b. Matriks Grand Strategi
Matriks Grand Strategi ini digunakan agar diperoleh koordinat posisi strategi yang akan digunakan. Koordinat ditentukan dari skor faktor strategi
internal dan eksternal. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar 3 dibawah ini.
Peluang
2. Turnaround 1. Agresif
Kelemahan Kekuatan
3. Difensif 4. Diversifikasi
Ancaman Gambar 3. Penentuan Matrik Grand Strategi.
Keterangan: Kuadran 1
: Strategi Agresif yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk ............................
meraih peluang. Kuadran 2
: Strategi Turnaround yaitu memanfaatkan peluang dengan cara ...........................
meminimalkan kelemahan yang ada. Kuadran 3
: Strategi Difensif yaitu strategi berusaha menghindari ancaman ...........................
dan meminimalkan kelemahan. Kuadran 4
: Strategi Diversifikasi yaitu strategi mengatasi ancaman dengan ...........................
meraih peluang.
c. Tahap Pengambilan Keputusan
Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat dan dianalisis, maka tahap selanjutnya disusun daftar prioritas yang harus di implementasikan. Pada tahap
ini, menkaji ulang dari empat strategi SO, ST, WO, WT yang telah dirumuskan dalam tahap analisis. Setelah itu diambil keputusan dalam menentukan strategi
yang paling menguntungkan, efektif dan efisien bagi organisasi berdasarkan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
matrik SWOT dan matrik Grand Strategi dan pada akhirnya dapat disusun suatu rencana strategi yang akan dijadikan pegangan dalam melakukan kegiatan
selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Aceh Besar
Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu wilayah administrasi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam berada pada posisi geografis 5.2º – 5.8º
Lintang Utara dan 95º - 95.8º Bujur Timur dengan batas administrasi ; a sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh, b sebelah Selatan dengan
kabupaten Aceh Jaya, c sebelah Timur dengan kabupaten Pidie, dan d sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah
2.974,12 km
2
5.18 dari luas Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibukotanya Kota Jantho meliputi 23 kecamatan, 68 kemukiman dan 601 desa.
Letak kabupaten Aceh Besar yang berbatasan langsung dengan ibukota propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kota Banda Aceh menjadikannya
sebagai pintu gerbang utama dan berpeluang tumbuh serta berinteraksi dengan wilayah kabupaten lain. Ketersedian prasarana transportasi darat, udara dan laut
yang cukup memadai seperti Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh – Medan dan Banda Aceh – Meulaboh, Bandara Udara Internasional Iskandar Muda dan
Pelabuhan Nasional Malahayati di Kabupaten Aceh Besar menjadikan mobilitas barang dan jasa termasuk hasil produksi pertanian cukup tinggi.
Secara umum topografi Kabupaten Aceh Besar bervariasi, meliputi daerah pesisir, dataran rendah, perbukitan sampai pegunungan dengan ketinggian antara
100 – 500 m dpl meter diatas permukaan laut lebih mendominasi luas wilayah 42,64. Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yaitu ;
Latosol, Podsolid merah kuning, Hidromorf kelabu, Regosol, Aluvial, dan Komplek podsolid merah kuning. Sebagian besar 31,55 jenis tanah adalah
podzolit merah kuning, dengan kedalaman 53,46 berkisar 30-60 cm. Tingkat erosi tanah termasuk rendah 3,59 dengan luas lahan kritis sebesar 32.888 Ha.
Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Besar sebagaimana umumnya wilayah Indonesia memiliki dua musim, yakni musim kemarau yang berlangsung dari
bulan April sampai dengan Agustus dan musim hujan dari bulan September sampai dengan Februari. Curah hujan berkisar antara 89.8 – 185.4 mmbulan
dengan jumlah rata-rata hari hujan 5 – 24 hari. Temperatur minimum rata-rata adalah 22,6
C dan temperatur maksimum rata-rata 30,2 C dengan kelembaban
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
relatif berkisar antara 75,5-80,9 persen dan kecepatan angin rata-rata 0,7 knot. Keadaan iklim seperti ini sangat cocok untuk pengembangan usaha peternakan
sapi, karena temperatur, kelembaban dan kecepatan angin masih berada dalam batas-batas normal untuk ternak sapi daerah tropis. Selain itu sapi lokal juga
memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap keadaan iklim diatas Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar, 2011
Mata pencaharian dan sumber penghidupan penduduk Kabupaten Aceh Besar umumnya adalah di bidang pertanian, yaitu sebagai petani penggarap, buruh
tani, petani nelayantambak dan petani peternak. Selebihnya berpenghidupan sebagai pegawai negeri, pedagang, tukang dan sebagainya.
Keadaan peternakan di Kabupaten Aceh Besar sama halnya dengan keadaan peternakan daerah-daerah lain di Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Peternakan umumnya diusahakan sebagai usaha sambilan disamping usahatani tanaman pangan sebagai usaha pokok.
Gambaran Umum Responden
Penelitian ini berlangsung di 2 dua Kecamatan yaitu Kecamatan Suka Makmur yang mewakili daerah Bantaran Sungai dan Kecamatan Darussalam yang
mewakili Luar Daerah Bantara Sungai dengan jumlah responden sebanyak 30 responden dari masing-masing Kecamatan.
Umur Peternak Responden
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan umur disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Umur Peternak Responden di Kabupaten Aceh Besar Umur
tahun Daerah Bantaran Sungai
Luar Daerah Bantaran Sungai Jumlah
Jumlah 25-35
4 13,33
5 16,67
36-45 10
33,33 13
43,33 46-55
13 43,34
11 36,67
56-65 2
6.67 1
3,33 66
1 3,33
Jumlah 30
100 30
100
Sumber: lampiran 1 dan 2
Tabel 1 menjelaskan bahwa rata-rata umur peternak sapi di Bantaran Sungai adalah sebesar 46,33 tahun atau berkisar antara 25-66 tahun. Rata-rata
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
umur ini lebih besar dari umur peternak di Luar Bantaran Sungai yaitu rata-rata 43,87 tahun atau berkisar antara 30-57 tahun. Mayoritas peternak responden
berada pada kisaran umur dibawah 50 tahun. Mayoritas peternak 43,34 persen di Daerah Bantaran Sungai berada pada kisaran 46-55 tahun, sedangkan umur
peternak di Luar Daerah Bantaran Sungai sebagian besar 43,33 persen berada pada kisaran 36-45 tahun. Secara umum dapat dinyatakan bahwa sebagian besar
peternak di daerah penelitian masih dikategorikan sebagai umur produktif. Hal ini didukung dengan pernataan Bakir dan Manning 1982 yang menyatakan bahwa
umur produktif untuk bekerja di negara-negara sedang berkembang umumnya adalah antara 15-55 tahun.
Tingkat Pendidikan Peternak Responden
Menurut Soekartawi 1986 bahwa tingkat pendidikan peternak cederung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan
teknologi baru. Oleh karena itu pendidikan sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Sebaran tingkat pendidikan responden dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Peternak Responden di Kabupaten Aceh Besar
Tingkat pendidikan
tahun Daerah Bantaran Sungai
Luar Daerah Bantaran Sungai Jumlah
Jumlah SD
2 6,67
SMP 8
26,67 7
23,33 SLTA
17 56,66
19 63,33
Sarjana 3
10 4
13,34 Jumlah
30 100
30 100
Sumber: lampiran 1dan 2
Tabel 2 memperlihatkan tingkat pendidikan peternak responden di Kabupaten Aceh Besar relatif sama antara Daerah Bantaran Sungai dan Luar
Daerah Bantaran Sungai. Level pendidikan peternak untuk Derah Bantaran Sungai dan Luar Bantaran Sungai sebagian besar adalah Level Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas SLTA yaitu sebanyak 56,66 dan 63,33 persen. Selanjutnya adalah level SMP yaitu 26,67 persen di Daerah Bantaran Sungai dan 23,33 persen di Luar
Daerah Bantaran Sungai. Tingkat pendidikan terendah di Daerah Bantaran Sungai
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
adalah SD, sedangkan tingkat pendidikan terendah pada Luar Daerah Bantaran
Sungai adalah SMP. Jumlah Tanggungan Peternak Responden
Jumlah tanggungan peternak merupakan suatu karakteristik yang dapat mempengaruhi keputusan produksi. Jumlah tanggungan peternak responden dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Jumlah Tanggungan Peternak Responden di Kabupaten Aceh Besar
Jumlah tanggungan
orang Daerah Bantaran Sungai
Luar Daerah Bantaran Sungai Jumlah
Jumlah 5
24 80
24 80
≥ 5 6
20 6
20 Jumlah
30 100
30 100
Sumber: lampiran 1dan 2
Tabel 3 memperlihatkan bahwa jumlah tanggunga keluarga di Daerah Bantaran Sungai sama dengan Luar Daerah Bantaran Sungai sebesar 80 di
bawah 5 orang dan 20 diatassama dengan 5 orang.
Pengalaman Peternak Responden
Soeharjo dan Patonang 1982 menyatakan bahwa umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha,
peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan selalu hati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman buruk dimasa lalu. Pengalaman beternak
responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengalaman Peternak Responden di Kabupaten Aceh Besar
Pengalaman tahun
Daerah Bantaran Sungai Luar Daerah Bantaran Sungai
Jumlah Jumlah
≤5 10
33,33 10
33,33 6-10
3 10
9 30
11-15 7
23,33 4
13,33 15
10 33,34
7 23,34
Jumlah 30
100 30
100
Sumber: lampiran 1dan 2
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi di Kabupaten Aceh Besar telah berpengalaman dalam memelihara sapi. Rata-rata pengalaman
beternak di Daerah Bantaran Sungai yaitu sebesar 16,5 tahun dan peternak sapi di
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Luar Bantaran Sungai sebesar 10,3 tahun. Persentase pengalaman beternak di Bantaran Sungai dan Luar Bantaran Sungai pada selang pengalaman di bawah
lima tahun yaitu sama sebesar 33,33 persen.
Status Pekerjaan
Data karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan status pekerjaan Pekerjaan
Daerah Bantaran Sungai Luar Daerah Bantaran Sungai
Jumlah Jumlah
Petani 24
80 18
60 PNS
3 10
6 20
Pedagang 3
10 6
20 Jumlah
30 100
30 100
Sumber: lampiran 1dan 2
Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat umumya responden mempunyai pekerjaan utama sebagai petani, PNS dan pedagang. Hal ini menunjukan bahwa
beternak hanya sebagai pekerjaan sambilan sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usaha peternakannya.
Sistem Pemeliharaan Sapi Kereman
Sapi dipelihara dalam kandang tertutup, sapi yang dipelihara yaitu sapi lokal, kandang dibersihkan sekali sehari bersama dengan membuang sisa-sisa
makanan dan kotoran sapi, biasanya dilakukan pada sore hari sebelum memberi makan ternak untuk kedua kalinya.
Semua peternak sampel di DBS Krueng Aceh mengatakan bahwa sapi dimandikan seminggu sekali ke sungai untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
sapi. Sedangkan di luar DBS Krueng Aceh sekitar 60 persen peternak mengatakan bahwa sapi dimandikan seminggu sekali dan 40 persen peternak memandikan sapi
dua minggu sekali, hal ini sangat tergantung dengan ada tidaknya sungai kecil alur di sekitar lokasi kandang penggemukan. Mereka yang memandikan
sapi seminggu sekali umumnya dekat dengan sungai kecil dan peternak yang memandikan sapi dua minggu sekali umumnya sapi dimandikan dengan air
sumur.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pemberian Pakan
Pakan diberikan dalam kandang secara kontinyu dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, sesekali ternak akan dikeluarkan dari kandang untuk
dimandikan. Pakan yang diberikan terdiri dari rumput gajah, rumput lapangan dan batang pisang beserta daunnya. Rumput diperoleh peternak dengan memotong
dari tepat disekitar lokasi penggemukan. Biasanya tidak ada masalah dalam penyediaan rumput lapangan ini kecuali pada musim kemarau panjang.
Gambar 4. Jenis Pakan yang digunakan di Lokasi Penelitian
Rumput gajah umumnya tumbuh di Daerah Bantaran Sungai. Rumput ini juga telah banyak ditanam peternak disekitar lokasi kandang. Biasanya peternak
di DBS Krueng Aceh memberikan rumput gajah sebanyak 10- 15 kg untuk satu ekor sapi perhari, sedangkan jika yang di berikan berupa rumput lapangan maka
peternak akan memberikan sebanyak 25- 30kg untuk satu ekor sapi. Lain halnya dengan di Luar DBS Krueng Aceh, rumput gajah ini sengaja ditanam peternak
hanya disekitar lokasi kandang yang produksi lebih rendah dibandingkan dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
di DBS. Umumnya peternak di luar DBS memberikan rumput gajah hanya 5-8 kg untuk satu ekor sapi, peternak lebih sering memberikan rumput lapangan karena
rumput lapangan lebih banyak tersedia. Perbedaan ketersedian rumput di kedua lokasi di sebabkan oleh tingkat kesuburan tanah, dimana tanah di Luar DBS
umumnya tingkat kesuburannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan di DBS krueng Aceh. AAK 1983 menyatakan bahwa kesuburan tanah dan iklim akan
menunjang kecepatan tumbuh, produktivitas, mutu dan kontinyuitas hijauan. Disamping itu tanah yang subur juga menjamin efisiensi pengelolaan lebih lanjut.
Batang pisang yang diberikan berasal dari sekitar lokasi kandang. Peternak memberikan satu batang pisang setiap harinya untuk 1 ekor ternaknya.
Biasanya peternak yang sudah memberikan batang pisang akan memberikan air minum sedikit pada sapi, dikarenakan batang pisang telah banyak mengandung air
dan dapat mencukupi kebutuhan air bagi ternak tersebut.
Perkandangan
Kandang sapi kereman baik di DBS dan Luar DBS Krueng Aceh relatif sama, umumnya berbentuk segi empat dengan ukuran berkisar antara 3x3,5 meter
sampai 5x4 meter. Struktur bangunannya tidak permanen dengan bahan-bahan sebagai berikut: 1 alas terdiri dari papan atau bambu; 2 atap terbuat dari
rumbia; 3 dinding terbuat dari bambu yang ditutupi dengan pelepah ijuk atau kelapa dan ada juga yang dari papan; 4 tiang utama adalah kayu balok dan ada
juga dari bambu; dan 5 tempat makan terbuat dari kayu dan tiang sekat terbuat dari papan atau balok kecil.
Gambar 5. Kandang yang digunakan untuk penggemukan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Umumnya daya tampung kandang adalah 3-4 ekor. Namun peternak jarang memelihara sapi sesuai dengan daya tampung karena mereka selalu
membuat tempat istirahat di dalam kandang. Daya tahan kandang berkisar antara 10-20 tahun, hal ini sangat tergantung pada bahan yang digunakan.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu fakor produksi yang peting dalam usahatani, sebab faktor produksi ini turut mempengaruhi hasil dari suatu
usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses penggemukan sapi kereman di DBS dan Luar DBS krueng Aceh umumnya tenaga kerja pria dewasa.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: mencari pakan, memberi pakan, membersihkan kandang dan memandikan sapi. Sumber tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja di Luar DBS lebih besar dibandingkan di DBS
krueng Aceh, ini disebabkan karena kesulitaan dalam hal mencari pakan rumput, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama karena mereka mencari rumput ke
tempat-tempat yang jauh dari lokasi penggemukankandang. Penggunaan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan mencari pakan, diikuti dengan waktu memberi
pakan, membersihkan kandang dan memandikan sapi. Sebenarnya hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan penggunaan tenaga kerja yang sekaligus dapat
menaikkan biaya produksi dan menurunkan pendapatan peternak sapi kereman di Luar DBS krueng Aceh.
Pemasaran
Sapi-sapi yang digemukkan umumnya dibeli dan dijual di pasar hewan, jarang terjadi peternak yang menjual sapinya langsung di kandang dengan
perantaraan pedagang ternak. Hal ini dikarenakan letak pasar hewan yang relatif dekat, serta jika peternak menjual langsung kepasar hewan lebih memungkinkan
untuk terjadinya proses tawar menawar. Peternak di derah penelitian umumnya menjual sapi-sapi yang telah
digemukkan ke pasar hewan Sibreh, Seulimun dan Ulee Kareng. Namun lebih banyak dipasarkan di pasar hewan Sibreh karena letak pasar hewan tersebut lebih
strategis dan lebih ramai. Namun ada satu hal yang sangat memprihatinkan dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
perlu diperhatikan semua pihak dalam hal pemasaran ternak ini yaitu pembayaran harga sering dengan cara tidak tunai, mereka biasanya membayar 25-50 persen
dimuka, kemudian beberapa minggu kemudian sisanya akan dilunasi, sehingga peternak sering melakukan tagihan beberapa kali.
Hasil Analisis a.
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Pada penelitian ini yang menjadi varibel dependen terikat adalah produktivitas sapi potong dan yang menjadi variabel independen bebas
adalah batang pisang, hijauan, tenaga kerja dan bobot bakalan sapi di Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan yaitu Model Pendekatan Teknik Ekonometri
dengan menggunakan alat bantu Software Statistical Package for Sosial Sciences SPSS 16.
b. Analisis Keseluruhan Uji F