Konsep Frasa Verba Landasan Teori

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Frasa Verba

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain Kridalaksana, 2001:117. Frasa adalah unsur sintaksis yang terkecil. Menurut Keraf, frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan ini menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada. Salah satu jenis frasa yang dikemukakan adalah frasa verba FV. Menurut Radford, frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal. Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan kategori frasa. Frasa lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat Abdul Chaer, 1994 : 222. Secara struktural, frasa dikaji berdasarkan ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” Chaer, 1994 : 360. Secara generatif menurut Radford, 1998 : 86 mengatakan bahwa dengan atau tanpa pendamping sebuah kata dapat menjadi sebuah frasa sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti frasa lengkap. Namun yang menjadi fokus penelitian adalah Universitas Sumatera Utara frasa verba FV. Frasa verba adalah frasa yang memiliki fungsi sama dengan kata kerja biasanya menjadi predikat dalam kalimat. Misalnya : 1. Ibu sedang memasak di dapur. 2. Semua siswa harus mengikuti upacara di lapangan. Dalam contoh 1 dan 2 di atas yang menjadi frase verba dalam kalimat di atas yaitu 1 sedang memasak, 2 harus mengikuti.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori X-Bar Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada baik di lapangan maupun kepustakaan. Landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahas pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Mulyadi 1998 mengatakan bahwa menurut Chomsky teori X-bar bersifat universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu bersusunan SVO, SOV, dan sebagainya. Teori X-bar merupakan bagian dari transformasi generatif . Pada mulanya, teori ini digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan pertama, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Permasalahan kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. Kemudian teori ini diterapkan pada tataran frasa dengan symbol X” dan kategori antara intermediate category, yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa simnbol X’ yang menjadi dasar munculnya teori X-bar. Universitas Sumatera Utara Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai X’ merupakan simpul akhir terminal node yang mendominasi kata dan dapat iteratif berulang Haegemen, 1991 : 84. Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FA adalah adjektiva, dan inti dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca merupakan inti verba pada frasa sedang membaca. Maka sedang membaca dikatakan FV. Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon disebut juga tataran sintaksis. Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau numeralia dalam hal ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar X’, keterangan berkombinasi dengan X-bar X’ membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi X’ dan specifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar X’ dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi X” atau FX 2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Verba Kaidah struktur frasa verba FV dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen komp, keterangan ket, dan specifier spec. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar V’. Keterangan juga terletak di bawah V-bar tetapi tatarannya berbeda. Specifier sebagai satuan argumen yang dibawahi langsung oleh V-bar ganda V”. Maka hubungan ketiganya adalah sebagai berikut : Komplemen memperluas V menjadi V-bar Keterangan mempeluas V-bar menjadi V-bar Universitas Sumatera Utara Specifier memperluas V-bar menjadi V-bar ganda FV Menurut Haegemen 1992:32 konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat opsional tidak wajib, sedangkan komplemen bersifat wajib. Specifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan pada posisi akhir berfungsi menutup frasa. Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa inti leksikal V bersama dengan koplemen membentuk konstituen V-bar. Apabila keterangan hadir pada FV, maka keterangan itu bersama V-bar akan membentuk konstituen V-bar berikutnya. Adapun contoh kaidah struktur frasa verba FV dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku adalah sebagai berikut : Contoh : Kami [berangkat pada pagi hari sekali.] halaman 67 FV” FV’ spec V’ FP V P FN berangkat pada pagi hari sekali Frasa verba mendominasi V’, dan inti leksikalnya tidak bercabang. Frasa verba dapat langsung menurunkan V tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier. Pada berfungsi sebagai adverba sekaligus komplemen pada frasa di atas. Frasa sekali bersifat Universitas Sumatera Utara opsional sifatnya tidak wajib, karena meskipun frasa sekali dilesapkan, kaliamat berangkat pada pagi hari masih gramatikal. 2.2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat yang sudah dipelajari atau diselidiki KBBI, 2005:1198. Pustaka adalah kitab, buku, atau buku primbon KBBI, 2005:912. Menurut Chaer 1994 frasa juga didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Haegemen 1992:95 dalam Introduction to Government ang Binding Theory mengatakan bahwa semua frasa dalam teori X-bar didominasi oleh sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir terminal node yang mendominasi kata. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. FV, misalnya didominasi oleh V verba sebagai inti. Menurut Mulyadi 2002 dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X- bar menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata. Titin Sri Wahyuni 2004 dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar menjelaskan struktur internal FNum Bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Posisi komplemen dalam FNum dalam Bahasa Indonesia selalu mengikuti inti leksikal. Dalam struktur FNum Bahasa Indonesia, specifier terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi yang dibentuknya. Nova Sabar Menanti Situmorang 2007 dalam skripsinya Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak Toba yang dapat dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal. FN dalam bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen komp, keterangan ket, dan specifier spec. Universitas Sumatera Utara Asmira Rahma Sari Lubis 2007 dalam skripsinya Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga : Analisis Teori X-bar menjabarkan lima belas struktur kaidah FNum bahasa Pesisir Sibolga yang dapat dibentuk oleh numeralia sebagai inti leksikal. Frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen komp, keterangan ket, dan specifier spec. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN