lahan. Pembakaran dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan masyarakatpetani kelapa sawit.
Kebakaran hutan di area konsesi hutan terjadi karena aktivitas HTI dalam pembukaan lahan. Di Provinsi Riau terdapat 21 HTI. Pada tahun 2009-2010
diidentifikasi terdapat 10 perusahaan HTI telah melakukan pelanggaran terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau WWF 2010. Praktek
pembakaran dilakukan ketika perusahaan melakukan pembukaan lahan. Kebakaran di lahan masyarakat terjadi akibat praktek penyiapan lahan perkebunan
kelapa sawit Jikalahari 2011.
5.1.3 Sebaran Hotspot Tahun 2011
Pada tahun 2011 terjadi kenaikan sebaran hotspot menjadi 3.538 hotspot. Kenaikan jumlah hotspot tahun 2011 karena adanya hari kering yang lebih
panjang dibandingkan dengan tahun 2010 LAPAN 2012 Lampiran 2. Syaufina 2008 menyampaikan bahwa kekeringan berhubungan erat dengan kejadian
kebakaran hutan yang besar di beberapa tempat di bumi. Kekeringan menyebabkan kadar air vegetasi turun. Selanjutnya, kekurangan kadar air yang
panjang dapat menyebabkan tanaman mati, kayu besar kehilangan kadar air dan potensi kebakaran menjadi tinggi.
Jumlah sebaran hotspot yang tinggi berdampak pada tingginya tingkat bahaya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Berdasarkan hasil penelitian
LAPAN 2012, di Provinsi Riau mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya penanganan secara hukum terhadap pelaku kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.
5.2 Sebaran Hotspot Bulanan
Berdasarkan Gambar 4a, sebaran hotspot tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada bulan Juli, yaitu sebanyak 2.395 hotspot. Sebaran terendah terjadi pada bulan
Desember, yaitu sebanyak 25 hotspot. Rata-rata sebaran hotspot bulanan tahun 2009 adalah sebanyak 644,5 hotspot. Sebaran hotspot terbanyak terjadi pada bulan
Mei hingga Agustus yang diakibatkan oleh dua faktor, yaitu 1 praktek pembakaran dalam proses pembersihan lahan, baik di lahan pertanian masyarakat
maupun konsesi perkebunan, dan 2 faktor lingkungan sebagai pendukung dalam
tingginya hotspot dan kebakaran hutan di Provinsi Riau. Kebakaran hutan pada terjadi karena praktek pembakaran di lahan hutan terlantar eks HPHHTI untuk
dijadikan lahan garapanperkebunan WWF 2010. Faktor ini didukung oleh curah hujan yang rendah pada bulan Mei hingga Agustus pada tahun 2009 di Provinsi
Riau lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 3.
a
b
c
Gambar 5 Sebaran hotspot bulanan: a tahun 2009; b tahun 2010; dan c tahun 2011 di Provinsi Riau
Berdasarkan sebaran hotspot bulanan pada tahun 2010 Gambar 4b, dapat dilihat bahwa pada bulan Januari jumlah hotspot yang berhasil ditangkap oleh
pantauan satelit sebanyak 93 hotspot. Jumlah sebaran hotspot mengalami kenaikan pada bulan Februari, yaitu 145 hotspot. Jumlah hotspot pada bulan
Maret hingga bulan April cenderung menurun dari sebanyak 92 hotspot hingga 39 hotspot
. Pada bulan Mei tahun 2010 jumlah hotspot mengalami kenaikan sebanyak
146 hotspot dan kembali turun menjadi 98 hotspot pada bulan Juni dan 79 hotspot pada bulan Juli. Kenaikan jumlah hotspot kembali terjadi, dari sebanyak 122
hotspot pada bulan Agustus, 182 hotspot pada bulan September hingga titik
maksimum sebanyak 554 hotspot pada bulan Oktober. Jumlah hotspot mengalami penurunan pada bulan Desember, yaitu menjadi 53 hotspot.
Pada sekitar pertengahan Oktober 2010, terjadi perubahan suhu yang ekstrem yang mencapai 35,6
o
C suhu rata-rata 32 –34
o
C. Meskipun didominasi oleh musim basah, ada beberapa hari tidak terjadi hujan. Pada situasi seperti itulah
kebakaran lahan dan hutan terjadi. Intensitas kebakaran ini semakin tinggi karena dukungan suhu yang ekstrem sangat panas di siang hari.
Jumlah sebaran hotspot di Provinsi Riau kembali meningkat menjadi 3.538 hotspot
di tahun 2011. Berdasarkan Gambar 4c, ditemukan 26 hotspot pada bulan Januari. Pada bulan Februari sebaran hotspot mengalami peningkatan menjadi 250
hotspot dan mengalami penurunan kembali menjadi 123 hotspot pada bulan
Maret. Peningkatan jumlah hotspot diawali pada bulan April yaitu sebanyak 221 hotspot
, diikuti bulan Mei menjadi 397 hotspot. Sebaran hotspot kembali naik menjadi 383 hotspot pada bulan Juni. Selanjutnya, sebaran hotspot mencapai titik
maksimum menjadi 708 hotspot pada bulan Juli. Tingginya peningkatan sebaran hotspot dipengaruhi oleh aktivitas
pembakaran dan didukung oleh kondisi alam. Pada bulan Maret hingga Agustus 2011, curah hujan di Provinsi Riau masuk dalam kategori rendah, yaitu 50
–150 mmbulan. Tingkat kekeringan pada bulan Maret hingga Agustus 2011 masuk
dalam kategori sedang hingga tinggi. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya bulan kering yang panjang, sehingga tingkat kemudahan penyulutan api di Provinsi Riau
ekstrem LAPAN 2011b, 2011c, 2011d, 2011e, 2011f .
5.3 Sebaran Hotspot Tipe Tanah Gambut