Metodologi 1. Data ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM

yang selanjutnya dengan masukan nilai threshold produksi padi bisa ditetapkan indeks iklim tersebut. Dalam penelitian ini parameter iklim yang digunakan sebagai indeks adalah curah hujan. Hal ini dikarenakan di daerah tropis, unsur cuaca utama yang sangat berpengaruh terhadap keragaman produksi tanaman adalah curah hujan, dan keragaman curah hujan baik menurut waktu maupun lokasi sangat besar. Oleh karena itu studi yang berkaitan dengan masalah cuaca dan produksi tanaman sebagian besar membahas tentang hubungan hujan atau ketersediaan airhujan dengan produksi tanaman. Produksi tanaman padi diestimasi dengan model simulasi tanaman. Model- model simulasi tanaman yang berdasarkan pada faktor-faktor tanaman, tanah dan cuaca merupakan alat yang efektif dalam pertanian. Model simulasi tanaman dapat digunakan untuk merencanakan alternatif strategi untuk penanaman, penggunaan tanah dan pengelolaan air. Untuk mengevaluasi tanaman, varietas dan teknologi budidaya serta menganalisis tingkat risiko iklim terhadap pertumbuhan tanaman seringkali juga digunakan model simulasi tanaman. Selain itu, model simulasi tanaman dapat digunakan untuk perluasan wilayah penanaman dan pemilihan sistim usaha tani yang sesuai dengan lokasi dan menduga hasil tanaman. Dalam penelitian ini, produksi padi diestimasi dengan model Decision Support System for Agrotechnology Transfer DSSAT. Hasil simulasi selanjutnya akan dihubungkan dengan data curah hujan di lokasi penelitian. Berdasarkan pola hubungan yang terbentuk dan nilai threshold produksi padi, maka dapat ditetapkan indeks iklimnya. Nilai indeks iklim ini sangat penting untuk aplikasi asuransi indeks iklim. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1 mengkaji hubungan antara curah hujan dan produksi padi, 2 menetapkan indeks iklim berdasarkan hubungan antara curah hujan dan produksi padi. 6.2. Metodologi 6.2.1. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 data iklimcuaca harian, 2 data tanah, dan 3 data manajemen dan pengamatan dari hasil percobaan. Data iklimcuaca yang diperlukan antara lain : posisi geografi stasiun iklimhujan, radiasi matahari MJm 2 hari, suhu udara maksimum dan minimum o C serta curah hujan mm. Untuk mengatasi data curah hujan harian yang kosong, dan untuk memperoleh data iklim harian, maka dilakukan pembangkitan data dari curah hujan bulanan menggunakan model Climate Data Generator CLIMGEN. Data iklim harian diperoleh dari hasil pembangkitan data, karena di Kabupaten Indramayu tidak tersedia stasiun iklim. Stasiun iklim terdekat terletak di Pusaka Negara dan Sukamandi. Data tanah yang diperlukan antara lain : kedalaman horison atas dan bawah, persentase kandungan pasir, liat dan debu, bulk density, pH air, kejenuhan aluminimum dan total nitrogen. Data tanah yang digunakan merupakan hasil pengambilan contoh tanah di lokasi penelitian, yaitu pada delapan titik pengambilan contoh tanah yang merepresentasikan jenis tanah yang berbeda. Untuk data manajemen dan percobaan yang digunakan dalam model DSSAT antara lain : tanggal tanam, kerapatan tanaman, jarak baris, kedalaman perakaran, varietas tanaman, irigasi, dan pupuk yang digunakan petani. Data ini diperlukan untuk model validasi dan strategi evaluasi. Data-data ini diperoleh dari survey lapang dan wawancara dengan petani.

6.2.2. Pembangkitan Data Iklim

Pembangkitan data dilakukan dengan program ClimGen. ClimGen melakukan estimasi terhadap suhu maksimum dan minimum harian, radiasi matahari dan curah hujan baik dari data cuaca harian jika tersedia atau dari data bulanan. Peluang kejadian hujan digambarkan dalam bentuk fungsi penghubung logit g j 1i. Bentuk fungsi kurva penyesuaian untuk nilai g j 1i digunakan persamaan regresi Fourier Stern and Coe 1984. Untuk menghindari keterbatasan data harian, maka digunakan data curah hujan bulanan untuk membangkitkan parameter iklim yang lain. Epstein 1991 menggunakan regresi Fourier sehingga bentuk persamaan pembangkitan datanya adalah : Di mana t‟=2πt12 dan t adalah bulan. Dagambarkan Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan radiasi surya dan suhu didasarkan pada asumsi bahwa radiasi dan suhu merupakan proses stasioner lemah. Penyertaan hujan ini diperlukan karena keadaan unsur iklim lainnya sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya hujan. Pendekatan yang sama digunakan dalam model Climgen versi 2.1 dengan memodelkan komponen error karena biasanya terdapat masalah autokorelasi error Boer 1999. Berdasarkan kajian dari beberapa lokasi di Indonesia, Boer 1999 memodelkan komponen error dengan menggunakan persamaan autokorelasi ordo-1. Parameterisasi nilai  dan  perlu dilakukan sebelum data hujan dibangkitkan. Nilai awal  dan  dalam penelitian ini menggunakan hasil penelitian Boer et al. 1999 yang sudah tervalidasi. Nilai awal  dan  yang dipilih ialah nilai yang memberikan hasil bangkitan data yang tidak berbeda dengan data observasi. Software ClimGen dibangun dengan asumsi bahwa distribusi hujan mengikuti sebaran Gamma.

6.2.3. Simulasi Tanaman Dengan Model DSSAT

Estimasi produksi padi dalam penelitian ini menggunakan model simulasi tanaman Decision Support System for Agrotechnology Transfer DSSAT ver.4.5. Dalam simulasi tanaman ini digunakan varietas IR 64. Varietas ini merupakan salah satu varietas yang cukup banyak digunakan oleh petani di lokasi penelitian selain Ciherang. Varietas IR 64 memiliki karakteristik fisiologis yang hampir sama dengan Ciherang. Dominasi varietas IR64 ditingkat petani disebabkan produksinya yang cukup tinggi. Hal ini diungkapkan juga oleh Sudaryanto et al. 1999 diacu dalam Hafsah dan Sudaryanto 2004 yang menyatakan bahwa varietas IR64 merupakan varietas yang secara nyata mampu meningkatkan potensi hasil padi sawah yang diindikasikan dari dominasi varietas IR64 di daerah-daerah sentra produksi padi. Umur tanaman padi yang digunakan dalam simulasi ini adalah 110 hari yang terbagi dalam tiga fase tanaman, yaitu : Fase 1 adalah fase inisiasi, yaitu mulai awal pertumbuhan sampai pembentukan malai. Fase 2 adalah fase reproduktif, mulai pembentukan malai sampai pembungaan. Fase 3 adalah fase pematangan, yaitu mulai dari pembungaan sampai gabah matang. Diskripsi selengkapnya varieras Ciherang dan IR 64 disajikan dalam Lampiran 1. Untuk melakukan simulasi tanaman digunakan dua skenario tanggal tanam, yaitu tanggal 1 dan 15 setiap bulan, masing-masing untuk tipe lahan tadah hujan dan irigasi ujung. Estimasi produksi padi selanjutnya akan dibandingkan dengan produksi padi hasil observasi. Untuk lahan tadah hujan, pola produksi padi akan dihubungkan dengan pola curah hujan serta kejadian El-Nino selama periode 1965-2009. Diagram alir tahapan analisis disajikan dalam Gambar 63. Gambar 63. Tahapan analisis simulasi tanaman dengan model DSSAT Data tanah Data tanaman Data Curah Hujan harian dan bulanan DSSAT Penyeragaman bentuk data .WTH Data curah hujan dan iklim harian Apakah data ch lengkap? ClimGen ya tidak Skenario tanggal tanam Data anomali SST Estimasi produksi padi pada tipe lahan irigasi dan tadah hujan

6.2.4. Penentuan Indeks Iklim

Analisis indeks iklim dilakukan setelah diperoleh hasil analisis berupa : 1 persamaan hubungan antara curah hujan dan produksi padi serta 2 nilai threshold produksi padi. Persamaan hubungan antara curah hujan dan produksi padi diperoleh setelah dilakukaan simulasi tanaman. Nilai threshold produksi padi diperoleh dari hasil analisis usahatani padi, yaitu pada saat nilai RC=1 yang telah dihasilkan dari analisis pada Bab 5. Apabila sudah diperoleh persamaan hubungan antara hasil padi dan curah hujan, maka nilai threshold produksi padi digunakan sebagai input dalam persamaan hubungan antara curah hujan dan produksi padi sebagai dasar penentuan indeks iklim. Perhitungan indeks iklim dilakukan untuk stasiun hujan referensi Cikedung. Tahapan analisis untuk menentukan indeks iklim adalah : 1 hasil simulasi DSSAT yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya disusun menjadi suatu persamaan yang menghubungkan parameter curah hujan dan hasil yield padi, 2 nilai threshold produksi yang telah diperoleh dari hasil analisis usahatani digunakan sebagai input ke dalam persamaan hubungan antara curah hujan dan hasil padi untuk menentukan trigger curah hujan, 3 dibuat persamaan yang menghubungkan antara produksi padi dan curah hujan setiap fase padi, 4 dihitung nilai indeks hujan pada setiap fase tanaman padi, 5 disusun skenario klaim asuransi berdasarkan persamaan Martirez 2009 yaitu : 6.3. Hasil dan Pembahasan 6.3.1.