Permasalahan Tujuan Manfaat Kelapa Sawit Varietas Kelapa Sawit

Kadar NaCl adalah penentuan kadar garam dalam margarin dengan cara titrasi pengendapan yaitu merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Dimana ion Ag + dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. Kadar H 2 O adalah kadar air dimana dalam margarin terdapat garam yang memerlukan air dalam melarutkannya agar garam tersebut tidak terlalu pekat maka kadar air tersebut harus sesuai dengan kadar garam yang diperlukan. Kadar air berkaitan dengan kadar garam dalam hal ini konsentrasi garam yang tinggi akan mengakibatkan kadar air semakin tinggi pula. Dalam hal ini air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak tetap tersuspensi di dalam air, pada mentega dan margarin diperlukan suatu zat pengemulsi emulsifier. Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, kasein, albumin, atau lesitin. Daya kerja emulsifier didukung oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat pada minyak maupun air.

1.2 Permasalahan

Bagaimana penentuan kadar NaCl dan Kadar H 2 O dalam margarin dan pengaruhnya pada standart mutu yang diperoleh dari hasil fraksinasi RBDP stearin. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan

- Untuk mengetahui penentuan kadar NaCl dan kadar H 2 O dalam margarin dengan metode titrasi argentometri.

1.4 Manfaat

- Dapat mengetahui kualitas dari margarin tersebut dan memberikan informasi terhadap pentingnya kadar NaCl dan kadar H 2 O dalam penentuan mutu suatu margarin. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti – bukti fosil, sejarah dan linguistik yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit yang pada saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan – hutan sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah dproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. tim penulis PS., 1992. Kelapa sawit Elaeis termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada tahun 1884 dari Mauritius Afrika. Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor. Kelapa sawit di Indonesia baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911. Universitas Sumatera Utara

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalantempurung dan daging buah, dikenal lima varietas yang masing – masing dibedakan berdasarkan tebal tempurung. Tabel 2.1 : Varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung 1. Macrocarya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 2. Dura Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. 3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil. Tipe Tebal tempurung Macrocarya tebal sekali : 5 Dura tebal : 3-5 Tenera sedang : 2-3 Pisifera Tipis Diwikka - wakka Tebal Universitas Sumatera Utara 4. Pisifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera. 5. Diwikka – wakka Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya 2 lapisan daging buah. Dwikka – wakka dapat dibedakan menjadi dwikka – wakkadura, dwikka – wakkapisifera, dan dwikka – wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22 – 24, sedangkan pada varietas dura antara 16 – 18. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tertenggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak diherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

2.3 Pengolahan Kelapa Sawit Perlakuan Pendahuluan