Bentuk Perlindungan Bank terhadap Nasabah dalam Kegiatan Bancassurance

BAB III BENTUK PERLINDUNAN BANK YANG DITERAPKAN OLEH

BANCASSURANCE

A. Bentuk Perlindungan Bank terhadap Nasabah dalam Kegiatan Bancassurance

menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1235DPNP Nasabah yang menyimpan dananya di Bank umumnya mempunyai berbagai tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang disimpannya pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan adanya balas jasa dari bank atas penggunaan dana tersebut. Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab. Aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1235DPNP adalah aktivitas kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui Bank. Aktivitas kerjasama ini diklasifikasikan dalam 3 tiga model bisnis sebagai berikut: 1. Referensi Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran Bank dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah. Universitas Sumatera Utara Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut: a. Referensi dalam Rangka Produk Bank Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada Bank atas Risiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau jasa yang dilaksanakan oleh Bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena Bank sebagai penerima manfaat. Contoh produk Bank yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah: 1 Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayaioleh Bank serta asuransi jiwa terhadap nasabahpeminjam debitur. 2 Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajibanasuransi kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Bank. 3 Kredit kepada pegawaipensiunan yang disertai kewajiban asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam debitur. b. Referensi Tidak dalam Rangka Produk Bank Bank mereferensikan produk asuransi yang tidak menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dapat dilakukan melalui: Universitas Sumatera Utara 31 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1235DPNP Butir I,1,a. 1 Bank meneruskan brosur, leaflet, danatau hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, danatau penjelasan dari perusahaan asuransi mitra Bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah Bank, baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website Bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang direferensikan melalui pemasaran tersebut, maka Bank harus mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra Bank yang bersangkutan. 2 Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor Bank yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran produk asuransi in-branch sales kepada nasabah. 3 Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran produk asuransi dengan mematuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud butir II.B.3. 31 Maka yang menjadi bagian dari tugas bank dalam model bisnis referensi dalam rangka produk bank maupun tidak dalam rangka produk bank, tidak ada bentuk tanggung jawab yang bisa dibebankan kepada bank. Yang dimaskud disini adalah bank tidak dapat dituntut apabila dikemudian hari terjadi masalah hukum antara nasabah dengan pihak dari asuransi mitra bank. Karena dalam memutuskan pilihan perusahaan asuransi mana yang akan dipakai adalah murni keputusan Universitas Sumatera Utara nasabah tanpa ada unsur paksaan. Posisi bank hanya mereferensikan atau merekomendasikan perusahaan asuransi mana yang dapat diikuti. Contoh untuk referensi dalam rangka produk bank adalah pada Bank Internasional Indonesia BII untuk nasabah yang melakukan kredit kendaraan bermotor maka BII yang bekerja sama dengan Asuransi Sinar Mas akan mengcover resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. Walaupun hanya dengan Asuransi Sinar Mas bank bekerjasama namun nasabah diberi keleluasaan. Artinya nasabah boleh memilih mengasuransikan kreditnya atau tidak. Contoh lain dari bentuk kerjasama referensi dengan produk bank ini terwujud dalam kerjasama yang dilakukan oleh bank permata dan PT. Prudential yang meluncurkan kerjasama bancassurance. Produk ini diperkenalkan pada maret 2010 dengan nama produk PRESTIGElink Assurance Account. Penawaran ini dilakukan kepada nasabah yang datang ke bank permata dan mencari asuransi, maka pihak bank akan menawarkan produk ini. Nasabah boleh membeli atau tidak terhadap produk bancassurance ini. 2. Kerjasama Distribusi Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada nasabah. Penjelasan dari Bank dapat dilakukan melalui tatap muka dengan nasabah danatau dengan menggunakan sarana komunikasi telemarketing, termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank. Peran Bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah, tetapi Bank Universitas Sumatera Utara juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan Risiko dari produk yang dipasarkan dan meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra Bank. 3. Integrasi Produk Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah dengan cara melakukan modifikasi danatau menggabungkan produk asuransi dengan produk Bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dilakukan oleh Bank dengan cara menawarkan atau menjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka danatau dengan menggunakan sarana komunikasi telemarketing, termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank. Dengan demikian, peran Bank tidak hanya meneruskan dan memberikan penjelasan yang terkait dengan produk asuransi kepada nasabah, tetapi juga menindaklanjuti aplikasi nasabah atas bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi kepada perusahaan asuransi mitra Bank. Contoh kerjasama ini adalah kerjasama bancassurance yang dilakukan oleh BTPN dengan asuransi Allianz, produknya adalah kredit pensiun. Dalam produk ini nasabah akan diberi penawaran pinjaman disertai adanya asuransi jiwa. Jika nasabahnya meninggal maka, produk ini akan memberikan santunan berupa uang kepada ahli warisnya. Jadi selain memperoleh pinjaman juga memperoleh polis asuransi. Dari contoh kerjasama tersebut artinya nasabah tidak bisa memilih asuransi yang mana yang diinginkan oleh nasabah. Karena bank dan pihak asuransi sudah menentukan dalam produk bancassurancenya. Universitas Sumatera Utara 32 Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir II.B.1 a,b,c. Maka, ketika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi maka, nasabah bisa juga menuntut pertanggung jawaban bank. Yang mengacu pada butir II.B.1 a,b,c SEBI 1235DPNP yaitu: a. Penetapan Perusahaan Asuransi yang Menjadi Mitra Bank Bank wajib melakukan penilaian terhadap perusahaan asuransi yang menjadi mitra Bank dalam bancassurance dengan memenuhi paling kurang hal-hal sebagai berikut: 1 Perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra Bank adalah perusahaan asuransi yang memiliki tingkat solvabilitas paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan data terkini dari Bapepam dan LK. 2 Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra Bank telah memperoleh surat persetujuan dari Menteri Keuangan untuk melakukan bancassurance. 3 Bank wajib memantau, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja danatau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank secara berkala paling kurang sekali dalam 1 satu tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan kondisi kinerja danatau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank yang diketahui melalui berbagai sumber informasi. 32 Dari butir diatas dapat dijabarkan, bank dalam rangka memilih rekan mitra dalam perjanjian bancassurance haruslah melihat beberapa kriteria diatas. Apabila dalam prakteknya ternyata perusahaan asuransi wanprestasi maka artinya bank dalam memilih perusahaan asuransi mitra tidak menepati ketentuan yang Universitas Sumatera Utara sudah diatur dalam SEBI 1235DPNP. Nasabah dapat meminta pertanggungjawaban bank mengingat bank telah salah dalam menggandeng perusahaan asuransi mitra. Sehingga bank tidak dapat lepas tangan apabila terjadi wanprestasi oleh asuransi mitra. Tanggungjawab bank dapat dilihat dari contoh kasus dimana adanya keterlambatan pembayaran klaim asuransi yang secara hukum telah jatuh tempo, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung dapat menimbulkan resiko bagi bank saat asuransi melakukan kelalaian penyelesaian klaim. Posisi nasabah dalam SEBI 1235DPNP dapat dikatakan bahwa didalamnya kepentingan nasabah tidak disinggung. Karena SEBI hanya mengatur tentang manajemen risiko bank. Padahal dalam pelaksanaan Bancassurance, nasabah merupakan organ penting dan harus diperhatikan. Nasabah harus diberitahu mengenai sejauh mana tanggungjawab bank maupun perusahaan asuransi terkait produk yang diikutinya. B. Penerapan Prinsip Perlindungan Nasabah Bancassurance ditinjau dari Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP Berdasarkan SEBI 1235DPNP butir II.4 Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pokok transparansi berkaitan dengan asuransi yang dipasarkan, antara lain: 1. Menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah: a. Asuransi yang dipasarkan bukan merupakan produk dan tanggung jawab Bank serta tidak termasuk dalam cakupan program penjaminan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan mengenai Universitas Sumatera Utara lembaga penjamin simpanan, meskipun terdapat logo danatau atribut Bank dalam brosur atau dokumen pemasaran marketing lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk. b. Penggunaan logo danatau atribut Bank lainnya dalam brosur atau dokumen pemasaran marketing lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya bertujuan untuk menunjukkan adanya kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank. c. Karakteristik asuransi mencakup antara lain fitur, Risiko, manfaat, biaya- biaya asuransi, persyaratan kepesertaan, dan prosedur klaim oleh nasabah. 2. Khusus untuk bancassurance melalui model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk: a. Bank harus memastikan bahwa nasabah telah memahami penjelasan mengenai manfaat dan Risiko produk baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis sebagaimana tercantum dalam dokumen pemasaran penawaran. b. Pernyataan nasabah bahwa nasabah telah memahami manfaat dan Risiko produk sebagaimana dimaksud pada bagian 2 huruf a, harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah, dibuat dalam bahasa Indonesia, dan ditanda tangani oleh nasabah dengan menggunakan tanda tangan basah. Universitas Sumatera Utara 33 Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir II.4. 34 Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir I.3. c. Bank harus memastikan bahwa pihak nasabah yang menandatangani dokumen tertulis merupakan pihak yang berwenang menandatangani. d. Bank harus memastikan bahwa logo dan atribut bank tidak dicantumkan dalam polis asuransi. e. Untuk asurani yang bersifat kolektif, setiap nasabah harus memperoleh tanda kepersertaan, maka tanda kepesertaan tersebut harus menyatakan secara jelas bahwa risiko asuransi menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi. f. Bank harus transparan kepada nasabah mengenai biaya-biaya yang harus dibayar, termasuk apabila dalam premi asuransi yang harus dibayar terdapat perhitungan komponen biaya lain seperti biaya provisi, biaya administrasi, danatau komisi yang diberikan perusahaan asuransi mitra Bank kepada bank dalam rangka bancassurance. 33 Selain mengatur tentang kerjasama antara bank dan pihak asuransi, SEBI 1235DPNP juga mengatur tentang batasan tanggung jawab bank terhadap nasabah yang membuka polis melalui bancassurance. Dalam butir I.3 SEBI 1235DPNP menyatakan bahwa: “Dalam melakukan bancassurance, Bank dilarang menanggung atau turut menanggung risiko yang timbul dari produk asuransi yang ditawarkan. Segala risiko dari produk asuransi tersebut menjadi tanggungan perusahaan mitra Bank”. 34 Universitas Sumatera Utara 35 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: Sinar grafika :2008, hlm. 97. Jika dikaitkan terhadap prinsip tanggung jawab maka bank selaku pelaku usaha juga termasuk bertanggung jawab terhadap produk yang dipasarkannya, diproduksinya, dan diperdagangkannya product liability. Artinya, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk barangjasa yang dipasarkannya. 35 Tanggung jawab bank yang harus dipikul oleh bank sehubungan dengan tanggung jawab bank dalam perjanjian bancassurance terkait dengan tiga bentuk kerjasama bancassurance yaitu bentuk kerjasama referensi, distribusi, serta kerjasama interasi produk. Untuk ketiga bentuk kerjasama ini bila menerapkan Undang-undang Perlindungan Konsumen sebagai acuan untuk menuntut bank bila terjadi masalah maka bank dapat dikenai prinsip tangung jawab mutlak strick liability. Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, prinsip strict liability tercerminkan dalam pasal 19 ayat 1, pasal 20, pasal 24 butir a,b, pasal 25 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK. Pasal 19 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yan dihasilkan atau diperdagangkan. Selanjutnya, Pasal 20 Pelaku usaha periklanan bertangung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yan ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pasal 24 ayat 1 huruf a,b mengatakan Pelaku usaha yang menjual barang danatau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang danatau jasa tersebut; Universitas Sumatera Utara pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang danatau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi. Pasal 25 ayat 1,2 huruf a,b dimana, Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam bataswaktu sekurang- kurangnya 1 satu tahun wajib menyediakan suku cadang danatau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertanggung jawab atas tuntutan gantirugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang danatau fasilitas perbaikan; tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan. Keseimbangan perlindungan antara produsen dengan konsumen menampakan fungsi hukum adalah sarana pengendalian hidup bermasyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial. Dengan demikian secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan. Untuk ketiga bentuk kerjasama bancassurance, bila menerapkan Undang-undang Perlindungan Konsumen sebagai acuan untuk menuntut bank bila terjadi masalah maka bank dapat dikenai prinsip tanggung jawab mutlak strict liabillity. karena bank dalam perjanjian bancassurance bisa dianggap sebagai pelaku usaha. Bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, Bank turut serta memasarkan produk bancassurance. Universitas Sumatera Utara 36 Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Jakarta: Nusa Media, 2008, hlm. 65. 37 Jerry J. Philliphs, Product Liabillity Minnesota: West Publishing Company, 1993, hlm. 221-222. Bank membantu, mengarahkan juga menyarankan kepada nasabah supaya nasabah mengambil produk bancassurance tersebut. Walaupun yang memberi penjelasan adalah financial advisor perusahaan asuransi yang ditempatkan di bank tersebut. Bank ikut mencantumkan logonya ke dalam promosi produk bancassurance seperti leaflet dan brosur produk bancassurance, juga bank memberi ruang tersendiri bagi pihak asuransi untuk memberi penjelasan kepada nasabahnya terkait dengan produk bancassurance. Bank mendapat keuntungan dengan mendapatkan fee based income dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya. Termasuk didalamnya keuntungan ketika nasabah yang sudah menjadi nasabah bancassurance membayar premi asuransi. 36 Sebagai perkembangan terakhir dalam pembebanan tanggung gugat produsen terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen akibat penggunaan produk cacat adalah dengan diterapkannya Strict Liability, sehingga tanggung gugat produsen pada umumnya dipergunakan tiga saluran, yaitu: negligence, breach of warranty, dan strict liability. 37 Dalam prinsip strict liabillity ini tidak lagi dipersoalkan ada atau tidaknya kesalahan, tetapi pelaku usaha dalam hal ini bank lansung bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan apabila produk bancassurance-nya ternyata menimbulkan kerugian bagi nasabah bank tersebut. Atau dengan kata lain bank dianggap harus bertanggung jawab apabila telah timbul kerugian pada konsumen dan oleh karena itu pelaku usaha harus menggantikan kerugian itu. Memang, di Indonesia sampai saat ini keberadaan bancassurance masih belum diatur secara hukum. Universitas Sumatera Utara 38 Agnes M. Toar, “Penyalahgunaan Keadaan dan Tanggung Jawab atas Produk di Indonesia”, Jakarta, seminar yayasan pusat pengkajian indonesia bekerjasama dengan badan pembina hukum nasional, Jakarta, 25-26 Agustus, 1988, hlm. 23. 39 Aubrey L. Diamond, Product Liability: Compensation for death and Personal Injury in English Law The british Institute of International and Comparative Law, 1986, hlm. 31. 40 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia Yogyakarta: Liberty, 1982, hlm. 108. Pembebanan tanggung gugat berdasarkan strict liability juga dapat dilihat dari pendapat Traynor yang menyatakan bahwa seharusnya sudah ditiadakan usaha pembuktian negligence, dan diakui bahwa produsen bertanggung gugat mutlak atas produknya yang cacat. Pendapat ini akhirnya menjadi mantap dan berhasil memengaruhi sebagian besar pengadilan. 38 Penerapan Strict liability terhadap produsen ini akan banyak memberikan perlindungan kepada konsumen karena tidak dibebani untuk membuktikan kesalahan produsen pada saat terjadi kerugian akibat penggunaan suatu produk. Sebagai jalan keluar untuk mengatasi kesulitan pembuktian bagi konsumen, di negara-negara maju pada umumnya tanggung gugat tidak lagi didasarkan pada kesalahan produsen dengan beban pembuktian pada konsumen, namun pada produsen, atau tanggung gugat atas dasar strict liability, yaitu tanggung gugat yang terlepas dari kesalahan atau kelalaian dianggap tidak relevan dengan tanggung gugat ini. 39 Secara umum pembebanan pembuktian yang dianut di Indonesia adalah baik penggugat maupun tergugat dapat dibebani pembuktian. Terutama penggugat wajib membuktikan peristiwa yang diajukan, sedang tergugat berkewajiban membuktikan bantahannya. 40 hal ini berarti bahwa untuk dapat memperoleh ganti kerugian, penggugat konsumen harus membuktikan kesalahan produsen yang mengakibatkan kerugiannya. Dengan demikian, kewajiban untuk berhati-hati buka hanya dibebankan kepada konsumen. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Knottembelt bahwa kewajiban untuk berhati-hati ini bukan hanya dibebankan kepada produsen Universitas Sumatera Utara 41 Nurhayati Abbas, Hukum Perlindungan Konsumen dan beberapa Aspeknya Ujungpandang: 1996, hlm. 31. 42 Gerald J. Thain, Consumer Law Its Development and Present State in USA Ujungpandang: Elips Project, 1996, hlm. 5. berdasarkan kepatutan, namun juga kewajiban ini ditujukan terhadap konsumen sebagai pencegah timbulnya kerugian. 41 Pemberdayaan konsumen dapat dilakukan melalui penerapan hukum perlindungan konsumen yang memadai, di mana hukum perlindungan konsumen ini menjadi relevan pada tiga tahap transaksi konsumen, yaitu prapembelian, saat pembelian, dan purna pembelian. 42 Universitas Sumatera Utara 43 Nieuwenhuis, Pokok-PokokHukum Perikatan, terjemahan Djasih Saragih Surabaya: Universita airlangga, 1985, hlm. 57. 44 Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi Konsumen di Indonesia, Cetakan ke 2 Jakarta: Rajawali Pers,2013, hlm. 78.

BAB IV KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN