Pernyataan Majemuk Logika Matematika

memenangkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang keliru, dia juga cenderung gagal dalam berbagai tugas yang memerlukan matematika praktis.

2.2 Pernyataan Majemuk Logika Matematika

Penekanan logika pada penarikan kesimpulan tentang validitas suatu argument untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat abstrak, yang dibangun dengan memakai kaidah- kaidah dasar logika tentang kebenaran dan ketidakbenaran yang menggunakan perangkai logika, yakni: “dan Konjungsi”, “atau Disjungsi”, “jika…maka…Implikasi”, dan “…jika dan hanya jika… Biimplikasi”. Tabel 2.1 Perangkai dan Simbolnya Perangkai Simbol Dan Konjungsi Atau Disjungsi v Jika… maka… Implikasi → Jika dan hanya jika Biimplikasi ↔ Suatu pernyataan dapat bernilai benar atau salah, sehingga ada dua kemungkinan nilai untuk tiap satu pernyataan yaitu benar B atau salah S. Oleh karena itu, untuk gabungan dua pernyataan p dan q pernyataan majemuk mempunyai komposisi nilai kebenaran τ . Dengan kata lain suatu pernyataan Universitas Sumatera Utara majemuk tidak diharuskan memiliki hubungan antara komponen – komponennya. Hal itu merupakan sifat yang mendasar di dalam logika matematika.

2.2.1 Konjungsi

Konjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “ dan “ dilambangkan dengan “ “. Konjungsi pernyataan p dan pernyataan q adalah p q Suatu konjungsi akan mempunyai nilai benar, jika kedua pernyataan benar, tetapi, jika salah satu atau kedua – duanya bernilai salah, maka konjungsi itu bernilai salah. Tabel 2.2 Nilai Kebenaran Pernyataan Konjungsi Contoh pernyataan majemuk konjungsi adalah : “ Surabaya ibukota provinsi Jawa Timur dan 7 adalah bilangan genap ” Maka dapat disimpulkan : p : Surabaya ibukota provinsi Jawa Timur, berart i τ p = B q : 7 adalah bilangan genap, berart i τ q = S, Berarti τ p q = S.

2.2.2 Disjungsi P

q p q B B B B S S S B S S S S Universitas Sumatera Utara Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “ atau “ dilambangkan dengan “ v “. Disjungsi pernyataan p dan pernyataan q adalah p v q. Suatu disjungsi akan mempunyai nilai salah, jika kedua pernyataan salah,tetapi, jika salah satu atau kedua – duanya bernilai benar, maka disjungsi itu bernilai benar. Tabel 2.3 Nilai Kebenaran Pernyataan Disjungsi Contoh pernyataan majemuk disjungsi adalah : “Semua bilangan prima ganjil atau jumlah sudut– sudut dalam segitiga adalah 180° “ Maka dapat disimpulkan : p : Semua bilangan prima ganjil, berart i τ p = S q : Jumlah sudut – sudut dalam segitiga adalah 180° , berarti τ q = B Berart i τ p v q = B. P q p q B B B B S B S B B S S S Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Implikasi

Implikasi atau pernyataan bersyarat adalah pernyataan majemuk dari pernyataan p dan pernyataan q yang berbentuk p → q yang dibaca : a. jika p, maka q b. bila p, maka q c. p hanya jika q d. p syarat cukup bagi q e. q syarat perlu bagi p p disebut anteseden sebab dan q disebut sebagai konsukuen akibat. Jadi, suatu implikasi menyatakan hubungan sebab – akibat walaupun pada dasarnya nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk tidak diharuskan ada hubungan antara komponen – komponen pembentuknya. Suatu implikasi bernilai salah bila p bernilai benar dan q bernilai salah namun yang lainnya bernilai benar. Tabel 2.4 Nilai Kebenaran Pernyataan Implikasi P q p → q B B B B S S S B B S S B Contoh pernyataan majemuk implikasi adalah : “ Jika 3 log 9 = 3, maka 3 adalah bilangan genap “ Maka dapat disimpulkan: p : 3 log 9 = 3, berart i τ p = S Universitas Sumatera Utara q : 3 adalah bilangan genap, berart i τ q = S, Berarti τ p → q = B.

2.2.4 Biimplikasi

Biimplikasi atau implikasi dua arah adalah pernyataan majemuk dari pernyataan p dan pernyataan q yang berbentuk p ↔ q yang dibaca p jika dan hanya jika q. Suatu biimplikasi bernilai benar bila kedua pernyataan mempunyai nilai kebenaran yang sama. Tabel 2.4 Nilai Kebenaran Pernyataan Biimplikasi Contoh pernyataan majemuk biimplikasi adala h : “ Jika 3 log 27 = 3, jika dan hanya jika 3 3 = 27 “ Maka dapat disimpulkan : p : 3 log 27 = 3, berart i τ p = B q : 3 3 = 27, berart i τ q = B Berarti τ p → q = B. P q p ↔ q B B B B S S S B S S S B Universitas Sumatera Utara

2.3 Uji Kenormalan

Dokumen yang terkait

Korelasi Kecerdasan Logis Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014

1 68 64

Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Ambulu Berdasarkan Kemampuan Matematika

3 31 6

Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Ambulu Berdasarkan Kemampuan Matematika;

6 64 180

Kecerdasan Visual-Spasial dan Logika Matematika dalam Menyelesaikan Soal Geometri Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 2 Jember

1 11 7

Kecerdasan Visual Spasial dan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember

1 26 7

Kecerdasan Visual Spasial dan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember;

4 36 310

Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Kombinatorial Berdasarkan Kecerdasan Logis Matematis Lilia Sinta Wahyuniar

0 1 27

Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Lingkaran Pada Kelas VII-B Mts Assyafi’iyah Gondang

0 0 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Logis Matematis - Korelasi Kecerdasan Logis Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Korelasi Kecerdasan Logis Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Pernyataan Majemuk Logika Matematika Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tigabinanga Tahun Ajaran 2013/2014

0 0 11