Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong Di Kotaku Karya NH. Dini : Analisis Teori X-Bar

(1)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU

KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

SKRIPSI

OLEH

SRI YOHANNA ARITONANG 080701020

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2012

Penulis,


(4)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

Sri Yohanna Aritonang FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dalam sebuah novel Bahasa Indonesia yang berjudul Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh.Dini dalam membentuk struktur FV dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FV dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berjumlah 12 kaidah, yaitu:

FV Inti , FV Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Asp + Inti + Komp , FV Inti + Spec , FV Ket + Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Ket + Inti + Ket , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Ket + Spec , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Komp + Ket.

Kata kunci : Struktur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frava Verba, Bahasa Indonesia, Teori X-bar, Tata Bahasa Generatif.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunianya-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Frasa Verba dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku : Analisis Teori X-bar” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sastra di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Selama dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun bantuan materi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera utara dan sebagai dosen pembimbing akademik terima kasih atas perhatian ddan kebaikan Bapak selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku pembimbing I dan ibu Dra. Mascahaya,

M.Hum., selaku pembimbing II. Terimakasih atas kesabaran dan kesediaan ibu dan bapak yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staff pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan ilmu


(6)

pengetahuan baik dalam bidang linguistik, sastra maupun bidang-bidang ilmu lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan

administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua saya yang tersayang, Ayahanda B. Aritonang, Ibunda E.Br.

Situmorang yang telah memberikan saya dukungan moral, material, kasih sayang yang tiada habisnya dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih dan karunia Tuhan yang senantiasa melindungi dan memberkati ayahanda dan ibunda.

8. Kepada saudara-saudara saya Naomi Nova Susanti Aritonang S.Sos, Nicolas

Daomara Aritonang, dan William Aritonang, terimakasih atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada semua sepupu-sepupu terbaik Lemut , Gito, bang Motto, ka Louis, bang

Sanggam, bang Douglas, dek Tohap, dek Melda, dek David, dek Ruth, dek Lidia, dek Buheng, dek Ines, dek Velin, dek Muti, dan semua sepupu tersayang yang namanya tak dapat dicantumkan satu persatu, terimakasih atas motivasi yang diberikan kepada penulis serta kesabaran dalam mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih buat bestfriend ku Yanti Simarmata yang selalu tak pernah berhenti mengingatkan penulis untuk tetap semangat dan jangan pernah malas mengerjakan skripsi ini.

11.Buat sahabat-sahabat kampus ku tersayang Pebri bodok, Tinae na Bagak, Idae na Uli, Ayoe Chen, bg Boncel Sang Pelangi, Faidun Heboo, Irwan De Javu, dan


(7)

Charlie Siahaan, terimakasih atas semangat dan selalu ada buat penulis baik dalam suka maupun duka. Kalian sahabat-sahabat terbaikku.

12.Senior stambuk 2005 kak Vina, kak Rapi, kak Intan, kak Eni dan kak Lilis yang selalu setia mengingatkan untuk serius kuliah.

13.Kepada Jumantri, Freddy, Echa, Lamsihar, Andro, Herbet, Intan, Heritha yang

selalu menghibur penulis di dalam kesedihan saat menulis skripsi ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis.

14.Kepada senior stambuk 2007 bang Cardo, bang Reza, bang Andi, dan kak Nova

terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

Walaupun telah berusaha memberikan yang terbaik, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Sintaksis Generatif.

Medan, September 2012 Penulis

Sri Yohanna Aritonang NIM 080701020


(8)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN Daftar Lambang

[ ] batas konstituen

‘ bar / palang

“ bar tertinggi

mendominasi

Daftar Singkatan

A adjektiva

Adv adverbia

FA frasa adjektiva

FAdv frasa adverbial

FNum frasa numeralia

FP frasa preposisi

FV frasa verba

Ket keterangan

Komp komplemen

N nomina

Num numeralia

Prep preposisi

Spec specifier

V verba


(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ABSTRAK PRAKATA

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Masalah ... 4

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Sosiolinguistik ... 6

2.1.2 Penutur Bahasa Indonesia ... 7

2.1.3 Lagu Pop Indonesia ... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Bilingualisme ... 8


(10)

2.3 Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 16

3.1.2 Waktu Penelitian ... 16

3.2 Populasi dan Sampel ... 16

3.2.1 Populasi ... 16

3.2.1 Sampel ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode ... 23

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata ... 26

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase ... 32

4.1.3 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Bentuk Baster ... 39

4.1.4 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa ... 39

4.1.5 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Pengulangan Bentuk Kata ... 42

4.2 Faktor-faktor terbentuknya Campur Kode Pada Lirik Lagu Pop Indonesia ... 43


(11)

BAB V SIMPULSN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 51 5.2 Saran ... 51


(12)

FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR

Sri Yohanna Aritonang FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal dalam sebuah novel Bahasa Indonesia yang berjudul Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh.Dini dalam membentuk struktur FV dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori X-bar yang merupakan bagian dari Tata Bahasa Generatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik. Disimpulkan bahwa struktur internal frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Kaidah struktur FV dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berjumlah 12 kaidah, yaitu:

FV Inti , FV Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Asp + Inti + Komp , FV Inti + Spec , FV Ket + Inti + Komp , FV Inti + Komp + Ket , FV Ket + Inti + Ket , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Ket + Spec , FV Inti + Komp + Spec , FV Spec + Inti + Komp + Ket.

Kata kunci : Struktur Frasa, Kaidah Struktur Frasa, Frava Verba, Bahasa Indonesia, Teori X-bar, Tata Bahasa Generatif.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi kebutuhannya, baik secara perorangan (individu) maupun sebagai mahluk sosial (kolektif). Manusia disebut mahluk sosial karena di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu bekerja sama dengan sesamanya dan saling berinteraksi. Dalam melakukan aktivitas dengan sesamanya, manusia pasti menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Dengan berbahasa manusia dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya baik secara pribadi maupun kolektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1982 : 16) yang mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi di dalam masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Kemampuan manusia dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya adalah universal. Masyarakat banyak beranggapan bahwa seorang anak dapat berbahasa tanpa adanya usaha. Mereka beranggapan bahwa kemampuan dalam berbahasa adalah wajar, seperti halnya wajar jika manusia dapat makan, minum, jalan, dan tidur. Anak yang bersuku Batak tentu dapat berbahasa Batak, anak yang bersuku Jawa tentu dapat berbahasa Jawa, dan anak Jepang tentu dapat berbahasa Jepang. Kepandaian berbahasa seakan akan merupakan soal keturunan belaka. Pendapat bahwa kepandaian berbahasa seseorang dari keturunan kurang tepat. Seorang anak akan dapat menguasai bahasa orang dewasa setelah bertahun-tahun latihan tanpa jemu-jemu dan kesalahan-kesalahan yang dibenarkan berulang-ulang. Meskipun anak keturunan orang Jawa, tetapi tidak dididik dan dibesarkan dalam lingkungan yang menggunakan bahasa Jawa maka anak tersebut tidak


(14)

akan pandai berbahasa Jawa. Anak akan pandai menggunakan bahasa yang digunakan dalam lingkungan tempat anak dididik dan dibesarkan. Keinginan untuk menggunakan salah satu bahasa yang menyebabkan seseorang dapat berbahasa suatu bahasa. Manusia menggunakan bahasa untuk saling berinteraksi dengan sesama. Bahasa dipelajari dan diajarkan oleh manusia bukan karena keturunan.

Para ahli bahasa menyelidiki bagaimana setiap bahasa itu dibentuk, bagaimana bahasa itu bervariasi menurut tempat dan berubah menurut waktunya yang berkerabat dengan bahasa-bahasa lainnya serta bagaimana digunakan oleh pemakainya. Penyelidikan para ahli mengatakan dari proses seperti ini timbul linguistik (ilmu bahasa). Linguistik sebagai ilmu mempunyai tataran bahasa yaitu: sintaksis, morfologi, fonologi, dan semantik atau disebut juga dengan hierarki bahasa.

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang sangat memerlukan bahasa untuk menyampaikan ide-ide yang terdapat dalam pikiran si pengarang. Bahasa juga merupakan alat untuk menyampaikan pesan atau amanat si pengarang kepada si pembaca. Novel terbentuk dari beberapa paragraf yang saling berhubungan. Dari bahasa yang diatur dengan baik dengan pengimajinasian, ungkapan, dan perbandingan karena adanya diksi , maka akan kita peroleh kesan terhadap novel tersebut. Kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf-paragraf yang membentuk sebuah novel tidak akan terlepas dari penggunaan frasa.

Frasa dapat dikaji secara struktural dan juga dapat dikaji secara generatif. Secara struktural frasa dikaji berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer 1994:360). Secara generatif menurut (Radford, 1998 : 86) mengatakan bahwa dengan atau tanpa pendamping sebuah kata dapat menjadi sebuah frasa sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti frasa lengkap.


(15)

Ramlan (1987:152) memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET. Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat (Samsuri, 1985:93). Dapat juga dikatakan bahwa frasa adalah gabungan kata yang bersifat non predikatif, artinya antara kedua unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur subjek-predikat-objek (Chaer, 1994:222).

Tata Bahasa Generatif adalah cabang linguistik teoretis yang bekerja untuk menyediakan seperangkat aturan yang secara akurat dapat memprediksi kombinasi kata yang mampu membuat tata bahasa kalimat yang benar. Studi tentang tata bahasa generatif dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang filsuf Amerika yang juga seorang penulis dan pengajar di bidang linguistik, Noam Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku yang

berjudul Syntactic Structure. Di dalam buku itu, Chomsky mengutarakan bahwa bahasa

berkaitan dengan aktivitas berfikir yang berhubungan juga dengan probabilitas berbahasa atau kreativitas berbahasa yang dapat dianalisis dan dijelaskan dengan teori linguistik. Akibat konsep tersebut teori merupakan sebuah hipotesis yang memiliki hubungan secara internal antara yang satu dengan yang lain. Gagasan inilah yang dimaksud Chomsky sebagai tata bahasa generatif. Sehubungan dengan itu maka pengertian tata bahasa generatif adalah tata bahasa yang berusaha menampilkan seperangkat kaidah kalimat yang terbatas dari kalimat yang tak terbatas jumlahnya.

Teori X-bar adalah salah satu bidang kajian Tata Bahasa Generatif Transformasi. Teori ini pada mulanya digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Teori X-bar bukanlah sesuatu yang asing


(16)

dalam literatur bahasa Indonesia. Teori ini telah diterapkan oleh Mulyadi dalam penelitiannya (1998) yang membicarakan frasa nomina dan farsa preposisi bahasa Indonesia (2002).

Adyana (2000 : 121) membicarakan frasa verba Indonesia dalam teori X-bar. Dia membuktikan adanya V’ (V bar) dalam bahasa Indonesia dan membuat konstruksi umum. Frasa verba bahasa Indonesia dalam diagram pohon belum pernah diteliti apalagi objek penelitiannya adalah Novel. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelaah struktur FV (Frasa Verba) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dengan menggunakan pendekatan sintaksis generatif yaitu teori X-bar.

1.1.2 Masalah

Masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket),

dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku?

2. Bagaimanakah kaidah struktur frasa verba yang terdapat dalam novel Sebuah Lorong

di Kotaku.

1.2Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti, sehingga dengan adanya batasan masalah, penelitian dapat terarah pada masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berdasarkan teori X-bar dan menetapkan kaidah sruktur frasa verba.


(17)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen (komp), keterangan

(ket), dan specifier (spec) dalam membentuk struktur frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku berdasarkan teori X-bar.

2. Menjabarkan kaidah struktur frasa verba dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku

berdasarkan teori X-bar.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan manfaat dan upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa Indonesia.

b. Memperkaya pengetahuan bahasa Indonesia, khususnya frasa verba (FV) berdasarkan analisis teori X-bar.

c. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang memakai pendekatan generatif.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumber data bagi peneliti lain yang mengkaji sintaksis bahasa Indonesia maupun dalam bahasa daerah lain yang berhubungan dengan


(18)

teori X-bar.

b. Sebagai bahan untuk pembelajaran frasa verba dengan menggunakan teori X-bar.

c. Sebagai bahan perbandingan untuk pembelajaran frasa verba dalam Bahasa Indonesia dengan novel Sebuah Lorong di Kotaku dalam kajian teori X-bar.


(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Frasa Verba

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, 2001:117). Frasa adalah unsur sintaksis yang terkecil. Menurut Keraf, frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan ini menimbulkan makna baru yang sebelumnya tidak ada. Salah satu jenis frasa yang dikemukakan adalah frasa verba (FV). Menurut Radford, frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal. Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan kategori frasa.

Frasa lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Abdul Chaer, 1994 : 222).

Secara struktural, frasa dikaji berdasarkan ciri-ciri formal yang ada, misalnya dalam menentukan kelas kata, untuk menyatakan kata kerja harus berdistribusi dengan frasa “dengan” dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling” (Chaer, 1994 : 360). Secara generatif menurut (Radford, 1998 : 86) mengatakan bahwa dengan atau tanpa pendamping sebuah kata dapat menjadi sebuah frasa sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti frasa lengkap. Namun yang menjadi fokus penelitian adalah


(20)

frasa verba (FV). Frasa verba adalah frasa yang memiliki fungsi sama dengan kata kerja biasanya menjadi predikat dalam kalimat.

Misalnya :

1. Ibu sedang memasak di dapur.

2. Semua siswa harus mengikuti upacara di lapangan.

Dalam contoh (1) dan (2) di atas yang menjadi frase verba dalam kalimat di atas yaitu (1) sedang memasak, (2) harus mengikuti.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori X-Bar

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada baik di lapangan maupun kepustakaan. Landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahas pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Mulyadi (1998 ) mengatakan bahwa menurut Chomsky teori X-bar bersifat universal, artinya bahwa teori ini dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa itu bersusunan SVO, SOV, dan sebagainya. Teori X-bar merupakan bagian dari transformasi generatif . Pada mulanya, teori ini digunakan untuk menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan pertama, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Permasalahan kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. Kemudian teori ini diterapkan pada tataran frasa (dengan symbol X”) dan kategori antara (intermediate category), yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa ( simnbol X’) yang menjadi dasar munculnya teori X-bar.


(21)

Teori X-bar semua frasa dijelaskan dengan satu inti leksikal. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Setiap inti proyeksi yang ditandai (X’) merupakan simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata dan dapat iteratif (berulang) (Haegemen, 1991 : 84). Inti yang dimaksudkan adalah inti dari FV adalah verba, inti dari FN adalah nomina, inti dari FA adalah adjektiva, dan inti dari FNum adalah numeralia. Misalnya, membaca merupakan inti verba pada frasa sedang membaca. Maka sedang membaca dikatakan FV. Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon (disebut juga tataran sintaksis). Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti verba, nomina, adjektifa, atau numeralia (dalam hal ini disimbolkan dengan X), dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan specifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X’), keterangan berkombinasi dengan X-bar (X’) membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi (X’) dan specifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar (X’) dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah frasa dengan bar tertinggi (X” atau FX)

2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Verba

Kaidah struktur frasa verba (FV) dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh V-bar (V’). Keterangan juga terletak di bawah V-bar tetapi tatarannya berbeda. Specifier sebagai satuan argumen yang dibawahi langsung oleh V-bar ganda (V”). Maka hubungan ketiganya adalah sebagai berikut :

Komplemen memperluas V menjadi V-bar Keterangan mempeluas V-bar menjadi V-bar


(22)

Specifier memperluas V-bar menjadi V-bar ganda (FV)

Menurut Haegemen (1992:32) konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat opsional (tidak wajib), sedangkan komplemen bersifat wajib. Specifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan pada posisi akhir berfungsi menutup frasa.

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa inti leksikal V bersama dengan koplemen membentuk konstituen V-bar. Apabila keterangan hadir pada FV, maka keterangan itu bersama V-bar akan membentuk konstituen V-bar berikutnya.

Adapun contoh kaidah struktur frasa verba (FV) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku adalah sebagai berikut :

Contoh : Kami [berangkat pada pagi hari sekali.] ( halaman 67) FV”

FV’ spec

V’ FP

V P FN

berangkat pada pagi hari sekali

Frasa verba mendominasi V’, dan inti leksikalnya tidak bercabang. Frasa verba dapat langsung menurunkan V tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier. Pada


(23)

opsional / sifatnya tidak wajib, karena meskipun frasa sekali dilesapkan, kaliamat berangkat pada pagi hari masih gramatikal.

2.2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat yang sudah dipelajari atau diselidiki (KBBI, 2005:1198). Pustaka adalah kitab, buku, atau buku primbon (KBBI, 2005:912). Menurut Chaer (1994) frasa juga didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

Haegemen (1992:95) dalam Introduction to Government ang Binding Theory mengatakan bahwa semua frasa dalam teori X-bar didominasi oleh sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir (terminal node) yang mendominasi kata. Inti merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. FV, misalnya didominasi oleh V (verba) sebagai inti. Menurut Mulyadi (2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-bar menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata.

Titin Sri Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar menjelaskan struktur internal FNum Bahasa Indonesia dibentuk oleh

komplemen, keterangan, dan specifier. Posisi komplemen dalam FNum dalam Bahasa

Indonesia selalu mengikuti inti leksikal. Dalam struktur FNum Bahasa Indonesia, specifier terjadi berulang, sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi yang dibentuknya.

Nova Sabar Menanti Situmorang (2007) dalam skripsinya Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar menjabarkan empat belas struktur kaidah FN bahasa Batak Toba yang dapat dibentuk oleh nomina sebagai inti leksikal. FN dalam bahasa Batak Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec).


(24)

Asmira Rahma Sari Lubis (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga : Analisis Teori X-bar menjabarkan lima belas struktur kaidah FNum bahasa Pesisir Sibolga yang dapat dibentuk oleh numeralia sebagai inti leksikal. Frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen (komp), keterangan (ket), dan specifier (spec).


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

3.1.1 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data tulis. Untuk mendapatkan data tulis diperlukan studi pustaka, yaitu dengan mencari buku yang menjadi sumber data (Nazir, 1998:111).

Dalam penelitian ini data tulis bersumber dari novel Sebuah Lorong di Kotaku yang ditulis oleh NH.Dini. Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang terdiri atas 105 halaman dan ditulis pada tahun 2002.

3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Metode ini dilakukan dengan menyimak frasa verba (FV) bahasa Indonesia dengan membaca novel Sebuah Lorong di Kotaku. Setelah menemukan FV kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik catat yaitu dengan mencatat data-data FV yang telah ditemukan pada novel tersebut. Data-data FV kemudian diklasifikasikan menurut inti leksikalnya.

3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setiap penelitian memerlukan sejumlah data untuk dianalisis. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik (Sudaryanto, 1993:55).


(26)

Teknik bagi unsur langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian atau unsur yang daya baginya bersifat intuitif. Contohnya terlihat pada kalimat berikut :

(1) Air [telah mengurang dari pagi tadi]. Catatan : data (1) halaman 25. FV”

aspek FV’ perfektum

V’ spec

V FP

telah mengurang dari pagi tadi

Teknik lesap digunakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok perhatian dalam proses analisis. Misalnya pada frasa telah mengurang, unsur inti adalah mengurang. Bila unsur ini dilesapkan menjadi telah, bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, bila yang dilesapkan adalah telah, maka kata mengurang masih gramatikal karena kata mengurang merupakan inti dari unsur tersebut.

Teknik ganti digunakan untuk mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya : verba menaikkan sepeda (halaman 45).

Apabila verba sepeda diganti dengan mobil, maka bentuk yang dihasilkan masih berterima

atau gramatikal.


(27)

FV”

FV’ Spec V’ FP

P FN V FN

menaikkan sepeda ke dalam kendaraan berkuda itu.

Teknik balik digunakan dengan membalik unsur satuan lingual data. Misalnya, pada frasa berjalan menuju (halaman 73). Frasa verba tersebut bila salah satu unsurnya dibalikkan, maka hasilnya tidak gramatikal, yaitu menuju berjalan. Frasa verba seperti ini tidak diterima secara sintaksis maupun semantik dalam Bahasa Indonesia.

Contoh : (3) Ayah [berjalan menuju rumah tua itu.] FV”

FV’ FP

V P’ FN

P N spec


(28)

3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian data dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni metode informal dan metode formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian secara formal tampak dalam penggambaran hierarki struktural dari frasa verba bahasa Indonesia. Struktur tersebut digambarkan dengan menggunakan diagram pohon yang merupakan salah satu ciri dari sintaksis generatif yang dikembangkan Chomsky.


(29)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Fungsi Gramatikal dalam Membentuk Strukur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku

4.1.1 Komplemen (Komp)

Komplemen adalah pemerlengkap yang berfungsi untuk melengkapi sebuah kata dalam pembentukan frasa verba (FN). Dalam bahasa Indonesia komplemen yang sering melengkapi frasa verba (FV) adalah frasa nomina (FN), frasa preposisi (FP), dan aspek (asp). Komplemen merupakan realisasi dari kategori leksikal yang kehadirannya bersifat wajib. Artinya, apabila komplemen tidak hadir maka struktur yang terbentuk menjadi tidak gramatikal. Komplemen berfungsi sebagai pelengkap sebuah kata dalam pembentukan sebuah frasa. Komplemen dalam frasa verba (FV) bahasa Indonesia dapat terletak di sebelah kanan maupun sebelah kiri inti leksikal. Frasa verba (FV) bahasa Indonesia yang komplemennya berupa aspek biasanya berada di sebelah kiri inti leksikal atau sebelum kategori leksikal. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut :

(4a) Kami [bergumul di atas pasir sungai.] (halaman 47) (4b) Kami [dipanggil nenek buat makan.] (halaman 54)

Pada (4a dan 4b), FV bergumul di atas pasir sungai dan dipanggil nenek buat makan

mempunyai inti leksikal bergumul dan dipanggil. Kedua elemen di atas dan nenek berfungsi sebagai komplemen karena kedua elemen tersebut langsung dibawahi oleh inti leksikal. Kedua elemen tersebut diperlukan inti leksikal untuk membentuk FV. Apabila komplemen dan inti leksikal dipisahkan dan mengalami pelesapan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Pembuktiannya dapat terlihat pada (4c dan 4d) berikut : (5a) Kami [bergumul di atas pasir sungai.]


(30)

(5b) Kami [dipanggil nenek buat makan.] (5c) Kami [di bergumul atas pasir sungai.] (5d) Kami [dipanggil buat makan.]

Frasa verba pada (4a) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (6) berikut :

(6). FV V + FP

Kami bergumul di atas pasir sungai. FV’

V’

V FP

P FN

bergumul di atas pasir sungai

Frasa verba pada (4b) dapat direpsentasikan pada skema X-bar (7) berikut : (7) FV V + FN


(31)

FV’

V’

V’ FP

V N

dipanggil nenek untuk makan

Perhatikan contoh berikut :

(8a). Kami [duduk di atas amben] yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8b). Seorang petani [membawa kiriman makanan] dari rumah. (halaman 68)

FV duduk di atas amben dan membawa kiriman makanan mempunyai inti leksikal duduk dan membawa. Inti leksikal ini memperlihatkan verba yang memiliki dua tipe inti leksikal, yaitu preposisi dan nomina. Elemen di atas dan kiriman makanan merupakan kategori verba yang mempunyai fungsi sebagai komplemen. Kedua elemen ini sangat diperlukan oleh inti leksikal untuk membentuk FV. Jika elemen tersebut dilesapkan atau dipindah letaknya, maka konstruksi yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.

(8c). Kami duduk’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8d). Seorang petani membawa’ dari rumah. (halaman 68)

(8e). Kami di atas duduk amben’ yang ada di samping meja makan. (halaman 74) (8f). Seorang petani kiriman makanan membawa’ dari rumah. (halaman 68)

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8a) diaplikasikan ke dalam skema diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(9) FV V + FP


(32)

FV

V’

V FP

duduk di atas amben

Apabila struktur frasa verba pada kalimat (8b) diaplikasikan ke dalam skema diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :

(10) FV V + FN

Seorang petani [membawa kiriman makanan dari rumah.] (halaman 68) FV’

FV

V’ FP

V FN


(33)

4.1.2 Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah atribut pendamping yang posisinya juga dibawahi oleh proyeksi maksimal tetapi tatarannya berbeda dengan komplemen. Keterangan berfungsi untuk menerangkan kata kerja yang terdapat dalam frasa verba Bahasa Indonesia. Keterangan yang dimaksud dapat berkategorikan nomina, preposisi, aspek, dan klausa. Letak keterangan dapat berada di sebelah kanan maupun di sebelah kiri inti leksikal.

Keterangan dalam frasa verba (FV) dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku bersifat opsional, karena kehadirannya dalam pembentukan struktur frasa verba tidak wajib. Artinya meskipun elemen ini dilesapkan maupun dipindahkan letak strukturnya, frasa yang terbentuk masih gramatikal dan kalimat yang dihasilkan masih berterima dalam tataran sintaksis Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada contoh-contoh berikut :

(11) Ayah [telah memberi] petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Pada (11) FV telah memberi memiliki inti leksikal memberi dan elemen aspek telah sebagai keterangan. Apabila elemen telah dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan masih dapat berterima sebab inti leksikal memberi dapat berdiri sendiri seperti pada contoh berikut

a. Ayah memberi’ petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Namun, apabila inti leksikal memberi yang dilesapkan, maka kalimat yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal sebab elemen keterangan tidak dapat berdiri sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut

b. Ayah telah petunjuk kepada saudara-saudaraku. (halaman 33)

Keterangan sebagai atribut dalam sebuah frasa pada kalimat di atas tidak dapat berdiri sendiri, karena mengakibatkan kalimat di atas menjadi tidak gramatikal .


(34)

dari hasil pelesapan itu, dapat disimpulkan bahwa keterangan dapat dihilangkan (bersifat tidak wajib).

Pada struktur frasa (12) sama halnya seperti struktur frasa (11) bahwa inti leksikal tidak dapat dilesapkan, sedangkan elemen keterangan yang mendampingi inti leksikal Bahasa Indonesia dapat dilesapkan, hanya saja peneliti ingin menunjukkan bahwa keterangan yang mendampingi inti leksikal Bahasa Indonesia bukan hanya berkategorikan aspek melainkan dapat juga berupa nomina seperti pada contoh berikut :

(12) Aku [membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna]. (halaman 56)

Inti leksikal pada (12) membawa tetap dapat berdiri sendiri dan menghasilkan kalimat yang gramatikal walaupun elemen hasil dilesapkan. Hal itu terbukti pada contoh di bawah ini :

a. Aku membawa anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56)

Namun, apabila frasa verba membawa hasil anyaman dipindah letakkan maka kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal dan masih dapat berterima, namun kalimat yang terbentuk memiliki makna baru.

b. Aku membawa anyaman hasil dari kertas-kertas berwarna.

Berdasarkan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keterangan dalam mendampingi FV Bahasa Indonesia bersifat opsional (tidak wajib). Artinya, tanpa kehadiran konstruksi kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal.

Contoh-contoh kalimat di atas direpresentasikan ke dalam skema X-bar sebagai berikut :

(13) FV asp + V


(35)

FV

V’

asp V

telah memberi

(14) FV FV + FN

Aku membawa hasil anyaman dari kertas-kertas berwarna. (halaman 56) FV

V’

V FN

N N

membawa hasil anyaman

Selain kategori aspek dan nomina, frasa verba (FV) Bahasa Indonesia dapat juga diikuti oleh atribut keterangan berupa preposisi. Seperti pada contoh berikut : (15) Meo [menghilang dari rumah selama dua hari.] (halaman 101)

Apabila frasa verba (FV) pada kalimat (15) diaplikasikan ke dalam skema X-bar atau diagram pohon, maka hasilnya akan terlihat seperti berikut :


(36)

Meo menghilang dari rumah selama dua hari. (halaman 101) FV

V’

V FP’

P’

P N FP

menghilang dari rumah selama 2 hari

Keterangan pada frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku (16) berkategorikan frasa preposisi (FP) yang letaknya berada di akhir frasa verba atau terletak di sebelah kanan inti leksikal. FP dari rumah berfungsi sebagai komplemen berada langsung di sebelah kanan inti leksikal menghilang. FP selama 2 hari berfungsi sebagai keterangan dan berada di sebelah kana inti leksikal. Struktur FV ini masih sesuai dengan struktur sintaksis Bahasa Indonesia dan hal ini juga tidak bertentangan dengan teori X-bar.

4.1.3 Specifier (Spec)

Specifier adalah satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh V” (verba ganda) atau frasa X dan mengakibatkan proyeksi maksimal dalam tataran sintaksis atau skema X-bar. Kategori ini merupakan proyeksi akhir pada sebuah frasa, pemerkuat objek yang ditegaskan pada frasa X. Posisi specifier bersifat opsional artinya dapat terletak di awal frasa (sebelah kiri inti leksikal) maupun di akhir frasa (sebelah kanan inti leksikal). Pada posisi awal, specifier berfungsi menerangkan frasa verba di depannya, sedangkan pada posisi


(37)

akhir specifier berfungsi menutup frasa. Berikut contoh frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku yang memproyeksikan specifier (Spec).

(17) Rumah [itu meminggir ke sebelah kiri.] (halaman 72)

Pada (17) FV itu meminggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir kemudian di sebelah kiri inti leksikal hadir kategori berupa pronominal itu yang berfungsi sebagai specifier. Specifier hadir sebelum inti leksikal yang berfungsi membuka frasa. Jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar, maka akan dihasilkan skema berikut :

(18) FV Spec + V + FP

Rumah itu meminggir ke sebelah kiri. (halaman 72) FV

Spec V’

V FP

Itu meminggir ke sebelah kiri

Pada (18) FV itu memingggir dibentuk oleh inti leksikal meminggir yang sebelumya didahului oleh kategori specifier berupa pronomina itu di sebelah kiri inti leksikal. Kemudian kategori specifier berupa pronomina itu juga hadir di sebelah kanan inti leksikal. Specifier ini juga muncul sebagai proyeksi akhir yang berfungsi menutup frasa.

Hal ini dapat kita liat pada contoh berikut :


(38)

(19b) FV FV + Spec FV

V’ Spec

V N

menangkap ikan itu

4.2 Kaidah Struktur Frasa Verba Dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku 4.2.1 FV Inti

(20) Saya [menunggu] paman. (halaman 58)

(21) FV

V’

V


(39)

Frasa verba di atas adalah frasa yang langsung membawahi inti leksikalnya atau dengan kata lain frasa tersebut mendominasi V’ (V-bar) dan kategori leksikalnya tidak bercabang. Artinya, frasa verba dapat langsung menurunkan verba ganda tanpa memiliki komplemen, keterangan, dan specifier. Kalimat di atas memiliki frasa verba menunggu

paman. Inti dari FV tersebut adalah menunggu. Kata menunggu pada kalimat tersebut juga

merupakan sebuah frasa verba (FV) meskipun tidak diikuti oleh atribut paman, karena kalimat yang dihasilkan tetap gramatikal yaitu saya menunggu.

.4.2.2 FN Inti + Komp

(22) Aku [menahan nafas.] (halaman 63)

(23) FV

V’

V N

menahan nafas

Strukutur frasa verba (23) dibentuk oleh inti leksikal menahan dan komplemen nafas. Keterangan dan specifier tidak hadir dalam struktur frasa ini sehingga simpul V’ (V-bar tunggal) tidak bersifat iteratif (berulang). Selanjutnya proyeksi maksimal FV tidak bercabang dan mendominasi konstituen V’.


(40)

4.2.3 FV Inti + Komp + Ket

(24) Ibu [berjalan mengikuti rombongan.] (halaman 91)

(25) FV’

V’

V FV

V N

berjalan mengikuti rombongan

Pada skema di atas struktur frasa nya melibatkan dua konstituen V’. Konstituen V’ terendah mendominasi sebuah inti leksikal berjalan dan komplemen mengikuti berada langsung di sebelah kanan inti leksikal. Nomina rombongan sebagai keterangan berada di sebelah kanan inti leksikal. Dalam struktur FV tersebut proyeksi maksimalnya tidak bercabang.

4.2.4 FV Asp + Inti + Komp

(26) Kami [sudah membawa makanan kami sendiri.] (halaman 93) Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(27) FV’


(41)

V’

V FN

sudah membawa makanan kami

Aspek perfektum sudah mendampingi langsung FV dan sebagai proyeksi maksimal, menjelaskan bahwa yang berfungsi sebagai keterangan, sedangkan FN makanan kami berfungsi sebagai komplemen yang berada di sebelah kanan inti leksikal membawa.

4.2.5 FV Inti + Spec

(28) Nenekmu [senang sekali kepadamu.] (halaman 59) Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(29) FV

V’ spec

V

senang sekali

Frasa di atas inti leksikal hanya didampingi oleh specifier. Komplemen dan keterangan tidak muncul dalam kaidah strukutur frasa di atas. Frasa verba sebagai proyeksi tertinggi menurunkan inti leksikal senang bersama dengan specifier sekali.


(42)

4.2.6 FV Ket + Inti + Komp

(30) Mereka [telah berada di dalam air.] (halaman 25)

(31) FV

asp V’

V FP

P FN

telah berada di dalam air

Aspek perfektum telah berfungsi sebagai keterangan dan berada langsung di sebelah kiiri inti leksikal. FP di dalam air berfungsi sebagai komplemen dan letaknya berada di sebelah kanan inti leksikal berada. Struktur ini sangat sesuai dengan struktur bahasa Indonesia.

4.2.7 FV Inti + Komp + Ket

(32) Seorang wanita [berdiri di depan membawa sebuah buku.] (halaman 88)


(43)

V’

V’ FV

V FP V FN

N N

berdiri di depan membawa sebuah buku

Dari skema di atas, struktur FV di atas inti leksikal berdiri dengan komplemen di depan di dominasi langsung oleh V’. Komplemen terletak di sebelah kanan inti leksikal dan tidak dihadiri oleh specifier. Frasa verba dalam kalimat di atas bersifat iteratif.

4.2.8 FV Ket + Inti + Ket

(34) Ibuku [telah berjalan di atas ubin beratap.] (halaman 56)

(35) FV

FV

asp V’ FP

V P FP


(44)

telah berjalan di atas ubin beratap

Frasa verba pada skema di atas memiliki inti leksikal berjalan. Struktur FV dijelaskan bahwa inti leksikal berjalan berdampingan dengan komplemen FV di atas ubin beratap dan keterangan telah yang merupakan aspek perfektum. Pada Bahasa Indonesia, keterangan dapat mengapit inti leksikal sebagai atribut yang mendampinginya.

4.2.9 FV Inti + Komp + Spec

(36) Paman [lebih jauh membawa kami.] (halaman 66)

(37) FV

spec FV

FA FV

A’ V’ FN

A V N

lebih jauh membawa kami

Pada skema di atas specifier muncul sebagai proyeksi maksimal di awal yang

berfungsi membuka frasa. Keterangan jauh diisi oleh adjektiva dalam kaidah struktur ini, komplemen diisi oleh FN kami sehinggan inti leksikal membawa diapit oleh keterangan di sebelah kiri dan komplemen di sebelah kanan inti leksikal.

4.2.10 FV Spec + Inti + Ket + Spec


(45)

(39) FV

FV

Spec V’ Spec

V FN

itu menunjukkan pokok pikiran sesungguhnya

Frasa verba pada skema di atas memiliki inti leksikal menunjukkan. Specifier

diturunkan langsung dari proyeksi maksimal yang terletak di sebelah kiri inti leksikalnya. Specifier bersifat iteratif karena hadir dua kali dalam membentuk struktur frasa. Specifier dapat berada di depan dan di belakang inti leksikal. Keterangan pokok pikiran hadir di sebelah kanan setelah inti leksikal.

4.2.11 FV Inti + Komp + Spec

(40) Ibuku [menerangkan semua itu.] (halaman 86)

(41) FV

FV

V N Spec


(46)

menerangkan semua itu

Dalam frasa verba Bahasa Indonesia , inti harus didampingi oleh komplemen sebagai atributnya. Pada skema (41) di atas inti leksikal didampingi specifier dan komplemen sebagai elemen yang membentuk frasa tersebut. Struktur FV dalam bagan ini menunjukkan hadirnya sebuah kategori komplemen dan specifier. Pada (41) komplemen verba adalah semua dan specifier itu. Elemen ini membentuk proyeksi maksimal.

4.2.12 FV Spec + Inti + Komp + Ket

(42) [Sekali lagi menunjukkan betapa hebat mereka.] (halaman 89) Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(43) FV

Spec V’

V FP

Sekali lagi menunjukkaan betapa hebat mereka

Pada contoh kaidah struktur FV Bahasa Indonesia di atas inti leksikal didampingi oleh ketiga fungsi gramatikal sekaligus, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Dalam hal ini, betapa adalah komplemen, hebat adalah keterangan, dan sekali merupakan specifier.

Kalimat ‘Sekali lagi itu menunjukkan betapa hebat mereka’ merupakan kalimat yang lengkap karena mempunyai inti, komplemen, keterangan, dan specifier sekaligus dalam satu kalimat.


(47)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Struktur internal frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur mendasar FV adalah verba plus komplemen dan keterangan yang berkategori nomina, preposisi dan aspek. Dalam Bahasa Indonesia komplemen, keterangan, dan specifier dapat terletak di awal frasa (di sebelah kiri inti leksikal) dan juga di akhir frasa (di sebelah kanan inti leksikal). Keterangan bersifat iteratif karena dapat hadir lebih dari satu kali dalam membentuk skema X-bar frasa verba.

Kaidah struktur frasa verba yang terbentuk dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku ada 12 kaidah, yaitu :

1. FV Inti

2. FV Inti + Komp

3. FV Inti + Ket + Spec

4. FV Asp + Inti + Komp

5. FV Inti + Spec

6. FV Ket + Inti + Komp

7. FV Inti + Komp + Ket

8. FV Ket + Inti + Ket

9. FV Inti + Komp + Spec

10.FV Spec + Inti + Ket + Spec

11.FV Inti + Komp + Ket


(48)

5.2 Saran

Sejauh yang diketahui, pengujian frasa verba dengan menggunakan teori X-bar masih sedikit yang meneliti, karena itu disarankan kepada peneliti-peneliti lain untuk meneliti frasa verba dengan menggunakan teori X-bar pada bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia agar diperoleh manfaat yang besar dalam upaya pengembangan kajian sintaksis Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan sintaksis generatif.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2006. Tatabahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Haegemen, Liliane. 1992. Introduction to Government and Binding Theory.Oxford:

Blackwell.

Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas kata dalam bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:Gramedia Pustaka.

Mulyadi. 2002. “Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar”. Studi Kultura, 1 : 62- 74.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Radford, Andrew. 1988. Transformational Grammar. Cambridge: Cambridge University

Press.

Ramlan, M. 1985. Sintaksis (Edisi Keenam). Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Airlangga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press


(50)

SKRIPSI

Lubis, Asmira Rahma Sari. 2007. “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Siagian, July Fernando. 2003. “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Situmorang, Nova Sabar Menanti. 2007. “Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Torong, Sri Wahyuni. 1999. “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Wahyuni, Titin Sri. 2004. “Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.


(1)

(39) FV

FV

Spec V’ Spec

V FN

itu menunjukkan pokok pikiran sesungguhnya

Frasa verba pada skema di atas memiliki inti leksikal menunjukkan. Specifier diturunkan langsung dari proyeksi maksimal yang terletak di sebelah kiri inti leksikalnya. Specifier bersifat iteratif karena hadir dua kali dalam membentuk struktur frasa. Specifier dapat berada di depan dan di belakang inti leksikal. Keterangan pokok pikiran hadir di sebelah kanan setelah inti leksikal.

4.2.11 FV Inti + Komp + Spec

(40) Ibuku [menerangkan semua itu.] (halaman 86)

(41) FV

FV

V N Spec


(2)

menerangkan semua itu

Dalam frasa verba Bahasa Indonesia , inti harus didampingi oleh komplemen sebagai atributnya. Pada skema (41) di atas inti leksikal didampingi specifier dan komplemen sebagai elemen yang membentuk frasa tersebut. Struktur FV dalam bagan ini menunjukkan hadirnya sebuah kategori komplemen dan specifier. Pada (41) komplemen verba adalah semua dan specifier itu. Elemen ini membentuk proyeksi maksimal.

4.2.12 FV Spec + Inti + Komp + Ket

(42) [Sekali lagi menunjukkan betapa hebat mereka.] (halaman 89) Representasi struktur frasanya adalah sebagai berikut :

(43) FV

Spec V’

V FP

Sekali lagi menunjukkaan betapa hebat mereka

Pada contoh kaidah struktur FV Bahasa Indonesia di atas inti leksikal didampingi oleh ketiga fungsi gramatikal sekaligus, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Dalam hal ini, betapa adalah komplemen, hebat adalah keterangan, dan sekali merupakan specifier.

Kalimat ‘Sekali lagi itu menunjukkan betapa hebat mereka’ merupakan kalimat yang lengkap karena mempunyai inti, komplemen, keterangan, dan specifier sekaligus dalam satu kalimat.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Struktur internal frasa verba Bahasa Indonesia dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur mendasar FV adalah verba plus komplemen dan keterangan yang berkategori nomina, preposisi dan aspek. Dalam Bahasa Indonesia komplemen, keterangan, dan specifier dapat terletak di awal frasa (di sebelah kiri inti leksikal) dan juga di akhir frasa (di sebelah kanan inti leksikal). Keterangan bersifat iteratif karena dapat hadir lebih dari satu kali dalam membentuk skema X-bar frasa verba.

Kaidah struktur frasa verba yang terbentuk dalam novel Sebuah Lorong di Kotaku ada 12 kaidah, yaitu :

1. FV Inti

2. FV Inti + Komp 3. FV Inti + Ket + Spec 4. FV Asp + Inti + Komp 5. FV Inti + Spec

6. FV Ket + Inti + Komp 7. FV Inti + Komp + Ket 8. FV Ket + Inti + Ket 9. FV Inti + Komp + Spec 10.FV Spec + Inti + Ket + Spec 11.FV Inti + Komp + Ket 12.FV Spec + Inti + Komp + Ket


(4)

5.2 Saran

Sejauh yang diketahui, pengujian frasa verba dengan menggunakan teori X-bar masih sedikit yang meneliti, karena itu disarankan kepada peneliti-peneliti lain untuk meneliti frasa verba dengan menggunakan teori X-bar pada bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia agar diperoleh manfaat yang besar dalam upaya pengembangan kajian sintaksis Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan sintaksis generatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2006. Tatabahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Haegemen, Liliane. 1992. Introduction to Government and Binding Theory.Oxford:

Blackwell.

Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas kata dalam bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:Gramedia Pustaka.

Mulyadi. 2002. “Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar”. Studi Kultura, 1 : 62- 74.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Radford, Andrew. 1988. Transformational Grammar. Cambridge: Cambridge University Press.

Ramlan, M. 1985. Sintaksis (Edisi Keenam). Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Airlangga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press


(6)

SKRIPSI

Lubis, Asmira Rahma Sari. 2007. “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Siagian, July Fernando. 2003. “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Situmorang, Nova Sabar Menanti. 2007. “Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Torong, Sri Wahyuni. 1999. “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Wahyuni, Titin Sri. 2004. “Frasa Numeralia Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-bar.” (skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.