oleh angin menyebabkan tipe kebakaran seperti ini sulit untuk dideteksi dan dikontrol. Kebakaran bawah dicirikan dengan kebakaran lahan gambut.
b. Kebakaran permukaan Surface fire
Kebakaran permukaan yaitu situasi dimana api membakar serasah, tum- buhan bawah, bekas limbah pembalakan dan bahan bakar lain yang terdapat di
lantai hutan. Kebakaran permukaan permukaan adalah tipe kebakaran yang umum terjadi di tegakan hutan.
c. Kebakaran tajuk
Kebakaran tajuk yaitu situasi dimana api menjalar dari tajuk pohon satu ke tajuk pohon yang lain yang saling berdekatan. Kebakaran tajuk sangat dipengaruhi
oleh kecepatan angin. Kebakaran tajuk sering terjadi di tegakan hutan konifer dan api berasal dari kebakaran permukaan.
2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan
Adiningsih et al. 2011 menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penyebab kebakaran hutan, yaitu aktivitas manusia dalam menggunakan api, iklim, dan
perubahan tata guna lahan. Berdasarkan ketiga faktor tersebut dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh perilaku manusia dan kondisi
biofisik lokasi. a.
Aktivitas manusia Menurut Armi 2001 kebakaran hutan dan lahan rawa yang terjadi akibat
pembukaan lahan kehutanan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, Pertambangan dan bidang pariwisata. Kesemuanya ini bersumber dari terbatasnya pengetahuan
masyarakat akan bahayadampak yang ditimbulkan oleh kebakaran terhadap perubahan ekosistem. Di samping itu penyebab lain adalah akibat kelalaian
manusia dalam pelaksanaan kegiatan usahapembangunan di tingkat lapangan sehingga terjadi kebakaran baik hutan maupun areal rawa yang ada di Lampung
Suyanto et al. 2003. Penggunaan api oleh manusia dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu
untuk membersihkan lahan dan menjadi senjata konflik lahan. Pembersihan lahan dengan cara pembakaran dianggap sebagai cara pembersihan lahan yang murah.
Pembersihan lahan diperlukan untuk kegiatan perladangan, perkebunan dan hutan tanaman.
Masyarakat juga menggunakan api sebagai senjata dalam konflik lahan. Peluso 1992 menyatakan bahwa masyarakat seringkali membakar hutan dan
infrastruktur dalam menunjukkan perlawanan terhadap ketidaksetujuan terhadap penguasaan lahan atau sumberdaya hutan yang dilakukan oleh negara. Api
digunakan sebagai senjata perlawanan karena dianggap mudah dan dengan membakar, sumberdaya lahan dapat lebih mudah untuk dikuasai kembali.
b. Faktor cuaca kebakaran hutan dan lahan
Cuaca mempunyai peranan penting dalam kebakaran hutan dan lahan. Cuaca juga menentukan panjang dan parahnya musim kebakaran dan bahan bakar
di suatu daerah Chandler et al. 1983. Musim kebakaran erat kaitannya dengan panjang hari di suatu tempat yang berhubungan pada lama penyinaran matahari,
sehingga berdampak pada kelembaban di suatu daerah. Musim kebakaran juga mempunyai peranan dalam menentukan kadar air
bahan bakar. Semakin tinggi kadar air bahan bakar, maka semakin rendah kemudahan bahan bakar untuk terbakar. Sebaliknya semakin rendah kadar air
bahan bakar, maka semakin tinggi kemudahan bahan bakar untuk terbakar. Kadar air dapat dijadikan indikator bahaya kebakaran hutan Syaufina
2008. Cuaca dan iklim mempengaruhi kebakaran hutan dengan berbagai cara yang saling berhubungan sebagai berikut Chandler et al. 1983: i iklim
menentukan jumlah total bahan bakar yang tersedia, ii iklim menentukan jangka waktu dan keparahan musim kebakaran, iii cuaca mengatur kadar air dan
kemudahan bahan bakar hutan untuk terbakar, iv cuaca mempengaruhi proses penyalaan dan penjalaran kebakaran hutan.
Cuaca terbentuk dari berbagai unsur-unsur pembentuknya, yaitu kelembaban relatif, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan
curah hujan. Sintesis dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka waktu yang panjang dan di suatu tempat itulah membentuk sebuah iklim.
1. Suhu udara
Suhu udara menjadi indikator penting dalam kebakaran hutan dan lahan. Intensitas matahari akan mempengaruhi kandungan kadar air pada bahan bakar,
yang kemudian berpengaruh pada ketersediaan bahan bakar. Tingginya suhu
udara akan mempercepat pengeringan bahan bakar dan memudahkan kebakaran terutama pada musim kemarau yang panjang.
Perbedaan suhu udara dalam satu hari dapat menentukan kecenderungan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Pada siang hari suhu udara lebih
memungkinkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan dibandingkan dengan pagi hari. Menurut Sahardjo 2003, pada pagi hari dengan suhu yang cukup rendah
sekitar 20 C ditambah dengan rendahnya kecepatan angin membuat api tidak
berkembang sehingga terkonsentrasi pada titik. Sementara siang hari dengan suhu 30
–35 C sedangkan kadar air bahan bakar cukup rendah 30 membuat proses
pembakaran berlangsung cepat dan bentuk kebakarannya pun tidak satu titik, tapi berubah-ubah karena pengaruh angin.
2. Kelembaban udara
Kelembaban udara di dalam hutan mempengaruhi kadar air lingkungan, yaitu baik pada bahan bakar vegetasi maupun lingkungan abiotik. Kelembaban
udara mempengaruhi kadar air bahan bakar, sehingga dapat berpengaruh pada pengeringan dan terbakarnya bahan bakar. Fuller 1991 menyatakan bahwa
dalam hutan kelembaban udara akan sangat mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar mengering dan terbakar, hal ini dikarenakan kelembaban kadar air udara
dapat menentukan jumlah kandungan air di dalam bahan bakar. Semakin kecil kadar air di udara RH kecil maka semakin mudah bahan bakar mengering dan
bahan bakar lebih mudah terbakar. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kadar air di udara RH tinggi maka semakin besar kandungan air pada bahan bakar,
akibatnya bahan bakar semakin basah dan sulit terbakar. Terdapat perbedaan kelembaban udara pada siang hari dan pagi hari. Siang
hari kelembaban udara berkisar antara 80 –85, sebaliknya pada pagi hari
kelembaban relatif tinggi yaitu sekitar 90 –95 Susanty 2009. Kondisi ini
berpengaruh pada siang hari yang membuat proses kebakaran berlangsung cepat karena kadar air bahan bakar cukup rendah.
3. Curah hujan
Curah hujan berpengaruh pada kelembaban regional hutan, khususnya terhadap bahan bakar. Semakin tinggi curah hujan, maka kelembaban bahan bakar
semakin tinggi pula, dampaknya kadar air bahan tinggi dan potensi kebakaran menjadi rendah.
Curah hujan dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh
proses evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Curah hujan adalah unsur iklim yang berpengaruh pada terjadinya kebakaran
hutan dan lahan, terutama sebagai pembentuk kelembaban dan penentu kadar air pada bahan bakar. Jika curah hujan tinggi maka kelembaban bahan bakar tinggi,
dan kadar air bahan bakarpun tinggi, sehingga menyulitkan terjadinya pembakaran Septicorini 2006.
4. Angin
Angin ialah udara yang bergerak secara horizontal dari suatu wilayah yang bertekanan tinggi menuju wilayah yang bertekanan rendah Arifin et al. 2001.
Angin muncul sebagai hasil dari pemanasan di permukaan bumi, sehingga terjadi perbedaan tekanan udara. Menurut Chandler et al. 1983 angin merupakan salah
satu faktor penting dari faktor-faktor cuaca yang mempengaruhi kebakaran hutan. Angin berperan dalam membantu pengeringan bahan bakar. Air yang
berada di alam bahan bakar akan dibawa oleh angin ketika terjadi proses penguapan. Dalam perilaku api angin berperan dalam menentukan kecepatan
perambatan api dari satu bahan bakar menuju ke bahan bakar yang lain.
2.1.3 Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan