BAB III BENTUK PERLINDUNAN BANK YANG DITERAPKAN OLEH
BANCASSURANCE
A. Bentuk Perlindungan Bank terhadap Nasabah dalam Kegiatan Bancassurance
menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1235DPNP
Nasabah yang menyimpan dananya di Bank umumnya mempunyai berbagai tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang
disimpannya pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan adanya balas jasa dari bank atas penggunaan dana tersebut.
Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab.
Aktivitas kerjasama pemasaran antara bank dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance dalam Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 1235DPNP adalah aktivitas kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui Bank. Aktivitas
kerjasama ini diklasifikasikan dalam 3 tiga model bisnis sebagai berikut: 1.
Referensi Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk
asuransi, dengan Bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran Bank dalam melakukan pemasaran
terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada
perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut: a.
Referensi dalam Rangka Produk Bank Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang
menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut
dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada Bank atas Risiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau jasa yang
dilaksanakan oleh Bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai
pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena Bank sebagai penerima manfaat. Contoh produk Bank
yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah: 1
Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayaioleh
Bank serta asuransi jiwa terhadap nasabahpeminjam debitur. 2
Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajibanasuransi kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Bank.
3 Kredit kepada pegawaipensiunan yang disertai kewajiban
asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam debitur. b.
Referensi Tidak dalam Rangka Produk Bank Bank mereferensikan produk asuransi yang tidak menjadi
persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dapat dilakukan melalui:
Universitas Sumatera Utara
31
Surat Edaran Bank Indonesia No. 1235DPNP Butir I,1,a.
1 Bank meneruskan brosur, leaflet, danatau hal-hal sejenis yang
memuat penawaran, informasi, danatau penjelasan dari perusahaan asuransi mitra Bank atas suatu produk asuransi
kepada nasabah Bank, baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website
Bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang direferensikan
melalui pemasaran tersebut, maka Bank harus mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra Bank yang bersangkutan.
2 Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor Bank
yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran produk asuransi in-branch sales
kepada nasabah. 3
Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra Bank dalam rangka pemasaran
produk asuransi dengan mematuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud butir II.B.3.
31
Maka yang menjadi bagian dari tugas bank dalam model bisnis referensi dalam rangka produk bank maupun tidak dalam rangka produk bank, tidak ada
bentuk tanggung jawab yang bisa dibebankan kepada bank. Yang dimaskud disini adalah bank tidak dapat dituntut apabila dikemudian hari terjadi masalah hukum
antara nasabah dengan pihak dari asuransi mitra bank. Karena dalam memutuskan pilihan perusahaan asuransi mana yang akan dipakai adalah murni keputusan
Universitas Sumatera Utara
nasabah tanpa ada unsur paksaan. Posisi bank hanya mereferensikan atau merekomendasikan perusahaan asuransi mana yang dapat diikuti.
Contoh untuk referensi dalam rangka produk bank adalah pada Bank Internasional Indonesia BII untuk nasabah yang melakukan kredit kendaraan
bermotor maka BII yang bekerja sama dengan Asuransi Sinar Mas akan mengcover resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. Walaupun hanya dengan
Asuransi Sinar Mas bank bekerjasama namun nasabah diberi keleluasaan. Artinya nasabah boleh memilih mengasuransikan kreditnya atau tidak. Contoh lain dari
bentuk kerjasama referensi dengan produk bank ini terwujud dalam kerjasama yang dilakukan oleh bank permata dan PT. Prudential yang meluncurkan
kerjasama bancassurance. Produk ini diperkenalkan pada maret 2010 dengan nama produk PRESTIGElink Assurance Account. Penawaran ini dilakukan kepada
nasabah yang datang ke bank permata dan mencari asuransi, maka pihak bank akan menawarkan produk ini. Nasabah boleh membeli atau tidak terhadap produk
bancassurance ini. 2.
Kerjasama Distribusi Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran
produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung
kepada nasabah. Penjelasan dari Bank dapat dilakukan melalui tatap muka dengan nasabah danatau dengan menggunakan sarana komunikasi telemarketing,
termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank. Peran Bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi
produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra Bank kepada nasabah, tetapi Bank
Universitas Sumatera Utara
juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan Risiko dari produk yang dipasarkan dan
meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra Bank.
3. Integrasi Produk
Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan Bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah
dengan cara melakukan modifikasi danatau menggabungkan produk asuransi dengan produk Bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dilakukan oleh Bank
dengan cara menawarkan atau menjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka danatau dengan menggunakan sarana komunikasi telemarketing,
termasuk melalui surat, media elektronik, dan website Bank. Dengan demikian, peran Bank tidak hanya meneruskan dan memberikan penjelasan yang terkait
dengan produk asuransi kepada nasabah, tetapi juga menindaklanjuti aplikasi nasabah atas bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi
kepada perusahaan asuransi mitra Bank. Contoh kerjasama ini adalah kerjasama bancassurance yang dilakukan
oleh BTPN dengan asuransi Allianz, produknya adalah kredit pensiun. Dalam produk ini nasabah akan diberi penawaran pinjaman disertai adanya asuransi jiwa.
Jika nasabahnya meninggal maka, produk ini akan memberikan santunan berupa uang kepada ahli warisnya. Jadi selain memperoleh pinjaman juga memperoleh
polis asuransi. Dari contoh kerjasama tersebut artinya nasabah tidak bisa memilih asuransi yang mana yang diinginkan oleh nasabah. Karena bank dan pihak
asuransi sudah menentukan dalam produk bancassurancenya.
Universitas Sumatera Utara
32
Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir II.B.1 a,b,c.
Maka, ketika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi maka, nasabah bisa juga menuntut pertanggung jawaban bank. Yang mengacu pada butir
II.B.1 a,b,c SEBI 1235DPNP yaitu: a.
Penetapan Perusahaan Asuransi yang Menjadi Mitra Bank Bank wajib melakukan penilaian terhadap perusahaan asuransi yang
menjadi mitra Bank dalam bancassurance dengan memenuhi paling kurang hal-hal sebagai berikut:
1 Perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra Bank adalah
perusahaan asuransi yang memiliki tingkat solvabilitas paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan data
terkini dari Bapepam dan LK. 2
Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra Bank telah memperoleh surat persetujuan dari Menteri Keuangan untuk
melakukan bancassurance. 3
Bank wajib memantau, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja danatau reputasi perusahaan asuransi mitra Bank secara berkala
paling kurang sekali dalam 1 satu tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan kondisi kinerja danatau reputasi
perusahaan asuransi mitra Bank yang diketahui melalui berbagai sumber informasi.
32
Dari butir diatas dapat dijabarkan, bank dalam rangka memilih rekan mitra dalam perjanjian bancassurance haruslah melihat beberapa kriteria diatas.
Apabila dalam prakteknya ternyata perusahaan asuransi wanprestasi maka artinya bank dalam memilih perusahaan asuransi mitra tidak menepati ketentuan yang
Universitas Sumatera Utara
sudah diatur dalam SEBI 1235DPNP. Nasabah dapat meminta pertanggungjawaban bank mengingat bank telah salah dalam menggandeng
perusahaan asuransi mitra. Sehingga bank tidak dapat lepas tangan apabila terjadi wanprestasi oleh asuransi mitra.
Tanggungjawab bank dapat dilihat dari contoh kasus dimana adanya keterlambatan pembayaran klaim asuransi yang secara hukum telah jatuh tempo,
sehingga secara langsung ataupun tidak langsung dapat menimbulkan resiko bagi bank saat asuransi melakukan kelalaian penyelesaian klaim.
Posisi nasabah dalam SEBI 1235DPNP dapat dikatakan bahwa didalamnya kepentingan nasabah tidak disinggung. Karena SEBI hanya mengatur
tentang manajemen risiko bank. Padahal dalam pelaksanaan Bancassurance, nasabah merupakan organ penting dan harus diperhatikan. Nasabah harus
diberitahu mengenai sejauh mana tanggungjawab bank maupun perusahaan asuransi terkait produk yang diikutinya.
B. Penerapan Prinsip Perlindungan Nasabah Bancassurance ditinjau dari Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP
Berdasarkan SEBI 1235DPNP butir II.4 Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pokok transparansi berkaitan dengan asuransi yang dipasarkan,
antara lain: 1.
Menjelaskan secara lisan dan tertulis kepada nasabah: a.
Asuransi yang dipasarkan bukan merupakan produk dan tanggung jawab Bank serta tidak termasuk dalam cakupan program penjaminan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan mengenai
Universitas Sumatera Utara
lembaga penjamin simpanan, meskipun terdapat logo danatau atribut Bank dalam brosur atau dokumen pemasaran marketing lainnya yang
digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk.
b. Penggunaan logo danatau atribut Bank lainnya dalam brosur atau
dokumen pemasaran marketing lainnya yang digunakan dalam model bisnis Kerjasama Distribusi dan Integrasi Produk sebagaimana dimaksud
pada angka 1 hanya bertujuan untuk menunjukkan adanya kerjasama antara Bank dengan perusahaan asuransi mitra Bank.
c. Karakteristik asuransi mencakup antara lain fitur, Risiko, manfaat, biaya-
biaya asuransi, persyaratan kepesertaan, dan prosedur klaim oleh nasabah.
2. Khusus untuk bancassurance melalui model bisnis Kerjasama Distribusi dan
Integrasi Produk: a.
Bank harus memastikan bahwa nasabah telah memahami penjelasan mengenai manfaat dan Risiko produk baik yang dilakukan secara lisan
maupun tertulis sebagaimana tercantum dalam dokumen pemasaran penawaran.
b. Pernyataan nasabah bahwa nasabah telah memahami manfaat dan Risiko
produk sebagaimana dimaksud pada bagian 2 huruf a, harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah, dibuat dalam bahasa Indonesia,
dan ditanda tangani oleh nasabah dengan menggunakan tanda tangan basah.
Universitas Sumatera Utara
33
Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir II.4.
34
Surat Edaran Bank Indonesia 1235DPNP butir I.3.
c. Bank harus memastikan bahwa pihak nasabah yang menandatangani
dokumen tertulis merupakan pihak yang berwenang menandatangani. d.
Bank harus memastikan bahwa logo dan atribut bank tidak dicantumkan dalam polis asuransi.
e. Untuk asurani yang bersifat kolektif, setiap nasabah harus memperoleh
tanda kepersertaan, maka tanda kepesertaan tersebut harus menyatakan secara jelas bahwa risiko asuransi menjadi tanggung jawab perusahaan
asuransi. f.
Bank harus transparan kepada nasabah mengenai biaya-biaya yang harus dibayar, termasuk apabila dalam premi asuransi yang harus
dibayar terdapat perhitungan komponen biaya lain seperti biaya provisi, biaya administrasi, danatau komisi yang diberikan perusahaan
asuransi mitra Bank kepada bank dalam rangka bancassurance.
33
Selain mengatur tentang kerjasama antara bank dan pihak asuransi, SEBI 1235DPNP juga mengatur tentang batasan tanggung jawab bank terhadap
nasabah yang membuka polis melalui bancassurance. Dalam butir I.3 SEBI 1235DPNP menyatakan bahwa:
“Dalam melakukan bancassurance, Bank dilarang menanggung atau turut menanggung risiko yang timbul dari produk asuransi yang
ditawarkan. Segala risiko dari produk asuransi tersebut menjadi tanggungan perusahaan mitra Bank”.
34
Universitas Sumatera Utara
35
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: Sinar grafika :2008, hlm. 97.
Jika dikaitkan terhadap prinsip tanggung jawab maka bank selaku pelaku usaha juga termasuk bertanggung jawab terhadap produk yang dipasarkannya,
diproduksinya, dan diperdagangkannya product liability. Artinya, pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan
produk barangjasa yang dipasarkannya.
35
Tanggung jawab bank yang harus dipikul oleh bank sehubungan dengan tanggung jawab bank dalam perjanjian bancassurance terkait dengan tiga bentuk
kerjasama bancassurance yaitu bentuk kerjasama referensi, distribusi, serta kerjasama interasi produk. Untuk ketiga bentuk kerjasama ini bila menerapkan
Undang-undang Perlindungan Konsumen sebagai acuan untuk menuntut bank bila terjadi masalah maka bank dapat dikenai prinsip tangung jawab mutlak strick
liability. Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, prinsip strict liability tercerminkan dalam pasal 19 ayat 1, pasal 20, pasal 24 butir a,b, pasal 25 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK.
Pasal 19 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yan dihasilkan atau diperdagangkan. Selanjutnya, Pasal 20 Pelaku usaha periklanan bertangung jawab atas iklan yang
diproduksi dan segala akibat yan ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pasal 24 ayat 1 huruf a,b mengatakan Pelaku usaha yang menjual
barang danatau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain menjual kepada
konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang danatau jasa tersebut;
Universitas Sumatera Utara
pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang danatau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan
contoh, mutu, dan komposisi. Pasal 25 ayat 1,2 huruf a,b dimana, Pelaku usaha yang memproduksi
barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam bataswaktu sekurang- kurangnya 1 satu tahun wajib menyediakan suku cadang danatau fasilitas purna
jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertanggung jawab atas
tuntutan gantirugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang danatau fasilitas perbaikan;
tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan. Keseimbangan perlindungan antara produsen dengan konsumen
menampakan fungsi hukum adalah sarana pengendalian hidup bermasyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat
atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial. Dengan demikian secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai
akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan.
Untuk ketiga bentuk kerjasama bancassurance, bila menerapkan Undang-undang Perlindungan Konsumen sebagai acuan untuk menuntut bank bila
terjadi masalah maka bank dapat dikenai prinsip tanggung jawab mutlak strict liabillity. karena bank dalam perjanjian bancassurance bisa dianggap sebagai
pelaku usaha. Bahwa pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, Bank turut serta memasarkan produk bancassurance.
Universitas Sumatera Utara
36
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Jakarta: Nusa Media, 2008, hlm. 65.
37
Jerry J. Philliphs, Product Liabillity Minnesota: West Publishing Company, 1993, hlm. 221-222.
Bank membantu, mengarahkan juga menyarankan kepada nasabah supaya nasabah mengambil produk bancassurance tersebut. Walaupun yang
memberi penjelasan adalah financial advisor perusahaan asuransi yang ditempatkan di bank tersebut. Bank ikut mencantumkan logonya ke dalam
promosi produk bancassurance seperti leaflet dan brosur produk bancassurance, juga bank memberi ruang tersendiri bagi pihak asuransi untuk memberi penjelasan
kepada nasabahnya terkait dengan produk bancassurance. Bank mendapat keuntungan dengan mendapatkan fee based income dari transaksi yang diberikan
dalam jasa-jasa bank lainnya. Termasuk didalamnya keuntungan ketika nasabah yang sudah menjadi nasabah bancassurance membayar premi asuransi.
36
Sebagai perkembangan terakhir dalam pembebanan tanggung gugat produsen terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen akibat penggunaan
produk cacat adalah dengan diterapkannya Strict Liability, sehingga tanggung gugat produsen pada umumnya dipergunakan tiga saluran, yaitu: negligence,
breach of warranty, dan strict liability.
37
Dalam prinsip strict liabillity ini tidak lagi dipersoalkan ada atau tidaknya kesalahan, tetapi pelaku usaha dalam hal ini bank lansung bertanggung
jawab atas kerugian yang ditimbulkan apabila produk bancassurance-nya ternyata menimbulkan kerugian bagi nasabah bank tersebut. Atau dengan kata lain bank
dianggap harus bertanggung jawab apabila telah timbul kerugian pada konsumen dan oleh karena itu pelaku usaha harus menggantikan kerugian itu. Memang, di
Indonesia sampai saat ini keberadaan bancassurance masih belum diatur secara hukum.
Universitas Sumatera Utara
38
Agnes M. Toar, “Penyalahgunaan Keadaan dan Tanggung Jawab atas Produk di Indonesia”, Jakarta, seminar yayasan pusat pengkajian indonesia bekerjasama dengan badan
pembina hukum nasional, Jakarta, 25-26 Agustus, 1988, hlm. 23.
39
Aubrey L. Diamond, Product Liability: Compensation for death and Personal Injury in English Law The british Institute of International and Comparative Law, 1986, hlm. 31.
40
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia Yogyakarta: Liberty, 1982, hlm. 108.
Pembebanan tanggung gugat berdasarkan strict liability juga dapat dilihat dari pendapat Traynor yang menyatakan bahwa seharusnya sudah ditiadakan
usaha pembuktian negligence, dan diakui bahwa produsen bertanggung gugat mutlak atas produknya yang cacat. Pendapat ini akhirnya menjadi mantap dan
berhasil memengaruhi sebagian besar pengadilan.
38
Penerapan Strict liability terhadap produsen ini akan banyak memberikan perlindungan kepada konsumen karena tidak dibebani untuk membuktikan
kesalahan produsen pada saat terjadi kerugian akibat penggunaan suatu produk. Sebagai jalan keluar untuk mengatasi kesulitan pembuktian bagi konsumen, di
negara-negara maju pada umumnya tanggung gugat tidak lagi didasarkan pada kesalahan produsen dengan beban pembuktian pada konsumen, namun pada
produsen, atau tanggung gugat atas dasar strict liability, yaitu tanggung gugat yang terlepas dari kesalahan atau kelalaian dianggap tidak relevan dengan
tanggung gugat ini.
39
Secara umum pembebanan pembuktian yang dianut di Indonesia adalah baik penggugat maupun tergugat dapat dibebani pembuktian. Terutama penggugat
wajib membuktikan peristiwa yang diajukan, sedang tergugat berkewajiban membuktikan bantahannya.
40
hal ini berarti bahwa untuk dapat memperoleh ganti kerugian, penggugat konsumen harus membuktikan kesalahan produsen yang
mengakibatkan kerugiannya. Dengan demikian, kewajiban untuk berhati-hati buka hanya dibebankan
kepada konsumen. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Knottembelt bahwa kewajiban untuk berhati-hati ini bukan hanya dibebankan kepada produsen
Universitas Sumatera Utara
41
Nurhayati Abbas, Hukum Perlindungan Konsumen dan beberapa Aspeknya Ujungpandang: 1996, hlm. 31.
42
Gerald J. Thain, Consumer Law Its Development and Present State in USA Ujungpandang: Elips Project, 1996, hlm. 5.
berdasarkan kepatutan, namun juga kewajiban ini ditujukan terhadap konsumen sebagai pencegah timbulnya kerugian.
41
Pemberdayaan konsumen dapat dilakukan melalui penerapan hukum perlindungan konsumen yang memadai, di mana
hukum perlindungan konsumen ini menjadi relevan pada tiga tahap transaksi konsumen, yaitu prapembelian, saat pembelian, dan purna pembelian.
42
Universitas Sumatera Utara
43
Nieuwenhuis, Pokok-PokokHukum Perikatan, terjemahan Djasih Saragih Surabaya: Universita airlangga, 1985, hlm. 57.
44
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi Konsumen di Indonesia, Cetakan ke 2 Jakarta: Rajawali Pers,2013, hlm. 78.
BAB IV KLAIM DAN GANTI KERUGIAN YANG DIBERIKAN