pengaruh yang tidak nyata t-hitt-tabel terhadap produktivitas sapi di kedua daerah.
Variabel bobot bakalan memiliki koefisien sebesar 0,002 di Daerah Bantaran Sungai dan sebesar 0,001 di Luar Daerah Bantaran Sungai. Ini
menunjukkan bahwa variabel bobot bakalan berpengaruh positif terhadap variabel produktivitas sapi potong. Bobot awal sapi potong yang berada di Daerah Bantaran
Sungai memberikan pengaruh yang nyata t-hitt-tabel pada tingkat kepercayaan 99 0,01 terhadap produktivitas sapi tersebut, sedangkan bobot awal sapi di Luar
Daerah Bantaran Sungai memberi pengaruh yang tidak nyata t-hitt-tabel terhadap produktivitas sapi potong di daerah tersebut.
Nilai KonstantaIntersept pada Daerah Bantaran Sungai adalah sebesar - 0,406 sedangkan pada Luar Daerah Bantaran Sungai adalah -0,366. Artinya
apabila variabel bebas yaitu hijauan, batang pisang, tenaga kerja dan bobot awal diabaikan maka sapi potong di Daerah Bantaran Sungai akan mengalami
penurunan produktivitas konstanta sebesar 0,406, sedangkan di Luar Daerah Bantaran Sungai sebesar 0,366.
Berdasarkan hasil uji parsialindividual diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa variabel hijauan sama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi
di kedua daerah penelitian pada taraf kepercayaan 99 0,01.
d. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Sapi
Potong
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu output dan efisiensi penggunaan
sumber daya input. Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi Gaspersz, 1998. Adapun faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap produktivitas sapi kereman di Kabupaten Aceh Besar adalah jumlah batang pisang, hijauan, tenaga kerja dan bobot awal bakalan. Faktor-faktor
merupakan variabel bebas dan produktivitas sapi kereman merupakan variabel terikat.
Rataan variabel di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 8. Rataan Variabel yang diamati di Kabupaten Aceh Besar Variabel
Daerah Bantaran Sungai
Luar Daerah Bantaran Sungai
Rataan Rataan
Hijauan kgekorhari 17,93
3,29 9500
175,3 20,24
3,32 12.300
160,7 Batang Pisang kgekorhari
tn
Tenaga kerja Rphari Bobot bakalan kg
Keterangan: Hasil uji t = sangat berbeda nyata p0,01, =berbeda nyata p0,05, tn= tidak berbeda nyata p0,05
Sumber lampiran 20,21,22,23 dan 24
Pakan yang diberikan peternak di lokasi penelitian berupa hijauan rumput gajah dan rumput lapangan. Pemberian hijauan dapat berupa rumput gajah
seluruhnya maupun rumput lapangan seluruhnya atau campuran kedua rumput tersebut. Dari Tabel 8 dapat dilihat rataan konsumsi hijauan untuk satu ekor
ternak sapi di Daerah Bantaran Sungai sebesar 17,93 kghari dan di Luar Daerah Bantaran Sungai sebesar 20,24 kgekorhari, dari hasil uji t diperoleh bahwa
rataan konsumsi hijauan di kedua daerah berbeda nyata p0,05. Perbedaan jumlah konsumsi hijauan di kedua daerah di pengaruhi oleh jenis rumput yang
digunakan. Peternak biasanya memberikan rumput lapangan bekisar 25-35 kgekorhari sedangkan rumput gajah diberikan 10-15 kgekorhari, di Daerah
Bantaran Sungai jenis rumput yang banyak dijumpai adalah rumput gajah sedangkan di Luar Daerah Bantaran Sungai jenis rumput yang banyak di jumpai
adalah rumput lapangan. Perbedaan jenis rumput di kedua daerah yang membuat rata-rata jumlah konsumsi hijauan di kedua daerah tersebut berbeda.
Melimpahnya hasil samping pertanian di lokasi penelitian berupa batang pisang, memberi inisiatif bagi para peternak untuk memanfaatkan batang pisang
tersebut menjadi pakan tambahan bagi ternak, sehingga batang pisang dilokasi penelitian tidak terbuang sia-sia dan dapat memberikan manfaat bagi ternak
mereka. Dari tabel 9 diatas dapat dilihat rataan konsumsi batang pisang di Daerah Bantaran Sungai untuk satu ekor sapi sebesar 3,29 kghari dan di Luar Daerah
Bantaran Sungai sebesar 3,32 kghari, dari hasil uji t diperoleh bahwa rataan konsumsi batang pisang di kedua daerah tidak berbeda nyata p0,05.
Tenaga kerja yang digunakan peternak di lokasi penelitian pada umumnya tenaga kerja dalam keluarga. Upah tenaga kerja yang dikeluarkan di kedua daerah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berbeda dikarenakan untuk memperoleh rumput, peternak yang berada di Luar Daerah Bantaran Sungai harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
mendapatknnya sedangkan peternak yang berada di Daerah Bantaran Sungai dapat memperoleh rumput di dekat lokasi kandang ternaknya. Pada Tabel 8 diatas dapat
dilihat rataan upah tenaga kerja di Daerah Bantaran Sungai sebesar Rp 9.500hari sedangkan rataan di Luar Daerah Bantaran Sungai sebesar Rp. 12.300 hari, dari
hasil uji t diperoleh bahwa upah tenaga kerja di kedua daerah sangat berbeda nyata p0.05.
Hasil Analisis Finansial a. Pendapatan Peternak
Penerimaan peternak bersumber dari penjualan sapi kereman yang telah digemukkan ditambah dengan nilai pupuk kandang, akan tetapi dalam hal ini hasil
penjualan pupuk kandang tidak termasuk dalam perhitungan karena seluruh peternak sampel mengatakan pupuk kandang tidak pernah dijual. Harga ternak
sapi dijual berdasarkan harga perkiraan peternak dengan si pembeli, harga tersebut di tentukan berdasarkan berat badan, umur dan kesehatan ternak tersebut.
Peternak biasanya menjual ternak pada saat menjelang hari raya Idul Adha, karena pada saat tersebut permintaan akan ternak sapi cederung meningkat dan dengan
harga tinggi, namun sebaliknya ketika kebutuhan peternak sangat mendesak dan harus menjual ternak miliknya seperti untuk kebutuhan biaya sekolah, kebutuhan
utuk bertaniberkebun dan lain sebagainya maka peternak menjual ternak dengan harga sedikit lebih murah.
Biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar terlaksananya suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan contohnya peralatan
kandang dan penyusutan, sewa lahan dan lain sebagainya, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan seperti biaya bibit, tenaga kerja, pakan, obat-obatan, transportasi dan lain sebagainya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pendapatan income statement lebih menunjukkan kepada sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan
tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana ril untuk periode selanjutnya. Gambaran mengenai usaha ternak
yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,
penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh
Suharno dan Nazaruddin, 1994. Menurut Fisdaus 2004 Usaha peternakan secara analisis finansial dan
teknis dapat diketahui dengan menghitung nilai NPV, NBCR dan IRR dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Analisis Finansial Peternak Kabupaten Aceh Besar Per Unit Ternak selama 3 Tahun
Uraian Daerah Bantaran
Sungai Luar Daerah Bantaran Sungai
Penerimaan Rp - Penjualan Ternak
50.300.000 50.000.000
Jumlah 50.300.000
50.000.000 Total Biaya Rp
- Biaya Tetap - Biaya Variabel
7.390.500 30.970.000
7.390.500 31.700.000
Jumlah 38.360.500
39.090.500 Pendapatan Rp
tn
11.939.500 10.909.500
Analisis Finansial - NPV pada DF 18
tn
- NBCR pada DF 18
tn
- IRR
tn
Rp 5.200.790,- 1,541
44,6 Rp 4.383.520,-
1,455 40
Hasil uji t menunjukan bahwa pendapatan di kedua daerah tidak berbeda nyata =tn p0,05 Sumber: lampiran 12 dan 13
Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa pendapatan peternak di Daerah Bantaran Sungai sedikit lebih besar dari pada pendapatan peternak di
Luar Daerah Bantaran Sungai. Net Present Value NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih
sekarang. NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang present value dari selisih antara benefit manfaat dengan cost biaya pada
discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit manfaat dibandingkan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan cost biaya Choliq dkk, 1994. Suatu usaha dikatakan menguntugkan layak jika di tinjau dari nilai NPV nya adalah bila NPV dari usaha tersebut lebih
besar dari 0 NPV0. Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa nilai NPV pada DF 40 di Daerah Bantaran Sungai lebih besar dari 0 oleh karena itu usaha masih
layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga 18, demikian juga halnya dengan di Luar Daerah Bantaran Sungai bahwa nilai NPV pada DF 18 lebih
besar dari 0 oleh karena itu usaha masih layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga 18. Disimpulkan bahwa usaha sapi potong di Kabupaten Aceh
Besar masih layak di usahakan. Net BC adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon positif
+ dengan net benefit yang telah didiskon negatif. Kelayakan usaha di tinjau dari nilai NBCR dikatakan layak untuk dikerjakan jika nilai NBCR lebih besar dari 1
NBCR1. Dari tabel diatas di peroleh nilai NBCR di Daerah Bantaran Sungai sebesar 1,541, jadi usaha layak untuk dikerjakan, demikian halnya di Luar Daerah
Bantaran Sungai diperoleh nilai NBCR sebesar 1,455
.
Maka dapat disimpulkan bahwa usaha sapi potong di daerah penelitian layak untuk dikerjakan.
Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan
demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor DF sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol. Pada Tabel 10 dapat dilihat dengan batas
tingkat bunga pinjaman 40 diperoleh nilai IRR sebesar 44,6 pada Daerah Bantaran Sungai. Nilai IRR yang diperoleh di daerah penelitian masih layak untuk
dilaksanakan pada tingkat 40 karena nilai IRRSOCC 44,640, sedangkan di Luar Daerah Bantaran Sungai di peroleh nilai IRR = SOCC 40=40 hal ini
berarti bahwa usaha tersebut berada pada keadaan BEP. Berdasarkan analisis finansial diatas dapat disimpulkan bahwa usaha sapi
potong di Kabupaten Aceh Besar layak untuk dilaksanakan dengan batas tingkat suku bunga pinjaman sebesar 18.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Tabel 10. Analisis Parameter Teknis Parameter Teknis
Daerah Bantaran Sungai
Luar Daerah Bantaran Sungai
Sig Produktivitas
- PBB kgekorhari
tn
- Tingkat Konsumsi kgekorhari
0,64 21,22
a
0,68 23,56
b
0,086 0,048
Keterangan: Hasil uji t = sangat berbeda nyata p0,01, =berbeda nyata p0,05, tn= tidak berbeda nyata p0,05
Sumber :Data primer yang diolah
Produktivitas sapi potong merupakan gabungan sifat produksi dan reproduksi Warwick et al,. 1990. Sifat produksi dapat dinyatakan dengan berapa
total berat sapi yang dapat dikeluarkan dari suatu populasi per tahun, kuantitas dan kualitas produktivitas sapi potong ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan serta interaksi keduanya. Faktor genetik sapi menentukan kemampuan yang dimiliki oleh sapi tersebut sedangakan faktor lingkungan memberi
kesempatan kepada sapi untuk menampilkan kemampuannya Hardjosubroto, 1994.
Pada penelitian yang dilakukan di Daerah Bantaran Sungai dan Luar Bantaran Sungai yang menjadi variabel produktivitas adalah sifat produksi dari
sapi tersebut per harinya. Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat rataan produktivitas PBB sapi di Daerah Bantaran Sungai sebesar 0,64 kghariekor dan di Luar
Daerah Bantaran Sungai sebesar 0,68 kghariekor, dari hasil uji t diperoleh bahwa rataan produktivitas PBB sapi di kedua daerah tidak berbeda nyata
p0,05. Analisis Strategi Pengembangan Sapi Kereman di Daerah Bantaran Sungai
dan Luar Daerah Bantaran Sungai Krueng Aceh Kabupaten Aceh Besar
Analisis Faktor Internal
Analisis faktor lingkungan internal digunakan sebagai kekuatan strenghts dan kelemahan weakness.
a. Kekuatan Strenghts