3.2.2. Faktor Psikologis
Data ini diambil untuk mengetahui bagaimana faktor psikologis para responden mempengaruhi mereka untuk tidak ikut memilih golput.
Tabel 15 : Jawaban Responden Apakah Memiliki Harapan-Harapan akan Perubahan
Terhadap Pemerintah
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Memiliki Harapan
28 28,57
2 Memiliki Harapan 16
16,33 3 Tidak
Berharap 54 55,10
4 Tidak Tahu 0
0,00 Jumlah
98 100,00 Sumber : Kuesioner 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 55,10 responden tidak berharap sama sekali akan perubahan terhadap pemerintah karena kegagalan
pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya, dan janji-janji politik yang belum dipenuhi oleh pemerintah kepada masyarakat. Namun, disisi lain
sebanyak 28,57 responden masih sangat memiliki harapan terhadap pemerintah. Mereka masih menginginkan bahwa pemerintah memberikan
perubahan yang lebih baik terhadap kehidupan masyarakat kedepannya. Pada masyarakat Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis, kebanyakan
mereka pesimis akan adanya perubahan-perubahan lebih baik terhadap pemerintah. Karena mereka menilai para calon kepala daerah maupun partai
politik tidak menepati janji-janji mereka pada saat mereka berkuasa. Hal inilah
Universitas Sumatera Utara
yang membuat mayarakat tidak mau ikut dalam pemilihan golput.
Tabel 16 : Jawaban Responden Apakah Merasa Calon Kepala Daerah dalam Pemilihan
Kepala Daerah Sudah Memperjuangkan Kepentingan Masyarakat
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Ya 7 7,14
2 Tidak 87 88,78
3 Tidak Tahu 4
4,08 Jumlah
98 100,00 Sumber : Kuesioner 2014
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 87 orang responden dari 98 orang responden 88,78 mengatakan bahwa mereka merasa para
calon kepala daerah dalam pemilihan calon kepala daerah belum memperjuangkan kepentingan mereka. Hanya 7 orang responden dari 98 orang
responden 7,14 yang mengatakan bahwa calon kepala daerah dalam pemilihan calon kepala daerah sudah memperjuangkan kepentingan mereka.
Masyarakat merasa bahwa para calon kepala daerah belum ada satu pun yang berhasil menunjukkan perannya sesuai dengan harapan masyarakat.
Kepala daerah dianggap lebih banyak mengecewakan daripada membuat masyarakat puas. Banyak kepala daerah yang sudah terpilih hanya hitungan
bulan sudah berada didalam sel KPK, ini yang membuat masyarakat jengah oleh pemilihan kepala daerah. Kebanyakan responden mengatakan bahwa para
calon kepala daerah saat ini tidak peka dalam menangkap dan menyalurkan aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat. Para calon Kepala daerah
Universitas Sumatera Utara
hanya mengumbar janji pada masa kampanye tanpa ada memberikan bukti nyata untuk masyarakan dan biasanya para calon kepala daerah dan Partai
politik lebih sering menunjukkan concern pada kekuasaan daripada memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak. Kekuasaan memang adalah
motivasi utama banyaknya orang yang tertarik menjadi calon kepala daerah. Hanya sayangnya, keinginan untuk mengejar kekuasaan membuat para calon
kepala daerah sering lupa dan tidak memperdulikan lagi janji-janji kepada masyarakat. Para calon kepala daerah lebih mementingkan kepentingannya
sendiri daripada kepentingan masyarakat. Hal inilah yang membuat masyarakat tidak ikut memilih dalam pemilihan golput.
Tabel 17 : Jawaban Responden Apakah Para Calon Kepala Daerah Sudah Melakukan
SosialisasiPendidikan Politik Kepada Masyarakat
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Ya 28 28,57
2 Tidak 63 64,29
3 Tidak Tahu 7
7,14 Jumlah
98 100,00 Sumber : Kuesioner 2014
Calon kepala daerah maupun partai politik yang mengusungnya seharusnya melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat agar masyarakat
lebih mengenal calon tersebut dan mengetahui visi dan misi dari calon tersebut sehingga dapat menarik simpatisan dari para masyarakat. Calon kepala daerah
yang melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat juga memberikan
Universitas Sumatera Utara
pengaruh kepada masyarakat dalam hal tidak ikut dalam pemilihan. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat 64,29 mengatakan
bahwa calon kepala daerah belum melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat.
Karena minimnya para calon kepala daerah ataupun partai politik dalam melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat, sehingga membuat
masyarakat kurang mengenal calon kepala daerah yang akan dipilih dan juga masyarakat tidak mengetahui tentang tata cara mencontreng dan mencoblos
yang benar pada kertas suara. Hal inilah yang membuat masyarakat tidak ikut memilih golput dalam pemilihan.
Tabel 18 : Jawaban Responden Apakah Partai Politk Sudah Melakukan Rekruitmen
Politik Untuk Dijadikan Calon Kepala Daerah
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Ya 16 16,33
2 Tidak 48 48,98
3 Tidak Tahu 34
34,69 Jumlah
98 100,00 Sumber : Kuesioner 2014
Dalam melakukan rekruitmen politik untuk dijadikan calon kepala daerah oleh partai politik sebaiknya yang diinginkan masyarakat dan yang
dipercayai oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai calon kepala daerah. Walaupun ada juga calon kepala daerah yang melalui jalur independen. Pada
tabel diatas dapat dilihat bahwa 48 orang 48,98 masyarakat yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
responden menjawab bahwa partai politik belum melakukan rekruitmen politik untuk dijadikan calon kepala daerah yang diinginkan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa partai politik yang melakukan rekruitmen politik untuk dijadikan calon kepala daerah yang diinginkan masyarakat memberikan pengaruh untuk
ikut atau tidak ikut dalam pemilihan golput. Motivasi orang menjadi kepala daerah pun sangat bervariasi. Mulai dari
mencari pekerjaan, meningkatkan status sosial, prestise, ditawari parpol tertentu, mengikuti tren atau ikut-ikutan, dan juga yang serius berkarya di
bidang politik. Padahal, kerja sebagai kepala daerah sangat menentukan semua aspek kehidupan bernegara. Itu bukan pekerjaan yang gampang. Kualitas
bernegara dan pemerintahan lebih banyak ditentukan sejauh mana kualitas kepala daerahnya. Motivasi, keseriusan, dan kompetensi kepala daerah sangat
berpengaruh dalam menjalankan daerah yang dipimpinnya. Banyak orang menjadi kepala daerah tersebut karena menganggap
pekerjaan tersebut bergelimang uang atau mempunyai kekuasaan. Sejauh ini, tidak ada parpol yang memiliki pola pengkaderan yang terukur untuk
menentukan daftar calon kepala daerah yang akan di usung. Semua parpol hanya ingin cepat berkuasa dengan mendudukkan calon yang didukungnya di
kursi eksekutif. Tidak ada parpol yang secara serius melakukan pengkaderan untuk menciptakan pemimpin jangka panjang, padahal pengkaderan merupakan
prasyarat dan tugas utama partai politik sebagai tempat menciptakan pemimpin baru. Banyak partai baru mengandalkan popularitas figur tertentu untuk
mendulang suara dalam pemilihan, bukan karena kerja infrastruktur partai. Dengan pola rekruitmen yang seperti itulah sangat sulit membayangkan
Universitas Sumatera Utara
calon kepala daerah bisa lebih baik dalam memimpin masyarakat. Dari data responden menunjukkan bahwa partai politik belum melakukan rekruitmen
politik untuk dijadikan calon kepala daerah yang benar-benar sesuai dengan keinginan rakyat. Hal ini dapat mempengaruhi masyarakat untuk ikut atau tidak
ikut dalam pemilihan golput.
Tabel 19 : Jawaban Responden Apakah Calon Kepala Daerah Sudah Melakukan
Komunikasi Politik Yang Baik Kepada Masyarakat
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Ya 19 19,39
2 Tidak 56 57,14
3 Tidak Tahu 23
23,47 Jumlah
98 100,00 Sumber : Kuesioner 2014
Setiap calon kepala daerah yang berkompetisi meraih kekuasaan seharusnya melakukan komunikasi politik yang baik kepada masyarakat untuk
mengambil simpati dari masyarakat dengan harapan masyarakat tersebut akan memilihnya pada saat pemilihan berlangsung. Setiap calon kepala daerah akan
berusaha melakukan komunikasi politik kepada masyarakat melalui kampanye- kampanye secara langsung ke lapangan, komunikasi melalui spanduk-spanduk,
televisi, radio, media massa, maupun dengan terjun ke daerah masyarakatnya langsung.
Sebaiknya ada usaha calon kepala daerah untuk dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat. Seperti dengan berbagai kegiatan sosial yang
Universitas Sumatera Utara
juga menjadi media relasi terbangunnya komunikasi para calon dengan masyarakat, biasanya dilaksanakan dengan mengambil moment peringatan hari-
hari besar nasional, seperti hari Kemerdekaan RI, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda dan Hari Ulang Tahun Partai Politik. Di samping itu juga
melalui kegiatan sosial, seperti pasar murah, pengobatan gratis, pembagian sembako, dan kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup.
Dengan adanya komunikasi tersebut, maka masyarakat merasa diperhatikan oleh calon kepala daerah ataupun parpol yang mengusungnya.
Namun kenyataannya, para calon kepala daerah belum melakukan komunikasi politik yang baik kepada masyarakat. calon kepala daerah cenderung
hanya melakukan komunikasi politik disaat menjelang pemilihan saja, para calon kepala daerah menempatkan masyarakat pemilih tidak lebih hanya sebagai objek
politik saja. Begitu pula, berbagai janji yang dibuat oleh para calon kepala daerah dan partai politik hanya sebatas janji kosong yang sudah berulangkali diberikan
kepada masyarakat pemilih. Kondisi ini mencerminkan adanya kebuntuan dalam komunikasi internal calon kepala daerah ataupun partai politik, serta komunikasi
antara calon kepala daerah ataupun partai politik dengan masyarakat pemilih. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat menilai para calon
kepala daerah belum melakukan komunikasi politik yang baik kepada masyarakat yaitu sebanyak 56 orang responden dari 98 orang responden 57,14, hanya
sebanyak 19 orang responden dari 98 orang responden 19,39 yang menyatakan bahwa partai politik sudah melakukan komunikasi politik yang baik
ke masyarakat, dan yang lainnya menjawab tidak tahu. Maka dapat dikatakan bahwa faktor komunikasi politik cukup
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi masyarakat untuk menentukan tidak ikutnya dalam pemilihan golput.
3.2.3. Faktor Rasional