Strategi Pemanfaatan Ikan Hias Laut di Pulau Weh

Meskipun begitu, perbedaan nilai skor dari kedua faktor tidak terlalu besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor eksternal tetap memiliki pengaruh yang kuat dalam penentuan strategi pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut di P. Weh. Selanjutnya berdasarkan matriks strategi internal dan eksternal, selisih total skor antara kekuatan dan kelemahan menghasilkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,8, begitu pula dengan selisih antara total skor peluang dan ancaman memiliki nilai positif yaitu 1,2. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor kekuatan yang dimiliki perikanan ikan hias laut di P. Weh lebih besar dibandingkan faktor- faktor kelemahan yang ada. Hal yang sama terlihat bahwa perikanan ikan hias laut di P. Weh memiliki peluang-peluang eksternal yang lebih besar untuk mendukung strategi pemanfaatannya dibandingkan dengan faktor-faktor eksternal yang menjadi hambatan. Jika kedua nilai tersebut diplotkan ke dalam diagram SWOT, akan menghasilkan suatu titik yang berada pada kuadran II Gambar 20. Kuadran II merupakan kuadran yang dibentuk dari unsur-unsur kekuatan dan peluang S dan O. Berdasarkan hal tersebut dapat diidentifikasi bahwa strategi yang paling tepat untuk pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut di P. Weh adalah bersifat agresif yaitu dengan mengoptimalkan kekuatan strength internal yang dimiliki untuk merebut peluang opportunity yang ada. Berdasarkan hasil analisis menggunakan matrik TOWS, teridentifikasi sebanyak 9 strategi yang dapat dilakukan yang terbagi kedalam 4 kelompok strategi, yaitu kelompok S-O strength-opportunity, S-T strength-threats, W-O weakness-opportunity, dan W-T weakness-threats Tabel 18. Dalam kelompok strategi S-O, teridentifikasi 2 strategi yaitu dengan melakukan diversifikasi produk hasil tangkapan dan pengembangan usaha melalui dukungan investasi. Dalam kelompok strategi S-T teridentifikasi sebanyak 3 strategi yaitu optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, peningkatan kualitas ikan, dan sosialisasi kegiatan pemanfaatan ikan hias laut yang ramah lingkungan untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya. Dalam kelompok strategi W- O, teridentifikasi 3 strategi yaitu melakukan perbaikan sarana penanganan, pemberian pelatihan cara penanganan yang lebih baik, dan pengembangan akses terhadap pasar dengan menjajaki pembeli-pembeli potensial lainnya. Pada kelompok strategi W-T pengembangan perikanan ikan hias laut di P. Weh dapat dilakukan melalui proses penanganan yang lebih hati-hati dengan mengoptimalkan sarana yang ada. Selanjutnya kesembilan strategi diurutkan untuk menentukan skala prioritas berdasarkan nilai total skor dari faktor-faktor penyusunnya. Dari kesembilan strategi, teridentifikasi bahwa strategi yang menjadi prioritas tertinggi untuk pemanfaatan perikanan ikan hias laut di P. Weh adalah dengan melakukan diversifikasi jenis ikan yang dimanfaatkan strategi 1, dengan nilai skor 2,25. Strategi prioritas selanjutnya adalah dengan melakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia strategi 2, dengan total skor 2. Strategi 1 merupakan strategi yang berada di dalam kelompok S-O. Hasil ini konsisten dengan hasil analisis pada diagram SWOT dimana strategi pemanfaatan sumberdaya ikan hias laut di P. Weh berada pada kuadran II, dimana harus bersifat agresif dengan memanfaatkan kekuatan strength internal yang dimiliki untuk merebut peluang opportunity yang ada. Dalam logika implementasi, penerapan strategi 1 tidak dapat langsung dilakukan tanpa adanya strategi-strategi lainnya yang mendukung. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa prioritas strategi selanjutnya adalah melakukan pengembangan usaha dengan memanfaatkan dukungan investasi dari pihak liar strategi 3 dan pengembangan akses terhadap pasar dengan menjajaki pembeli- pembeli potensial lainnya strategi 4. Selanjutnya dapat dilihat bahwa strategi 1 hingga 4 yang merupakan prioritas tertinggi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh, diversifikasi jenis-jenis ikan yang dimanfaatkan strategi 1 hanya dapat dilakukan jika adanya ketersediaan pasar strategi 4, oleh karena itu penerapan strategi 1 harus diikuti oleh penerapan strategi 4. Lebih jauh, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya strategi 2 juga hanya dapat dilakukan jika adanya ketersediaan pasar. Selanjutnya, pemanfaatan peluang investasi strategi 3 perlu dilakukan untuk memperbaiki sarana penanganan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas ikan sehingga dapat meningkatkan daya saing serta peluang pasar yang lebih luas. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 Telah teridentifikasi sebanyak 319 spesies ikan karang di Pulau Weh, dimana sebanyak 77 spesies diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai ikan hias laut; 2 Pola pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh tahun 2010 masih didominasi oleh satu jenis ikan yaitu botana biru Acanthurus leucosternon sebesar 83. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor permintaan pasar. Dari 19 spesies ikan hias laut yang dimanfaatkan di Pulau Weh sebagian besar tingkat pemanfaatannya masih berada di bawah kuota tangkapan tahunannya, kecuali untuk jenis botana biru pada kelas ukuran 10-15 cm, dimana tingkat pemanfaatan telah melampaui kuota tangkapan tahunannya; 3 Untuk mencapai pemanfaatan yang optimum dari perspektif keberlanjutan sumberdaya ikan dan ekonomi, maka pola pemanfaatan ikan hias laut di Pulau Weh disarankan untuk meningkatkan target hasil tangkapan pada tiga jenis ikan, yaitu botana kapsul Acanthurus tenneti, botana lettersix Paracanthurus hepatus, dan enjiel batman Pomacanthus imperator; 4 Teridentifikasi sebanyak 4 strategi prioritas untuk pengembangan perikanan ikan hias laut di Pulau Weh, yaitu: i melakukan diversifikasi jenis ikan yang dimanfaatkan, ii optimalisasi pemanfaatan sumberdaya, iii melakukan pengembangan usaha dengan memanfaatkan peluang investasi untuk meningkatkan kualitas sarana penanganan dan pengembangan usaha, serta iv pengembangan akses terhadap pasar dengan menjajaki pembeli-pembeli baru, terutama untuk memasarkan jenis-jenis lain yang potensial untuk dimanfaatkan.

6.2 Saran

1 Perlu dilakukan penyempurnaan kajian penentuan kuota tangkap lestari yang tidak hanya didasarkan atas ketersediaan stok di alam, melainkan juga didasarkan atas aspek ukuran tangkap, strategi sejarah hidup life history strategy , dan pertimbangan fungsi ekologis dari masing-masing spesies ikan terhadap ekosistemnya ecosystem approach. 2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jumlah alokasi unit penangkapan ikan hias yang optimum di P. Weh. 3 Perlu dilakukan kajian mengenai spillover dari daerah perlindungan laut untuk mengetahui jarak dan pola penyebaran dari jenis-jenis ikan hias laut di P. Weh. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran keberadaan daerah perlindungan laut dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan hias laut. 4 Perlu dilakukan penelitian mengenai aspek sosial-ekonomi yang terkait dengan sistem pemasaran ikan hias laut, khususnya yang berasal dari P. Weh. 5 Perlu dilakukan pengenalan jenis jaring yang lebih sesuai untuk ikan hias, seperti jaring kelambu yang biasa digunakan nelayan ikan hias di Kepulauan Seribu, Jakarta. 6 Perlu adanya penerapan pengelolaan perikanan ikan hias yang berkelanjutan secara segera di P. Weh, mengingat pola pemanfaatan saat ini yang masih bergantung kepada satu jenis ikan serta adanya indikasi awal terjadinya penangkapan berlebih overfishing pada populasi ikan botana biru. 7 Perlu adanya dukungan terhadap nelayan untuk mengembangkan pasar bagi spesies-spesies lain dengan menyampaikan informasi potensi sumberdaya ikan hias di P. Weh kepada eksportir agar pola pemanfaatan dapat diubah sehingga dapat menurunkan tekanan terhadap populasi ikan botana biru.