINA BR SEMBIRING
112407020
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
KOERELASI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DENGAN
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PERNYATAAN
MAJEMUK LOGIKA MATEMATIKA PADA SISWA
KELAS X SMA N 1 TIGABINANGA
TAHUN AJARAN 2013/2014
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
SALSALINA BR SEMBIRING
112407020
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(3)
PERSETUJUAN
Judul :Korelasi Kecerdasan Logis Matematis
Dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014
Kategori :Tugas Akhir
Nama :Salsalina Br Sembiring
Nomor Induk Mahasiswa :112407020 Program Studi :D3 Statistika
Departemen :Matematika
Fakultas :Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2014
Disetujui Oleh:
Program Studi D3 Statistika FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si Dr.Suwarno Ariswoyo, M.Si NIP. 19531218 198003 1 003 NIP. 19500321 198003 1 001
i
(4)
PERNYATAAN
KORELASI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIAKAN PERNYATAAN
MAJEMUK LOGIKA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X SMA N 1 TIGABINANGA
TAHUN AJARAN 2013/2014
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
SALSALINA BR SEMBIRING 112407020
(5)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Korelasi Kecerdasan Logis Matematis Dengan Kemamapuan Menyelesaikan Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Statistika FMIPA USU yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku dosen pembimbing dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus. M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan, seluruh staff dan Dosen Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, pengawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayahanda tercinta Petrus Sembiring, Ibunda tercinta Asna Br Ginting dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
Penulis
Salsalina Br Sembiring
iii
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metode Penelitian 5
1.7 Tinjauan Pustaka 6
1.8 Sistematika Penulisan 9
BAB 2. LANDASAN TEORI 12
2.1 Kecerdasan Logis Matematis 12
2.2 Pernyataan Majemuk Logika Matematika
2.2.1 Konjungsi 15
2.2.2 Disjungsi 15
2.2.3 Implikasi 16
2.2.4 Biimplikasi 18
2.3 Uji Kenormalan 18
2.4 Uji Chi Kuadrat 19
2.5 Uji Homogenitas 20
2.6 Uji Korelasi 20
BAB 3. GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 TIGABINANGA 21
3.1 Profil SMA Negeri 1 Tigabinaga 21
3.2 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Tigabinanga 21
3.2.1 Visi SMA Negeri 1 Tigabinanga 22
3.2.2 Misi SMA Negeri 1 Tigabinanga 22
(7)
BAB 4 ANALISIS DATA 24
4.1 Populasi dan Sampel 24
4.1.1 Populasi 24
4.1.2 Sampel 24
4.2 Metode Penelitian 26
4.3 Instrumen Penelitian 26
4.3.1 Tes Intelegensi Logis Matematik 27
4.3.2 Tes Menyelesaikan Pernyataan Logika Matematika 27
4.4 Pengolahan Data 27
4.4.1 Kecerdasan Logis Matematis (X) 30
4.4.2 Menyelesaikan Logika Matematika 32
4.5 Uji Persyaratan Analisis 34
4.5.1 Uji Kenormalan 34
4.5.2 Uji Chi Kuadrat 36
4.5.3 Uji Homogenitas 40
4.5.4 Uji Hipotesis Penelitian 40
4.5.5 Pembahasan Penelitian 43
BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 44
5.1 Sekilas Tentang SPSS 44
5.2 Mengaktifkan SPSS 45
5.3 Membuka Lembar Baru 45
5.4 Pengisian Data 45
5.5 Pengolahan Data Uji Chi Kuadrat 46
5.6 Pengolahan Data Persamaan Korelasi 48
5.7 Pengolahan Data Uji Kenormalan 49
BAB 6 PENUTUP 50
6.1 Kesimpulan 51
6.2 Saran 51
LAMPIRAN
v
(8)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel
Tabel 1.1 Intrepretasi Koefisien Korelasi Nilai r 7
Tabel 2.1 Perangkai Dan Simbolnya 14
Tabel 2.2 Nilai Kebenaran Pernyataan Konjungsi 15
Tabel 2.3 Nilai Kebenaran Pernyataan Disjungsi 16
Tabel 2.4 Nilai Kebenaran Pernyataan Implikasi 17
Tabel 2.5 Nilai Kebenaran Pernyataan Biimplikasi 18 Tabel 2.6 Intrepretasi Koefisien Korelasi Nilai r 21
Tabel 4.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X 24
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Variabel X dan Y 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Logis Matematis 31
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Logis Matematika 33
Tabel 4.5 Uji Lilliefors Untuk Variabel X 35
Tabel 4.6 Uji Lilliefors Untuk Variabel Y 35
(9)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar
Gambar 5.1 Mengaktifkan SPSS 45
Gambar 5.2 Tampilan SPSS 45
Gambar 5.3 Data Yang Diolah 46
Gambar 5.4 Pilih Analyze, Descriptive Statistic, Chi-Square 46
Gambar 5.5 Weight Case 47
Gambar 5.6 Kotak Dialog Linier Regression 48
Gambar 5.7 Bivariate Correlation Options 48
Gambar 5.8 Uji Kenormalan 49
vii
(10)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligens ( 1983 ), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Beliau menamakan ketujuh komponen tersebut tujuh kecerdasan ganda. Selain
kecerdasan linguistik – verbal dan kecerdasan logis – matematis, kecerdasan lain juga meliputi kecerdasan spasial – visual, kecerdasan ritmik – musik, kecerdasan kinestik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.
Untuk menjadi benar – benar cerdas berarti mendapat nilai yang tinggi dalam sebagian besar dari ketujuh kecerdasan ganda. Meskipun sangat jarang
seseorang untuk unggul dalam ketujuh bidang kecerdasan, dapat dilihat bahwa
untuk menuju ke suatu kehidupan yang berhasil, kita harus mencapai nilai yang
paling tinggi, paling sedikit untuk empat sampai lima diantara kecerdasan ganda
tersebut. Kecerdasan yang dimiliki seseorang bisa diukur dengan seberapa
lancarnya seseorang itu menyelesaikan soal-soal kecerdasan ganda.
Dari tujuh kecerdasan ganda yang ditawarkan oleh pakar Dr. Howard
Gardner tersebut salah satunya adalah kecerdasan logis matematis menjelaskan
kemampuan seseorang untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola
(11)
Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat
mengikuti hukum dasar, dan ada konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf
Yunani Aristoteles mungkin adalah yang pertama kali mengidentifikasikan dan
menformalkan hukum logika. Hukum ini menjelaskan bagaimana argumentasi
disusun, bukti dan syarat dinyatakan dan kesimpulan tersebut.
Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah sehingga timbul hipotesis dari
pengamatan, hasil dari revolusi ilmiah masih kuat dirasakan sekarang, karena
alasan inilah Dr. Howard Gardner menyertakan kecerdasan logis matematis
sebagai salah satu kecerdasan yang paling penting dalam klasifikasinya.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya multi kecerdasan khususnya
kecerdasan logis matematis yang ditawarkan Howard Gardner. Sesuai dengan
penjelasan diatas muncul keinginan penulis untuk menegtahaui seberapa besar
penulis ingin mengetahui korelasi antara kecerdasan logis matematis dengan
kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika khususnya pada pernyataan majemuk logika matematika.
Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat
mengikuti hukum dasar, dan ada konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf
Yunani Aristoteles mungkin adalah yang pertama kali mengidentifikasikan dan
menformalkan hukum logika. Hukum ini menjelaskan bagaimana argumentasi
disusun, bukti dan syarat dinyatakan dan kesimpulan tersebut.
Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah sehingga timbul hipotesis dari
pengamatan, hasil dari revolusi ilmiah masih kuat dirasakan sekarang, karena
(12)
alasan inilah Dr. Howard Gardner menyertakan kecerdasan logis matematis
sebagai salah satu kecerdasan yang paling penting dalam klasifikasinya.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya multi kecerdasan khususnya
kecerdasan logis matematis yang ditawarkan Howard Gardner, penulis ingin
mengetahui korelasi antara kecerdasan logis matematis dengan kemampuan
menyelesaikan soal – soal matematika khususnya pada pernyataan majemuk logika matematika. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang
mengangkat judul “ Korelasi Kecerdasan Matematis Dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014 “.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah bagaimana sebenarnya
kecerdasan logis matematis siswa atau penalaran siswa dalam mengerjakan
soal-soal logis matematis dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pernyataan
majemuk logika matematika serta hubungan atau korelasi dari kecerdasan logis
matematis tersebu terhadap kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk
logika matematika.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pembahasan dalam tugas akhir ini agar tidak menyimpang
dari sasaran yang dituju, maka perlu membuat batasan ruang lingkup
(13)
analisa untuk mengetahui korelasi antara kecerdasan logis matematis dengan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika.
1.4 Tujuan Penelitinan
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana kecerdasan logis matematis siswa
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa menyelesaikan pernyataan majemuk
logika matematika
3. Mengetahui korelasi antara kecerdasan logis matematis dengan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika.
4. Sebagai bahan bandingan untuk penelitian berikutnya yang mengangkat
judul mengenai kecerdasan majemuk lain dalam teori Howard Gardner.
1.5 Metodelogi Penelitian
Metode penelitian adalah salah satu cara yang terdiri dari langkah – langkah atau urutan kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan
untuk melaksanakan penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari
penelitian itu terwujud. Penulis melakukan beberapa langkah – langkah untuk menyelesaikan penelitian, antara lain :
1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Penelitian kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan
(14)
dengan cara membaca dan mempelajari buku – buku perkuliahan atau umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu:
a. Data primer
b. Data skunder
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri atau perorangan atau
suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi – studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi atau media lain,
misalnya dari Badan Pusat Statistik (BPS), majalah, internet, keterangan – keterangan atau publikasi lainnya.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
dari tes intelegensi dan tes kemampuan yang disebarkan kepada siswa. Dan
metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survei.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai korelasi kecerdasan logis matematis dsengan kemampuan
menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika di SMA Negeri 1
(15)
1.7 Tinjauan Pustaka
Beberapa buku yang menjadi tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mewujudkan tulisan ini dikutip dari situs – situs internet yang membantu penulis menguraikan tentang teori multi kecerdasan dan pernyatan majemuk
logika matematika. Beberapa buku pendukung teori adalah sebagai berikut :
Metoda Statistika ( Sudjana, 1994 : 250 ) menerangkan bahwa pengujian
kesamaan dua varians atau lebih. Populasi – populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians homogen, untuk mengetahui data
ubahan penelitian varians yang homogen maka dilakukan uji F sebagai berikut :
Kemudian nilai F hitung disesuaikan dengan F tabel pada taraf signifikasi α, jika F hitung < F tabel berarti data adalah memiliki varians homogen.
Metoda Statistika ( Sudjana, 1994 : 368 ) menerangkan apabila garis regresi
yang terbaik untuk sekumpulan data berbentuk linier, maka derajat hubungannya
akan dinyatakan dengan r dan biasa dinamakan koefisien korelasi. Uji
korelasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besarkah
hubungan variabel X dengan variabel Y. Untuk hubungan variabel tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi antara X dan Y sebagai
berikut :
∑ ∑ ∑
√[( ∑ ) (∑ ][( ∑ ) (∑ ]
(16)
Keterangan :
Banyak data atau anggota
Anggota pada variabel bebas
Anggota pada variabel terikat
Korelasi dilambangkan dengan ( r ) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ). Apabila r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat sedangkan
arti harga r akan disesuaikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
Tabel 1.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien – – – – – Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199 -0,80 – (-1,000) -0,60 – (-0,799) -0,40 – (-0,599) -0,20 – (-0,399) -0,00 – (-0,199)
Sangat Kuat (positif)
Kuat (positif)
Cukup Kuat (positif)
Rendah (positif)
Sangat Rendah (positif)
Sangat Kuat (negatif)
Kuat (negatif)
Cukup Kuat (negatif)
Rendah (negatif)
Sangat Rendah znegatif)
Metoda Statistika ( Sudjana, 1994 : 47 ) untuk membuat daftar distribusi
frekuensi dengan panjang kelas yang sama maka dapat dilakukan dengan mencari
(17)
bawah kelas interval pertama yang diambil dari data terkecil atau nilai data
yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang
kelas yang sudah ditentukan.
Metoda Statistika ( Sudjana, 2005: 466 ) untuk menguji kenormalan suatu
populasi atau data setiap variabel dengan cara mencari rata- rata, standar deviasi
setiap data pada masing- masing variabel. Menghitung nilai zi pada setiap
pengamatan dengan rumus:
̅
Setelah nilai zi, maka dihitung peluang F(zi) = dan hitung nilai proporsi S(zi) =
dan hitung selisih F(zi) - S(zi) untuk
mengetahui nilai L0. Nilai yang paling besar diantara harga- harga mutlak disebut
nilai Lilliefors.
Statistik Nonparametrik ( Djarwanto, 2003 : 5 ) menerangkan uji chi square
adalah uji independensi, dimana suatu variabel tidak dipengaruhi atau tidak
ada hubungan dengan variabel lain. Uji ini hanya digunakan untuk menduga
barangkali ada beberapa faktor yang dipandang mempengaruhi adanya
hubungan, untuk itu dilakukan uji chi square sebagai berikut :
∑
Keterangan:
Chi Kuadrat
Frekuensi yang diperoleh
(18)
Frekuensi yang diharapkan Banyak kelas
Derajat kebebasan
Ketentuan yang digunakan adalah jika χ2 hitung < χ2 tabel pada taraf signifikasi 5% dengan db = k – 1.
“Teori Multi Kecerdasan”. Menurut Howard Gardner “IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran yang mutlak. Sebab kecerdasan dapat bervariasi
menurut konteksnya”. Dalam hal ini beliau melahirkan tujuh teori kecerdasan berupa: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual
– spasial, kecerdasan musical, kecerdasan kinetis, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Dari tujuh kecerdasan yang ditawarkan oleh
pakar Howard Gardner tersebut salah satunya adalah kecerdasan logis matematis
menggambarkan kemampuan seseorang untuk menangani bilangan dan
perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah.
Kompetensi Matematika ( Johanes, 2004 :76 ) menerangkan bahwa dua
variabel atau lebih pernyataan dapat digabungkan sehingga membentuk
pernyataan baru yang disebut pernyataan majemuk. Penggabungan tersebut
menggunakan kata hubung logika. Ada empat jenis pernyataan majemuk
antara lain konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi.
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan “ Tugas Akhir “ secara garis besarnya dibagi dalam 6 ( enam ) bab yang masing – masing bab dibagi atas beberapa sub
(19)
– sub bab yaitu sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang pengambilan judul, perumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, lokasi penelitian, metode penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hubungan antara kecerdasan logis matematis
dengan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika
dan menguraikan tentang pengertian kecerdasan logis matematis, pernyataan
majemuk logika matematika, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji korelasi.
BAB 3: GAMBARAN TEMPAT RISET
Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan struktur organisasi SMA Negeri 1
Tigabinanga.
BAB 4: ANALISIS DATA
Bab ini dilakukan analisis data dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji
korelasi.
(20)
BAB 5: IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini dilakukan analisis data dengan korelasi dengan menggunakan SPSS.
BAB 6 : PENUTUP
Bab ini memberikan beberapa kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil
(21)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1Kecerdasan Logis Matematis
Anak – anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat
belajar menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Selain itu, anak – anak yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu, anak – anak yang cerdas secara matematis senang melihat pola dalam informasi mereka
dan dapat mengingat bilangan dalam pikiran mereka untuk jangka waktu yang
lebih panjang.
Dengan teori kecerdasan ganda Howard Gardner menekankan, bahwa
kesamaan dari semua individu yang berhasil adalah bagi mereka yang memiliki
perpaduan yang kuat dari paling sedikit empat sampai lima dari tujuh kecerdasan
yang dijelaskan Dr. Howard Gardner .
Dari hasil analisa tersebut Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi
tujuh kategori yaitu :
a. Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa dan merangkai kata)
b. Kecerdasan logis matematis (berhitung, matematika, bermain dengan
angka.
c. Kecerdasan spasial – visual (kemampuan berimajinasi dengan ruang dan warna)
(22)
d. Kecerdasan musical (kemampuan bermusik, menyanyi, memainkan
instrumen)
e. Kecerdasan kinestesis/gerak tubuh (kemampuan berolahraga, menari,
senam)
f. Kecerdasan intrapersonal (kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi)
g. Kecerdasan interpersonal (kemapuan mengenal dan memahami diri sendiri)
Berikut ini akan dijelaskan butir mengenai kecerdasan logis matematis.
Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan seseorang untuk menangani
bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Kecerdasan ini
juga mencakup kemampuan untuk mengolah angka, matematika, dan juga hal -
hal lain yang berhubungan dengan angka.
Kecerdasan logis matematis mempunyai ciri – ciri antara lain :
a. Menghitung problem aritmatika dengan cepat diluar kepala
b. Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program logika
c. Suka menanyakan pertanyaan logis “ Mengapa langit biru ? “ d. Menjelaskan masalah secara logis
e. Merancang eksperimen untuk menguji hal – hal yang tidak dimengerti f. Mudah memahami sebab akibat
g. Menikmati pelajaran matematika, IPA dan berprestasi tinggi
Kekurangan kecerdasan logis matematis mengakibatkan sejumlah besar
problema individu dan budaya. Tanpa kepekaan terhadap bilangan, seseorang
(23)
memenangkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang keliru, dia
juga cenderung gagal dalam berbagai tugas yang memerlukan matematika
praktis.
2.2Pernyataan Majemuk Logika Matematika
Penekanan logika pada penarikan kesimpulan tentang validitas suatu argument
untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat abstrak, yang dibangun dengan
memakai kaidah- kaidah dasar logika tentang kebenaran dan ketidakbenaran yang
menggunakan perangkai logika, yakni: “dan (Konjungsi)”, “atau (Disjungsi)”,
“jika…maka…(Implikasi)”, dan “…jika dan hanya jika…( Biimplikasi)”.
Tabel 2.1 Perangkai dan Simbolnya
Perangkai Simbol
Dan(Konjungsi)
Atau (Disjungsi) v
Jika… maka… Implikasi →
Jika dan hanya jika (Biimplikasi) ↔
Suatu pernyataan dapat bernilai benar atau salah, sehingga ada dua
kemungkinan nilai untuk tiap satu pernyataan yaitu benar (B) atau salah (S). Oleh
karena itu, untuk gabungan dua pernyataan p dan q (pernyataan majemuk)
mempunyai komposisi nilai kebenaran ( τ ). Dengan kata lain suatu pernyataan
(24)
majemuk tidak diharuskan memiliki hubungan antara komponen– komponennya. Hal itu merupakan sifat yang mendasar di dalam logika matematika.
2.2.1Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “ dan “ dilambangkan dengan “ “. Konjungsi pernyataan p dan pernyataan q adalah (p q ) Suatu konjungsi akan mempunyai nilai benar, jika kedua pernyataan
benar, tetapi, jika salah satu atau kedua– duanya bernilai salah, maka konjungsi itu bernilai salah.
Tabel 2.2 Nilai Kebenaran Pernyataan Konjungsi
Contoh pernyataan majemuk konjungsi adalah :
“ Surabaya ibukota provinsi Jawa Timur dan 7 adalah bilangan genap ”
Maka dapat disimpulkan :
p : Surabaya ibukota provinsi Jawa Timur, berarti τ ( p ) = B
q : 7 adalah bilangan genap, berarti τ ( q ) = S, Berarti τ ( p q ) = S.
2.2.2Disjungsi
P q p q
B B B
B S S
S B S
(25)
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “ atau “ dilambangkan dengan “ v “. Disjungsi pernyataan p dan pernyataan q adalah (p v q). Suatu disjungsi akan mempunyai nilai salah, jika kedua pernyataan
salah,tetapi, jika salah satu atau kedua – duanya bernilai benar, maka disjungsi itu bernilai benar.
Tabel 2.3 Nilai Kebenaran Pernyataan Disjungsi
Contoh pernyataan majemuk disjungsi adalah :
“Semua bilangan prima ganjil atau jumlah sudut– sudut dalam segitiga adalah
180° “
Maka dapat disimpulkan :
p : Semua bilangan prima ganjil, berarti τ ( p ) = S
q : Jumlah sudut – sudut dalam segitiga adalah 180° , berarti τ ( q ) = B Berarti τ (p v q) = B.
P q p q
B B B
B S B
S B B
S S S
(26)
2.2.3 Implikasi
Implikasi atau pernyataan bersyarat adalah pernyataan majemuk dari pernyataan
p dan pernyataan q yang berbentuk ( p → q ) yang dibaca :
a. jika p, maka q
b. bila p, maka q
c. p hanya jika q
d. p syarat cukup bagi q
e. q syarat perlu bagi p
p disebut anteseden (sebab) dan q disebut sebagai konsukuen (akibat). Jadi, suatu implikasi menyatakan hubungan sebab – akibat walaupun pada dasarnya nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk tidak diharuskan ada hubungan antara
komponen– komponen pembentuknya. Suatu implikasi bernilai salah bila p bernilai benar dan q bernilai salah namun yang lainnya bernilai benar.
Tabel 2.4 Nilai Kebenaran Pernyataan Implikasi
P q p → q
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh pernyataan majemuk implikasi adalah :
“ Jika 3log 9 = 3, maka 3 adalah bilangan genap “ Maka dapat disimpulkan:
(27)
q : 3 adalah bilangan genap, berarti τ ( q ) = S, Berarti τ (p → q ) = B.
2.2.4 Biimplikasi
Biimplikasi atau implikasi dua arah adalah pernyataan majemuk dari pernyataan p
dan pernyataan q yang berbentuk ( p ↔ q ) yang dibaca p jika dan hanya jika q. Suatu biimplikasi bernilai benar bila kedua pernyataan mempunyai nilai
kebenaran yang sama.
Tabel 2.4 Nilai Kebenaran Pernyataan Biimplikasi
Contoh pernyataan majemuk biimplikasi adalah : “ Jika 3log 27 = 3, jika dan hanya jika 33 = 27 “ Maka dapat disimpulkan :
p : 3log 27 = 3, berarti τ ( p ) = B
q : 33 = 27, berarti τ ( q ) = B Berarti τ (p → q ) = B.
P q p ↔ q
B B B
B S S
S B S
S S B
(28)
2.3Uji Kenormalan
Uji kenormalan dilakukan secara parametric dengan menggunakan penaksir rata-
rata dan simpangan baku. Uji yang digunakan dikenal dengan nama Uji
Lilliefors. Untuk pengujian hipotesis nol ada beberapa prosedur yang dilakukan
sebagai berikut:
a. Pengamatan x1, x2,…,xn dijadikan bilangan baku z1, z2,…,zn dengan menggunakan rumus ̅
b. Hitung peluang F(zi) = P( zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi S(zi) z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi yaitu dengan rumus: S(zi) =
d. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya dan untuk menentukan harga Lilliefors yaitu nilai yang paling besar
e. Dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Lhit Ltab maka H0 diteriama, tapi jika Lhit > Ltab maka H0 ditolak
2.4Uji Chi kuadrat
Dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan rumus:
∑
(Djarwanto, 2003 : 5 )
Keterangan :
(29)
Frekuensi yang diperoleh
Frekuensi yang diharapkan Banyak kelas
Derajat kebebasan
Ketentuan yang digunakan adalah jika > maka H0 d i t o l a k , t a p i j i k a m a k a H0 d i t e ri m a d e n g a n taraf signifikasi 5% dengan db = k – 1.
2.5Uji Homogenitas
Selanjutnya untuk mengetahui data ubahan penelitian varians yang homogen
maka dilakukan uji F sebagai berikut :
( Sudjana, 1994 : 250 )
Kemudian nilai F hitung disesuaikan dengan F tabel pada taraf signifikasi α, jika Fhitung < F tabel berarti data adalah memiliki varians homogen.
2.6 Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besarkah
hubungan variabel X dengan variabel Y. Untuk hubungan variable tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(30)
Koefisien korelasi antara X dan Y
∑ ∑ ∑
√ ∑ (∑ ] ∑ ∑
Keterangan:
Banyaknya data atau anggota
Anggota pada variabel bebas
Anggota pada variabel terikat
Korelasi dilambangkan dengan ( r ) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ). Apabila r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat sedangkan
arti harga r akan disesuaikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai
(31)
Tabel 2.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Positif Nilai r Interval Koefisien – – – – – Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199 -0,80 – (-1,000) -0,60 – (-0,799) -0,40 – (-0,599) -0,20 – (-0,399) -0,00 – (-0,199)
Sangat Kuat (positif)
Kuat (positif)
Cukup Kuat (positif)
Rendah (positif)
Sangat Rendah (positif)
Sangat Kuat (negatif)
Kuat (negatif)
Cukup Kuat (negatif)
Rendah (negatif)
Sangat Rendah (negatif)
2.6 Hipotesis
H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
Kriteria Pengujian
thit ttab, maka H0 diterima
thit ttab, maka H0 ditolak
(32)
BAB 3
GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 TIGABINANGA
3.1 Profil SMA Negeri 1 Tigabinanga
Nama :SMA Negeri 1 Tigabinanga
Nomor Statistik : 304076006195
Provinsi :Sumatera Utara
Kecamatan :Tigabinanga
Kelurahan :Tigabinanga
Alamat :Jl. Kotacane Tigabinanga
Kode Pos :22162
Telepon :062-8410028
3.2 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Tigabinanga 3.2.1Visi SMA Negeri 1 Tigabinanga
Menjadikan SMA Negeri 1 Tigabinanga unggul dalam menguasai IPTEK dan
berperstasi dalam semua bidang ilmu. Mampu menguasai bahasa inggris yang
(33)
masing- masing siswa. Menjadikan SMA Negeri 1 Tigabinanga bertaraf Nasional
menuju Internasional.
3.2.2Misi SMA Negeri 1 Tigabinanga
1. Melaksanakan proses belajar mengajar dan bimbingan secara efektif,
efisien, menarik dan menyenangkan
2. Menyelenggarakan pendidikan yang bertaraf Nasional
3. Meningkatkan mutu sumber daya manusia
4. Meningkatkan kegiatan bimbingan belajar dan kelompok belajar untuk
menghadapi kegiatan olimpiade sains dan olahraga
5. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap
6. Meningkatkan kegiatan extrakurikuler
7. Meningkatkan pengalaman nilai Ketuhanan Yang Maha Esa kepada seluruh
warga sekolah
8. Meningkatkan kerja sama dengan alumni, instansi terkait dan masyarakat
9. Membudayakan motto SMA Negeri 1 Tigabinanga yaitu disiplin, hemat,
rajin, pandai, mandiri dan cinta setia pada pelajaran
10. Meningkatkan keberanian siswa dalam berani tampil didepan umum dalam
mengemukakan pendapat mereka
11. Meningkatkan sosialisai dengan masyarakat Tigabinananga tentang
pentingnya pendidikan.
(34)
3.3Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI SMA NEGERI 1 TIGABINANGA
JL.KOTACANE TIGABINANGA 22162,TELP (062)8410028
guru-guru
SISWA- SISWA KEPALA SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH
TATA USAHA
WAKEPSEK KESISWAAN
WAKEPSEK HUMAS WAKEPSEK
SARANA-PRASARANA WAKEPSEK
KURIKULUM
KORDINATOR BP/BK
KORDINATOR PERPUSTAKAAN
WALI KELAS
KORDINATOR LAB BIOLOGI KORDINATOR
LAB KIMIA KORDINATOR
(35)
Keterangan:
Kepala Sekolah :Menang Ginting
Tata Usaha :Ngalami Br Ginting
WAKEPSEK Kurikulum :Timbul Siburian
WAKEPSEK Sarana-prasarana :Jones Selman Pinem
WAKEPSEK Kesiswaan :Darius Sitepu
WAKEPSEK Humas :Raymun sebayang S.Pd
Kordianator BP/BS :Rosti Sinukaban
Kordinator Perpustakaan :Purnama Kaban S.Pd
Kordinator Lab Fisika :Ronauli Girsang
Kordinator Lab Kimia :Diana M Ginting
Kordinator Lab Biologi :Maya Roseny Purba
Guru-guru :Semua guru yang mengajar di SMA Negeri
1 Tigabinanga
Siswa-siswa :Semua siswa yang sekolah di SMA Negeri
1 Tigabinanga
(36)
BAB 4
ANALISIS DATA
4.1Populasi dan Sampel 4.1.1Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari penelitian ini yang akan
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tigabinanga
tahun ajaran 2013– 2014 yang berjumlah sebanyak 192 orang dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah populasi siswa kelas X SMA N 1 Tigabinanga
Kelas Populasi
X.1 32 orang
X.2 32 orang
X.3 32 orang
X.4 32 orang
X.5 32 orang
X.6 32 orang
Jumlah 192 orang
4.1.2Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi dalam penelitian
ini akan diambil sebgian sampel dari populasi yang dapat menggambarkan
keadaan populasi sebenaranya. Sistem pengambilan sampel yang digunakan
adalah sampel acak. Untuk memnentukan jumlah sampel yang diambil pada
(37)
Keterangan:
Jumlah sampel
Jumlah populasi (192 responden)
Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Dari jumlah sampel 66 responden tersebut kemudian ditentukan jumlah
masing- masing sampel menurut kelas siswa SMA Negeri 1 Tigabinanga dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Jumlah sampel setiap stratum
Jumlah seluruhnya
Jumlah populasi setiap stratum
Jumlah populasi seluruhnya
dengan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel menurut masing- masing
starata sebagai berikut:
(38)
karena jumlah siswa kelas 101-106 sama maka jumlah sampel yang diambil setiap kelas sama besar yaitu 11 0rang
4.2Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, penulis harus menetapkan metode apa
yang digunakan dalam penelitiannya. Hal ini diperlukan agar apa yang
menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian tercapai. Menurut Arikunto
(2002 : 136 ) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
4.3Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes intelegensi logis
matematis dan tes kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika
matematika. Pertanyaan pada tes intelegensi logis matematis diambil dari
Buku Wiwik Sulistyaningsih “Meraih Mukjizat Kecerdasan“. Sedangkan tes kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika
dilakukan dengan pemberian soal – soal logika matematika yang dibuat sendiri oleh penulis.
(39)
4.3.1Tes Intelegensi Logis Matematis
Pada tes intelegensi logis matematis telah disusun 20 pertanyaan mengenai
kecerdasan logis matematis dan berbagi kecerdasan logis lain yang mendukung.
Butir pertanyaan pada tes intelegensi logis matematis berjumlah 2 dan setiap
pertanyaan bernilai 5 dengan skor tertinggi penilaian yaitu 100 dan waktu
penyelesaian soal hanya 20 menit.
4.3.2Tes Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Metematika
Dalam tes ini penulis memberikan 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan
dengan logika matematika, setiap poin bernilai 10 dengan skor tertinggi
penelitian yaitu 100, dan waktu menyelesaikan soal hanya 10 menit.
4.4Pengolahan Data
Setiap data merupakan alat bagi pengambilan keputusan untuk dasar pembuatan
keputusan- keputusan atau untuk memecahkan suatu persoalan. Keputusan yang
baik dapat dihasilkan jika pengambilan keputusan tersebut didasarkan atas data
yang baik. Salah satu kegunaan dari data adalah untuk memperoleh dan
mengetahui gambaran tentang suatu keadaan atau permasalahan.
Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini ialah
1.Membuat tabulasi skor tes intelegensi logis matematis
2. Membuat tabulasi skor tes kemampuan menyelesaikan pernyataan
majemuk logika matematika
(40)
3. Mencari korelasi kecerdasan logis matematis dengan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yakni kecerdasan logis matematis
sebagai variabel X dan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika
matematika sebagi variabel Y. Berdasarkan pengolahan data akan diuraikan
tentang deskripsi data, pengujian persyaratan analisis dan pegujian hipotesis.
Berdasarkan data penelitian dari lapangan diperoleh nilai dari kecerdasan logis
matematis ( X ) dan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika
matematika ( Y ) sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Variabel Kecerdesan Logis Matematis (X) dan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika (Y)
NO NAMA SISWA X Y X2 Y2 XY
1 Meintina Br S 40 40 4225 1600 2600
2 Selvi arista 70 50 4900 2500 3500
3 Heko liasmana calia 50 50 10000 2500 5000
4 Putri malasari br g 85 90 8100 8100 8100
5
Suka sari br g 60 60 3600 3600 3600
6 Marina juwita br t 75 40 5625 1600 3000
7 Apriyanti br g 75 70 5625 4900 5250
8 Chaisar nero 60 60 3600 3600 3600
9 Yuni Novelina br s 95 90 9025 8100 8550
10 Feri irawan kaban 55 40 3025 1600 2200
11 Jonli pramana g 95 100 9025 10000 9500
12 Resky victonius g 80 90 10000 8100 9000
13 Ferry anggara 95 90 9025 8100 8550
14 Ricky saputra 90 90 8100 8100 8100
15 Ruben julius 35 10 1225 1600 1400
16 Era inovandri 45 50 2025 2500 2250
NO NAMA SISWA X Y X2 Y2 XY
17 Nuraini 70 70 4900 4900 4900
(41)
20 Roma paulus S 50 40 10000 1600 4000
21 Ceyne Febine S 70 60 4900 3600 4200
22 Febriani Syahpitri 60 70 7225 4900 5950
23 Dewi apriana pinem 60 70 6400 4900 5600
24 Kiki jolanda Br Ka 75 70 5625 4900 5250
25 Ristina tri putrid 85 70 7225 4900 5950
26 Eggie eldana S 70 90 4900 8100 6300
27 Mariska br ginting 85 80 7225 6400 6800
28 Dwi krisnanda semb 90 80 8100 6400 7200
29 Modalta sebayang 65 40 4225 1600 2600
30 Sintia Teresia 90 90 8100 8100 8100
31 Ebeneser Tarigan 65 70 7225 4900 5950
32 Dani Ariyanta 80 70 6400 4900 5600
33 Joi Hartin Sebayang 55 70 3025 4900 3850
34 Nertina Elisa Br S 50 30 2500 100 500
35 Trinopi Melani 90 90 8100 8100 8100
36 Rikki Arjuna G 95 90 9025 8100 8550
37 Berlian Astria Br T 90 90 8100 8100 8100
38 Anggrifa Stepani 70 60 4900 3600 4200
39 Efa Kristiani Br G 30 40 900 1600 1200
40 Indra Syahputra S 70 80 4900 6400 5600
41 Emisura Safitri 85 80 7225 6400 6800
42 Emia Rimnalta Br P 80 80 6400 6400 6400
43 Jaka Sura Leonardo 95 80 9025 6400 7600
44 Sri Rahayu 95 90 9025 8100 8550
45 Trio Elkana 50 40 2500 1600 2000
46 Deo Ananda Ginting 55 40 3025 1600 2200
47 Siska Eninta Br Situ 85 90 7225 8100 7650
48 Ali Saputra Ginting 45 40 5625 1600 3000
49 Albi 70 60 4900 3600 4200
50 Erika 60 70 8100 4900 6300
51 Seri Deski 70 60 4900 3600 4200
52 Pitra Ulina Br G 55 40 3025 1600 2200
53 Rinaldo Karo-Karo 50 40 2500 1600 2000
54 Yunna Siska Br Surb 80 80 6400 6400 6400
55 Heri Fernando 80 90 6400 8100 7200
56 Kristiani Lisma Vera 60 70 6400 4900 5600
57 Era Kristiani Br G 40 50 1600 2500 2000
NO NAMA SISWA X Y X2 Y2 XY
58 Gembira Timanta K 60 60 3600 3600 3600
59 Pikki Arjuna Ginting 95 90 9025 8100 8550
(42)
60 Niken Br Ginting 70 80 4900 6400 5600
61 Mentari Br Semb 50 50 2500 2500 2500
62 Juli Br Karo 80 80 6400 6400 6400
63 Tommy Sembiring 70 70 4900 4900 4900
64 Pani Br Sembiring 60 70 3600 4900 4200
65 Dirga Br Tarigan 85 80 7225 6400 6800
66 Lela Br Tarigan 90 90 8100 8100 8100
JUMLAH 4640 4450 345250 326000 331500
RATA-RATA 73.41 67.58
Dari tabel diatas dapat dibuat distribusi frekuensi dari variabel penelitian
kecerdasan logis matematis (X) dan kemampuan menyelesaikan pernyataan
majemuk logika matematika (Y).
4.4.1Kecerdasan Logis Matematis (X)
Berdasarkan data yang telah didapat dari tes kecerdasan logis matematis dapat
dibuat distribusi frekuensi, mean dan standart deviasi dari variabel tersebut,
untuk memudahkan pembuatan daftar distribusi frekuensi terlebih dahulu
dilakukan langkah- langkah berikut :
a. Rentang (r) = =
=
b. Banyak Kelas (k) = = =
= ( dibulatkan menjadi 7) c. Interval (p) =
(43)
=
= ( 9 atau 10) d. Daftar Distribusi Frekuensi
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi skor kecerdasan logis matematis (X)
No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
1 30- 39 2 3,03%
2 40- 59 4 6,06%
3 50- 69 10 15,15%
4 60- 79 10 15,15%
5 70- 89 14 21,21%
6 80- 89 13 19,70%
7 90- 99 13 19,70%
Jumlah 66 100%
e. Mean = ∑
=
=
f. Standart Deviasi
∑ ∑ 21529600
∑
√ ∑ (∑
(44)
√
√
√
4.4.2Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika
Berdasarkan data yang telah didapat dari tes kemampuan menyelesaikan
pernyataan majemuk logika matematika dapat dibuat distribusi frekuensi, mean
dan standart deviasi dari variabel tersebut, untuk memudahkan pembuatan
daftar distribusi frekuensi terlebih dahulu dilakukan langkah – langkah berikut :
a. Rentang (r)
b. Banyak Kelas (k)
(dibulatkan menjadi 7) c. Interval (p)
(45)
(12 atau 13) d. Daftar distribusi frekuensi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menyelesaika Pernyataan Majemuk Logika Matematika (Y)
No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
1 10-22 1 1,52%
2 23-35 1 1,52%
3 36-48 11 16,67%
4 49-61 12 18,18%
5 62-74 15 22,73%
6 75-87 10 15,15%
7 88-100 16 24,24%
Jumlah 66 100%
e. Mean ∑
a. Standart Deviasi
∑
∑
√ ∑ (∑
√
√
√
(46)
4.5.1 Uji Persyaratan Analisis 4.5.1Uji Kenormalan
Untuk menguji kenormalan suatu data dilakukan secara parametrik dengan
menggunakan penaksir rata-rata dan simpangan baku, maka dalam bagian ini
diperlihatkan uji kenormalan secara nonparametrik. Uji yang digunakan dikenal
dengan Lilliefors.
Dengan menggunakan uji Lilliefors (L0) dengan melalui prosedur
prosedur yang telah ada yaitu setelah diketahui ̅ dan s setiap populasi masing-masing variabel. Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
Dengan Kriteria pengujian yaitu:
Lhit Ltab berarti H0 ditolak
Lhit Ltab berarti H0 diterima
Tabel 4.7 Uji Liliefors (L0) untuk kecerdasan logis matematis (X)
Xi fi fkum Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
30 1 1 -2,35 0,0094 0,01515 0,00575
35 1 2 -2,06 0,0197 0,03030 0,0106
(47)
45 2 6 -1,48 0,0694 0,09090 0.0215
50 6 12 -1,19 0,117 0,18181 0,06481
55 4 16 -0,89 0,1867 0,24242 0,05572
60 8 24 -0,60 0,2742 0,36363 0,08943
65 2 26 -0,31 0,2783 0,39393 011563
70 11 37 -0,02 0,492 0,56060 0,0686
75 3 40 0,27 0,6064 0,60606 0,00034
80 6 46 0,57 0,7157 0,69696 0,01874
85 7 53 0,86 0,8051 0,80303 0,00207
90 6 56 1,15 0,8749 0,84848 002642
95 7 66 1,44 0,9236 1 0,0749
Dari kolom terakhir pada tabel 4.7 diatas L0 = 0,0749. Dengan n = 66 dan
taraf nyata α = 0,05 didapat dari tabel Ltabel = 0,1090. Jadi L0 (0,0749) < Ltabel (0,1090) sehingga H0 diterima berarti data variabel X berdistribusi normal.
Tabel 4.8 Uji Liliefors (L0) untuk Kemampuan menyelesaikan logika matematika
Xi f fkum zi F(zi) S(zi) F(zi) - S(zi)
10 1 1 -2,91 0,0019 0,015152 0,01325 30 1 2 -1,9 0,0287 0,030303 0,0016 40 11 13 -1,39 0,0823 0,19697 0,11467 50 5 18 -0,88 0,1894 0,272727 0,08333 60 7 25 -0,38 0,352 0,378788 0,02679 70 15 40 0,13 0,5517 0,606061 0,05436 80 10 50 0,64 0,7389 0,757576 0,01868 90 15 65 1,15 0,8749 0,984848 0,10995
100 1 66 1,65 0,9505 1 0,0495
Dari tabel 4.8 diatas didapat L0 = 0,0495. Dengan n = 66 dan taraf nyata 0,05
didapat dari tabel Ltabel = 0,1090. Jadi L0 (0,0495) < Ltabel (0,1090) sehingga H0
diterima berarti data variabel Y berdistribusi normal.
4.5.2Uji Chi Kuadrat ( χ2)
Untuk menguji kebebasan antara dua sampel (variabel) yang disusun dalam table
baris dan kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk
(48)
memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang
diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel
tersebut mengikuti suatu distribusi yang ditetapkan. Jadi untuk menguji hubungan
atau keselarasan antara kedua variabel tersebut maka dilakukan uji Chi kuadrat.
Dalam menyusun tabel baris dan kolom pada data logis matematis dengan
logika matematika, maka akan dilakukan beberapa prosedur sebagai berikut:
f. Rentang (r)
g. Banyak Kelas (k)
(dibulatkan menjadi 7) h. Interval (p)
(12 atau 13)
Tabel 4.9 Kriteria Logis Matematis dengan Logika Matematika Berdasarkan Skor Nilai Interval
Variabel X Interval Skor Nilai Setiap Variabel
Variabel Y 10-22 23-35 36-48 49-61 62-74 75-87 88-100 Jumlah
(49)
Matematis Logika Matematika
0 2 4 18 13 16 13 66
Jumlah 1 3 15 30 28 26 29 132
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kriteria logis matematis dan logika
matematika yang interval skor nilai 10-22 adalah 1 orang, skor 23-35 adalah 3
orang, skor 36-48 adalah 15 orang, skor 49-61 adalah 30 orang, skor 62-74 adalah
28 orang, 75-87 adalah 26 orang, dan skor 88-100 adalah 29 orang.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan skor logis matematis dengan skor
logika matematika maka jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang
diamati ditentukan dengan rumus:
∑ ∑
Dimana:
fe = Banyak data teoritik
fkolom = Jumlah kolom
fbaris = Jumlah baris
Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang
diamati sebagai berikut:
(50)
Setelah mendapat nilai frekuensi yang diharapkan maka dapat dicari harga chi
kuadrat pada tabel 4.6 dibawah ini dengan rumus:
∑
Tabel
NO f0 fh f0- fh (f0- fh)2 (f0-fh)2\fh
1 1 0,5 0,5 0,25 0,5
2 1 1,5 -0,5 0,25 0,17
3 11 7,5 3,5 12,25 1,63
4 12 15 -3 9 0,6
5 15 14 1 1 0,07
6 10 13 -3 9 0,69
7 16 14,5 1,5 2,25 0,16
8 0 0,5 -0,5 0,25 0,5
9 2 1,5 0,5 0,25 0,17
10 4 7,5 -3,5 12,25 1,63
11 18 15 3 9 0,6
12 13 14 -1 1 0,07
13 16 13 3 9 0,69
14 13 14,5 -1,5 2,25 0,16
Jumlah 7,64
Jadi dari tabel 4.6 diproleh nilai chi kuadrat ( χ2)
(51)
H0 : Tidak ada hubungan antara logis matematis dengan pernyataan majemuk
logika matematika
H1 : Ada hubungan antara logis matematis dengan pernyatan majemuk logika
matematiaka
Bandingkan nilai Chi kuadrat hitung dengan db (derajat kebebasan) dari
masalah yang diteliti yaitu:
dengan α =0,05 diperoleh:
1,64
Nilai yaitu 7,64 > 1,64 maka H0 ditolak artinya ada hubungan antara logis matematis dengan kemampuan menyelesaikan pernyataan
majemuk logika matematika. Semakin besar skor logis matematis yang didapat
oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tigabinnaga maka semakin besar skor logika
matematikanya karena ada hubungan antara variabel tersebut.
4.5.2Uji Homogenitas
(52)
Uji homogenitas atau uji dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua data
tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Uji
homogenitas dapat dilakukan dengan uji perbandingan varians terkecil.
Diperoleh nilai F = 0,87 disesuaikan pada F tabel dengan taraf
signifikasi α=5%, diperoleh F tabel sebesar = 1,69. Jika F hitung < F tabel berarti data tersebut mempunyai varians yang homogen.
F tabel = 1,19
F hitung < F tabel ( 0,87 < 1,19 ), maka data pada kedua populasi tersebut
memilik varians yang homogen atau variansnya sama besar.
4.5.3Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menentukan besarnya korelasi kecerdasan logis matematis dengan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika dihitung
dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√ ∑ (∑ ] ∑ ∑
Dihitung terlebih dahulu harga- harga sebagai berikut:
(53)
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
Dengan memasukkan harga- harga teresebut kedalam rumus, maka diproleh harga
rxy
√[( ( ][ ( ]
√
√
√
Dari perhitungan korelasi product moment dengan angka kasar diperoleh
koefisien korelasi antara X dan Y sebesar 0,848 yang artinya adalah adanya
(54)
hubungan yang tinggi atau kuat antara kecerdasan logis matematis dan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika.
Dengan besar rxy = 0,848 dapat dihitung besar angka keberartian
korelasi variabel X dan Y, untuk itu digunakan rumus t sebagai berikut:
√
√
√ √ √
√
Dengan harga rxy sebesar 0,848 diperoleh t hitung sebesar 24,142 Harga nilai t ab el jika taraf nyata α = 0, 05, m aka dengan dk = 64, dari daft ar di stri busi t di dapat untuk uji dua pihak adalah 2,01. Oleh karena
t hitung > t tabel ( 24.142 > 2.01), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
H0 ditolak yang berarti adanya hubungan yang signifikan yang berarti antara
kecerdasan logis matematis dengan kemampuan menyelesaikan pernyataan
(55)
4.5.4 Pembahasan Penelitian
Kesimpulan penelitian tentang korelasi antara kecerdasan logis matematis dan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Tigabinanga Tahun Pembelajaran 2013 – 2014, ternyata tidak menyimpang dari acuan landasan teoritis penelitian ini. Dari analisis
deskripsi ditemukan bahwa secara umum kecerdasan logis matematis pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Tigabinanga Tahun Pembelajaran 2013 – 2014 tergolong cukup baik dengan nilai mean sebesar 70,30 dan kemampuan menyelesaikan
pernyataan majemuk logika matematika pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Tigabinannga Tahun Pembelajaran 2013 – 2014 tergolong baik dengan nilai mean sebesar 67,42
Dari hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar diperoleh nilai korelasi variabel X dan Y sebesar
0,848 yang berarti adanya hubungan yang rendah atau lemah antara kecerdasan
logis matematis dan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika
matematika.
Dari hasil perhitungan uji keberartian korelasi dengan menggunakan uji t
diperoleh harga t hitung sebesar 24,142. Harga t tabel untuk n - 2 = 66 - 2 = 64
pada taraf signifikasi 5% adalah 2,01 Oleh karena thit > ttab ( 24,42 > 2.01 ),
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak yang berarti adanya
hubungan yang signifikan dan berarti antara kecerdasan logis matematis
dengan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika.
(56)
BAB 5
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1Sekilas Tentang SPSS
SPSS ( Statistical Package For Service Solution ) dibuat pada tahun 1968 oleh mahasiswa dari Standford University. SPSS pada awalnya merupakan salah satu
paket program olah data statistik yang ditujukan untuk analisis data ilmu – ilmu sosial, yang dahulu bernama Statistical Package For Service Solution. Seiring dengan perkembangannya, SPSS berubah nama sesuai dengan kebutuhannya.
SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan
perbaikan mutu (quality improvement), serta riset-riset sains. Sekarang
kemampuan SPSS diperluas untuk melayani berbagai jenis pengguna (user),
seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu sains dan lainnya. SPSS juga
sudah mampu memproses data statistik pada berbagai bidang ilmu, baik ilmu
sosial maupun non sosial. Penggunaan SPSS dimaksudkan untuk melakukan
analisis dengan cepat.
5.2Mengaktifkan SPSS
Klik tombol start pada windows, kemudian klik program, lalu klik SPSS. Selain cara itu, program SPSS bisa diaktifkan melalui icon shortcut pada tampilan desktop, yaitu dengan cara klik dua kali pada icon shortcut SPSS pada tampilan desktop maka akan muncul segera program SPSS.
(57)
Gambar 5.1 Mengaktifkan SPSS
5.3 Membuka Lembar Baru
Dari tampilan yang muncul pada saat membuka SPSS, pilih type in data
untuk membuat data baru atau dari menu File, pilih new, maka akan muncul jendela editor, kemudian klik data.
Gambar 5.2 Tampilan awal SPSS
5.4Pengisian Data
1. Aktifkan jendela data dengan mengklik data view, yang terletak disudut kiri bawah jendela editor.
(58)
2. Selanjutnya ketikkan data yang sesuai untuk setiap variabel yang telah
didefenisikan.
Gambar 5.3 Data yang diolah
5.5 Pengolahan Data dengan Uji Chi Kuadrat ( χ2 )
1. Pada data klik weight case akan muncul gambar sebagai berikut:
Gambar 5.4 Pilih Analyze, Descriptive statistic, Chi – Square
2. Tampilkan file yang akan ditentukan oleh uji chi kuadrat ( χ2) pada jendela editor yang tampak. Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu
D e s c r i p t i v e s t a t i s t i c s dengan cursor, dan pilih explore yang keluar pada monitor.
(59)
Gambar 5.9 weight case
5.6Pengolahan Data dengan Persamaan Korelasi
1. Tampilkan file yang akan ditentukan oleh persamaan korelasi pada jendela
editor yang tampak.
2. Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu Correlate dengan cursor, dan pilih Bivariate yang keluar pada tampilan editor.
Gambar 5.5 Pilih Analyze, Correlate, Bivariate
3. Setelah muncul kotak dialog, kemudian sorot variabel X dan Y dan pindahkan
ke kotak Variabels.
(60)
Gambar 5.6 Kotak Dialog Linier Regression
4. Klik Pearson, Two – tailed dan Flag Significant Correlations pada kotak dialog Bivariate Correlations.
5. Klik Options, pada kotak dialog bivariate correlations options statistic check
Means and standart deviations dan Cross – product deviations and covariances lalu klik Continue, untuk melanjutkannya lalu klik OK.
Gambar 5.7 Bivariate Correlations Options
(61)
5.7Pengolahan Data dengan Uji Kenormalan
1. Klik Analyze – pilih descriptive statistics dan pilih sub menu explore masukkan variabel x ke dependent. Untuk variabel y juga lanbgkah- langkah
mencari kenormalanya seperti variabel y centang seperti gambar 5.8 dibawah ini
Gambar 5.8 Uji Kenormalan
2. Dan Klik OK
(62)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan1. Kecerdasan logis matematis memiliki korelasi kuat atau tinggi dengan
kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika,
ketika seorang siswa memiliki kecerdasan logis matematis dengan skor tinggi,
maka kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika
juga relatif sama.
2. Perkembangan matematis anak setidaknya dipengaruhi pula oleh
kecerdasan dominan yang dimiliki berdasarkan pembagian kecerdasan
menurut teori kecerdasan majemuk.
6.2Saran
1. Kepada tenaga pengajar agar benar – benar memperhatikan perkembangan kecerdasan siswa yang disesuaikan dengan kecerdasan apa yang dimiliki oleh
siswa tersebut, dengan demikian memudahkan pendidik untuk
mengembangkan kemampuan atau potensi siswa sesuai dengan kecerdasan
(63)
matematis yang tinggi, maka akan lebih baik jika pengajar memberikan
kesempatan seluas – luasnya bagi murid tersebut untuk mengembangkan potensi sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
2. Kepada orangtua jangan memaksakan kemampuan anak, karena belum tentu
pandangan orangtua terhadap kemampuan anak dimiliki oleh anak tersebut,
orang tua juga dapat menilai atau melihat kemampuan apa yang dimiliki oleh
anaknya, sehingga orangtua dapat memberikan motivasi atau saran
terhadap kemampuan yang dimiliki anak.
3. Kepada siswa juga dapat menilai diri kemamapuan apa yang dia milikinya.
Agar siswa juga tidak memaksakan diri terhadap kemammpuan yang
sebenarnya dia tidak miliki.
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Surahasmi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Lwin, May dkk. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen
Kecerdasan. Yogyakarta: PT. INDEKS
Sulistyaningsih, Wiwik. 2008. Meraih Mukjizat Kecerdasan Tes Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Handayani,Wahyu. 2013,Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Uang Primer Pada Otoritas Moneter Di Indonesia. [Tugas Akhir]
Karoja, Dedi.2011,Korelasi Kecerdasan Matematis Dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majaemuk Logika Matematyika Pada Siswa Kelas X SMA Swasta Dharma Pancasila Medan Tahun Pembelajaran 2010-2011. [Tugas Akhir]
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Djarwanto. 2003. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE Johanes. 2004. Kompetensi Matematika. Jakarta: Yudhistira
(1)
Gambar 5.9 weight case
5.6Pengolahan Data dengan Persamaan Korelasi
1. Tampilkan file yang akan ditentukan oleh persamaan korelasi pada jendela editor yang tampak.
2. Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu Correlate dengan cursor, dan pilih Bivariate yang keluar pada tampilan editor.
Gambar 5.5 Pilih Analyze, Correlate, Bivariate
3. Setelah muncul kotak dialog, kemudian sorot variabel X dan Y dan pindahkan ke kotak Variabels.
(2)
Gambar 5.6 Kotak Dialog Linier Regression
4. Klik Pearson, Two – tailed dan Flag Significant Correlations pada kotak dialog Bivariate Correlations.
5. Klik Options, pada kotak dialog bivariate correlations options statistic check Means and standart deviations dan Cross – product deviations and covariances lalu klik Continue, untuk melanjutkannya lalu klik OK.
Gambar 5.7 Bivariate Correlations Options
(3)
5.7Pengolahan Data dengan Uji Kenormalan
1. Klik Analyze – pilih descriptive statistics dan pilih sub menu explore masukkan variabel x ke dependent. Untuk variabel y juga lanbgkah- langkah mencari kenormalanya seperti variabel y centang seperti gambar 5.8 dibawah ini
Gambar 5.8 Uji Kenormalan 2. Dan Klik OK
(4)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan1. Kecerdasan logis matematis memiliki korelasi kuat atau tinggi dengan kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika, ketika seorang siswa memiliki kecerdasan logis matematis dengan skor tinggi, maka kemampuan menyelesaikan pernyataan majemuk logika matematika juga relatif sama.
2. Perkembangan matematis anak setidaknya dipengaruhi pula oleh kecerdasan dominan yang dimiliki berdasarkan pembagian kecerdasan menurut teori kecerdasan majemuk.
6.2Saran
1. Kepada tenaga pengajar agar benar – benar memperhatikan perkembangan kecerdasan siswa yang disesuaikan dengan kecerdasan apa yang dimiliki oleh siswa tersebut, dengan demikian memudahkan pendidik untuk mengembangkan kemampuan atau potensi siswa sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Seorang siswa yang ternyata memiliki kecerdasan logis
(5)
matematis yang tinggi, maka akan lebih baik jika pengajar memberikan kesempatan seluas – luasnya bagi murid tersebut untuk mengembangkan potensi sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
2. Kepada orangtua jangan memaksakan kemampuan anak, karena belum tentu pandangan orangtua terhadap kemampuan anak dimiliki oleh anak tersebut, orang tua juga dapat menilai atau melihat kemampuan apa yang dimiliki oleh anaknya, sehingga orangtua dapat memberikan motivasi atau saran terhadap kemampuan yang dimiliki anak.
3. Kepada siswa juga dapat menilai diri kemamapuan apa yang dia milikinya. Agar siswa juga tidak memaksakan diri terhadap kemammpuan yang sebenarnya dia tidak miliki.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Surahasmi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Lwin, May dkk. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen
Kecerdasan. Yogyakarta: PT. INDEKS
Sulistyaningsih, Wiwik. 2008. Meraih Mukjizat Kecerdasan Tes Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Handayani,Wahyu. 2013,Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Uang Primer Pada Otoritas Moneter Di Indonesia. [Tugas Akhir]
Karoja, Dedi.2011,Korelasi Kecerdasan Matematis Dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majaemuk Logika Matematyika Pada Siswa Kelas X SMA Swasta Dharma Pancasila Medan Tahun Pembelajaran 2010-2011. [Tugas Akhir]
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Djarwanto. 2003. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE Johanes. 2004. Kompetensi Matematika. Jakarta: Yudhistira